3. Peran Serta Orang TuaWali dalam Pendidikan Anak
Peran serta adalah ikut berupayanya orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini dilakukan agar prestasi dan semangat belajar
anak-anaknya meningkat. Peran serta ini dapat dilakukan langsung ataupun tidak langsung. Dalam peningkatan prestasi belajar anak saat ini orang tua
banyak melakukan terobosan-terobosan, antara lain dengan menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit, memasukan anak ke lembaga-lembaga
kursus, serta memberikan les tambahan kepada anak. Orang tua yang peduli terhadap kemajuan anaknya akan berusaha memberikan apa yang terbaik bagi
anak-anak mereka, memberikan segala fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang semaksimal mungkin.
Berbeda dengan orang tua yang kurang peduli dengan perkembangan dan prestasi anak, mereka cenderung masa bodoh, mengandalkan pendidikan
hanya pada sekolah semata sementara perhatian dari orang tua kurang atau bahkan tidak sama sekali. Mereka seharusnya sadar bahwa segala tindakan
mereka sangat berpengaruh terhadap masa depan anaknya. Bentuk peran serta orang tua terhadap perkembangan prestasi anak menurut Turya April 2010
antara lain : a. Memberikan semangat terhadap diri anak akan pentingnya suatu
pendidikan untuk masa depan mereka. b. Sebagai fasilitator terhadap segala kegiatan mereka.
c. Menjadi sumber ilmu dan pengetahuan dalam keluarga.
d. Memberikan motivasi kepada anak untuk selalu meningkatkan prestasi belajar mereka.
e. Sebagai tempat bertanya dan mengaduh terhadap hal-hal yang menjadi permasalahan anak.
f. Memberikan arahan yang jelas untuk masa depan anak-anaknya. Dengan peran serta orang tua tersebut maka kemajuan dan
peningkatan prestasi belajar anak di sekolah dapat terus meningkat, seiring dengan bertambahnya usia dan daya nalar anak. Pemberian tugas kepada anak
dapat melatih mereka untuk dapat bertanggung jawab terhadap diri mereka dan kepada orang lain.
Kurangnya peran serta orang tua dapat menjadikan anak sebagai jiwa atau pribadi yang merasa tidak diabaikan, merasa tidak berguna dan bahkan
cenderung untuk menyalahkan orang lain dalam tindakannya di masyarakat. Mereka yang kurang mendapat dukungan dari orang tua menganggap bahwa
orang tua mereka tidak peduli terhadap mereka dan cenderung memberi jarak antara mereka dengan orang tua mereka.
Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi dalam pendidikan anak. Menurut Winarno dalam Turya 2010 mengemukakan bahwa lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terutama dalam perkembangan anak dalam keluarga, hubungan antar keluarga, status sosial ekonomi keluarga, status
anak dalam keluarga. Lingkungan keluarga yang tidak membantu atau menunjang keberhasilan akan menimbulkan masalah bagi anak diantaranya
kesulitan di dalam perbuatan belajar di rumah yaitu.
1 Keadaan lingkungan di sekitar rumah 2 Fasilitas belajar tempat, waktu, dan perlengkapan
3 Hubungan antar anggota keluarga 4 Keutuhan anggota keluarga
5 Perhatian dan bimbingan orang tua atau anggota keluarga lainya. Menurut Nana Sutrisno, sebab-sebab pelajaran ditinjau dari segi orang
tua yaitu masalah kurang perhatian dan bimbingan orang tuanya selama di rumah. Pengawasan yang ketat terhadap anak, masalah keamanan anak dalam
situasi rumah akibat keutuhan keluarga, orang tua sudah tidak ada atau anak tidak terlibat dengan ibu atau bapak tirinya ternyata memberikan pengaruh
yang tidak sedikit tentu saja faktor fasilitas belajar di rumah waktu, tempat perlengkapan cukup memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa
Turya, 2010. Disisi lain Erman Amti 1991:72-74 memperjelas pendapat diatas
bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah kesulitan berasal dari dalam diri anak dan lingkungan keluarga. Faktor-faktor yang bersumber dari
lingkungan keluarga yaitu: 1 Keadaan ekonomi yang memadai
Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya mengandalkan keterangan-keterangan yan diberikan oleh guru di depan kelas,
tetapi membutuhkan jua alat-alat yang memadai seperti buku tulis, pensil, peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat
pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan.
Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya secara
memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan menanggung resiko-resiko yang tidak diharapkan.
2 Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di dalam
keluarga. Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu menganggap
bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas orang tua tidak lebih darisekedar mencukupi
kebutuhan lahir anak: seperti makan, minum, pakaian dan alat-alat pelajaran, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Oleh sebab itu, para
orang tua seperti ini selalu sibuk dengan pekerjaannya sejak pagi sampai sore, bahkan ada juga sampai malam untuk mendapatkan uang memperhatikan dan
mengawasi anak-anaknya belajar dan atau bermain. 3 Harapan orang tua terlalu tinggi
Disamping adanya orang tua yang kurang memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya terdapat pula orang tua yang meiliki pengharapan
yang sangat tinggi anak-anaknya. Mereka memaksa anak-anaknya untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan
apakah anak memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk melakaksanakan kegiatan-kegiatan belajar memperoleh nilai tinggi. Bagi
siswa-siswa yang ditakdirkan tidak memiliki kemampuan yang cukup tinggi
dengan sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai satu siksaan, dan pada gilirannya dapat menimbulkan putus asa dan
tak acuh lagi pada siswa itiu sendiri. 4 Orang tua pilih kasih terhadap anak
Keadaan anak dalam suatu keluarga selalu sama. Dengan kata lain, mereka dilahirkan dengan membawa kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Ada mereka yang dilahirkan dengan membawa potensi yang cukup tinggi, tetapu juga sebaliknya. Ada anak yang dilahirkan sesuai yang
diharapkan, tetapi juga yang ada yang tidak demikian. Keadaan-keadaan ini rupanya tidak selalu diterima oleh sebagian orang tua sebagai suatu
kenyataan. Ada orang tua yang menolak anak yang keadaanya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Penolakan ini memang tidak dinyatakan terus
terang, tetapi ditampilkan dalam bentuk-bentuk perlakuan-perlakuan tertentu. Misalnya dengan melebih-lebihkan atau menyanjung-nyanjung anak yang
mereka anggap memenuhi harapan mereka, dan mengabaikan atau mencela anak yang tidak harapkan.
5 Hubungan keluarga yang tidak harmonis Orang tua merupakan tumpuan harapan anak-anak. Mereka
mengharapkan pendidikan, bimbingan, kasih sayang dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Harapan-harapan itu akan
mungkin terwujud apabila dalam keluarga itu terdapat hubungan yanng harmonis antara yang satu dengan yang lain, yaitu antara ayah dan ibu, antara
kedua orang tua dengan anak-anaknya, dan antara anak dengan sesamanya.
Apabila di dalam suatu keluarga tidak terdapat hubungan yang harmonis; seperti ayah dan ibu selalu cekcok, jarang tinggal rumah, anak akan merasa
tidak aman dan tidak dapat memutuskan perhatiannya dalam belajar. Hal ini karena proses belajar memang menuntut ketenangan dan ketentraman di
rumah. Adanya kesulitan belajar di rumah, maka sangat penting bimbingan
keluarga dalam hal ini orang tua selama belajar di rumah. Menurut Turya 2010, ada beberapa alternatif usaha yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
orang tua adalah dalam mengatasi kesulitan belajar anak yaitu: 1 Memberikan perhatian dan menciptakan suasana lingkungan rumah.
2 Menyediakan perhatian dan menciptakan fasilitas belajar yang mendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan belajar, misalnya
waktu, tempat dan perlengkapan. 3 Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya guru kelas
untuk mengawasi perkembangan belajar anak.
4. Tenaga Kerja Indonesia TKI