ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

(1)

ANALYSIS OF EFFECT OF THE GOVERNMENT PURCHASE PRICE POLICY ON DEMAND OF RICE IN THE DISTRICT / CITY PROVINCE LAMPUNG 2009-2013.

By

MEGA MARISKA

ABSTRACT

One role of government in the economy is stabilizing role, is the main food stabilization. One of the interventions made by the government to seek the stability of food prices (rice) is to issue a policy Government Purchasing Price (HPP). But the fact the field showed that the average price of rice in the province of Lampung sealalu has increased every year. Price stability is also affected by factors that affect demand for rice itself. Therefore, this study aimed to determine the effect on demand for rice HPP policy and to determine the effectiveness of HPP policy in maintaining price stability in the province of Lampung.The data used in this study is a data panel on the District / City Lampung 2009-2014.

This study uses a panel regression method to determine the factors that influence the demand for rice and Cusum test to determine the effectiveness of the policy of Government Purchasing Price (GPP). Based on the results of panel regression analysis showed that the government purchase price, the retail price of rice while the negative effect of population, per capita income significant positive effect on demand for rice in the Regency / City Lampung Province in 2009-2013. Based Cusum test results indicate that the government purchase price effectively maintain stability of the retail price of rice in the Regency / City Lampung Province.

Keywords : Government Policy Purchase Price, Rice Retail Price, Corn Retail Price, Population, PerCapita Income, Rice Demand,Panel Regression, Cusum Test.


(2)

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI

LAMPUNG TAHUN 2009-2013 Oleh

MEGA MARISKA

ABSTRAK

Salah satu peran pemerintah dalam perekonomian yaitu peran stabilisasi, utamanya adalah stabilisasi pangan. Salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah untuk mengupayakan stabilitas harga pangan (beras) adalah dengan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun fakta di lapangan

menunjukkan bahwa rata-rata harga beras di Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Stabilitas harga beras juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan HPP terhadap permintaan beras dan untuk mengetahui efektivitas kebijakan HPP dalam menjaga stabilitas harga beras di Provinsi Lampung.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel pada Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2014. Penelitian ini menggunakan metode Regresi Panel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dan uji Cusumuntuk mengetahui efektivitas kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Berdasarkan hasil analisis Regresi Panel menunjukkan bahwa harga pembelian pemerintah, harga eceran beras berpengaruh negatif signifikan sementara jumlah penduduk, pendapatan perkapita berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil uji Cusummenunjukkan bahwa harga pembelian pemerintah efektif menjaga stabilitas harga eceran beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.

Kata Kunci : Kebijakan Harga pembelian Pemerintah (HPP), Harga Eceran Beras (HEB), Harga Eceran Jagung (HEJ), Jumlah Penduduk, Pendapatan Perkapita, Permintaan Beras, Regresi Panel, ujiCusum.


(3)

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

Oleh Mega Mariska

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

Skripsi

Oleh Mega Mariska

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 14

2. Kebijakan Harga Minimum atau Harga rendah ... 21

3. Menaikkan Pendapatan dengan Memberi Subsidi ... 22

4. Kebijakan Harga Maksimum ... 23

5. Kurva Permintaan... 25


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Hipotesis ... 13

G. SistematikaPenulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Peran Pemerintah ... 16

a. Peran Stabilisasi... 16

b. Peran Alokasi ... 17

c. Peran Distribusi ... 18

B. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian... 19

C. Kebijakan Harga... 19

D. Permintaan (Demand) ... 24

a. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 26

1. Harga Barang lain ... 26

2. Pendapatan Para Pembeli... 26

3. Distribusi Pendapatan ... 26

4. Cita Rasa Masyarakat ... 27

5. Jumlah Penduduk... 28


(7)

ii

E. Hubungan Antara Harga dan Permintaan ... 28

F. Penelitian Terdahulu ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis dan Sumber Data... 32

1. Jenis Data... 32

2. Sumber Data ... 32

B. Batasan Variabel ... 32

C. Alat Analisis... 33

1. Regresi Data Panel... 33

a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel... 37

b. Model Persamaan... 39

2. Pengujian Kriteria Statistik... 40

a. Uji t-statistik... 40

b. Uji F-statistik ... 41

c. Penafsiran Koefisien Determinan (R2)... 42

D. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Analisis Pemilihan Model Estimasi Regresi Panel ... 45

1. Uji Chow... 45

2. Uji hausman ... 46

B. Estimasi Hasil Regresi Panel dengan PendekatanFixed Effect... 47

C. Pengujian Hipotesis ... 49

1. Uji Parsial t-statistik ... 49

2. Uji F-Statistik ... 51

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN... A. Simpulan... 58

B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(8)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil uji hausman dan PendekatanFixed Effect ... 63 2. Hasil Uji Cusum Terhadap 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Tahun 2009-2013 ... 64 3. Data Panel 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 68


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah ... 2

2. Perkembangan Produksi Beras ... 4

3. Perkembangan Harga Eceran Jagung ... 6

4. Perkembangan Jumlah penduduk ... 7

5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Penduduk ... 9

6. Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 30

7. Uji Hausman ... 46

8. Hasil Estimasi Data Panel dengan PendekatanFixed Effect ... 47

9. Hasil Uji t-Statistik ... 49


(10)

(11)

(12)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(Ar-Ra’d ayat 11)

Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Albaqarah ayat 153)

Impian adalah masa depan, untuk meraihnya maka jalani hari ini dengan sebaik-baiknya.

(Mega Mariska)

You will when you believe (Whitney Houston)


(13)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillahirabbil’alamiin

Untuk Ayah dan Ibu, terimakasih atas doa yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini sampai dengan tahap akhir.

Kakak-kakak dan adikku yang luar biasa, Arif Widianto, Mahlisa Nadina,S.H, Maya Masita,S.E, Mirtha Meira Yasifa, terimakasih atas doa dan dukungannya. Serta Keponakanku tercinta M.Davan Attarifco dan Nauval Artha Serhan.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan, juga doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Terima Kasih


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tangerang pada tanggal 6 Oktober 1993, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Syahren Sitorus,S.E. dan Ibu Farihayati Mahdur,S.H.

Penulis memulai pendidikan formal di TK Aisyiah Denpasar Bali pada Tahun 1997, dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiah 1 Denpasar Bali pada Tahun 1999. Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Denpasar Bali diselesaikan pada Tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiah 2 Bandar lampung diselesaikan pada Tahun 2011.

Pada Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi Pers Mahasiswa PILAR pada Tahun 2011-2014. Dan selama berorganisasi penulis pernah menjabat sebagai reporter, sirkulasi dan pemasaran, pelaksana usaha, dan sebagai pemimpin usaha.

Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapang (KKL) pada Tahun 2013.Pada Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tritungal Mulyo,Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung selama 40 hari.


(15)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “AnalisisPengaruh Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah Terhadap Permintaan Beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E, M.Si. dan Emi Maimunah,S.E., M.Si. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Marselina Muchtar,S.E, M.P.M selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bimbingan, saran, serta motivasi luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(16)

4. Ibu Emi Maimunah, S.E, M.Si. Selaku dosen penguji. Terimakasih atas bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Asrian Hendicaya, S.E sebagai Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Universitas Lampung.

7. Keluargaku tercinta, ayah yang tiada hentinya mendukung, ibu yang tak pernah lelah mendoakan. Kak Arif, Codang Lisa, Cikngah Maya dan Adek Mirtha yang selalu memberikan senyuman penyemangat, motivasi dan doa yang tulus dan ikhlas.

8. Kesayangan Bucik yang imut-imut, M Davan Attarifco dan Nauval Artha Serhan. Terimakasih selalu suka masakan Bucik, hal itu yang membuat bahagia dan tambah semangat.

9. Keluarga besar, incik Ida, Incik Tari, Incik akbari, Ngah Hanum, Incik Ita, Tuan Sidiq, Tuan Abbas, Tuan Nadar, incik-incik dan tuan-tuan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, Terimakasih atas doa dan dukungannya.

10. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ibu Hudaiyah, Bang Fery, Ibu Yati, mas Usman, Pakde, mpok serta pegawai lainnya yang telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat tercinta, teman susah, senang dan segalanya, Suci Yunita Futri, Faradina, Duwi Setiana, Ade Ayu Winanda, Cyntia Putri Aulia, Yeni gusmawati, pemberi semangat, doa dan warna di kehidupan saya.

12. Para pejantan tangguh yang jauh disana, Diki Ardiansyah, Kak Ardan cibi, Kak Danichan, meskipun jarang bertemu terimakasih selalu menyempatkan diri untuk memberi semangat.


(17)

13. Keluarga kedua ku, kakak dan adik-adik PILAR, Hendy, Rizki, Ayyu, Inne, Fitra, Een, Yuni,Wira, Sepriadi, Septi W, Septi O, Ando, Agung, Mila, yang selalu penuh dengan semangat dan kekompakan, trimakasih telah memberi warna dalam kehidupan di kampus.

14. Teman satu bimbingan yang saling mendukung dan membantu, Suci Yunita Futri, M.Rafiq, M.Syahid, Buero, Anggi, Richard.

15. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 dan teman-teman konsentrasi Ekonomi Publik, Dina, Tingut, Suci, Duwi, Nanda, Yeni, Defti, Trimul, Dian Ayu, Irma, Ari Bejo, Zahara, Gino, Tria, Wiwit, Rosi, Desi, Mba Dewi, Asih, Nizon, Rafiq, Asdi, Royif, Gile, Dianita, Enny, Aming, Feby, Gella,Windy, Ayuni, Caca, Cella, Yoga, Syahid, Mustakim, Tari, dan masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

16. Teman-teman KKN Desa Tritunggal Mulyo Pringsewu Januari 2014 kak icel, Mezrin, Lina, vivi, Tria, mbk Yesi, Melda, kak Nico, kak Ferdi, Kak Agung, yang telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa.

17. Dan almamaterku tercinta,Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandarlampung, 4 Januari 2016 Penulis,


(18)

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu peran pemerintah dalam perekonomian yaitu peran stabilisasi, utamanya adalah stabilisasi harga pangan. Telah banyak kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah tentang stabilisasi harga pangan termasuk perberasaan nasional, mulai dari kebijakan harga dasar yang membawa bangsa Indonesia pada revolusi hijau yang mendorong peningkatan produksi pangan utama tahun 1960-an d1960-an berbagai kebijak1960-an lainnya (Projogo, 2011). Salah satu intervensi y1960-ang dilakukan pemerintah untuk mengupayakan stabilisasi harga pangan adalah dengan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang dimulai pada Tahun 2005 dan hingga saat ini kebijakan tersebut masih dilaksanakan.

Kebijakan HPP bertujuan untuk melindungi produsen beras (petani) dari kejatuhan harga terutama pada saat panen raya. Selain itu kebijakan HPP juga bertujuan untuk menstabilkan harga beras. Stabilitas harga beras adalah pemeliharaan tingkat harga beras dari waktu ke waktu untuk menghindari peningkatan harga beras.


(20)

2

Seperti yang dituangkan dalam Inpres No.3 Tahun 2012 dalam rangka menjaga stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani, stabilitas harga beras, pengamanan cadangan beras pemerintah dan penyaluran beras untuk keperluan yang ditetapkan oleh pemerintah, pemerintah melaksanakan kebijakan pengadaan gabah/beras melalui HPP Kebijakan tersebut tidak hanya menarik untuk diteliti melainkan juga penting, karena hal tersebut menyangkut pangan pokok masyarakat Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Tahun 2009-2013.

Tahun HPP Beras (Rupiah)

2009 4.600

2010 5.060

2011 5.060

2012 6.600

2013 6.600

Sumber : (Bulog),2013

Tabel 1. menunjukkan perkembangan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Tahun 2009-2013. Pada Tahun 2009 melalui Inpres No.8 Tahun 2008, pemerintah menentukan HPP sebesar 4.600 rupiah per kilogram. Kemudian pada Tahun 2010 melalui Inpres No. 7 Tahun 2009, pemerintah menentukan HPP sebesar 5.060 rupiah per kilogram. Harga tersebut bertahan hingga Tahun 2011. Kemudian pada Tahun 2012 melalui Inpres No.3 Tahun 2012, pemerintah menentukan HPP sebesar 6.600 per kilogram. Harga tersebut tidak mengalami perubahan hingga tahun 2013. Karena HPP di tetapkan sesuai dengan Inpres, maka tidak setiap tahun kebijakan tersebut mengalami perubahan. Selain itu kebijakan tersebut berlaku secara nasional.


(21)

3

Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan kenaikkan harga dasar pembelian pemerintah akan meningkatkan harga gabah tingkat petani dan akan meningkatkan pendapatan usaha tani padi per hektar. Namun, juga akan berdampak pada peningkatan harga beras eceran sehingga permintaan beras untuk konsumsi akan berkurang.

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno,2006).

Pangan di Indonesia sering diidentikkan dengan suatu jenis hasil tanaman yaitu padi, karena pangan jenis ini merupakan makanan yang dijadikan bahan makanan pokok utama. Beras dijadikan hampir seluruh penduduk Indonesia sebagai

pemenuhan kebutuhan kalori harian. Seperti yang dituangkan dalam UU No.18 tahun (2012), pangan pokok adalah yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal.

Beras adalah komoditi pangan yang dihasilkan dari tanaman padi. Beras mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, dan ketahanan/stabilitas politik nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia masih tetap menghendaki adanya pasokan /penyediaan dan harga beras yang stabil, serta sepanjang waktu, terdistribusi secara merata dan dengan harga yang terjangkau. Kondisi itu menunjukkan bahwa beras masih


(22)

4

menjadi komoditas strategis secara politis ( Suryana, 2001 dalam

Kusumaningrum). Begitu pentingnya peranan beras bagi bangsa Indonesia menuntut pemerintah untuk mengupayakan stabilitas harga beras.

Menurut direktur utama Bulog Sutarto Alimoeso dalam laman KOMPAS.com mengemukakan sepuluh provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia pada Tahun 2013 adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, NTB, DKI Jakarta dan Banten, Lampung, Sumatra Selatan, DIY Yogyakarta, dan Aceh. Kontribusi sektor terbesar dalam PDRB Lampung pada tahun 2009-2013 adalah sektor pertanian. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2009 sebesar 41,55%, kemudian pada Tahun 2010 sebesar 38,68 %. Kemudian pada tahun 2011 hingga 2013 sebesar 36,71%, 36,63% , 36,50 %.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Beras Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada Tahun 2009-2013 (Ton)

No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013 1 L. Barat 79.754 170.457 165.342 177.810 116.607 2. Tanggamus 221.770 214.445 201.067 212.317 226.628 3. L. Selatan 356.593 339.622 395.437 399.900 441.113 4. L.Timur 340.692 449.662 443.552 492.315 509.949 5. L. Tengah 608.294 623.779 654.545 656.886 673.564 6. L. Utara 139.377 153.289 131.155 139.319 150.339 7. Way Kanan 159.897 144.421 145.477 137.161 151.674 8. Pesawaran 123.801 191.700 146.317 151.960 153.472 9. T.Bawang 336.343 191.770 186.728 187.044 186.781 10. B. Lampung 9.220 9.536 8.631 6.826 9.220 11. Metro 23.130 23.443 24.988 22.555 27.027 Sumber : BPS (Badan Pusat Stasistik)


(23)

5

Pada Tabel 2. menunjukkan perkembangan produksi beras di kabupaten kota di Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Pada tabel di atas produksi beras terendah terdapat di Kota Bandar Lampung yaitu pada tahun 2009 produksi beras berjumlah 9.220 ton, tahun 2010 produksi beras meningkat berjumlah 9.536 ton, kemudian pada tahun 2011 dan 2012 produksi menurun menjadi 8.631 ton dan 6.826 ton, tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 9.220 ton. Rendahnya produksi beras di Bandar Lampung disebabkan karena Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung yang menjadi pusat Pemerintahan dan perekonomian Lampung. Sehingga banyak pembangunan perumahan, perkantoran,pusat

perbelanjaan,perguruan tinggi dan lain-lain yang menggeser lahan pertanian produktif terutama lahan sawah.

Sedangkan produksi beras tertinggi terdapat pada Kabupaten Lampung Tengah, dari tahun 2009 hingga 2013 produksi beras terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2010 produksi beras berjumlah 608.294 ton, sampai pada tahun 2013 produksi beras berjumlah 673.564 ton. Produksi beras di setiap daerah tidak selalu mengalami kenaikan di setiap tahunnya, ada beberapa daerah yang mengalami fluktuasi produksi beras. Dari 14 Kabupaten Kota di Provinsi Lampung Pada tahun 2009 hingga 2013 hanya 2 kabupaten yang selalu mengalami kenaikan produksi beras setiap tahunnya yakni Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pringsewu. Selain kabupaten tersebut tingkat produksi beras selalu mengalami fluktuasi.

Sukirno (2006) mengemukakan hukum permintaan utamanya memperhatikan sifat hubungan antara harga sesuatu barang dengan jumlah barang yang diminta.


