Ruang Daratan Ruang Perairan Ruang Transisi

74 Sedangkan jika dilihat berdasarkan perletakan tanah atau penggunaan lahan bentuk ruang dikawasan ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Ruang Daratan

Merupakan ruang yang terbentuk pada lahan tanah dengan aktifitas kehidupan masyarakatnya yang berlangsung di lahan tanah, ruang ini dikategorikan sebagai kawasan darat

b. Ruang Perairan

Merupakan ruang yang terbentuk pada perairan sungai dalam wujud aktifitas kehidupan masyarakatnya yang berhubungan langsung dengan perairan yang terdapat di pinggiran Sungai Siak.

c. Ruang Transisi

Merupakan ruang ruang daratan dan ruang perairan yaitu ruang peralihan tanah darat dengan perairan sungai dalam wujud aktifitas kehidupan masyarakatnya sebagai pusat kawasan pasar. Ruang ini juga dikenal dengan kawasan pinggir sungai. Ruang transisi sebagai bagian dari kawasan pinggir sungai menjadi pusatinti bagi kawasan ini karena posisinya terletak antara aktifitas kehidupan yang menhubungkan antara ruang darat dan ruang perairan selain itu kawasan transisi ini juga merupakan kawasan perdaganganpasar sehingga pola ruang yang tercipta memusat ke arah kawasan ini dengan bentuk bangunan dere. 4.5.2 Orientasi Bangunan di Kelurahan Kampung Dalam Menurut Iwan Suprijanto 2001 dalam Usop 2003 dalam makalah karakteristik spesifik, permasalahan dan potensi pengembangan kawasan Universitas Sumatera Utara 75 permukiman perairan kota di Indonesia, orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi kegiatan berbasis perairan. Selanjutnya perkembangan orientasi kegiatan ke darat semakin meningkat bahkan lebih dominan, maka orientasi bangunan cenderung menghadap ke arah darat dan lebih mempertimbangkan aspek fungsional dan aksesibilitas. Begitu juga halnya dengan permukiman di pinggiran Sungai Siak aspek fungsional dan aksesbilitas yang mempengaruhi orientasi huniannya baik kearah jalan maupun ke sungai. Gambar 4.38 Pemetaan Arah Orientasi Hunian Sumber : Peneliti, 2015 Table 4.1 Tabel Persentasi Orientasi Bangunan No Orientasi Jumlah Unit Persentase 1 Ke Arah Jalan 220 54,32 2 Ke Arah Bangunan Lainnya 117 28,89 3 Ke Arah Sungai 54 13,33 4 Ke Arah Sungai dan Jalan 14 3,46 Total 405 100 Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 76 Orientasi hunian pada kawasan ini di pengaruhi oleh sungai dan jalan. Masyarakat yang tinggal di kawasan pinggiran sungai rata-rata berorientasi kearah sungai hal ini dikarenakan fungsi sungai yang dianggap sesuatu yang bernilai dan bukan sebagai tempat buangan. Selain itu masyarakat yang mata pencahariannya bergantung dengan sungai misalnya jasa transportasi air, nelayan dan tukang sampan lebih memilih hunian yang mengarah ke sungai karena akses ke sungai lebih cepat untuk keperluan mata pencaharian mereka. Masyarakat yang tinggal di daerah daratan atau daerah transisi lebih dominan berorientasi kearah jalan. Masyarakat yang berada di kawasan pasar memilih orientasi menghadap jalan karena mempermudah pembeli untuk melihat produk dagangan mereka. Gambar 4.39 Orientasi hunian yang mengahadap Jalan Sultan Syarif Kasim Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 77 Gambar 4.40 Orientasi hunian yang mengahadap ke arah sungai Sumber : Peneliti, 2015 Gambar 4.41 Orientasi hunian tunggal yang mengahadap ke arah jalan Sumber : Peneliti, 2015 Gambar 4.42 Orientasi hunian kawasan pasar yang mengahadap ke arah jalan Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 78

