indikator makro ekonomi Sumatera Utara dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku dan juga konstan:
Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Sumatera Utara 2004-2013
Indikator Tahun
PDRB ADHB atas dasar harga Berlaku Triliun Rp
PDRB ADHK atas dasar harga konstan 2000
Triliun Rp
2004 118.10
83.33 2005
139.62 87.90
2006 160.38
93.35 2007
181.82 99.79
2008 57.31
27.49 2009
236.35 111.56
2010 272.70
118.64 2011
314.16 126.45
2012 351.12
134.46 .2013
103.57 36.16
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
4.2. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara
Angka Inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas ekonomi selalu menjadi pusat perhatian. Inflasi dianggap dapat menggambarkan gejolak
ekonomi, dan selalu mengikuti perjalanan sebuah perekonomian negara yang berkembang dan dinamis. Inflasi bisa muncul jika suatu permintaan lebih tinggi
dibandingkan penawaran dan juga karena faktor lainnya. Umumnya inflasi terjadi karena adanya ketimpangan antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap
barang-barang yang ingin dikonsumsinya. Naik turunnya angka ini menggambarkan seberapa besar kemampuan daya beli masyarakat terhadap
barang-barang di pasaran.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2013, Sumatera Utara mengalami inflasi 9,56
yoy
, lebih tinggi daripada tahun 2012 yang hanya sebesar 3,86. Inflasi tahun 2007 tersebut lebih
tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 9,00. Secara kumulatif Januari - November 2013 inflasi Sumatera Utara
mencapai 10,16 persen, jauh lebih tinggi dari nasional 7,79.Sedangkan Inflasi kumulatif seluruh kota Indeks Harga Konsumen IHK di Sumut Medan 10,17,
Pematangsiantar 11,33,
Sibolga 9,26
dan Padang
Sidempuan 8,31.Terjadinya inflasi di Sumatera Utara pada 2013 dipengaruhi oleh adanya
kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti harga cabe merah yang naik sebesar 28,64, bahan bakar rumah tangga naik sebesar 4,30, tarif angkutan
udara naik sebesar 3,94, tarif listrik naik sebesar 3,63, batu batabatu tela naik sebesar 14,59, bahan pelumasoli naik sebesar 6,29 dan upah tukang bukan
mandor naik sebesar 2,72.Hingga secara keseluruhan pada tahun 2013, laju inflasi Sumatera Utara jauh lebih tinggi bila dibandingkan denga pertumbuhan
ekonominya.
Tabel 4.3 Perkembangan tingkat inflasi di Sumatera Utara
Tahun 2004 - 2013
No Tahun
Tingkat Inflasi yoy 1
2004 6,80
2 2005
22,41 3
2006 6,11
4 2007
6,60 5
2008 10,72
6 2009
2,61 7
2010 8,00
8 2011
3,67 9
2012 3,86
10 2013
9,59
Sumber: Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat perkembangan angka inflasi yang terjadi di Sumatera Utara dari tahun 2004 sampai tahun 2013 dimana inflasi yang
terjadi berfluktuasi setiap tahunnya. Dari analisis yang dilakukan oleh BI, untuk tahun 2013 dapat disampaikan
bahwa secara umum inflasi triwulan Provinsi di Sumatera Utara pada triwulan I- 2013 tercatat sebesar 2,54 qtq atau 5,82 yoy. Realisasi inflasi sumatera
utara triwulan I-2013, dibawah inflasi nasional sebesar 5,90 yoy. Laju inflasi pada triwulan I-2013, diatas proyeksi sebelumnya sebesar 4 - 5 yoy.
Realisasi inflasi Sumatera Utara pada periode ini menduduki peringkat ke-15 untuk provinsi yang memiliki level inflasi terendah setelah Aceh, Maluku,
Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, SumateraSelatan, Kalimantan Selatan,
Riau, Jakarta, dan Jawa Barat.
Grafik 4.4 Inflasi Provinsi yoy
Sumber : BPS, diolah
Universitas Sumatera Utara
Realisasi inflasi tersebut meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,88 qtq. Peningkatan inflasi dibandingkan
triwulan lalu terutama terjadi di kelompok Bahan Makanan 7,33, qtq; Pendidikan, Rekreasi Olahraga 2,06, qtq, serta Perumahan, Air, Listrik, Gas
Bahan Bakar 1,51, qtq. Dibandingkan triwulan sebelumnya, tingkat inflasi triwulanan keempat
kota yang dihitung inflasinya di Sumatera Utara, semuanya mengalami peningkatan laju inflasi. Tingkat inflasi triwulanan tertinggi tercatat terdapat di
kota Sibolga 3,71, qtq, sementara itu tingkat inflasi triwulanan terendah terdapat di kota Padangsidempuan 1,08, qtq.
Pada triwulan awal tahun 2013, inflasi inti mengalami kenaikan dari 4,06 yoy pada Desember 2012 menjadi 4,19 yoy pada Maret 2013. Inflasi
volatile foods meningkat tajam dari 1,89 yoy pada Desember 2012 menjadi 9,88 yoy pada Maret 2013. Sedangkan, inflasi administered prices mengalami
penurunan dari 5,77 yoy pada Desember 2012 menjadi 4,77 yoy pada Maret 2013. Kenaikan harga volatile foods ini dipicu oleh kenaikan harga cabai
merah akibat penurunan pasokan dari Kabupaten Karo serta bawang merah dan bawang putih akibat adanya pembatasan impor hortikultura yang diberlakukan
mulai Januari 2013 hingga Juni 2013.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Perkembangan Suku Bunga Deposito