32
2.4 Diagram Kepustakaan
Gambar 2.9 Diagram Kepustakaan Literature Map
Sumber : Peneliti, 2015
2.5 Studi Kasus Sejenis 2.5.1 Permukiman Tepian Sungai Kahayan Kota Palangkaraya Noor
Hamidah, R. Rijanta, Bakti Setiawan dan Muh. Aris Marfai, 2014
Peranan sungai dalam kehidupan sehari-hari terus berkembang, pertumbuhan permukiman awal disebut ”kampung” berkembang membentuk kota
terletak di sepanjang DAS. Keunikan ”Kampung” di sepanjang DAS merupakan
Pengaruh Sungai Terhadap Permukiman
Permukiman
Sastra Marlina, 2006; Abraham Maslow;
Doxiadis, 1968; Rapoport, 1969; Habraken, 1978; Wiriaatmajda,
1981; Putra, 2006
Budaya Bermukim
Rapoport, 1969; Papageorgeou, 1969
Yi-Fu Tuan, 1977; Lowi, 1995
Permukiman Bantaran Sungai
Mahatmanto, 2008; Sanggalang Adji, 2014; usop,2003
Karakteristik Pola Permukiman Bantaran Sungai
Rapoport, 1969; Silas, 1985; Rrapoport, 1982; Usop, 2003
Manusia, Kebudayaan, Perilaku Lingkungan
Binaan
Koentjaraningrat, 1974; Rapoport, 1969; Haryadi
Setiawan, 2010
Budaya dan Bentuk Hunian
Rapoport, 1980; Rapoport, 1969; Turner, 1972; Turner
1990
Permukiman Masyarakat di Pinggiran Sungai
Universitas Sumatera Utara
33 fokus penelitian, sedangkan Locus penelitian ialah permukiman tepian Sungai
Kahayan Kota Palangkaraya. Tujuan penelitian ialah melihat model permukiman ”kampung” tepian sungai mampu memberikan ruang hidup bagi mayoritas
masyarakat Indonesia di perkotaan, terutama masyarakat yang bermukim di sepanjang tepian sungai.
Pendekatan penelitian yaitu pendekatan pola spasial permukiman tepian Sungai Kahayan memiliki keunikan fisik yaitu rumah lanting Raft House dan
rumah Panggung Pillar House berada diatas air, secara umum berbeda dengan topografi rumah yang dibangun diatas tanah, pola sirkulasi titian kayu, dan
dermaga sebagai ruang publik warga. Penghuni permukiman Rumah lanting Rafting Houses dan penghuni Rumah Panggung Pillar houses merupakan
penduduk asli Suku Dayak dan Suku Banjar. Permukiman ini memiliki peranan dalam perkembangan kota, bila dilihat
dari pertumbuhan kawasan permukiman di Indonesia kebanyakan kota-kota berlokasi di kawasan tepian sungai. Seiring perkembangan saat ini kota-kota
tepian sungai ini cenderung hanya di lihat sebagai kota tua yang tidak tertata dengan baik dalam pembangunan kota. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian
terdapat dua aspek penting dalam pengembangan bentuk hunian tepian sungai, yaitu: a aspek fisik; dan b aspek non fisik pendukung kawasan permukiman.
Aspek fisik meliputi: 1. daerah aliran sungai
2. model permukiman kawasan tepian sungai 3. pola sirkulasi Lokal
Universitas Sumatera Utara
34 4. sarana dan prasarana kawasan permukiman tepian sungai
Faktor-faktor yang mempengaruhi non fisik kawasan permukiman tepian sungai antara lain: 1 faktor ekonomi; dan 2 faktor sosial; dan 3 faktor budaya
sungai.
Gambar 2.10 Struktur dan Pola Kota Tepian Sungai Kalimantan
Sumber: Prayitno, 2005
Pola menyebar Pola Linier Pola
Linier Konfigurasi
Gambar 2.11 Ragam Pola Sirkulasi Pada Objek amatan
Sumber : Hamidah, 2013
2.5.2 Perubahan Pola Permukiman Suku Sentani di Pesisir Danau Sentani Deasy Widyastomo, 2011
Permukiman tradisional suku Sentani terbentuk oleh budaya dan karakteristisk suku Sentani yang unik. Permukiman Kampung Ifale suku Sentani
berada di pesisir Danau Sentani dan berorientasi terhadap danau sebagai eksistensi
Universitas Sumatera Utara
35 kehidupan. Keberadaan masyarakat suku Sentani di Danau Sentani telah
melangsungkan kehidupan sejak terjadinya perang suku zaman nenek moyang dan sampai saat ini masih tetap berkehidupan di pesisir Danau Sentani dalam usaha
mempertahankan kehidupan yang berkelanjutan. Permukiman dan perumahan suku Ifale Sentani berada di Kampung Hobong yang terbentuk dari kesatuan tiga
kelompok kekerabatan yang berbeda yaitu Asei, Ifale dan Ifar Besar. Dalam kehidupan bersama tetap menjaga tradisi yang dilakukan secara turun temurun
dengan menyesuaikan kondisi yang baik dirumah maupun di lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perubahan pola permukiman
tradisional suku Sentani di Danau Sentani, dan pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan analisa kualitas permukiman dan lingkungan, analisa kekhasan fisik permukiman dan analisa perubahan permukiman tradisional
mempengaruhi perubahan pola hidup masyarakat ditunjukkan adanya perubahan pola permukiman yang dipengaruhi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang
merubah pola hidup masyarakat dari cara hidup komunal menjadi individual dan adanya perubahan permukiman tradisional suku Sentani dari berbentuk linier
manjadi menyebar. Perubahan pola hidup dilakukan untuk meningkatkan eksistensi hidup masyarakat suku agar dapat bersaing dalam kehidupan
bermasyarakat dan membawa masyarakat menuju kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian