1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, intelektual, dan emosional. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosional
Depdiknas 2004. Pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan gerak untuk kualitas
kehidupan manusia. Oleh karena itu, pendidikan gerak perlu menjadi referensi dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani di sekolah
bukanlah hanya sekedar mendidik melalui aktivitas jasmani, akan tetapi proses pembelajaran pendidikan jasmani juga dijadikan sebagai salah satu media untuk
memecahkan masalah gerak. Pendidikan jasmani mempunyai hubungan yang sangat erat dengan belajar
gerak dimana belajar gerak merupakan salah satu bentuk belajar yang mempunyai tujuan dalam peningkatan kualitas gerak tubuh. Didalam pendidikan jasmani,
belajar gerak berperan dalam pengembangan keterampilan gerak tubuh dan penguasaan pola-pola gerak keterampilan olahraga Sugiyanto dan Sudjarwo,
1993:234.
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak
mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.
Pendidikan jasmani yang baik bertujuan mengembangkan sikap positif terhadap gerak atau aktivitas jasmani, permainan dan olahraga affective
learning. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang akan digunakan merupakan permainan bola basket yang telah dimodifikasi baik peraturan maupun
alat yang digunakan. Pengembangan model pembelajaran yang baru dalam penelitian ini bertujuan meningkatkan siswa untuk lebih aktif bergerak, dan
urgensinya dilakukan penelitian ini agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan pendidikan jasmani pada khususnya
sehingga tujuan dari pendidikan jasmani dan olahraga dapat tercapai. Tujuan dari pendidikan jasmani adalah memahami konsep aktivitas
jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran,
terampil serta memiliki sikap yang positif Depdiknas, 2006:703. Adang Suherman 2000:23 menyatakan secara umum tujuan Penjasorkes
dapat diklasifikasikan kedalam empat katagori, yaitu : 1
Perkembangan fisik Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas
yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitness.
2 Perkembangan gerak
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna skillful.
3 Perkembangan mental
Tujuan ini
berhubungan dengan
kemampuan berpikir
dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang Penjasorkes ke dalam
lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap dan tanggung jawab siswa.
4 Perkembangan sosial
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
Tujuan penjasorkes di sekolah menengah adalah membantu peserta didik agar meningkat kemampuan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang
dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas Rusli Lutan, 2001:7. Aktivitas jasmani atau gerak manusia sangat berhubungan dengan denyut
nadi, sehingga kondisi tubuh dan kualitas gerak yang dilakukan manusia dapat terdeteksi dengan pengukuran denyut nadi. Denyut nadi atau pulsus adalah
perubahan tiba-tiba dari tekanan jantung yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding pembuluh darah Oktia Woro Kasmini H., 1999:7.
Denyut nadi normal adalah 70-80 kali tiap menit, tetapi pada orang-orang yang rutin melakukan olahraga atau aktivitas fisik denyut nadi normal dapat
hanya mencapai 50-60 kali per menit. Jika frekuensi lebih dari normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut bradicardi. Frekuensi
denyut nadi dipengaruhi beberapa faktor, yakni : aktivitas fisik, suhu badan, obat- obatan, emosi, makan, dan kehamilan bulan terakhir Oktia Woro Kasmini H.
1999 : 8-9. Untuk memperbaiki ketahanan jantung dan peredaran darah, maka kita
harus melakukan latihan-latihan olahraga secara terus menerus dan teratur paling sedikit 20
– 30 menit, pada keadaan denyut jantung 70 dari denyut jantung yang maksimal. Denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada waktu latihan-
latihan olahraga adalah 220 dikurangi umur yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama SMP pada
hakekatnya mempunyai arti, peran, dan fungsi yang penting dan strategis dalam upaya pengembangan keterampilan gerak siswa, karena siswa di Sekolah
Menengah Pertama SMP adalah anak pada usia remaja dimana usia remaja merupakan saat yang baik untuk pengembangan secara optimal kesehatan
seseorang yang berhubungan dengan kesegaran jasmani Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993 : 155.