(24)

6

barang juga ditentukan oleh banyak faktor lain. Salah satunya adalah harga barang lain.

Harga barang lain dalam penelitian ini adalah harga jagung pipilan. Jagung pipilan dikategorikan sebagai barang pengganti dari beras. Sukirno (2006) dalam bukunya mengemukakan suatu barang dinamakan barang penganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang penganti lebih murah maka barang yang digantikannya akan megalami pengurangan dalam permintaan.

Tabel 3. Perkembangan Rata-Rata Harga Eceran Jagung Pipilan di

Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (Rupiah/Kg)

No. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

1 L. Barat 2.527 2.430 2.930 4.430 4.960 2. Tanggamus 2.358 2.761 3.308 3.297 4.069 3. L. Selatan 2.427 2.473 3.173 3,910 4.304 4. L.Timur 1.990 2.481 2.733 3.162 3.358 5. L. Tengah 2.067 2.152 2.100 2.576 2.895 6. L. Utara 1.784 2.033 2.958 3.712 4.150 7. Way Kanan 2.200 2.179 3.944 3.817 4.227 8. Pesawaran 2.032 2.463 2.686 3.070 3.367 9. T.Bawang 2.154 2.310 3.350 3.820 4.390 10. B. Lampung 2.750 3.000 3.918 4.504 5.000 11. Metro 1.864 2.202 3.000 3.725 4.264

Sumber:Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Tabel 3. menunjukkan perkembangan rata-rata harga eceran jagung pipilan di Provinsi Lampung tahun 2009-2013. Harga eceran jagung terendah terdapat pada kabupaten lampung Tengah yaitu sejumlah Rp.2.067 pada tahun 2009, kemudian meningkat sebesar 2.152 pada tahun 2010, dan selalu mengalami peningkatan harga setiap tahunnya, hingga pada tahun 2013 harga eceran jagung sebesar


(25)

7

Rp.2.895. Harga eceran jagung tertinggi terdapat pada Kota Bandar Lampung, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.750. dan setiap tahunnya mengaami kenaikan harga, hingga pada tahun 2013 harga eceran jagung di Bandar Lampung sebesar Rp.5.000.

Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa permintaan beras untuk konsumsi Indonesia dipengaruhi oleh harga beras eceran, harga jagung (sebagai barang pengganti), jumlah penduduk Indonesia, pendapatan penduduk Indonesia, dan permintaan beras tahun sebelumnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang adalah jumlah penduduk. Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. pendapatan akan menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno,2006).

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (jiwa)

No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013

1 L. Barat 414.585 419.037 439.826 472.443 472.368 2. Tanggamus 529.893 536.613 630.992 708.967 650.625 3. L. Selatan 901.655 912.490 1.079.791 1.104.763 1.097.353 4. L.Timur 945.367 951.639 1.109.015 1.117.023 1.114.838 5. L. Tengah 1.160.667 1.170.717 1.444.733 1.454.969 1.411.922 6. L. Utara 580.163 584.277 780.108 781.787 780.937 7. Way Kanan 401.272 406.123 468.843 473.368 472.918 8. Pesawaran 394.267 398.848 516.014 570.094 569.729 9. T.Bawang 388.766 397.906 417.651 539.002 539.002 10. B. Lampung 869.470 881.801 1.364.759 1.446.160 1.251.642 11. Metro 142.988 145.471 166.452 160.962 153.517 Sumber :BPS (Badan Pusat Stasistik)


(26)

8

Pada Tabel 4. menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di kabupaten kota di Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Pada Tabel 3. jumlah penduduk

terendah terdapat pada kota Metro yaitu sejumlah 142.988 jiwa pada tahun 2009, kemudian meningkat pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 145.471 jiwa dan

166.452 jiwa. Hingga pada tahun 2012 dan 2013 menurun sebesar 160.962 jiwa dan 153.517 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat pada Kabupaten Lampung Tengah. pada tabel tersebut menunjukkan rata-rata jumlah penduduk di setiap kebupaten Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Kaitan antara jumlah penduduk dan permintaan beras diteliti oleh Nurhayati (2005) bahwa peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 persen dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,93 persen. Pengaruh peningkatan jumlah penduduk terhadap permintaan beras lebih tinggi dibandingkan pengaruh peningkatan pendapatan perkapita. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk itu sendiri sekaligus akan meningkatkan konsumsi beras perkapita, sehingga secara agregat berpengaruh besar terhadap peningkatan permintaan beras.

Sebelumnya pada Tabel.1 menunjukkan tingkat produksi padi di kabupaten kota Provinsi Lampung tidak selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya atau

berfluktuasi, sebaliknya pada Tabel.4 rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini dapat mempengaruhi stabilisasi harga beras di pasaran karena dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat akan mempengaruhi jumlah permintaan beras di pasaran sedangkan peningkatan jumlah permintaan tidak didukung dengan peningkatan produksi beras.


(27)

9

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Berbagai

barang dapat dibedakan menjadi empat golongan: barang inferior, barang esensial, barang normal dan barang mewah. Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Biasanya barang itu terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat seperti makanan (beras,kopi,dan gula) dan pakaian yang utama. Perbelanjaan seperti ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat (Sukirno,2006).

Tabel 5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)

No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013

1 L. Barat 6,15 6,72 8,00 8,94 9,85

2. Tanggamus 7,88 8,94 10,21 11,85 10,21 3. L. Selatan 9,88 11,16 12,54 14,75 16,45 4. L.Timur 9,48 10,95 12,26 13,69 15,08 5. L. Tengah 11,75 14,18 16,29 18,60 20,60 6. L. Utara 11,40 13,91 17,16 21,20 24,06 7. Way Kanan 6,32 7,40 8,46 9,68 10,81 8. Pesawaran 10,45 12,61 14,53 16,52 18,47 9. T.Bawang 12,23 14,22 16,03 18,74 21,84 10. B. Lampung 19,63 22,04 25,03 28,28 32,12

11. Metro 7,16 6,19 6,96 7,87 8,88

Sumber :BPS (Badan Pusat Stasistik)

Pada Tabel 5. menunjukkan perkembangan pendapatan perkapita kabupaten kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013. Pendapatan perkapita pada tabel diatas berdasarkan PDRB harga berlaku. Tabel 5. tersebut menunjukkan tingkat pendapatan perkapita teringgi terdapat pada kota Bandar Lampung, yaitu pada


(28)

10

tahun 2009 sebesar 19,63 juta rupiah. Kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 22,04 juta rupiah, hingga pada tahun 2013 mencapai 32,12 juta rupiah.

Sedangkan tingkat pendapatan perkapita terendah terdapat di daerah kota Metro, dimana pada tahun 2009 pendapatan perkapita kota metro sebesar 6,19 juta rupiah. Kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 6,96 juta rupiah, hingga pada tahun 2013 pendapatan perkapitanya mencapai 8,88 juta rupiah. Kota Metro merupakan kota baru hasil pemekaran di Provinsi Lampung, dimana tingkat pendapatan perkapitanya masih rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Lampung. Pada tabel di atas menunjukkan pendapatan perkapita di setiap kabupaten/kota di Provinsi Lampung selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Terkait antara pendapatan dan permintaan beras Nuryanti (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan perkapita sebesar 1 persen dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,01 persen. Sedangkan dalam jangka panjang pendapatan perkapita sebesar 1 persen tidak mengakibatkan perubahan permintaan.

B. Rumusan Masalah

Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) bertujuan untuk melindungi petani dari rendahnya harga jual,selain itu HPP juga bertujuan untuk menstabilkan harga beras. Namun rata-rata harga beras di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013 selalu mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS pada Tahun 2009 rata-rata harga beras sebesar 5.948 rupiah, kemudian 2010 harga beras sebesar 6.197 rupiah, kemudian harga beras meningkat menjadi 6.891 rupiah pada


(29)

11

Tahun 2011. Sedangkan pada Tahun 2012 peningkatan harga beras meningkat cukup tinggi yakni sebesar 8.240 rupiah dengan selisih harga hingga 1.349 rupiah dari tahun sebelumnya. Harga beras terus meningkat hingga pada Tahun 2013 sebesar 9.171. Data tersebut menunjukkan fakta di lapangan bahwa rata-rata harga beras selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya setelah HPP di tetapkan.