4.5.3 Fungsi Bangunan di Kelurahan Kampung Dalam

Fungsi pada kawasan ini banyak di pengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat selain itu mata pencaharian yang menentukan fungsi ruang hunian yang bukan hanya sekedar tempat tingga tetapi juga toko, hal ini sejalan dengan padangan Rapoport 1969 yang mengatakan bahwa faktor utama dalam proses terjadinya bentuk adalah budaya sedangkan faktor lain seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik dan ekonomi merupakan faktor pengubah modifiying factor. Gambar 4.43 Pemetaan Fungsi Bangunan Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 79 Table 4.2 Tabel Persentasi Fungsi Bangunan No Fungsi Bangunan Jumlah Unit Persentase 1 Hunian 287 70,86 2 Hunian + Toko 101 24,94 3 Fasilitas Umum sosial 17 4,2 Total 405 100 Sumber : Peneliti, 2015 Sebagai kawasan yang terletak di pinggiran sungai, kehidupan sungai mempengaruhi pola kehidupan dan mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kampung Dalam. Turner dalam Usop 2003 menyatakan bahwa yang terpenting dari hunian bukan wujudnya, melainkan dampak terhadap kehidupan penghuninya. Hunian tidak dapat dilihat sebagai bentuk fisik bangunan menurut standar tertentu dweling unit, tetapi merupakan proses interaksi hunian dengan penghuni dalam siklus waktu. Konsep interaksi antara hunian dan penghuninya adalah apa yang diberikan hunian kepada penghuni, serta dilakukan penghuni terhadap huniannya. Berikut adalah beberapa contoh bangunan yang mewakili fungsi bangunan pada kawasan ini :  Model Hunian 1 Model hunian ini adalah bangunan panggung yang berfungsi sebagai hunian. Universitas Sumatera Utara 80 Gambar 4.44 Rumah panggung yang berfungsi sebagai hunian Sumber : Peneliti, 2015 Rumah Panggung di Jalan Tenggiri  Rumah ini dibangun sekitar tahun 1946, milik ibu Hj.Tengku Nuraini yang sekarang diwariskan kepada anak dan menantunya. Rumah ini berlokasi di Jalan Tenggiri RT.11 RW.06 Kelurahan Kampung Dalam, yang merupakan salah satu rumah tua di kawasan ini.  Pemilik rumah ini beragama Islam dan bersuku Melayu Universitas Sumatera Utara 81  Tidak memiliki batas lahan yang jelas karena antar rumah masih memiliki hubungan keluarga sehingga jarak rumah ini dengan tetangga 1-3  Halaman rumah dijadikan tempat komunal  Rumah menghadap kearah Barat  Jalur pencapaian adalah Jalan→Halaman→rumah  Material bangunan dari kayu  Model Hunian II Model hunian ini adalah salah satu bangunan pada kawasan pasar yang huiannya memiiki fungsi ganda yaitu toko dan hunian. Gambar 4.45. Bentuk rumah toko yang memiliki fungsi ganda yaitu hunian dan toko Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 82 Rumah Toko di Jalan Tenggiri  Rumah ini adalah milik Bapak Roobin dan Ibu Yenti, rumah toko ini juga salah satu bangunan tua pada kawasan ini. Rumah ini berlokasi di Jalan Tenggiri RT.03 RW.06. Pak Robbin merupakan Ketua RW di kawasan ini yang telah bermukim sekitar kurang lebih 50 tahun dikawasan ini. Rumah ini merupakan warisan dari orang tua pemilik.  Pemilik rumah beragama Budha dan bersuku Tionghoa  Rumah menghadap kearah Timur atau kearah jalan  Tidak memiliki batas lahan karena rumah berbentuk ruko  Jalur pencapaian adalah Jalan→koridor→rumah  Material bangunan berbahan kayu dan bata  Model Hunian III Model hunian ini merupakan hunian yang terdapat di pinggiran Sungai Siak yang berfungsi sebagai hunian dengan dermaga pribadi yang digunakan untuk kegiatan MCK. Pemilik rumah ini beragama Islam dan bersuku Melayu. Universitas Sumatera Utara 83 Gambar 4.46. Model hunian di pinggiran Sungai Siak dengan fungsi bangunan sebagai hunian Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 84  Model Hunian IV Gambar 4.47 Dermaga masyarakat Cina yang menyatu dengan hunian Sumber : Peneliti, 2015 Model hunian diatas adalah model hunian panggung yang berfungsi sebagai hunian yang menyatu dengan dermaga. Masyarakat yang bermukim di kawasan ini adalah masyarakat etnis Cina yang memanfaatkan dermaga sebagai ruang komunal, tempat mencuci ataupun mandi karena dermaga tersebut dibuat secara bersama-sama dan sekaligus sebagai tempat untuk tambatan perahusampan sebagai alat transportasi dan sumber mata pencaharian mereka. Pemanfaatan dermaga bagi masyarakat etnis Melayu umumnya berbeda dengan masyarakat etnik Cina. Masyarakat Melayu memiliki dermaga tetapi tidak Universitas Sumatera Utara 85 menyatu dengan hunian hal ini dikarenakan dermaga hanya dimanfaatkan sebagai tempat tambatan perahu mereka saja dan terdapat sebuah gudang sebagai tempat penyimpanan barang. Gambar 4.48 Bentuk pemanfaatan dermaga bagi masyarakat Melayu yang tidak menyatu dengan huniannya, dermaga hanya dimanfaatkan sebagai tempat tambatan perahu dan gudang penyimpanan Sumber : Peneliti, 2015

