Majas Metafora Majas Personifikasi

bahwasanya tidak ada pemenang kedua yang ada hanyalah pemenang sejati atau pemenang pertama. “Arepa lawangan digawe menggak-menggok kaya dalan rayap kae yen rejekine durung gedhe ya durung arep mrenthel,” wangsulanku diplomatis PS, hlm. 82 “Mau pintu dibuat berbelok-belok seperti jalan rayab kalau rejeki belum besar ya belum bisa nyentel,” jawabku diplomatis PS, hlm. 82 Kalimat di atas termasuk majas simile atau perumpamaan. Kalimat tersebut menyamakan antara pintu rumah yang dibuat berkelok-kelok seperti jalan rayap. “Nanging omahe katon cimplis, mlompong, kaya kandhang dara.” PS, hlm. 83 “Tapi rumahnya kelihatan kecil, mlompong, seperti kandang dara.” PS, hlm. 83 Kalimat di atas termasuk majas simile. Pemanfaatan majas tersebut mambuat kalimat menjadi indah, selain itu juga menggambarkan rumah perumahan yang kecil seperti kandang burung dara. “Sedhela-sedhela banyu tumiba kaya bocah cilik ayang-ayangen Rokok, hlm. 104 “Sebentar-sebentar air jatuh seperti anak kecil yang ragu-ragu Rokok, hlm. 104 Kalimat di atas termasuk majas simile. Majas tersebut menggambarkan hujan yang kadang kala berhenti seperti anak kecil yang ragu-ragu untuk melakukan sesuatu.

4.3.2 Majas Metafora

Majas metafora dalam Kumpulan Cerkak Panggung Sandiwara adalah sebagai berikut: “Pasangan kumpul kebo dadi kembang lambe.” PS, hlm. 85 “Pasangan kumpul kebo menjadi buah bibir. PS, hlm. 85 Kutipan kalimat di atas merupakan majas metafora. Pemanfaatan majas pada kutipan di atas membuat kalimat menjadi indah, selain itu juga menggambarkan pasangan kumpul kebo yang menjadi bahan pembicaraan. “Aku bungah banget dene bojoku suwening suwe bisa mangerteni langgam lan cengkoking urip sing tak karepake.” PS, hlm. 83 “Aku bahagia sekali karena istriku semakin lama semakin mengerti lagu dan gaya hidup yang saya ku inginkan.” PS, hlm. 83 Kutipan kalimat di atas termasuk majas metafora. Pemanfaatan majas pada kutipan di atas membuat kalimat menjadi indah, selain itu juga menggambarkan kebahagiaan tokoh aku atas pengertian istrinya.

4.3.3 Majas Personifikasi

Majas personifikasi dalam Kumpulan Cerkak Panggung Sandiwara adalah sebagai berikut: “Sesawangan kang ana dumadakan nggeret jiwaku menyang lelakon adoh kawuri.” Bu Gin, hlm. 13 “Pemandangan yang ada tiba-tiba menarik jiwaku ke kehidupan masa lalu.” Bu Gin, hlm. 13 Kalimat di atas merupakan majas personifikasi yang menganggap benda mati seolah-olah memiliki kemampuan seperti manusia. Sesawangan adalah sesuatu yang tak bernyawa, namun dianggap seolah-olah memiliki kemampuan yang bisa menarik jiwa seseorang ke kehidupan masa lalunya. “Ananging tansah gagal amarga kejiret pegaweyan lan kesibukan maneka warna.” Bu Gin, hlm. 14 “Tetapi selalu gagal karena terjerat pekerjaan dan kesibukan yang bermacam- macam. Bu Gin, hlm. 14 Kalimat di atas merupakan majas personifikasi. Pegaweyan dan kesibukan adalan kata benda abstrak dan tidak bernyawa yang dianggap seolah-olah seperti manusia yang bisa menjerat. “Menit mbaka menit lumaku.” Bu Gin, hlm. 18 “Menit tiap menit berjalan.” Bu Gin, hlm. 18 Kutipan kalimat di atas termasuk majas personifikasi. Menit adalah satuan waktu yang merupakan benda mati namun dianggap seperti manusia yang memiliki kemampuan untuk berjalan. “Jalaran radio saka sentral wis bengok-bengok, aweh prentah supaya aku njemput penumpang.” ST, hlm. 116 “Karena radio dari pusat sudah menjerit-jerit member perintah supaya aku menjemput penumpang.” ST, hlm. 116 Kalimat di atas merupakan majas personifikasi. Radio adalah benda mati namun dianggap seperti benda hidup yang bisa menjerit-jerit layaknya manusia. “Ing sawijining sore, Bakri, kancaku mergawe dhek emben mara ing kiosku, ngabari yen perusahaan wis bisa mlaku maneh.” Rokok, hlm. 103 “Sore hari, Baktri, temanku kerja dulu datang ke kiosku memberitahu bahwa perusahaan sudah bisa berjalan lagi.” Rokok, hlm. 103 Kalimat di atas termasuk majas personifikasi, karena menganggap perusahaan benda mati seolah-olah memiliki sifat seperti manusia yang bisa berjalan. “Gendhing-gendhing sing wis kasiyapake dhek bengi lumaku runtut Ngamen, hlm. 62 “Lagu-lagu yang sudah kami siapkan tadi malam berjalan beriringan.” Ngamen, hlm. 62 Majas pada kutipan di atas termasuk majas personifikasi. Gendhing- gendhing merupakan benda mati namun dianggap bisa berjalan seperti manusia. Pemanfaatan majas tersebut membuat kalimat menjadi lebih indah. “Giwange berleyan kemerlap. Mripate blalak-blalak. Urip lan nggodha.” Ngamen, hlm. 63 “Antingnya berlian gemerlapan. Matanya lincah. Hidup dan menggoda.” Ngamen, hlm. 63 Majas pada kutipan di atas termasuk majas personifikasi. Giwang dan mripat merupakan benda mati namun dianggap memiliki sifat seperti manusia yang hidup dan bisa menggoda. Pemanfaatan majas pada kalimat tersebut membuat kalimat menjadi lebih indah. “Rejekiku uga lumaku lancar.” ST, hlm. 113 “Rejekiku berjalan lancar.” ST, hlm. 113 Kalimat di atas termasuk dalam majas personifiksai. Rejeki adalah kata benda abstrak yang tidak memiliki kemampuan seperti manusia, namun dianggap seperti benda hidup yang bisa berjalan.

4.3.4 Majas Metonimia