Stabilitas harga beras juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mepengaruhi permintaan beras itu sendiri, seperti harga eceran beras, harga eceran jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap permintaan beras, dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras seperti harga eceran beras, harga eceran jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013? Apakah tujuan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menjaga stabilitas harga beras telah efektif menstabilkan harga beras di Provinsi Lampung?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), harga eceran beras, harga eceran jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita terhadap permintaan beras di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013. 2. Untuk menganalisis efektivitas kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)


(30)

12

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini merupakan salah satu syarat penulis dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta pertimbangan bagi

pemerintah dalam pengambilan kebijakan stabilisasi harga beras.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kebijakan Harga Pembelian Pemerintah

4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Pemikiran

Kebijakan publik mengenai perberasan nasional dituangkan dalam Inpres tahun 2005 yaitu kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan secara nasional sehingga nilai kebijakan harga yang dikeluarkan nilainya sama di setiap Provinsi diseluruh Indonesia. Dengan dikeluarkannya kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras Indonesia. Selain itu kebijakan ini diharapkan dapat membantu petani keluar dari masalah rendahnya harga jual beras pada saat panen raya dimana saat itu kuantitas yang dihasilkan meningkat sehingga menurunkan harga jual.

Adanya intervensi yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan harga pembelian pemerintah akan mempengaruhi tingkat harga beras. Seperti yang dikemukakan oleh Prajogo (2011) dalam penelitiannya bahwa harga dasar mempunyai pengaruh


(31)

13

positif dan sangat signifikan terhadap harga produsen. Harga produsen mempunyai pengaruh positif sangat nyata terhadap harga beras ditingkat konsumen. Oleh karena harga produsen sangat dipengaruhi oleh harga dasar, maka hal ini berarti bahwa harga beras di tingkat konsumen secara tidak langsung juga sangat dipengaruhi oleh harga dasar.

Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang terutama di analisis adalah hubungan anatara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Hubungan tingkat harga dengan permintaan dapat di jelaskan dengan hukum permintaan, dimana makin rendah harga suatu barang maka maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno,2006).

Selain tingkat harga, permintaan dapat dipengaruhi oleh harga barang lain, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah beras yang dikonsumsi oleh masyarakat sehingga akan mengakibatkan peningkatan permintaan beras. Peningkatan pendapatan masyarakat akan menambah daya beli masyarakat sehingga menambah permintaan.


(32)

14

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga bahwa kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.

2. Diduga bahwa harga eceran beras (HEB) berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung. 3. Diduga bahwa harga eceran jagung (HEJ) berpengaruh positif signifikan

terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung. Harga Pembelian Pemerintah

Permintaan Beras Harga Eceran Beras

Harga Eceran Jagung

Jumlah Penduduk


(33)

15

4. Diduga bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.

5. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif signifikan terhadap Permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.

6. Diduga HPP,HEB,HEJ, Jumlah penduduk, dan Pendapatan Perkapita secara bersama-sama berpengaruh tehadap permintaan beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.

7. Diduga bahwa kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) efektif menjaga stabilitas harga beras di Provinsi Lampung.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari: I Pendahuluan, II Tinjauan Pustaka, III Metode Penelitian, IV Hasil dan Pembahasan, Serta V Kesimpulan dan Saran.

I. Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan sistematika penulisan.

II. Tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian ini yang diperoleh dari literatur dan sumber lainnya. II. Metode penelitian yang menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan

yang terdiri dari jenis dan sumber data, definisi variabel yang diteliti, alat analisis, gambaran umum tempat penelitian.

III. Pembahasan, analisis hasil dan pengujian statistik yang telah digunakan. IV. Penutup adalah bab yang menyajikan secara singkat kesimpulan yang


(34)

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Pemerintah

Prinsip kebebasan ekonomi dalam praktek menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan masing-masing individu, misalnya kepentingan pengusaha sering tidak sesuai dengan dengan kepentingn karyawan bahkan sering terjadi kepentingan kedua pihak saling bertentangan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Hal ini disebabkan oleh karena sektor swasta tidak dapat mengatasi masalah

perekonomian, sehingga perekonomian tidak mungkin diserahkan sepenuhnya kepada sektor swasta.

Menurut Mangkoesoebroto (1998) dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat diklasifikasi dalam 3 golongan besar, yaitu:

a. Peran Stabilisasi

Pemerintah mempunyai peranan utama sebagai alat stabilisasi perekonomian. Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sekor swasta akan sangat peka terhadap goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, penurunan permintaan akan mobil akan


(35)

17

menyebabkan pengusaha mobil untuk mengurangi pegawai. Pegawai yang menganggur akan memperkecil pengeluaran untuk barang-barang konsumsi seperti sepatu, pakaian, yang seterusnya pengusaha sepatu , dan pakaian akan mengurangi pegawai. Jadi gangguan di satu sektor akan mempengaruhi sektor lain, yang tanpa adanya campur tangan pemerintah akan menimbulkan

pengangguran tenaga kerja yang akan mengganggu stabilisasi ekonomi.

b. Peran alokasi

Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebutbarang public, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli. Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar(market failure).Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi dinikmati oleh orang lain. Contoh dari barang/jasa yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar, misalnya saja jalan, pembersihan udara, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang mampu mengemukakan nilai kesukaannya terhadap barang publik sehingga tidak ada seorang/pengusaha pun yang mau menyediakan barang tersebut oleh karena itu barang-barang publik disediakan oleh pemerintah karena sistem pasar gagal dalam menyediakan barang tersebut.

c. Peran Distribusi

Peran pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. Peranan lain pemerintah


(36)

18

adalah sebagai alat distribusi pendapatan atau kekayaan. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang timbul oleh sistem pasar mungkin dianggap oleh masyarakan sebagai tidal adil. Masalah keadilan dalam distribusi pendapatan merupakan masalah yang rumit dalam ilmu ekonomi. ada sebagian ahli ekonomi yang

berpendapat bahwa masalah efisiensi harus dipisahkan dari masalah keadilan, atau dengan arti kata lain, masalah keadilan adalah masalah efisiensi adalah

berkebalikan. Perubahan ekonomi ini dikatakan efisien apabila perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan suatu golongan dalam masyarakat

dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak memperburuk keadaan golongan yang lain.

Jadi masalah keadilan harus diserahkan kepada masyarakkat, yang melalui wakil-wakil mereka dalam Dewan Perwakil-wakilan Rakyat merumuskan keadilan publik yang mereka inginkan, dan selanjutnya pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter merubahah keadaan masyarakat sehingga sesuai dengan distribusi pendapatann yang diinginkan oleh masyarakat. Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan secaralangsungdengan pajak yangprogresif, yaiu relatif beban pajak yang lebih besar bagi orang kaya dan relatif lebih ringan bagi orang miskin, disertai dengan subsidi bagi golongan miskin. Pemerintah dapat juga secaratidak langsungmempengaruhi distribusi pendapatan dengan kebijaksanaan pengeuaran pemerintah misalnya: perumahan murah untuk golongan pendapatan tertentu, subsidi pupuk untuk petani dan sebagainya.

B. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian

Kebijakan pemerintah adalah intervensi pemerintah untuk mengubah perilaku produsen dan konsumen. Masalah pertanian berhubungan dengan masalah


(37)

19

produksi dan konsumsi dari berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sebuah sistem usaha tani dan peternakan. Dengan demikian, analisis kebijakan pertanian dapat diartikan sebagai sebuah sistem logika untuk menganalisis kebijakan publik yang mempengaruhi produsen, baik tanaman maupun ternak dan berbagai

olahannya. (Nurmala,2012)

C. Kebijakan Harga

Kebijakan harga merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau pejabat yang diberi wewenang tentang itu. Kebijakan harga diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian (Moehar, 2004). Pada tahun 2002, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) diawali dengan konsep Harga Dasar (HD) yang kemudian direformulasi menjadi Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP). Perubahan Harga Dasar (HD) menjadi Harga Dasar

Pembelian Pemerintah (HDPP) tertuang dalam diktum ketiga Inpres No. 9/2001 tentang penetapan kebijakan perberasan dan berlaku sejak 1 Januari 2002. Konsep HDPP adalah tingkat harga pembelian gabah/ beras oleh pemerintah yang

diharapkan menjadi harga acuan bagi harga beras domestik. Penentuan tingkat HDPP mengacu pada tingkat harga beras yang layak, yaitu yang secara kuantitatif menjamin keuntungan bagi usaha tani padi sekitar 30 persen di atas biaya

produksi dan juga HDPP ini menyebabkan harga beras terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Pada tahun 2005, istilah HDPP diganti menjadi harga pembelian pemerintah (HPP). Biaya dalam konsep HPP ini relatif lebih murah dibandingkan dengan kebijakan haga dasar, karena pemerintah hanya membeli gabah/beras


(38)

20

secukupnya, sesuai dengan kebutuhan penyaluran. Kebijakan semacam inii juga semakin umum dipraktekkan dan negara produsen utama beras, seperti Thailand dan Cina (Maulana, 2012)

Untuk menstabilkan harga dan pendapatan produsen hasil pertanian berbagai negara melakukan campur tangan dalam menentukan produksi dan harga

(Sukirno,2006). Campur tangan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya, yaitu:

1. Pembatasan (menentukan quota) tingkat produksi yang dapat dilakukan tipa-tiap produsen.

2. Melakukan pembelian-pembelian barang yang ingin distabilkan harganya di pasar bebas.

3. Memberikan subsidi kepada para produsen apabila harga pasar adalah lebih rendah daripada harga yang dianggap sesuai oleh pemerintah.

