Frase Berdasarkan Kategorinya Jenis frase

“Weny lan kancane dakringkus.”Weny, hlm. 136 “Weny dan temannya saya ringkus.” Weny, hlm. 136 Frase Weny lan kancane pada kutipan kalimat di atas merupakan frase endosentris aditif.

4.2.2.2 Frase Berdasarkan Kategorinya

Berdasarkan kategorinya frase dibedakan menjadi frase nominal, frase numeralia, frase verbal, frase adjectival, frase adverbial, dan frase preposisional. Frase berdasarkan kategorinya dalam Kumpulan Cerkak Panggung Sandiwara adalah sebagai berikut: “Pak Atmo selawase melu aku meh patang taun rak durung nate mrei.” BMW 328i, hlm. 2 “Pak Atmo selama ikut saya hampir empat tahun kan belum pernah libur.” BMW 318i, hlm. 2 Frase patang taun pada kutipan kalimat di atas merupakan frase numeralia. Penggunaan frase pada kutipan kalimat di atas menggambarkan pengabdian Pak Atmo pada Pak Him yang sudah berjalan empat tahun. “Rodha sekawan kathahipun truk perhutani ingkang ngangkut kajeng jati. ”BMW 318i, hlm. 2 “Roda empat kebanyakan truk perhutani yang mengangkut kayu jati.” BMW 318i, hlm. 2 Frase rodha sekawan dan kajeng jati pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nomina endosentris atributif. Penggunaan frase pada kutipan kalimat tersebut menggambarkan kampung halaman Pak Him yang terpencil. “Aku rada kaget bareng ndemek kap krasa anget.” BMW 318i, hlm. 7 “Aku agak kaget ketika memegang kap terasa hangat.” BMW 318i, hlm. 7 Frase rada kaget pada kutipan kalimat di atas merupakan frase adverbial. Penggunaan frase tersebut menggambarkan kekagetan Pak Him saat memegang kap mobil BMW. “Nggelar klasa sacedhake mobil, sambi ngrungokake wayang kulit saka radio. “ BMW 318i, hlm. 10 “Menggelar tikar di dekat mobil, sambil mendengarkan wayang kulit dari radio.” Frase wayang kulit pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nominal endosentris atributif, wayang sebagai unsur pusat, sedangkan kulit sebagai unsur atributif. “Katon klambi anyar isih plastikan .” BMW 318i, hlm. 11 “Terlihat kemeja baru masih tebungkus plastik.” BMW 318i, hlm. 11 Frase klambi anyar pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nominal, klambi sebagai unsur pusat, sedangkan anyar sebagai unsur atributif. “Aku banjur kelingan daleme Bu Gin iki jembar banget.” Bu Gin, hlm. 14 “Aku kemudian teringat rumahnya Bu Gin ini luas sekali.” Bu Gin, hlm. 14 Frase jembar banget pada kutipan kalimat di atas merupakan frase adjectival. Jembar sebagai unsur pusat, sedangkan banget sebagai unsur atribut. “Isin banget.” Dalan, hlm. 20 “Malu sekali.” Dalan, hlm. 20 Frase isin banget pada kutipan kalimat di atas merupakan frase adjektival. Isin sebagai unsur pusat, sedangkan banget sebagai unsur atribut. “Ana patang kothak swara.”Dalan, hlm. 25 “Ada empat kotak suara.” Dalan, hlm. 25 Frase patang kothak suara pada kutipan kalimat di atas merupakan frase numeralia. Penggunaan frase pada kalimat tersebut menggambarkan suara di tempat pemilihan kepala desa. “Rame banget.” Dalan, hlm. 25 “Ramai sekali.” Dalan, hlm. 25 Frase rame banget pada kutipan di atas merupakan kalimat adverbial. Penggunaan frase pada kutipan kalimat di atas menggambarkan suasana di tempat pemungutan suara yang sangat ramai. “Dumadakan wong nomer siji sahotel lan biyasa diundang ”Boss” kuwi mbanting dhompet karo ngguyu cekakakan.” DL, hlm. 35 “Tiba-tiba orang nomer satu di hotel dan biasa dipanggil “Boss” itu membanting dompet sambil tertawa cekakan.” DL, hl. 35 Frase nguyu cekakakan pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal, ngguyu sebagai unsur pusat, sedangkan cekakan sebagai unsur atributif. “Embuh sate sebungkus, embuh sega goreng.” DL, hlm. 31 “Entah sate sebungkus, entah nasi goreng.” DL, hlm. 31 Frase sega goreng pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nomina endosentris atributif. Sega