Situasi Awal Transformasi Aktan 1 Skema aktan I bersubjek Prabu Jayanegara

36 Berdasarkan skema aktan tersebut, struktur fungsionalnya diuraikan di bawah ini.

4.1.1.1 Situasi Awal

Situasi awal ini dimulai dari Prabu Jayanegara yang merupakan raja di Majapahit, Prabu Jayanegara adalah raja yang mudah dipengaruhi oleh orang lain. Situasi awal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Nalika jaman Majapahit kang diasta dening Prabu Jayanegara ya Raden Kalagemet raja Majapahit kang kaping-2. Raden Kalagemet ya Prabu jayanegara kuwi raja kang kaya boneka, raja kang gampang dienggak- enggokake dening liyan. ‘Ketika jaman Majapahit yang dipegang oleh Prabu Jayanegara atau Raden Kalagemet raja Majapahit yang ke-2. Raden Kalagemet atau Prabu Jayanegara adalah raja yang seperti boneka, raja yang mudah dipengaruhi oleh orang lain’. Kutipan di atas menggambarkan situasi awal yang ditandai dengan Prabu Jayanegara yang merupakan raja Majapahit yang mudah dipengaruhi oleh orang lain.

4.1.1.2 Transformasi

Tahap kecakapan pada transformasi ini dimulai dengan peristiwa dimana umur Patih Harya Tadah yang sudah tua, sehinggga Prabu Jayanegara berniat untuk menggantikan patihnya dengan patih yang baru. Tahap kecakapan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini. nalika arep jumenengake patih, kang ngganti patih sing lawas merga wis yuswa sepuh Patih Harya Tadah. ‘Ketika Prabu Jayanegara ingin menggantikan patihnya yang lama karena sudah tua Patih Harya Tadah.’ 37 Kutipan di atas menggambarkan tahap kecakapan yang ditandai dengan adanya peristiwa umur Patih Harya Tadah yang sudah tua, sehingga Prabu Jayanegara berniat akan menggantikannya dengan patih yang baru. Tahap utama pada transformasi ditandai dengan adanya seseorang yang ingin berkuasa di Majapahit, yaitu Mahapati atau Ramapati dari Hindustan. Tahap utama tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini. ana pawongan kang neneka warna ing Majapahit, sing kepengin dadi wong kuwasa ing Majapahit yakuwi Mahapati utawa Ramapati wong saka Hindustan. ‘ada seseorang yang berniat jahat di Majapahit, yang ingin berkuasa di Majapahit, yaitu Mahapati atau Ramapati orang yang berasal dari Hindustan.’ Kutipan di atas menggambarkan tahap utama yang ditandai dengan adanya seseorang yang ingin berniat jahat di Majapahit, yaitu Mahapati atau Ramapati yang ingin merebut kekuasaan Prabu Jayanegara sebagai raja Majapahit. Tahap kegemilangan ditandai dengan Mahapati yang mengusulkan kepada Prabu Jayanegara agar mengangkat Nambi sebagai patih. Hal tersebut dilakukan dengan alasan, bahwa Nambi adalah orang yang mudah untuk dikalahkan, sehingga dengan mudah pula Mahapati merebut kekuasaan Majapahit. Tahap kegemilangan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Mahapati matur supaya jumenengake Nambi dadi patih, jalaran Nambi kuwi wong ringkih. Yen Nambi dadi patih, tegese Majapahit ringkih, yen Majapahit ringkih, Mahapati gampang nggone ngrebut kuwasa ing Majapahit. ‘Mahapati mengusulkan supaya mengangkat Nambi menjadi patih, walaupun Nambi adalah orang yang mudah dikalahkan. Jika Nambi menjadi patih, artinya Majapahit juga akan lebih mudah untuk dikalahkan, sehingga Mahapati mudah untuk merebut kekuasaan di Majapahit.’ 38 Kutipan di atas menggambarkan tahap kegemilangan yang ditandai dengan Mahapati yang ingin merebut kekuasaan Majapahit dengan mengusulkan Nambi untuk menggantikan Patih Harya Tadah.

4.1.1.3 Situasi Akhir