12 Tabel 3. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan
populasi perdekade wilayah JABOTABEK
Lokasi 1961 1971
1981 1991
2000 2004
Jakarta
Penduduk jiwa 2.906.533
4.576.009 6.555.954
8.729.700 8.385.639
8.725.830 Luas km
2
592 587
657 661
661 661
Kepadatan popkm
2
4.910 7.796 9.971
10.750 12.681
13.195 Bogor
Penduduk jiwa 1.468.248
1.864.652 2.823.201
4.248.038 5.379.279
5.594.078 Luas km
2
3.020 3.020
3.021 3.379
3.463 3.463
Kepadatan popkm
2
486 617 935
1.257 1.553
1.615 Tangerang
Penduduk jiwa 850.390
1.066.695 1.515.677
2.93.653 4.107.282
4.682.948 Luas km
2
1.325 1.325
1.325 1.399
1.414 1.414
Kepadatan popkm
2
642 805 1.144
2.097 2.905
3.312 Bekasi
Penduduk jiwa 692.817
830.721 1.205.108
2.244.292 3.328.127
3.864.525 Luas km
2
1.600 1.599
1.284 1.484
1.484 1.484
Kepadatan popkm
2
433 520 939
1.512 2.243
2.604
Sumber: Rustiadi, et al. 2007
Berdasarkan Tabel 3 dan dikaitkan dengan hasil penelitian Oke 1973; Karl et al. 1988; Kukla et al. 1986; Viterito 1991 serta Pongracz et al.
2005, maka potensi UHI meningkat lebih besar di Jakarta diikuti Tangerang, Bekasi dan terendah di Bogor, bila dikaitkan dengan kepadatan populasi setiap
kota.
2.4. Keterkaitan Ruang Terbangun RTB dengan UHI
Modifikasi RTH menjadi RTB salah satu penyebab utama terjadinya fenomena UHI Lo, et al., 1997. Yamashita dan Sekine 1991 menemukan
bahwa perubahan penggunaan lahan land use change dari RTH menjadi RTB menjadi penyebab terjadi pemanasan secara lokal hingga regional.
Skinner dan Majorowichz 1999 meneliti selama abad 20 telah tejadi perubahan RTH, khususnya hutan menjadi RTB akibat penebangan berakibat
pada peningkatan suhu udara pada periode yang sama. Sehingga modifikasi RTH
13 menjadi RTB diduga menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan di Cordillera
barat daya Canada hingga Texas. Sedangkan Narisma dan Pitman 2003 mengobservasi dampak perubahan penutupan lahan menyebabkan peningkatan
suhu udara maksimum pada skala lokal di kawasan Australia. Analisis dampak perubahan permukaan terhadap UHI secara lokal ditelaah
oleh Kim 1992; Quattrochi dan Ridd 1994; Aseada et al. 1996; Schlatter dan Wilson 1997; Condella 1998; Unger et al.2001; Belaid 2003 dan Weng
2003. Secara umum kajian-kajian tersebut menduga bahwa perubahan permukaan lahan berdampak pada peningkatan suhu secara lokal hingga 1.7-2.2
o
C untuk RTB di musim panas, hingga 5.6
o
C di pusat RTB pada musim dingin. Hasil studi di utara China oleh Zhao dan Zeng 2002, di New Orleans
oleh Sailor dan Fan 2002 dan di perkotaan dekat pantai oleh Atkinson 2003 mencoba mengungkapkan bahwa material bangunan yang banyak dipakai pada
RTB sangat efektif dalam menyerap radiasi surya dan meradiasi energi balik ke atmosfer dekat permukaan menyebabkan percepatan peningkatan suhu udara di
atasnya. Hal ini terjadi akibat secara bersama-sama, baik albedo, konduktivitas panas dan kapasitas panas pada RTB mendukung pemanasan udara di atasnya
pada skala kajian lokal, regional dan global. Hasil penelitian terbaru mengenai dinamika luasan lahan terbangun RTB
di kawasan JABOTABEK disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas lahan terbangun RTB perdekade wilayah
JABOTABEK
Tahun Jakarta
Bogor Tangerang
Bekasi 1961 19
4 30
24 1971 27
5 33
26 1981 35
6 35
28 1991 50
14 38
35 2001 69
28 43
38 2004 73
32 47
42
Sumber: Agrissantika et al. 2007
Berdasarkan Tabel 4 kawasan potensial mengalami UHI terbesar terjadi di Jakarta, diikuti Tangerang, Bekasi dan terendah di Bogor bila dikaitkan dengan
luasan RTB masing-masing kota.