sebagai unsur pusat, sedangkan goreng sebagai unsur atributif. “Gampange yen sindhen utawa waranggana kuwi nembang lan lungguh timpuh.” FT, hlm. 39 “Mudahnya kalau sinden atau waranggana itu nembang dan duduk bersila.” FT, hlm. 39 Frase lungguh timpuh pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Lungguh sebagai unsur pusat, sedangkan timpuh sebagai unsur atribut. “Sopire mudhun luwih dhisik, mbukake lawang jok mburi sisih tengen njur mlayu uyur-uyur.” FT, hlm. 42 “Sopirnya turun lebih dulu, membukakan pintu jok belakang sebelah kanan kemudian lari uyur-uyur.”FT, hlm. 42 Frase mlayu uyur-uyur pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Mlayu sebagai unsur pusat, sedangkan uyur-uyur sebagai unsur atribut. “Dadine mung oleh telung semester aku ana akademi seni tari.” MNA, hlm. 49 “Jadinya hanya dapat tiga semester aku berada di akademi seni tari.” MNA, hlm. 49 Frase telung semester pada kutipan kalimat di atas merupakan frase numeralia. Penggunaan frase pada kutipan kalimat tersebut menggambarkan pendidikan Salastri yang berhenti di tengah jalan. “Aku ngguyu nggleges.” Ngamen, hlm. 64 “Aku tertawa cekikikan.” Ngamen, hlm. 64 Frase ngguyu nggleges pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Ngguyu sebagai unsur pusat, sedangkan nggleges sebagai unsur atribut. “Lan siji maneh, dheweke katone ayu mencorong ing sapepadhane perawat kono.” NOM, hlm. 68 “Dan satu lagi, dia terlihat cantik mencorong di antara perawat di sana.” NOM, hlm. 68 Frase ayu mencorong pada kutipan kalimat di atas merupakan frase adjektival. Penggunaan frase adjektival pada kutipan kalimat di atas menggambarkan kekaguman Bram pada Yaning yang terlihat begitu cantik. “Kira-kira wis dipetung, sarehne papane rada adoh njur diundhaki.” Relief, hlm 96 “Kira-kira sudah dihitung, karena tempatnya jauh kemudian dinaikkan.” Relief, hlm. 96 Frase rada adoh pada kutipan kalimat di atas merupakan frase adverbial. Penggunaan frase adverbial pada kutipan kalimat di atas menggambarkan rumah Pak Hutomo yang jauh sehingga Gutomo dan Susanto menaikkan tarif pembuatan relief. “Banjur omah-omahan anyaran, neng omah anyar, kawiwitan....” PS, hlm. 80 “Kemudian hidup berumah tangga baru, di rumah baru, dimulai...” PS, hlm. 80 Frase omah anyar pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nominal. Omah sebagai unsur pusat, sedangkan anyar sebagai unsur atributif. “Tedy wis turu nglepus ana dhipan sandhingku.” PS, hlm. 85 “Tedy sudah tidur pulas di ranjang sampingku.” PS, hlm. 85 Frase turu nglepus pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Turu sebagai unsur pusat, sedangkan nglepus sebagai unsur atribut. “Bojoku nangis gero-gero karo gulung-gulung ing amben.” ST, hlm. 117 “Istriku menangis keras-keras sambil bergulung-gulung di ranjang.” ST, hlm. 117 Frase nangis gero-gero pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Nangis sebagai unsur pusat, sedangkan gero-gero sebagai unsur atribut. “Jecki malah ngguyu kemekelen.” TK, hlm. 120 “Jecki malah tertawa terbahak-bahak.” TK, hlm. 120 Frase ngguyu kemekelen pada kutipan kalimat di atas merupakan frase verbal. Ngguyu sebagai unsur pusat, sedangkan kemekelen sebagai unsur atributif. “Telung sasi kepungkur aku wiwit kenal dheweke. Rong sasi srawung raket.” Weny, hlm. 136 “Tiga bulan yang lalu aku mulai kenal dia. Dua bulan menjadi akrab.” Weny, hlm. 136 Frase telung sasi dan rong sasi pada kutipan kalimat di atas merupakan frase numeralia. “Sing loro nganggo jaket jeans, sing siji nganggo jaket kulit.” Weny, hlm. 138 “Yang dua memakai jaket jeans, yang satu memakai jaket kulit. Weny, hlm. 138 Frase jaket jeans dan jaket kulit pada kutipan kalimat di atas merupakan frase nomina. Jaket merupakan unsur pusat, sedangkan jeans dan kulit sebagai unsur atribut.

4.2.3 Jenis Klausa