Kebijakan yang lebih sering dilakukan oleh pemerintah adalah menetapkan harga pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang ditentukan oleh pasar bebas.

Kebijakan harga yang demikian dikenal sebagai kebijakan harga minimum atau


(39)

21

Sumber :Sadono Sukirno, 2006

Gambar 2.Kebijakan Harga Minimum atau Harga Terendah

Apabila didalam pasar tidak terdapat campur tangan pemerintah, keseimbangan dicapai pada titik Epada harga sebesar P dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah sebanyak Q. Jika pemerintah merasa harga P terlalu rendah, kebijakan harga minimun akan dijalankan dan harga akan ditetapkan pada Pm. Dengan kebijakan ini maka pemerintah telah mengubah permintaan dalam pasar dari DD menjadi D1D1.Akibat kenaikan harga tersebut maka para pembeli akan bersedia membeli sebanyak Q2sedangkan penjual menawarkan sebanyak Q1. Maka dipasar akan terjadi kelebihan penawaran. Untuk menghindari terjadinya kemerosotan harga pemerintah perlu membeli semua kelebihan penawaran yang wujud tersebut pada harga Pm.

Satu masalah penting yang akan ditimbulkan dalam menjalankan kebijakan

penetapan harga di atas harga keseimbangan adalah masalah stok surplus produksi yang terus menerus bertambah tinggi. Sekiranya setiap tahun pemerintah perlu

Pm kelebihan penawaran

D1 D1

P

S

D

0 Q2 Q Q1

D S


(40)

22

membeli kelebihan penawaran maka dari tahun ke tahun stok surplus produksi akan bertambah banyak. Cara yang dapat dilakukan agar harga tetap pada tingkat yang ditentukan adalah dengan melakukan kebijakan membuang atau

menghancurkan kelebihan produksi yang dibeli pemerintah ataupun denganc ara mengekspor kelebihan produksi itu ke luar negeri.

Masalah yang diterangkan di atas, yaitu stok kelebihan produksi yang terus

menerus bertambah akibat dari pembelian pemerintah di atas harga keseimbangan, dapat dihindari dengan cara memberi subsidi pendapatan kepada para petani. Dalam kebijakan ini, pemerintah tidak menentukan harga pasar tetapi menetapkan harga jaminan yang akan diterima petani untuk setiap produksinya. Harga jaminan adalah lebih tinggi dari harga keseimbangan yang dicapai dipasar. Jumlah subsidi yang akan diberikan pemerintah untuk setiap unit produksi adalah sebesar

perbedaan antara harga jaminan dan harga keseimbangan.

Sumber :Sadono Sukirno, 2006

Gambar 3.Menaikkan Pendapatan dengan Memberi Subsidi

D S1 S

P2 E2

P E

P1 E1

D

0 Q Q1


(41)

23

Akibat dari kebijakan memberi subsidi kepada pendapatan petani dan harga dapat dilihat dalam Gambar 2.2. tanpa campur tangan pemerintah maka keseimbangan akan dicapai pada titik E dan harga pasar adalah sebesar P. Karena harga ini dianggap tidak memberi pendapatan yang memadai kepada para etani maka pemerintah perlu menetapkan harga jaminan sebesar P2. Akibat kebijakan harga jaminan yang lebih tinggi itu maka penawaran bertambah dari Q menjadi Q1dan kurva penawaran berubah dari SS menjadi S1S1. Akibatkanya kedudukan

keseimbangan di pasar berubah dari E menjadi E1. Berarti harga pasar barang tersebut menurun menjadi P1.

Keseimbangan baru ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan subsidi pendapatan dapat menyebabkan penawaran bertambah banyak dan harga menurun. Tetapi pendapatan yang diterima petani dari penjualannya ke pasar sangat sedikit sekali, yaotu sebesar 0Q1E1P1dan oleh karena itu untuk mempertahankan pendapatan mereka pada tingkat yang dikehendaki paka subsidi pemerintah diperlukan. Dalam Gambar 2.2 besarnya subsidi pemerintah adalah P1E1E2P2dan dengan demikian pendapatan yang diterima petani adalah 0Q1E2P2.

Sumber :Sadono Sukirno, 2006

Gambar 4.Kebijakan Harga Maksimum

D S

E

Pm D1 A D1

S D

0 Q2 Q Q1

P1


(42)

24

Didalam masa perang atau ketidak stabilan politik dan kadang-kadang juga dalam masa damai, ada kalanya timbul keadaan dimana penawaran adalah terbatas sedangkan permintaan jauh lebih besar. Dalam pasar bebas, keadaan sepeti itu akan menyebabkan harga harga keseimbangan mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi dari harganya yang wajar.Kebijakan harga maksimum bertujuan unuk mengendalikan harga pada tingkat yang lebih rendah dari pada harga

keseimbangan dalam pasar bebas.

Tanpa adanya campur tangan pemerintah keseimbangan akan tercapai pada E, dimana harga dalam pasar bebas adalah sebesar P dan dan barang yang

diperjualbelikan sebanyak Q. Harga sebesar P dianggap pemerintah terlalu tinggi dan mendorong pemerintah menjalankan kebijakan harga maksimum. Misalkan harga maksimum tersebut ditetapkan pada Pmdan pada harga tersebut jumlah yang ditawarkan para penjual adalah Q2sedangkan jumlah yang diminta para pembeli adalah Q1. Dengan demikian kebijakan harga maksimum menimbulkan kelebihan permintaan sebanyak Q2Q1(Sadono, 2006).

D. Permintaan (Demand)

Permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. (Moehar,2004)

Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta pada tingkat harga pada suatu waktu tertentu.artinya, dalam berbagai tingkat harga terdapat jumlah barang


(43)

25

yang diminta, sehingga korelasi antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan (Nurmala,2012)

Hukum permintaan pada hakikatnya adalah makin rendah harga dari suatu barang, makin banyak permintaan akan barang tersebut. sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin sedikit permintaan akan barang tersebut, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (ceteris paribus). (Moehar, 2004)

P

Q Sumber:Moehar,2004

Gambar 5. Kurva Permintaan

Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan tempat titik-titik yang menggambarkan maksimum pembelian pada harga tertentu dengan anggapan cateris paribus(hal-hal lain dianggap tetap).

Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kurva permintaan tersebut menunjukkan adanya hukum permintaan, dan lurusnya kurva permintaan menunjukkan adanya anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan hanyalah tingkat harga, sedangkan hal-hal lain dianggap tetap(cateris paribus). Pertalian antar harga dan permintaan yang berbanding terbalik (negatif) menimbulkan


(44)

26

konsekuensi bahwa apabila harga naik maka permintaan turun dan apabila harga turun maka permintaan akan naik. Hubungan ini disebut hukum permintaan. (Nurmala,2012)

a. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

selain pengaruh dari harga barang itu sendiri, permintaan suatu barang dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (Sukirno, 2006).

1. Harga Barang- Barang Lain

Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat dibedakan dengan tiga golongan yaitu : barang lain itu merupakan pengganti, barang lain itu merupakan pelengkap, kedua barang tiak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

2. Pendapatan Para Pembeli

Pendapatn para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu

menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang.berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi empat golongan:Barang inferior, barang esensial, barang normal dan barang mewah.

3. Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya


(45)

27

akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila

pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Sekiranya pemerintah menaikkan pajak terhadap orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak ini untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang digunakan orang-orang kaya akan berubah permintaannya, tetapi sebalikknya barang-barang yang digunakan orang yang pendapatan rendah yang mengalami kenaikan pendapatan akan bertambah permintaannya. Misalnya, permintaan terhadap mobil mewah akan bekurang tetapi permintaan terhadap rumah harga murah akan bertambah.

