32 Apresiasi sastra akan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya minat membaca. Minat membaca
sastra tidak tumbuh secara serta merta, tetapi harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Sekolah berperan penting dalam penumbuhan dan pengembangan minat membaca, dengan menyediakan sarana yang
menunjang minat baca dan guru yang mampu mengatur strategi pembelajaran agar peserta didik termotivasi untuk mengoptimalkan kompetensi membaca.
Aspek apresiasi sastra pada Kurikulum bahasa Jawa SMP tidak berdiri sendiri, namun pembelajarannya masuk ke dalam aspek pembelajaran bahasa yang lain yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap karya sastra. Effendi:1974 Proses apresiasi sastra melibatkan tiga unsur inti yaitu aspek kognitif, aspek emotif dan aspek
evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelek pembaca apresiator dalam memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat obyektif. Unsur obyektif sastra mencakup struktur wacana
sastraunsur intrinsik sastra dan unsur ekstrinsik. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur karya sastra. Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan
memberikan penilaian terhadap baik buruknya, indah tidaknya, sesuai tidaknya dengan norma etika dan agama.
Harapan yang ingin dicapai setelah mampu mengapresiasi sastra cerita wayang Ramayana, dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan, dapat memperkaya
pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia, dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari
setiap zaman yang melahirkan cipta sastra, dapat mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan zaman.
2.2.8 Teori Behavioris
Behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati setelah seseorang mendapat perlakuan. Perilaku tersebut dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman. Behavioris
menekankan pada pola perilaku yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis Yulaelawati, 2004 :50. Persiapan pembelajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur pada akhir
33 pembelajaran. Tugas guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran atau hukuman. Guru lebih
menekankan pada tingkah laku yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu. Behavioris menekankan ketrampilan sebagai suatu tujuan pengajaran.
Teori behavioris sejalan dengan penelitian ini yang juga menekankan perubahan perilaku setelah peserta didik mendapat perlakuan yaitu pembelajaran membaca dengan CD interaktif. Dengan perlakuan
tersebut diharapkan ada perubahan perilaku peserta didik dari tidak senang menjadi senang membaca cerita wayang. Perubahan juga diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik yang awalnya selalu
tergantung pada guru menjadi belajar secara mandiri. Pembelajaran dengan menggunakan media CD interaktif, peserta didik yang berhasil diberi ganjaran agar memperkuat ketrampilan yang telah dimilikinya.
2.2.9 Teori Kognitif
Menurut teori kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Kognitif merupakan teori yang berdasarkan proses berpikir di belakang
perilaku Yulaelawati, 2004 :53. Perubahan perilaku diamati dan digunakan sebagai indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Gagasan utama teori kognitif adalah perwakilan mental. Semua
gagasan seseorang diwakili dalam struktur mental yang disebut skema. Skema akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima akan dipahami peserta didik. Jika informasi sesuai skema yang ada, maka
peserta didik akan menyerap informasi tersebut ke dalam skema ini. Seandainya tidak sesuai dengan skema yang ada, informasi akan ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau skema akan diubah atau
disesuaikan. Teori ini menjelaskan bahwa belajar melibatkan penggabungan-penggabungan yang dibangun melalui keterkaitan atau pengulangan. Teori ini juga mengakui pentingnya penguatan reinforcement,
walaupun lebih menekankan pada pemberian balikan feedback pada tanggapan yang benar dalam perannya sebagai pendorong motivator.
Teori ini sejalan dengan penelitian pengembangan ini bahwa untuk meningkatkan ketrampilan membaca cerita wayang harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dengan melibatkan proses mental
motivasi, diharapkan sesuai dengan skema yang telah dimiliki peserta didik, sehingga materi dapat diterima dengan baik. Untuk itulah dalam penyusunan CD interaktif sebagai media pembelajaran mandiri
kompetensi membaca ini diawali dengan menganalisis kebutuhan peserta didik.
34
2.2.10 Teori Konstruktif