Penyelenggaraan pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama SMP berorientasi kepada berbagai macam kegiatan olahraga yang sifatnya
mengarah pada peningkatan penampilan gerak yang pernah dicapai di masa anak- anak. Namun kenyataannya di lapangan, pendidikan jasmani selama ini belum
dikelola sebagaimana mestinya, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa baik dari unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik.
SMP N 1 Tegowanu adalah salah satu dari dua SMP Negeri di Kecamatan Tegowanu. SMP N 1 Tegowanu merupakan Sekolah Standar Nasional SSN
yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan SNP Indonesia. Letak SMP N 1 Tegowanu berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 4
Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Dari tanggal 8 November 2011 telah dilakukan survey awal di SMP N 1
Tegowanu untuk mengetahui sarana dan prasarana olahraga bola basket, mengetahui proses belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya proses
pembelajaran permainan bola basket, dan mengetahui efektivitas permainan bola basket yang diajarkan kepada siswa SMP untuk meningkatkan denyut jantung
siswa. Hasil survey tentang sarana dan prasarana olahraga bola basket di SMP N
1 Tegowanu terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Hasil Survey Sarana Prasarana Bola Basket SMP N 1 Tegowanu
No Sarana dan Prasarana
Jumlah Kondisi
1. Lapangan bola basket
1 Baik
2. Ring basket
2 Baik
3. Bola basket ukuran standart
6 Baik
Sumber: SMP N 1 Tegowanu Pada proses pembelajaran bola basket ditemui beberapa hal antara lain:
1. Alat dan fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Contoh : tinggi ring menggunakan ukuran standar dan bola yang digunakan adalah bola
ukuran orang dewasa, akibatnya siswa kesulitan dalam memasukkan bola ke ring sehingga siswa kurang senang, cepat bosan dan malas
untuk bergerak.
2. Peraturan permainan bola basket yang digunakan sesuai dengan
peraturan yang sebenarnya atau aturan baku dalam permainan bola basket.
3. Diketahui ada beberapa siswa putri yang mengeluh takut ketika
menerima operan bola dari teman. Untuk mengetahui partisipasi siswa yang aktif saat pembelajaran adalah
dengan mengukur denyut nadi atau jantung siswa. Hasil rata-rata kenaikan denyut nadi siswa SMP N 1 Tegowanu ketika mengikuti pembelajaran permainan bola
basket, masih jauh dari rentangan intensitas latihan yang disarankan, yaitu 60 - 90 dari denyut nadi maksimal. Data sebagai berikut :
Tabel 1.2 Hasil Denyut Nadi Pembelajaran Bola Basket di SMP N 1 Tegowanu
NO KELAS
DENYUT NADI RATA-RATA Sebelum
Pembelajaran Sesudah
Pembelajaran
1. VII A
86 99
2. VII B
90 108
3. VII C
89 102
4. VII D
92 105
5. VII E
88 101
6. VII F
93 104
7. VII G
92 101
Jumlah 630
720 Hasil rata-rata
90 102
Sumber : SMP N 1 Tegowanu Berdasarkan data di atas dapat dicermati bahwa permainan olahraga bola
basket dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMP yang disurvey hanya mampu menaikkan denyut jantung hingga mencapai rata-rata sebesar 102
denyut per menit. Apabila umur rata-rata kelas VII adalah 13 tahun maka denyut
jantung maksimal sebesar 220 – 13 = 207 denyut per menit. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran bola basket keadaan denyut jantung siswa hanya mampu mencapai 49,27 dari denyut jantung maksimal,
atau dengan kata lain permainan bola basket yang diberikan tidak cukup efektif untuk meningkatkan denyut jantung siswa.
Berdasarkan uraian di atas, perlu disajikan permainan bola basket yang menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa kelas VII SMP N 1 Tegowanu.
Untuk itu peneliti melakukan pengembangan permainan bola basket berupa permainan bola basket ring lingkaran ganda.
1.2 Perumusan Masalah