14 2.5.
Keterkaitan Kepadatan Kendaraan dengan UHI
Kepadatan kendaraan secara langsung mengemisikan panas lewat proses pembakaran pada saat kendaraan melaju ataupun macet, bahkan pada saat macet
dapat lebih besar mengemisikan panas dibandingkan pada saat melaju. Secara tidak langsung kepadatan kendaraan menyumbang fenomena UHI lewat emisi gas
rumah kaca khususnya NO
x
. Kemampuan NO
x
dalam menangkap panas sebesar 300 kali lipat diabndingkan gas CO
2
, karenanya pada skala lokal dan regional sektor transportasi menjadi emiter terbesar bagi peningkatan UHI. Bila ditinjau
dari skala ruang kajian, maka dampak langsung kepadatan kendaraan terhadap UHI terjadi pada skala lokal hingga regional, sedangkan dampak tidak langsung
kepadatan kendaraan kontribusinya terhadap pemanasan global dunia menyumbang 24 secara total dari sektor energi atau terbesar kedua setalah
akitivitas industri. Bahkan di beberapa kota negera berkembang seperti Jakarta, Surabaya, Bangkok, Manila sektor transportasi memberikan kontribusi paling
utama dari sektor energi terhadap pemanasan global. Pada kajian yang dilakukan oleh Purnomohadi 1995; Adiningsih 1997,
didapatkan bahwa pengemisi gas rumah kaca terbesar disumbangkan oleh sektor transportasi perkotaan, khususnya di Jakarta. Sehingga aktivitas transportasi
padat disertai kemacetan secara langsung mengakumulasikan sejumlah panas dan secara tidak langsung mengemisikan gas rumah kaca ke udara, berdampak
terhadap terakumulasinya panas, sehingga fenomena UHI terjadi di Jakarta. Pendapat yang sama pada kota lebih kecil dari Jakarta yaitu kota Depok,
didapatkan hasil bahwa fenomena UHI telah terjadi di kawasan Depok. Diduga faktor penyebab utama fenomena UHI tersebut adalah telah terjadi peningkatan
emisi gas rumah kaca penyebab peningkatan panas perkotaan dengan kontribusi terbesar dari sektor transportasi darat Yani dan Effendy, 2003.
Hasil dokumentasi terakhir yang dikumpulkan dari berbagai sumber termasuk data dari Dinas Lalu-Lintas Angkutan Jalan Raya DLLAJR tahun 2005
jumlah unit kendaraan serta kepadatan unitkm
2
disajikan pada Tabel 5.
15 Tabel 5. Kepadatan kendaraan unitkm
2
per-dekade wilayah JABOTABEK
Lokasi 1961
1971 1981
1991 2001
2004
Jakarta
Kendaraan unit 37.855
42.855 47.855
83.445 176.442 234.668
Luas km
2
592 617
657 661
661 661
Kepadatan unitkm
2
64 69
73 126
267 335
Bogor
Kendaraan unit 7.078
8.078 9.078
25.008 44.807
58.249 Luas km
2
3.020 3.020
3.021 3.379
3.463 3.463
Kepadatan unitkm
2
2 3
3 7
13 17
Tangerang
Kendaraan unit 43.069
103.069 163.069
224.069 289.866 385.522
Luas km
2
1.325 1.325
1.325 1.399
1.414 1.414
Kepadatan unitkm
2
33 78
123 160
205 273
Bekasi
Kendaraan unit 9.294
11.294 13.194
32.324 68.331
90.880 Luas km
2
1.600 1.599
1.284 1.484
1.484 1.484
Kepadatan unitkm
2
6 7
10 22
46 61
Sumber: Yani dan Effendy, 2003 dan DLLAJ Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, 2005
Berdasar Tabel 5, dapat dilihat bahwa wilayah Jakarta yang paling potensial dalam peningkatan UHI bila dikaitkan dengan tingkat kepadatan
kendaraan. Hasil penelitian 3 tahun terakhir, didapatkan data peningkatan kendaraan rata-rata sebesar 11 pertahun dengan dominasi kendaraan roda dua
Ernawi, 2007.
2.6. Dampak UHI terhadap THI dan Neraca Energi