Pengelompokan Inflasi Dampak Inflasi

bahan makanan tidak terus naik. Tetapi oleh karena faktor struktural tadi, harga bahan makanan akan terus naik, sehingga proses saling dorong mendorong atau proses “spiral” antara harga dan upah tersebut terus selalu mendapat “upah” baru dan tidak berhenti. Proses inflasi yang timbul karena dua keterangan tersebut dalam prakteknya jelas tidak berdiri sendiri. Umumnya kedua proses tersebut saling berkaitan dan sering kali memperkuat satu sama lain. Misalnya, tidak bisanya produksi bahan makanan dalam negeri untuk menekan inflasi. Sering pula ketidak elastisan ini disebabkan oleh ada pungli-pungli, sehingga harga bahan-bahan ekspor yang betul-betul diterima produsen rendah dan kurang cukup untuk menggairahkan produksi. Apakah pungli-pungli ini kita sebut faktor “struktural” atau bukan, itu masalah defenisi saja.

2.1.4. Pengelompokan Inflasi

Menurut Bank Indonesia BI 2013, Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dapat dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP, yaitu : 1. Kelompok Bahan Makanan 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3. Kelompok Perumahan 4. Kelompok Sandang 5. Kelompok Kesehatan 6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi. Universitas Sumatera Utara Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Di Indonesia, disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi: 1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten persistent component di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: • Interaksi permintaan-penawaran • Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang • Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen 2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari : • Inflasi Komponen Bergejolak Volatile Food, yaitu Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Universitas Sumatera Utara • Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah Administered Prices, yaitu Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks kejutan berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

2.1.5. Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung dari parah atau tidaknya tingkat inflasi itu sendiri. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali hiper inflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Murni Asfia 2006 : 206, mengatakan bahwa inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara. Hal- hal yang mungkin timbul antara lain sebagai berikut: 1. Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini akan sangat merugikan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan Universitas Sumatera Utara yang kurang mendorong produk nasional, seperti tindakan para spekulan yang ingin mencari keuntungan sesaat. 2. Pada saat kondisi harga tidak menentu inflasi para pemilik modal lebih cenderung menanamkan modalnya pada bentuk pembelian tanah, rumah dan bangunan. Pengalihan investasi seperti ini akan menyebabkan investasi produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun. 3. Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan dan mematikan pengusaha dalam negeri. Hal ini dikarenakan kenaikan harga menyebabkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk negara lain sehingga kegiatan ekspor turun dan impor meningkat. 4. Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca pembayaran. Karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebakan ketidak seimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan keluar negeri, sehingga kondisi neraca pembayaran akan memburuk. Murni Asfia 2006 : 207, lebih lanjut menjabarkan bahwa selain yang telah disebutkan diatas dampak buruk dari inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat kesejahteraan masyarakat, yakni sebagai berikut: 1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima masyarakat, dan ini sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Pada saat inflasi, kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang yang diperlukan dan dijual dipasar. 2. Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang. Seperti tabungan masyarakat di bank nilai riilnya akan menurun. Universitas Sumatera Utara 3. Inflasi akan memperburuk pembagian kekayaan, karena bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan dalam bentuk uang bisa- bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat yang menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah dan rumah akan terjadi peningkatan kekayaan, baik secara riil mapun secara nominal. Demikian pula bagi perdagangan, pendapatan riil mereka akan dapat bertahan dan mungkin meningkat pada saat terjadi inflasi. Meskipun inflasi banyak dampak buruknya, tetapi setiap kebijakan anti inflasi bukan berarti bertujuan untuk menghilangkan inflasi sampai nol persen. Apabila laju inflasi nol persen ini juga tidak memacu terjadinya pertumbuhan ekonomi, tetapi akan menimbulkan stagnasi. Kebijakan akan sangat berarti bagi kegiatan ekonomi, apabila bisa menjaga laju inflasi berada di tingkat yang sangat rendah. Boediono 2001 : 155, Idealnya laju inflasi agar bisa meningkatkan kegiatan ekonomi adalah sekitar dibawah 5. Inflasi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi adalah inflasi yang laju inflasinya relatif tetap dan bila ada perubahan akan dapat diprediksi. Inflasi seperti ini disebut inflasi inersial inertial inflastion. Laju inflasi yang dapat diperkirakan seperti inflasi inersial dapat digunakan untuk mengadakan kontrak jangka panjang dalam kegiatan perekonomian. Misalnya dalam transaksi yang memerlukan tenggang waktu yang cukup lama pembelian barang-barang secara kredit untuk jangka panjang. Laju inflasi inersial tidak akan bisa bertahan secara terus menerus, tetapi mempunyai kecenderungan bertahan dalam jangka waktu lama, sampai tiba Universitas Sumatera Utara waktunya untuk berubah secara drastis. Hal ini dikarenakan munculnya inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor, ada faktor ekonomi dan ada faktor di luar ekonomi. Sementara, Muana Nanga dalam bukunya “Ekonomi Makro” 2005 : 247, menjabarkan bahwa inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak atau akibat sebagai berikut: Pertama, inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang disebut dengan “efek redistribusi dari inflasi” redistribution effect of inflation. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lain jatuh. Namun parah atau tidaknya dampak inflasi terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada apakah inflasi tersebut dapat diantisipasi anticipated ataukah tidak dapat diantisipasi sebelumnya unanticipated. Inflasi yang tidak dapat diantisipasi sudah tentu akan mempunyai dampak atau akibat yang jauh lebih serius terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan dengan inflasi yang dapat diantisipasi. Kedua, inflasi yang menyebabkan penurunan dalam efesiensi ekonomi economic efficiency. Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif productive investment ke investasi yang tidak produktif unproductive investment sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Ini disebut “efficiency of inflation”. Universitas Sumatera Utara Ketiga, inflasi juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output dan kesempatan kerja employment, dengan cara yang lebih langsung yaitu dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut “output and employment effect of inflation”. Keempat, inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil unstable environment bagi keputusan ekonomi. Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi di masa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank, atau lembaga pinjaman lenders lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa tingkat inflasi akan naik dimasa mendatang, maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan losses of real income and wealth Bradley, 1985 : 95. Dalam kaitannya dengan dampak atau akibat iflasi ini, McKinnon 1973 mengemukakan bahwa inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil, menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan di pasar modal. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi menurun, dan sebagai akibatnya, investasi sektor swasta tertekan sampai kebawah tingkat keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkanloanable Universitas Sumatera Utara funds. Oleh karena itu, selama inflasi menurun kearah tingkat unga riil yang rendah dan ketidak seimbangan pasar modal, maka inflasi tersebut akan menurunkan investasi dan pertumbuhan. Apa yang dikemukakan oleh Mc Kinnon ini sesunggunya merupakan tanggapan terhadap pendapat Robert Mundekk seorang ekonom terkenal dari Universitas Columbia dan peraih nobel ekonomi, yang mengatakan bahwa inflasi itu memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.1.6. Ekspektasi Inflasi