4. Cita Rasa Masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Pada tahun 1960-an sedikit sekali orang yang suka menggunakan mobil buatan jepang, tetapi semenjak tahun 1970-an suasananya sudah sangat berubah. Di berbagai negara di dunia didapati mobil buatan jepang semakin populer dan banyak digunakan orang. Akibatnya, permintaan terhadap mobil-mobil buatan Amerika dan eropa sangat merosot. Contoh ini

menggambarkan bagaimana perubahan cita rasa masyarakat apat mempengaruhi permintaan berbagai jenis barang.

5. Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima


(46)

28

pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertumbuhan daya beli ini akan menambah permintaan.

6. Ekspektasi Tentang Masa depan

Perubahan- perubahan yang diramalkan mengenai kedaaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada masa yag akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan

bertambah sukar diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan.


(47)

29

E. Hubungan Antara Harga dan Permintaan

Sumber:Moehar,2004

Gambar 6.Hubungan antara harga dengan permintaan

Katakann lah pada saat harga kedelai Rp. 1.000/Kg, permintaan konsumen tercatat 1.000 Kg/ minggu (waktu), tetapi saat harga turun menjadi Rp 900/kg, permintaan meningkat, yaitu menjadi 1.200 Kg. Demikian setrusnya gejala yang terjadi sampai pada saat harga Rp.600/Kg permintaan menjadi 1.900 kg. Gejala ini mengakibatkan kurva permintaan (demand curve) bergeser dari atas ke kanan bawah. Sebaliknya, kita mulai dari harga terendah (Rp600/kg) sampai harga tertinggi (Rp1.000/kg), kurvanya akan bergerak dari bawah ke kiri atas (Moehar, 2004).

Harga (Rp/kg) 1.000

900 800 700 600

1.000 1.200 1.400 1.600 1.900 0


(48)

30

F. Penelitian Terdahulu

No Nama dan tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Kesimpulan 1 Ria Kusumaningr um,dkk 2010 Dampak Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia

Variabel

terikat:Permintaan Beras Indonesia Variabel terikat: Harga beras eceran, harga jagung, margin pemasaran beras, pendapatan usaha tani, harga gabah tingkat petani, HDPP, penggunaan pupuk urea, jml penggunaan TPS, jumlah

pemakaian pestisida, pengeluaran

pemerintah dan devisa

kombinasi kebijakan menaikkan HDPP akan berdampak pada peningkatan produksi padi Indonesia, tetapi jumlah permintaan beras akan menurun

disebabkan oleh peningkatan harga beras eceran.

2 Sri Nuryati 2005

Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia

Variabel terikat: permintaan beras. Variabel Bebas: permintaan beras tahun t-1, harga gabah tahun t, pendapatan perkapita tahun t, jumlah penduduk tahun t

Pegaruh peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka pendek akan

meningkatkan permintaan beras, dan dalam jangka panjang tidak merubah permintaan dan harga beras. Sedangkan peningkatan jumlah penduduk dalam jangka pendek dan pajang akan meningkatkan

permintaan dan harga beras. 3 Prajogo

U.Hadi 2011

Dampak Kebijakan Harga Dasar pada Harga Produsen, Harga Konsumen dan Luas Tanaman Padi: Belajar dari Pengalaman Masa Lalu. Variabel Terikat: Harga produsen gabah Variabel Bebas: Harga dasar gabah

Harga dasar GKG mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga produsen. Harga produsen mempunyai pengaruh positifsangat nyata terhadap harga beras di tingkat konsumen. Oleh karena harga produsen sangat dipengaruhi oleh harga harga dasar, maka hal ini berarti bahwa harga beras di tingkat konsumen secara tidak langsung juga sangat

dipengaruhi oleh harga dasar. 4 Erizal

Jamal, dkk

Analisis Kebijakan Penentu Harga

Variabel terikat : Harga Beras, harga

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berpengaruh nyata


(49)

31

2006 Pembelian gabah Gabah Kering Panen (GKP)

Variabel bebas : Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

terhadap Gabah Kering Panen (GKP). Akan tetapi dalam kuun waktu tertentu stabilitas harganya kurang baik.

5 Mohamad maulana 2012 Prospek Implementasi Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Multikualitas Gabah dan Beras di

Indonesia

metode analisis deskriptif dengan menggunakan data Provitabilitas usaha tani, kriteria penentu kualitas gabah.

Kebijakan HPP perlu terus dilanjutkan karena terbukti mampu melindungi harga gabah petani yang seringkali jatuh pada saat panen raya. Kebijakan HPP multikualitas pada gabah diperkirakan mampu meningkatkan keuntungan petani secara signifikan dibandingkan dengan HPP tunggal.


(50)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang memiliki sifat runtut waktu(time series)atau data tahunan dan data antar ruang(cross section)atau yang sering disebut data panel. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder kabupaten/kota Provinsi Lampung dengan runtut waktu tahunan dari tahun 2009-2013.

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari Bulog (Badan Urusan Logistik) Provinsi Lampung, BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Lampung, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, dan instasi lain yang terkait serta berbagai sumber lain seperti jurnal, buku, internet, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

B. Batasan Variabel

Untuk mempermudah penelitian ini, masalah yang akan dibahas adalah hanya menghitung besarnya hubungan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP),


(51)

33

harga beras, pendapatan perkapita, jumlah penduduk dengan permintaan beras di Provinsi Lampung.

Variabel yang menjadi batasan peubah dalam penulisan ini adalah :

1. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) ditetapkan oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden dan kebijakan HPP ini berlaku secara nasional, dari Tahun 2009-2013 (rupiah/kg). Data diperoleh dari Badan Urusan Logistik Lampung (Bulog Lampung).

2. Permintaan terhadap beras adalah jumlah barang yang diminta oleh masyarakat tercermin dari konsumsi beras dari Tahun 2009-2013 di Provinsi Lampung (ton). Data diperoleh dari Bulog Lampung

3. Harga eceran beras dalam penelitian ini adalah rata-rata harga beras di kabupaten/kota Provinsi Lampung dari Tahun 2009-2013 (rupiah/kg). Data diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.

4. Harga eceran jagung pipilan dalam penelitian ini adalah rata-rata harga eceran jagung di kabupaten/kota Povinsi Lampung dari Tahun 2009-2013 (rupiah/kg). Data diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.

5. Jumlah penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada Tahun 2009-2013 (jiwa). Data diperoleh dari BPS Lampung.

6. Pendapatan perkapita dalam penelitian ini berdasarkan pada PDRB harga berlaku dari Tahun 2009-2013 kabupaten/kota di Provinsi Lampung(juta rupiah). Data diperoleh dari BPS Lampung.


(52)

34

C. Alat Analisis 1. Regresi Data Panel

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap permintaan beras dengan menggunakan data panel. Periode pengamatan adalah Tahun 2009-2013, sedangkan silang tempat mencangkup 11 Kabupatan/Kota di Provinsi lampung.

Alasan pemilihan data panel(pooled data)dalam penelitian ini berkaitan dengan beberapa keunggulan data panel, yaitu: (Gujarati,2012)

1. Data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, provinsi, dan lain-lain selama beberapa waktu dengan batasan heterogenetitas dalam setiap unitnya. Teknik estimasi data panel dapat mengambil

heterogenetitas tersebut secara eksplisit ke dalam perhitungan dengan mengizinkan variabel-variabel individunya.

2. Mengombinasikan data berkala dan data tampang lintang, data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, kurang korelasi antar variabelnya, lebih banyak derajat kebebasannya, dan lebih efisien. 3. Mempelajari kombinasi observasi cross-section yang berulang-ulang, data

panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.

4. Data panel paling baik untuk memdeteksi dan mengukur dampak yang secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross-section murni atau time series murni.

5. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit. Contohnya fenomena keekonomian berskala dan perubahan teknologi


(53)

35

lebih tepat dipelajari menggunakan data panel daripada data cross-section murni atau data time-series murni.

6. Dengan membuat data menjadi berjumlah beberapa ribu unit, data panel dapat meminimumkan bias yang terjadi bila kita mengagregasikan individu-individu atau perusahaan-perusahaan ke dalam agregasi besar.

Beragamnya daerah dan wilayah serta kondisi sosial negara kita tentu saja masalah yang timbul akan beragam pula. Masalah yang timbul di daerah sentra produksi, misalnya Aceh, sudah pasti tidak akan sama dengan masalah yang muncul di Jawa atau Sulawesi. Begitu pula sebaliknya, beberapa masalah yang berkaitan dengan kebijaksanaan harga memang beragam sekali, baik secara nasional maupun secara regional (Moehar, 2004).

