Zaman Kesultanan Deli penjajahan Belanda. Zaman sekarang

ruang kota Medan yang semberawut, seperti yang ada sekarang ini dikawasan kota lama yang dianggap sudah matang, dimana didaerah tersebut banyak bangunan – bangunan bersejarah yang merupakan salah satu bangunan yang telah dirancang oleh Bangsa Belanda, dengan maksud bahwa kota Medan tersebut memiliki makna kultural yang berbeda dengan kota yang lainnya, kini telah hilang dan hanya tinggal puing – puing kenangan saja, dan kini bangunan tersebut berubah menjadi suatu kawasan komersial yang dikorbankan demi kepentingan ekonomi dan dunia bisnis. Perubahan Tata Ruang Kota Medan disebabkan oleh manusianya juga. Seiring berjalannya waktu, dinamika kehidupan manusia yang tinggal di kota Medan ikut berperan serta dalam menciptakan arus perubahan tata ruang kota Meda. Karena proses perubahan tersebut dilalui oleh dua 2 fase, yaitu:

1. Zaman Kesultanan Deli penjajahan Belanda.

Melihat Medan tempo dulu, kita harus melihat cerita awal Kesultanan Deli dan tentu saja Kota Medan itu sendiri. Berdirinya Kesultanan Deli ini juga salah satu cikal berdirinya Kota Medan. Nama Deli sesungguhnya muncul dalam “Daghregis ter” VOC di Malaka sejak April 1641, yang dituliskan sebagai Dilley, Dilly, Delli, atau Delhi. Mengingat asal Gocah Pahlawan dari India, ada kemungkinan nama Deli itu berasal dari Delhi, nama kota di India. Dimana pada fase ini, tata ruang kota Medan tertata dengan rapi dan teratur. Belum lagi Kota Medan ini disimbolkan dengan kota Medan yang bernuansa Melayu. Dan pada saat penjajahan Belanda memasuki daerah kota Medan, kota ini dirancang langsung oleh arsitektur Belanda, yang menyerupai dengan pusat kota yang ada di Belanda. Ruang-ruang kota tertata dengan rapi sesuai dengan konsepnya. Misalnya daerah untuk perdangan, di bedakan dengan daerah untuk perkantoran pemerintahan, dan dibedakan juga dengan Universitas Sumatera Utara daerah untuk pendidikan. Sehingga dengan hal tersebut masyarakat kota Medan dalam menjalani kehidupannya berlangsung dengan rapi dan teratur. Menurut bahasa Melayu, Medan berarti tempat berkumpul, karena sejak zaman kuno di situ sudah merupakan tempat bertemunya masyarakat dari hamparan Perak, Sukapiring, dan lainnya untuk berdagang, berjudi, dan sebagainya. Desa Medan dikelilingi berbagai desa lain seperti Kesawan. Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente Kota Administratif, tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda.

2. Zaman sekarang

Tata ruang kota Medan sekarang sudah berubah yang menjadi tata ruang kota yang semberawut. Kota Medan tidak lagi menunjukkan kota yang memiliki idenditasnya sendiri, hal ini semakin lama semakin terasa dengan adanya perubahan terhadap tata ruang kota Medan, seiring mengikuti dengan perkembangannya juga. Diambil contoh pada kawasan kota lama, yang sesuai dengan daerah penelitian saya, semakin lama daerah kota lama ini semakin mengalami kesemberawutan pada tata ruangnya, contohnya : Lapangan merdeka yang dahulu dikatakan sebagai daerah pusat kota di kota Medan, yang merupakan suatu daerah yang banyak meninggalkan nilai-nilai budaya pada masa penjajahan Belanda, kini menjadi suatu daerah kota Medan yang bernuansa food court ala Singapore. Tetapi apa yang terjadi, semuanya berubah karena adanya unsur ekonomi yang politik. Dan dapat juga dilihat, bahwa terjadinya Universitas Sumatera Utara perubahan tersebut dimayoritaskan pada masyarakat yang beretnis Tionghoa. Banyak masyarakat yang tidak semuanya dapat menikmati adanya perubahan yang terjadi di kota Medan. Akhirnya demi menutupi rasa ketidakmampuan mayarakat terutama pada masyarakat golongan bawah terhadap perubahan kota Medan. Sehingga mereka juga membuka lahan mereka sendiri dengan adanya pemukiman-pemukiman kumuh di daerah pinggiran. Ini terjadi pada daerah pemukiman kumuh dikampung Madras samping sungai Deli Kampung Keling, dimana semua masyarakat golongan menengah kebawah membuka lahan mereka sendiri dari berbagai suku-suku masyarakat yang ada di dalamnya. Masalah yang paling menonjol ialah perubahan tata ruang kota Medan yang terjadi sekarang ini disebabkan dan dilakukan oleh manusia dengan adanya sifat dan budaya ingin menguasai dan akhirnya dampak ini juga mempengaruhi terhadap manusianya juga. Sehingga banyak masyarakat yang dapat menerima apa yang terjadi terhadap perubahan tata ruang kota Medan sekarang. Dan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini, yang semakin lama semakin terasa adanya perubahan terhadap tata ruang kota Medan, seiring mengikuti dengan perkembangan zaman juga. Keterbatasan akan sumber daya dan banyaknya kepentingan yang harus ditampung serta diwujudkan dalam pemanfaatan kawasan kota lamabersejarah sebagai ruang publik merupakan dasar dari timbulnya permasalahan – permasalahan tersebut. Universitas Sumatera Utara

1.2 TINJAUAN PUSTAKA