proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi
dan usia lanjut. Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri dengan jumlah yang
banyak.Kavitas dapat meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia paru baru. Bila isi kavitas ini masuk dalam peredaran darah
arteri, maka akan terjadi TB milier Amin, Z. dan Bahar, A., 2004.
2.9. Gejala dan tanda awal TB paru
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam- macam atau malah banyak pederita TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan-keluhan simptomatik terbanyak adalah:
a. Demam. Biasanya serupa demam influenza iaitu subfibril. Tetapi kadang-
kadang suhu badan mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringanya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. BatukBatuk darah.Iritasi pada bronkus menyebabkan batuk dan ini adalah
gejala yang banyak terjadi pada penderita TB paru.Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.Sifat batuk pada TB paru
dimulai dengan batuk kering non-produktif kemudian produktif menghasilkan sputum karena timbul peradangan. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi ada ulkus dinding bronkus. c.
Sesak nafas. Pada tahap awal penyakit TB tidak dirasakn sesak nafas. Bila infiltrasi sudah meliputi setengah paru-paru ditemukan sesak nafas.
Universitas Sumatera Utara
d. Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan
nafasnya. e.
Malaise. Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala ini sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus karena berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur Amin, Z. dan Bahar, A., 2004.
2.10. Diagnosis TB paru
Menurut Amin, Z. dan Bahar, A. 2004 tuberkulosis cukup mudah dikenali mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala, kelainan fisis,
kelainan radioligis sampai dengan kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakterknya tidak selalu menegakkan diagnosisnya. Menurut American Thoracic
Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberculosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan
paru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan sediaan atau biakan sputum yang positif karena kelainan paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau
pasien tidak bias membatukkan sputumnya dengan baik. Kelainan baru jelas setelah penyakit berlanjut sekali.
Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas karena fasilitas laboratorium yang sangat terbatas untuk pemeriksaan biakan. Sebenarnya dengan
menemukan kuman BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis tuberculosis paru, karena kekerapan
Mycobacterium atypic di Indonesia sangat rendah. Sungguhpun begitu hanya 30- 70 saja dari seluruh kasus tuberkulosis paru yang dapat didiagnosis secara
bakteriologis. Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan
kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak sehingga member efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis tuberculosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status radiologis dan status
kemoterapi. Kriteria pasien tuberkulosis paru. a.
Pasien dengan sputum BTA positif : i.
pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pasa 2x pemeriksaan.
ii. satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai
dengan gambaran TB aktif iii.
satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif. b.
Pasien dengan sputum BTA negatif: i.
pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2x pemeriksaan tetapi gambaran
radiologis sesuai dengan TB aktif ii.
pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif Amin, Z. dan
Bahar, A., 2004. Diagnosis tuberkulosis pada orang Dewasa mengikut Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis adalah diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak
secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga
spesimen sewaktu, pagi dan sewaktuSPS BTA hasilnya positif.Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB paru BTA
positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB paru maka pemeriksaan
dahak SPS diulangi. Apabila fasilitas memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif
diberikan antibiotik spektrum luas selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun gejala klinis tetap mencurigakan TB paru ulangi pemeriksaan dahak SPS.
Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TB paru BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung
Universitas Sumatera Utara
diagnosis TB paru. Bila hasil rontgen mendukung TB paru didiagnosis sebagai penderita TB paru BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak di dukung
TB paru penderita tersebut bukan TB paru. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta 2002
2.11. Patogenesis TB paru pada penderita DM