4.5.4 Tampilan Bangunan di Kelurahan Kampung Dalam

Maslow dalam Sastra dan Marlin 2006 berpendapat bahwa hunian bukan hanya sekedar sarana perlindungan dan keselamatan tetapi hunian juga berfungsi sebagai kebutuhan identitas diri pemiliknya dalam lingkungan masyarakat, untuk itu tampilan atau fasad hunian pada kawasan ini dapat Universitas Sumatera Utara 86 mewakili identitas pemiliknya misalnya apakah pemiliknya dari suku Melayu atau Cina dan sebagainya. Kecamatan Siak lebih khususnya Kabupaten Siak merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan “Bumi Melayu” hal ini dikarenakan mayoritas penduduknya merupakan suku Melayu dan mayoritas penduduk beragama Islam jadi sangat jarang dijumpai tempat-tempat ibadah selain Masjid dan Musholla misalnya gereja,vihara,klenteng, dan sebagainya pada kawasan ini. Kelurahan Kampung Dalam merupakan pusat kota sekaligus pusat pemerintahan di Kabupaten Siak dimana permukiman penduduk di pinggiran Sungai Siak memiliki keunikan tersendiri baik itu fungsi dan tampilan bangunannya yang sebagian besar menerapkan unsur arsitektur Melayu pada bangunannya. Tampilan bangunan pada kawasan ini dapat mewakili budaya dan adat istiadat yang dianut pemiliknya. Misalnya, penduduk suku Melayu yang menganggap dirinya sebagai penduduk asli memiliki ciri khas ketidakteraturan bentuk pola hunian dimana terdiri dari hunian tunggalindividu yang rumah hanya berfungsi sebagai hunian saja dengan pola menyebar sedangkan masyarakat etnis Cina yang menganggap dirinya sebagai masyarakat pendatang dengan tujuan bermukim sekaligus berdagang sehingga pola permukiman lebih teratur karena berbentuk ruko dan tersusun berderet. Bentuk bangunan pada kawasan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Bangunan yang terbentuk pada kawasan pinggir sungai berbentuk panggung, dimana bangunan di topang oleh tiang-tiang yang di tanam di pinggiran Universitas Sumatera Utara 87 perairan dengan arah orientasi menghadap ke arah kawasan Sungai Siak dalam bentuk bangunan tunggal dan bangunan deret yang berbentu linier di sepanjang pinggiran Sungai Siak b. Bangunan yang terbentuk pada kawasan darat merupakan bangunan yang berhubungan langsung dengan darat juga terdiri dari beberapa jenis diantaranya berbentuk panggung dengan pondasi umpak dan berorientasi ke arah jalan, bangunan tunggal berorientasi ke arah jalan dan pada kawasan pasar bangunan berbentuk deret dan yang membentuk pola grid sesuai dengan pola jalan lingkungan yang terbentuk. Gambar 4.49 Bentuk bangunan tunggal di pinggiran Sungai Siak Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 88 Gambar 4.50 Bentuk bangunan tunggal deret di pinggiran Sungai Siak Sumber : Peneliti, 2015 Gambar 4.51 Bentuk rumah panggung di kawasan darat Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 89 Gambar 4.52 Bentuk bangunan deret dan grid di kawasan pasar Sumber : Peneliti, 2015 Tampilan bangunan pada kawasan ini banyak di pengaruhi oleh adat istiadat setempat. Budaya Melayu sangat berpengaruh pada tampilan bangunan masyarakat setempat walaupun terdapat perbedaan etnis yaitu etnis Melayu dan etnis Cina. Gaya arsitektur bangunan pada kawasan ini adalah arsitektur Melayu dengan ciri khas rumah panggung dengan material utama dari kayu. Kawasan pasar yang di dominasi oleh masyarakat Cina juga mencerminkan arsitektur melayu pada bangunannya. Terlihat pada penggunaan material dan bentuk pintu dan jendela yang merupakan ciri khas arsitektur Melayu. Hal yang membedakan adalah penggunaan warnacat bangunannya dimana masyarakat melayu umumnya berwarna kuning dan hijau sedangkan masyarakat Cina dominan berwarna merah karena terdapat sebuah klenteng pada kawasan pasar sebagai landmark dari kawasan ini. Klenteng ini dibangun karena bentuk rasa syukur masyarakat cina atas kehidupan yang diperolehnya pada kawasan ini. Penjelasan diatas membuktikan bahwa seiring berkembangnya waktu perkembangan ekonomi akan sejalan dengan jaman namun yang selalu tetap Universitas Sumatera Utara 90 bertahan adalah budaya yang di anut masyarakatnya seperti yang terlihat pada kawasan ini masyarakat Cina yang menganggap dirinya masyarakat pendatang tetap menerapkan budaya melayu baik dalam hal tampilan bangunan dan penggunaan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari. Gambar 4.53 Bentuk akulturasi budaya Melayu pada tampilan bangunan masyarakat Cina Sumber : Peneliti, 2015 Universitas Sumatera Utara 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan