Peranan IT rasio pada sepsis neonatorum

Sumber : Short MA. Adv Neonat Care 2004;5: 258-73

2.6. Peranan IT rasio pada sepsis neonatorum

IT rasio merupakan perbandingan antara neutrofil imatur dengan neutrofil total pada sediaan hapus darah tepi. Neutrofil imatur berupa metamyelocytes, myelocytes, promyelocytes dan myeloblast yang biasa dijumpai pada keadaan sepsis, sehingga menyebabkan peningkatan rasio neutrofil immatur dengan neutrofil total. Pemeriksaan IT rasio yaitu dengan menghitung semua bentuk neutrofil immatur pada sediaan hapusan darah tepi dibagikan dengan jumlah total neutrofil baik immatur maupun matur, rasio maksimum yang dapat diterima untuk menyingkirkan diagnosis sepsis pada 24 jam pertama kehidupan 35,36 Universitas Sumatera Utara adalah 0.16. pada kebanyakan neonatus IT rasio turun menjadi 0,12 pada 60 jam pertama kehidupan. Philip dan Hewitz 1980 mendapatkan bahwa perbandingan batang dan total neutrofil lebih besar 0.2 mempunyai sensitivitas sebesar 90 dan spesifisitas 78. 9 14 Rodwell et al 1988 sensitivitas IT ratio 96 dengan spesifisitas 71, 37 Monroe dkk 1997 yang menggunakan kriteria IT ratio lebih besar dari 0.15 mendapatkan sensitivitas sebesar 89 dan spesifisitas sebesar 94. 15 Franz A.R.et al 1999 menggunakan IT ratio 0.2 memiliki sensitivitas 89 dan spesifisitas 82, 38 Ramaswamy 2006 menggunakan IT ratio 0.2 memiliki sensitivitas sebesar 93.75 dan spesifisitas 85.48. 13 perhitungan perbandingan imatur dan total neutrofil ini dapat dipakai sebagai diagnosis dini sepsis neonatorum dengan biaya murah dan cepat dibandingkan bila harus menunggu hasil kultur darah yang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak murah, sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas neonatus akibat sepsis. Sumsum tulang merupakan tempat penyimpanan terbesar neutrofil matur, yang mengandung sekitar 7 kali jumlah neutrofil dalam sirkulasi. Produksi neutrofil matur memerlukan waktu sekitar 14 hari pada keadaan normal, tetapi produksi dapat lebih cepat pada keadaan stres. 9 39 Peningkatan hitung neutrofil pada keadaan infeksi adalah karena pelepasan neutrofil dari sumsum tulang. Neutrofil bentuk batang dan neutrofil matur berfungsi penuh untuk fagositosis, kemotaksis dan membunuh bakteri. 40 Universitas Sumatera Utara Neutrofil merupakan sel pertahanan tubuh non spesifik yang pertama kali mengatasi adanya antigen dengan memfagosit antigen tersebut. 39 konsentrasi kemoatraktan lebih tinggi. Kemoatraktan yang mengarahkan gerak neutrofil antara lain adalah produk bakterial, formil-methionil-leucocil- protein F MLP, lektin, komplemen C5a, iikalikrein dan faktor Hageman . Setelah berada di lokasi di mana bakteri tersebut berada, akan terjadi perlekatan antara bakteri dengan neutrofil. Perlekatan tersebut dipermudah oleh proses opsonisasi, sehingga opsonin yang mengikat bakteri mudah melekat pada reseptornya di membran neutrofil. Secara in vivo, proses fagositosis diawali dengan migrasi neutrofil. Neutrofil menuju jaringan terinfeksi dengan cara merangkak dan diarahkan oleh suatu kemotaktik faktor kemoatraktan sehingga neutrofil akan bergerak ke arah 38 Setelah melekat, neutrofil akan membentuk pseudopodia yang dijulurkan di sekitar bakteri, mengelilingi bakteri dan berfusi membentuk vesikel vakuola fagosom. Membran yang menyelimuti bakteri, sedikit-demi sedikit menjauh dari permukaan membran dan fagosom dimasukkan ke dalam sel. Bakteri yang berada dalam fagosom selanjutnya dibunuh oleh mekanisme bakterisidal. Infeksi akan menyebabkan pelepasan neutrofil dalam sirkulasi, mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dalam