diagnosis TB paru. Bila hasil rontgen mendukung TB paru didiagnosis sebagai penderita TB paru BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak di dukung
TB paru penderita tersebut bukan TB paru. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta 2002
2.11. Patogenesis TB paru pada penderita DM
Patogenesis diabetes mellitus sampai saat ini belum diketahui pasti namun faktor genetik dan lingkugan memegang peranan dalam proses terjadinya
diabetes mellitus. Disamping itu defisiensi sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan resistensi insulin di perifer merupakan dua keadaan yang ditemukan
bersamaan dengan diabetes mellitus. Proses mana yang terjadi terlebih dalu belum diketahui dengan pasti. Meningkatnya kepekaan primer diabetes mellitus terhadap
infeksi tuberkulosis paru disebabkan oleh berbagai faktor, pada umumnya efek hiperglikemia sangat berperan dalam hal mudahnya pasien diabetes mellitus
terkena tuberkulosis paru. Hal ini disebabkan karena hiperglikemia menganggu
fungsi netrofil, monosit, makrofag dan fagositosis. Nasution, E.J.S., 2007.
2.12. Hubungan TB paru dengan DM tipe 2
Umur penderita, lama dan keparahan menderita dan gizi dibawah normal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mudah timbul TB paru pada
perderita DM. Menurut gangguan pertahanan tubuh terhadap infeksi pada penderita DM terjadi akibat respon biologik dan berkaitan dengan kurangnya
penyediaan energi selular dengan manifestasi terhambatnya kemotaksis,
fagositosis dan mycobactriocidal dari lekosit PMN Nasution, E.J.S., 2007.
Menurut suatu penelitian oleh Lakshimi Kiran dan K.J.R Murthy umur yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita TB paru pada penderita DM
adalah lebih daripada 40 tahun. Kejadian TB paru pada penderita DM tipe 2 yang pembentukan kavitas dan smear sputum positif banyak terjadi di Asia. TB paru
yang lebih parah terjadi pada penderita DM tipe 2 berbanding penderita non- diabetes Kiran,L. and Murty,K.J.R.,1999.
Universitas Sumatera Utara
Amrit Guptan dan Asok Shah menyatakan bahwa insidensi terjadi TB paru pada perderita DM karena gangguan pada sistem pertahanan dan fungsi sel imun.
Fungsi makrofag di paru akan terganggu apabila terjadi hiperglikemia atau hanya peningkatan kadar gula darah yang sedikit. Berbagai gangguan fisiologis paru
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 melambatkan pertahanan dan mempercepatkan infeksi pada paru. Infeksi dengan basili tuberkel `menganggu
fungsi sitokinin, monosit-makrofag dan CD4 atau CD8. Keseimbangan antara limfosit T iaitu CD4 dan CD8 memainkan peranan yang sangat penting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi mycobacterium tuberculosis yang
menyebabkan TB paru aktif Guptan,A. and Shah,S., 2000. Menurut suatu penelitian, Harsinen Sanusi2006 menyatakan bahwa TB
sering ditemukan menyertai DM dan menyebabkan resistensi insulin pada penderita DM. Perjalanan penyakit TB paru pada pasien DM lebih berat dan
kronis dibanding non diabetes.Hal ini disebabkan oleh pada DM, resistensi terhadap kuman tuberkulosis meningkat, reaktifitas fokus infeksi lama,
mempunyai kecenderungan lebih banyak kavitas dan pada hapusan serta kultur sputum lebih banyak positif .Pada pemeriksaan radiologis biasanya lebih
cenderung infeksi terjadi pada lobus bawah paru-paru dan kadang-kadang lebih dari satu lobus serta tidak segmental.
Gambaran radiologis pada kasus TB paru pada penderita DM dikemukan oleh Sosman dan Steidl. Mereka mengatakan bahwa diabetik tuberkulosis
mempunyai beberapa ciri khas seperti bentuk kavitas, penyebaran luas lesi pada hilum mengarah peripher di lobus bawah. Observasi yang dilakukan oleh Marias
menyatakan bahwa 29 pasien dengan DM menderita TB pada paru lobus bawah berbanding pasien non-diabetes. Suatu penelitian yang dilakukan di Jepang pula
memberi informasi bahwa gambaran radiologis pada pasien diabetes dan immunocompromised mempunyai distribusi non segmental dan beberapa kavitas
yang kecil Guptan,A. and Shah,S., 2000. Menurut Jabbar, Hussain dan Khan2006
pada suatu Eastern Mediterranean Health Journal menyatakan bahwa penyebab kejadian TB paru
pada DM mempunyai banyak faktor. Makrofag di alveolus mempunyai fungsi
Universitas Sumatera Utara
penting dalam eliminasi mycobacterium tuberculosis yang terinfeksi dengan bantuan limfosit. Pada penderita DM yang menginfeksi tuberkulosis, makrofag
pada alveolus kurang aktif sehingga tidak boleh fagositosis mycobacterium tuberculosis merupakan faktor yang menyebabkan peningkatan infeksi TB
paru pada penderita DM. Dalam suatu penelitian pada 64 penderita TB paru dengan DM mempunyai sistem imun yang rendah. Ini karena limfosit T akan
menurun dan tidak mampu untuk membentuk blast-cell. Perubahan pada produksi sitokinin juga dapat diamati pada penelitian ini. Produksi
interferonINF gama oleh sel CD+4 akan menurun pada penderita TB paru tetapi secara umun kadar gula darah yang tidak dikontrol menyebabkan
produksi IFN-gama ini menurun dengan lebih banyak berbanding dengan penderita DM yang kontrol dengan baik. Produksi IFN-gama akan kembali
normal dalam 6 bulan pada penderita TB paru saja atau TB paru dengan DM yang terkontrol tetapi pada penderita TB paru dengan DM yang tidak
terkontrol akan tetap rendah. Selain itu, perubahan pada vaskularasi pulmonal dan tekanan oksigen
pada alveolus juga salah satu penyebab terjadi TB paru pada penderita DM. Gejala klinis pada TB paru tetap sama walaupun pasien menderita DM.
Demam dengan batuk dan terbentuk sputum merupakan gejala klinis yang penting dan tetap ada pada pasien TB paru dengan DM.Pada suatu penelitian
case control yang dilakukan di New york terjadi resiko relatif untuk resistensi multi-drug tuberkulsosis pada kelompok dengan DM sebanyak 8,6 confidence
interval, 3.1 hingga 23.6 berbanding pada kelompok kontrol Jabbar,A., Hussain,S.F., dan Khan,A.A.
Umunnya DM menyebabkan disfungsi dan supresi sistem imun. Secara lebih spesifik, DM mensupresi sel mediated imunitas dan mengurangkan
kadar leukosit serta polymorph nuclear leukosit PMLN yang memproduksi sitokinin yang berfungsi dalam fagositosis. Ini juga menyebabkan penurunan
kadar respons sitokinin T-helper pada penderita DM. Faktor-faktor ini yang menyebabkan peningkatan kejadian TB paru pada penderita DM. Sitokinesis
T-helper 1 akan mengkontrol dan mengahambat infeksi mycobacterium , 2006.
Universitas Sumatera Utara
tuberculosis. Misalnya, interferon gama IFN-gama sangat penting semasa bergabung dengan mycobacterium tuberculosis dan kedua-dua IFN-gama dan
faktor nekrosis tumor alpha TNF-alpha akan mengaktivasi makrofag. Makrofag ini akan akan melepaskan reactive oxygen species ROS dan radikal
bebas seperti nitrat oxide yang sangat essential dalam kontrol infeksi termasuk TB. Fungsi makrofag akan dihambat pada penderita DM karena produksi ROS
dan gangguan fungsi fagositosis dan kemotaksis. Proses imun ini sangat penting dalam kontrol infeksi TB. Gangguan pada semua proses ini memberi
jalan yang baik untuk peningkatan infeksi TB paru pada penderita DM Young, F., Critchley, J. dan Unwin, N., Juli 2009.
Penelitian yang dilakukan oleh Spomenka Ljubic dan Ayyasamy Balachandran menyatakan faktor resiko terjadi TB paru pada penderita DM
lebih tinggi berbanding penderita non diabetes. Faktor-faktor penyebab TB paru pada penderita DM adalah hiperglikemia pada penderita DM merupakan
suatu keadaan yang sangat baik untuk pertumbuhan Mycobacterium Tuberculosis dan gangguan elektrolit dan asidosis pada jaringan tubuh
menyebabkan terjadi infeksi dengan cepat. Selain itu, hiperglikemia juga menganggu fungsi neutrofil dan makrofag termasuk kemotaksis, perlekatan,
fagositosis dan mikroorganisma yang terbunuh dalam intersellular serta kurang resistensi pada jaringan paru yang disebabkan oleh kerusakan vaskular Ljubic,
S. et al, 2005. Suatu teori yang belum dibukti adalah produksi interleukin-1ß dan faktor
nekrosis tumor menurun penderita DM dan ini menyebabkan resiko terjadi tuberkulosis paru lebih tinggi. Diabetik autonomic neuropati menyebakan
gangguan pada saluran nafas yang disebabkan oleh perubahan pada jalur vagal.Ini menyebakan penurunan pada reaktivitas bronkus dan dilatasi bronkus Kant,L.,
2003 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan teoritas yang telah dikemukan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar dibawah ini :
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah pasien yang dinyatakan dengan
kadar gula darah sewaktu adalah ≥ 200mgdl pada plasma vena dan darah
kapiler serta kadar gula puasa adalah ≥126mgdl pada plasma vena dan
≥110mgdl pada darah kapiler. 3.2.2. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang mempunyai gejala klinis batuk
berdahak 3 miggu atau lebih dengan atau tidak ada gejala tambahan seperti
batuk darah dengan gambaran radiologis positif atau biakkan positif.
Penderita Diabetes Mellitus tipe 2
• Usia
• Jenis kelamin
• Lama waktu
menderita DM tipe 2 BTA positif
BTA negatif Biakan positif
Menderita Tuberkulosis Paru
BTA negatif Radiologis
positif
Universitas Sumatera Utara