Untuk itu dalam penelitian ini menggunakan data silang tempat 11 Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Lampung

Beberapa hal yang akan kita hadapi saat menggunakan data panel adalah koefisien Slopedan intersepsi yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap periode waktu. Oleh karena itu, asumsi intersepsi,slope, danerror-nya perlu dipahami karena ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, beberapa kemungkinan tersebut menunjukkan bahwa semakin kompleks estimasi parameternya sehingga diperlukan beberapa metode untuk melakukan estimasi parameternya, seperti pendekatancommon effect, fixed effect, dan random effects(Widarjono,2013).


(54)

36

Ketiga pendekatan yang dilakukan dalam analisis data panel dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. PendekatanCommon Effect

Teknik yang paling sederhana untuk mengesimasi data panel adalah hanya dengan mengkombinasikan datatime series dancross section.Dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu maka bisa menggunakan metode OLS untuk megestimasi data panel. Metode ini dikenal dengan estimasiCommon Effect.

2. PendekatanFixed Effect

Teknik modelFixed Effectadalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. PengertianFixed Effectini didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time invarinant).Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope)tetap antar perusahaan dan antar waktu.

3. PendekatanRandom Effect

Dimasukkannya variabel dummy di dalam model Fixed Effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom), yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) masing-masing individu, dan model ini dikenal sebagai modelrandom effect.


(55)

37

a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel

Dalam pembahasan teknik estimasi data panel, ada tiga teknik yang bisa digunakan yaitu dengan metodecommon, metodeFixed Effectdan metode Random Effect. Pertanyaan yang muncul adalah teknik mana yang sebaiknya dipilih untuk regresi data panel. Tiga uji yang digunakan dalam menentukan teknik yang paling tepat untuk mengestimasi regresi data panel. Pertama uji statistik F (uji Chow) digunakan untuk memilih antara metodecommonataufixed effect.Kedua, ujiLagrange Multiplier(LM) digunakan untuk memilih antara commonataurandom effect. Terakhir, untuk memilih antarafixed effectatau Random effect digunakan uji yang dikemukakan oleh Hausman.

(Widarjono, 2013). 1. Uji Chow

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metodeFixed Effectlebih baik dari modelCommon Effect. Hipotesis nol pada uji ini adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi data panel adalahCommon Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalahFixed Effect.

Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis nol ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis nol diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah modelCommon Effect.


(56)

38

2. Uji Hausman

Uji secara formal dikembangkan oleh Hausman. Hausman telah

mengembangkan suatu uji statistik untuk memilih apakah menggunakan modelFixed EffectatauRandom Effect. Statistik uji Hausman ini

mengikuti distribusi statistikChi Squaredengandegree of freedom

sebanyakkdimanakadalah jumlah variabel independen. Jika hipotesis nol ditolak yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai tabelnya maka model yang tepat adalah modelFixed Effectsedangkan sebaliknya bila gagal menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritiknya maka model yang tepat adalah modelRandom Effect.

3. Uji LM

Untuk mengetahui apakah modelRandom Effectlebih baik dari model Common EffectdigunakanLagrange Multiplier(LM). Uji Signifikansi Random Effectini dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian didasarkan pada nilai residual dari metodeCommon Effect.

Uji LM ini didasarkan pada distribusiChi-Squaresdengan derajat kebebasan (df) 1. Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis statistikChi-Squaresmaka hipotesis nol ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah modelRandom Effect.Sebaliknya, apabila nilai LM hitung lebih kecil dari nilai kritis statistikChi-Squares maka hipotesis nol diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah modelCommon Effect.


(57)

39

b. Model Persamaan

Dalam penelitian ini menggunakan data berkala selama lima tahun terakhir dan data kerat lintang sebanyak 11 data mewakili Kabupaten Kota di Provinsi Lampung. Model persamaannya yaitu:

Permintaanit= 0+ 1HPPit+ 2HEBit+ 3HEJit+ 4JPit+ 5Yit+ eit

Dimana:

Permintaanit: Permintaan beras Kab/Kota i dan tahun t (Ton)

HPPit : Harga Pembelian Pemerintah Kab/Kota i dan tahun t (rupiah) HEBit : Harga Eceran Beras Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)

HEJit : Harga Eceran Jagung Kab/Kota i dan tahun t (rupiah) JPit : Jumlah Penduduk Kab/Kota i dan tahun t (jiwa) Yit : Pendapatan perkapita Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)

: konstanta

eit :Error Variabel (tingkat kesalahan)

i : 1,2,...,11 (data kerat lintang kabupaten/kota di Lampung) t : 1,2,...,5 ( data berkala, tahun 2009-2013)

2. Cusum Test

Uji Cusum adalah uji stabilitas parameter yang dikembangkan oleh Durbin dan Evan. Uji stabilitas parameter adalah sebuah prosedur untuk mengetahui apakah parameter model adalah bersifat stabil dalam periode penelitian. Bagian kendali Cusum secara langsung menyatukan semua informasi dari deret nilai sampel degan memplot jumlah kumulatif dari deviasi nilai sample terhadap nilai target. Untuk ukuran sampel yang lebih besar dari 1 (n≥ 1), maka bagan kendali cusum


(58)

40

dibentuk dari plot nilai Ci= ( )terhadap nilai sampel i, dengan xj adalah rata-rata sampel ke-j dan adalah target dari mean proses.

Cusum digunakan untuk memonitor rataan proses maupun variasi dari proses dengan mengakumulasi selisis dari yang berada di atas target dengan ststistik C+dan mengakumulasikan selisih dari yang berada di bawah target dengan statistik C−. Kedua statistik tersebut, C+ dan C−, masing-masing disebut cusum sisi atas dan sisi bawah. Keduanya dihitung sebagai berikut:

= max(0, ( + ) + )

= max(0, ( ) + )

Pada persamaan diatas, K biasa disebut sebagai nilai rekomendasi atau nilai toleransi, dan sering kali dipilih sekitar setengah antara nilai target dan nilai di luar kendali dengan rataan yang menarik untuk dideteksi secepatnya.

Uji Cusum ini didasarkan pada nilai kumulatif dari jumlah recrusive-residual. Nilai kumulatif recrusive residual. Jika nilai kumulatif recrusive residual ini berada di dalambandmaka mengindikasikan adanya kestabilan parameter estimasi di dalam periode penelitian. Sebaliknya jika nilai kumulatif recrusive residual berada di luarbandberarti menunjukkan adanya ketidakstabilan parameter di dalam periode penelitian (Widarjono,2013). Untuk menganalisis harapan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah(HPP) dalam menjaga stabilitas harga beras diukur dengan uji Cusum. Pengukuran stabilitas harga dalam penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode terakhir penelitian, yaitu tahun 2013.


(59)

41

3. Pengujian Kriteria Statistik: a. Uji Parsial (Uji-t)

Uji parsial merupakan uji yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) dengan menganggap variabel lainnya tetap (ceteris paribus). Uji t statistik dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t-statistik dengan t-tabel. Dimana t-statistik diperoleh dari hasil estimasi dari eviews. Dan t-tabel di dapat dari tabel t dengan

menggunakan df (degree of freedom) serta tingkat keyakinan 95%.(Gujarati,2013) Pernyataan hipotesis:

1. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel HPP terhadap permintaan beras.

Ha : βi< 0 variabel HPP berpengaruh negatif terhadap permintaan beras

2. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga eceran beras

terhadap permintaan beras.

Ha : βi< 0 variabel harga beras berpengaruh negatif terhadap permintaanberas

3. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga eceran jagung

terhadap permintaan beras.

Ha : βi> 0 variabel harga eceran jagung berpengaruh positif terhadap permintaan

beras

4. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel jumlah penduduk terhadap

permintaan beras.

Ha : βi> 0 variabel jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras

5. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel pendapatan perkapita

terhadap permintaan beras.


(60)

42

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika t-hitung positif dimana t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha, sedangkan apabila t-hitung < t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha.

b. Jika t-hitung negatif dimana t-hitung > t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha, sedangkan apabila t-hitung < t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha.

b. Uji Keseluruhan (Uji-F)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan indikator koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan uji-f pada tingkat kepercayaan 95 persen dan derajat kebebasan df1 = k-1 dan df2 = n-k. Rumusan Hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:

1. Ho : βi= 0 Tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama semua variabel

independen terhadap variabel dependen.

2. Ha: βi≠ 0 Terdapat pengaruh secara bersama-sama semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan kesimpulan sebagai berikut: F statistik<F tabel : Ho diterima dan Haditolak F statistik > F tabel : Ho ditolak dan Haditerima

Jika Ho diterima, berarti peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat. Sebaliknya jika Ho ditolak berarti peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah terikat


(61)

43

c. Penafsiran Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. R2menunjukan besarnya proporsi atau persentase variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen secara simultan. Besarnya R2antara 0 dan 1 (0 <R2< 1). Hal ini menunjukan bahwa semakin mendekati 1 nilai R2 berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dengan kata lain, semakin mendekati 1 maka variasi dependen hampir seluruhnya dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel independen.

D. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 maret 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Keresidenan Lampung yang bergabung dengan Sumatera Selatan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964. Kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung

ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi kotamadya Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 juni 1983. Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 15 (lima belas) kabupaten/kota, yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah kecamatan dengan Perincian sebagai berikut :

1. Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa, luas wilayahnya 4.950,40 km2terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.


(62)

44

2. Kabupaten Tanggamus dengan Ibukota Kota Agung, luas wilayah 3.356,61 km2 terdiri dari 28 (dua Puluh delapan) kecamatan.

3. Kabupaten Lampung Selatan dengan Ibukota Kalianda, luas wilayah 2.007,01 km2terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.

4. Kabupaten Lampung Timur dengan Ibukota Sukadana, luas wilayah 4.337,89 km2terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan.

5. Kabupaten Lampung Tengah dengan Ibukota Gunung Sugih, luas wilayah 4.789,82 km2 terdiri dari 28 (dua puluh delapan) kecamatan.

6. Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kotabumi, luas wilayah 2.725,63 km2terdiri dari 23 (dua puluh tiga) kecamatan.

7. Kabupaten Way Kanan dengan Ibukota Blambangan Umpu, luas wilayah 3.921,63 km2terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan.

8. Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota Menggala, Luas wilayah 4.385,84 km2terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan.

9. Kabupaten Pesawaran dengan Ibukota Gedong Tataan, luas wilayah 1.1173,77 km2terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

10. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan.

11. Kota Metro dengan luas wilayah 61,79 km2terdiri dari 5 (lima) kecamatan. (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung,2013)


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan harga pembelian pemerintah, harga eceran beras berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap permintaan beras, sementara jumlah penduduk, pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013.

2. Kebijakan pemerintah berupa harga pembelian pemerintah efektif menjaga stabilitas harga eceran beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung selama periode Januari - Desember 2013.

B. Saran

1. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) perlu terus dilanjutkan karena terbukti dapat menstabilkan harga beras.

2. Saat pelaksanaan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) khususnya pada saat operasi pasar, perlu pendistribusian beras dengan merata, agar stabilitas harga merata.


(64)

✂0

3. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah juga perlu dukungan dari kebijakan perberasan lainnya, seperti kebijakan subsidi pupuk dan subsidi bibit padi unggulan yang juga dapat membantu meningkatkan pendapatan petani.


(65)

60

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013.Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung Badan Pusat Statistik. 2010.Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung Gujarati,Damodar. 2013. Ekonometrika Dasar.Jakarta, Erlangga.

Instruksi Presiden Nomor: 8 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan. Instruksi Presiden Nomor: 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Instruksi Presiden Nomor: 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan

Gabah/Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah.

Jamal Erizal, Khirina Noekman, dkk. 2006.Analisis Kebijakan Penentu Harga Pembelian Gabah, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Kusumaningrum Ria, Harianto, Bonar M Sinaga.Dampak Kebijakan Harga

Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. Forum Pascasarjana Vol. 33 No.4 oktober 2010: 229-238 (Jurnal).

Mangkoesoebroto, Guritno. 1998.Ekonomi Publik.Yogyakarta, PBFE.

Maulana, Mohamad. 2012.Prospek Implementasi Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Multikualitas Gabah dan Beras di Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Moehar daniel, M.S. 2004.Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta, PT Bumi Aksara.

Nurmala, Tati, Suyono, Aisyah, dkk. 2012.Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Nuryati Sri. 2005.Analisis Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Projogo,Hadi.2011.Dampak Kebijakan Harga Dasar Pada Harga Produsen, Harga Konsumen dan Luas Tanaman Padi, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.


(66)

61

Rachman,Benny.2010.Harga pembelian pemerintah(HPP) gabah-beras tahun 2010:efektivitas dan implikasinya terhadap jualitas dan pengadaan oleh bulog,pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

Rosadi,Dedi.2012.Ekonometrika dan Analisis Runtut Waktu Terapan dengan Eviews. Yogyakarta, CV Andi

Sukirno Sadono. 2006.Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Setiawan dan Dwi Endahkursrini. 2010.Ekonometrika. Jakarta, CV Andi. Sjahrir.1991.Analisis dan Metodologi Ekonomi Indonesia.Jakarta,Gramedia Unila.2012.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung,Penerbit

Universitas Lampung, Bandar Lampung

Widarjono Agus. 2013.Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta, UPP STIM YKPN


(1)

43

c. Penafsiran Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. R2menunjukan besarnya proporsi atau persentase variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen secara simultan. Besarnya R2antara 0 dan 1 (0 <R2< 1). Hal ini menunjukan bahwa semakin mendekati 1 nilai R2 berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dengan kata lain, semakin mendekati 1 maka variasi dependen hampir seluruhnya dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel independen.

D. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 maret 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Keresidenan Lampung yang bergabung dengan Sumatera Selatan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964. Kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung

ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung. Selanjutnya kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi kotamadya Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 juni 1983. Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 15 (lima belas) kabupaten/kota, yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah kecamatan dengan Perincian sebagai berikut :

1. Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa, luas wilayahnya 4.950,40 km2terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.


(2)

km2terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan.

4. Kabupaten Lampung Timur dengan Ibukota Sukadana, luas wilayah 4.337,89 km2terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan.

5. Kabupaten Lampung Tengah dengan Ibukota Gunung Sugih, luas wilayah 4.789,82 km2 terdiri dari 28 (dua puluh delapan) kecamatan.

6. Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kotabumi, luas wilayah 2.725,63 km2terdiri dari 23 (dua puluh tiga) kecamatan.

7. Kabupaten Way Kanan dengan Ibukota Blambangan Umpu, luas wilayah 3.921,63 km2terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan.

8. Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota Menggala, Luas wilayah 4.385,84 km2terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan.

9. Kabupaten Pesawaran dengan Ibukota Gedong Tataan, luas wilayah 1.1173,77 km2terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan.

10. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan.

11. Kota Metro dengan luas wilayah 61,79 km2terdiri dari 5 (lima) kecamatan. (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung,2013)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan harga pembelian pemerintah, harga eceran beras berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap permintaan beras, sementara jumlah penduduk, pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013.

2. Kebijakan pemerintah berupa harga pembelian pemerintah efektif menjaga stabilitas harga eceran beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung selama periode Januari - Desember 2013.

B. Saran

1. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) perlu terus dilanjutkan karena terbukti dapat menstabilkan harga beras.

2. Saat pelaksanaan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) khususnya pada saat operasi pasar, perlu pendistribusian beras dengan merata, agar stabilitas harga merata.


(4)

(5)

60

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013.Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung

Badan Pusat Statistik. 2010.Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung

Gujarati,Damodar. 2013. Ekonometrika Dasar.Jakarta, Erlangga. Instruksi Presiden Nomor: 8 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan. Instruksi Presiden Nomor: 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Instruksi Presiden Nomor: 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan

Gabah/Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah.

Jamal Erizal, Khirina Noekman, dkk. 2006.Analisis Kebijakan Penentu Harga Pembelian Gabah, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Kusumaningrum Ria, Harianto, Bonar M Sinaga.Dampak Kebijakan Harga

Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. Forum Pascasarjana Vol. 33 No.4 oktober 2010: 229-238 (Jurnal).

Mangkoesoebroto, Guritno. 1998.Ekonomi Publik.Yogyakarta, PBFE.

Maulana, Mohamad. 2012.Prospek Implementasi Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Multikualitas Gabah dan Beras di Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Moehar daniel, M.S. 2004.Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta, PT Bumi Aksara.

Nurmala, Tati, Suyono, Aisyah, dkk. 2012.Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Nuryati Sri. 2005.Analisis Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Projogo,Hadi.2011.Dampak Kebijakan Harga Dasar Pada Harga Produsen, Harga Konsumen dan Luas Tanaman Padi, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.


(6)

Eviews. Yogyakarta, CV Andi

Sukirno Sadono. 2006.Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Setiawan dan Dwi Endahkursrini. 2010.Ekonometrika. Jakarta, CV Andi. Sjahrir.1991.Analisis dan Metodologi Ekonomi Indonesia.Jakarta,Gramedia Unila.2012.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung,Penerbit

Universitas Lampung, Bandar Lampung

Widarjono Agus. 2013.Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta, UPP STIM YKPN