waktu cepat. Cadangan neutrofil neonatus dalam sumsum tulang lebih kecil dibandingkan dewasa sehingga pada keadaan sepsis akan cepat habis. Penurunan jumlah maupun penurunan fungsi neutrofil akan menyebabkan keadaan imuno compromised 34-36 Universitas Sumatera Utara sehingga neonatus rentan terhadap infeksi. Cadangan neutrofil dalam sumsum tulang terdiri dari metamielosit, batang, dan segmen. Pada orang dewasa cadangan tersebut 14 kali lebih banyak dibandingkan neutrofil di dalam sirkulasi darah, namun pada neonatus cadangan tersebut hanya 2 kali jumlah neutrofil dalam sirkulasi. Akibatnya bila terjadi infeksi bakteri dan sel stem pada neonatus tidak mampu meningkatkan proliferasi guna memenuhi kebutuhan neutrofil. Pada keadaan sepsis jumlah leukosit juga dapat meningkat sampai puluhan ribu. Peningkatan cepat ini dipacu oleh adanya infeksi yang menyebabkan pelepasan leukosit khususnya neutrofil dari sumsum tulang dan juga oleh karena kontrol granulosit coloni stimulating factor GCSF yang dikeluarkan oleh limfosit dan monosit pada saat terjadi infeksi. 8,9 Sistem granulopoetik pada bayi baru lahir masih belum berkembang dengan baik. Neutropenia yang ditemukan pada sepsis neonatorum terjadi karena defisiensi Granulocyte-macrophage colony stimulating factor GM- CSF. GM-CSF merupakan regulator fisiologis terhadap produksi dan fungsi neutrofil. Fungsinya adalah untuk menstimulasi proliferasi prekursor neutrofil dan meningkatkan aktivitas kemotaksis, fagositosis, memproduksi superoksida dan bakterisida. 9 Pada penelitian yang dilakukan Monroe dkk 1997 neutropeni ditemukan pada 77 kasus yang terbukti adanya infeksi bakteri. Di samping 34 Universitas Sumatera Utara itu peningkatan jumlah neutrofil muda banding neutrofil total berperan sebagai prediktor sepsis pada neonatus. Di samping perubahan dalam jumlah, terjadi juga perubahan bentuk dari sel neutrofil yaitu adanya peningkatan granuler toksik atau hipergranulasi, dan vakuolisasi. 15 Vakuolisasi pada sitoplasma neutrofil merupakan bentuk abnormal yang berhubungan secara signifikan dengan bakteriemia. Dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda perubahan neutrofil yang dapat membantu menegakkan diagnosis sepsis adalah peningkatan jumlah batang atau rasio batang dengan total neutrofil, adanya toksik granuler, vakuolisasi. 9 Penelitian terhadap neutrofil pada penderita bakteriemi yang dilakukan oleh Zipusky dkk 1997 mendapatkan bahwa hipergranulasi , dohl bodies dan vakuolisasi masing-masing didapatkan pada 75, 29, dan 24 pada pasien dengan bakteriemi. 40 Sepsis dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sistem hematologi yaitu terdapatnya perubahan baik morfologi maupun jumlah dari eritrosit, leukosit maupun trombosit. Pada keadaan infeksi dapat terjadi perubahan jumlah seperti peningkatan jumlah atau justru penurunan jumlah leukosit. Penurunan jumlah leukosit khususnya PMN ini disebakan karenapeningkatan destruksi PMN setelah fagositosis bakteri dan adanya agregasi PMN akibat pengaruh komplemen yang menyebabkan peredaran neutrofil dalam sirkulasi berkurang. 35 Universitas Sumatera Utara Sepsis juga menyebabkan terjadinya hemolisis eritrosit yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Sepsis dapat juga menyebabkan terjadinya trombositopeni akibat proses destruksi yang berlebihan dan akibat pemakaian trombosit berlebihan karena proses DIC serta penekanan pada sumsum tulang. Dari berbagai bakteri yang menyebkan sepsis, bakteri gram negatif seperti E. coli, proteus, klebsiella merupkan penyebab tersering terjadinya trombositopenia. 3,8

2.7. Diagnosis Sepsis neonatorum