produksi dan konsumsi dari berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sebuah sistem usaha tani dan peternakan. Dengan demikian, analisis kebijakan pertanian
dapat diartikan sebagai sebuah sistem logika untuk menganalisis kebijakan publik yang mempengaruhi produsen, baik tanaman maupun ternak dan berbagai
olahannya. Nurmala,2012
C. Kebijakan Harga
Kebijakan harga merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau
pejabat yang diberi wewenang tentang itu. Kebijakan harga diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian Moehar, 2004. Pada
tahun 2002, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah HPP diawali dengan konsep Harga Dasar HD yang kemudian direformulasi menjadi Harga Dasar Pembelian
Pemerintah HDPP. Perubahan Harga Dasar HD menjadi Harga Dasar Pembelian Pemerintah HDPP tertuang dalam diktum ketiga Inpres No. 92001
tentang penetapan kebijakan perberasan dan berlaku sejak 1 Januari 2002. Konsep HDPP adalah tingkat harga pembelian gabah beras oleh pemerintah yang
diharapkan menjadi harga acuan bagi harga beras domestik. Penentuan tingkat HDPP mengacu pada tingkat harga beras yang layak, yaitu yang secara kuantitatif
menjamin keuntungan bagi usaha tani padi sekitar 30 persen di atas biaya produksi dan juga HDPP ini menyebabkan harga beras terjangkau oleh sebagian
besar konsumen. Pada tahun 2005, istilah HDPP diganti menjadi harga pembelian pemerintah HPP. Biaya dalam konsep HPP ini relatif lebih murah dibandingkan
dengan kebijakan haga dasar, karena pemerintah hanya membeli gabahberas
secukupnya, sesuai dengan kebutuhan penyaluran. Kebijakan semacam inii juga semakin umum dipraktekkan dan negara produsen utama beras, seperti Thailand
dan Cina Maulana, 2012 Untuk menstabilkan harga dan pendapatan produsen hasil pertanian berbagai
negara melakukan campur tangan dalam menentukan produksi dan harga Sukirno,2006. Campur tangan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Diantaranya, yaitu: 1. Pembatasan menentukan quota tingkat produksi yang dapat dilakukan tipa-
tiap produsen. 2. Melakukan pembelian-pembelian barang yang ingin distabilkan harganya di
pasar bebas. 3. Memberikan subsidi kepada para produsen apabila harga pasar adalah lebih
rendah daripada harga yang dianggap sesuai oleh pemerintah. Kebijakan yang lebih sering dilakukan oleh pemerintah adalah menetapkan harga
pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang ditentukan oleh pasar bebas. Kebijakan harga yang demikian dikenal sebagai kebijakan harga minimum atau
kebijakan harga terendah.
Sumber : Sadono Sukirno, 2006
Gambar 2. Kebijakan Harga Minimum atau Harga Terendah
Apabila didalam pasar tidak terdapat campur tangan pemerintah, keseimbangan dicapai pada titik E – pada harga sebesar P dan jumlah barang yang diperjual
belikan adalah sebanyak Q. Jika pemerintah merasa harga P terlalu rendah, kebijakan harga minimun akan dijalankan dan harga akan ditetapkan pada P
m
. Dengan kebijakan ini maka pemerintah telah mengubah permintaan dalam pasar
dari DD menjadi D
1
D
1.
Akibat kenaikan harga tersebut maka para pembeli akan bersedia membeli sebanyak Q
2
sedangkan penjual menawarkan sebanyak Q
1.
Maka dipasar akan terjadi kelebihan penawaran. Untuk menghindari terjadinya kemerosotan harga pemerintah perlu membeli semua kelebihan penawaran yang
wujud tersebut pada harga P
m
. Satu masalah penting yang akan ditimbulkan dalam menjalankan kebijakan
penetapan harga di atas harga keseimbangan adalah masalah stok surplus produksi yang terus menerus bertambah tinggi. Sekiranya setiap tahun pemerintah perlu
P
m kelebihan penawaran
D
1
D
1
P
S D
Q
2
Q Q
1
D S
E