EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA DI SMA.

(1)

EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN ADVERSITY QUOTIENTTERHADAP KEMAMPUANPEMECAHAN

MASALAH FISIKA SISWA DI SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

RIKA YULIA FITRI NIM: 8146176014

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

i ABSTRAK

Rika Yulia Fitri. “Efek Model Problem Based Learningdan Adversity QuotientTerhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa di SMA”. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk : menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model problem based learning lebih baik daripada pembelajaran konvensional, menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki adversity quotient di atas rata-rata lebih baik daripada siswa yang memiliki adversity quotient di bawah rata-rata, menganalisisapakah ada interaksi antara model problem based learning dengan adversity quotient siswaterhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Takengon semester II tahun ajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster random sampling, yaitu sebanyak 2 kelas berjumlah 68 orang. Kelas X-1 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based learningterdiri atas 34 orang siswa, kelas X-2 sebagai kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional terdiri atas 34 orang siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan tes essay kemampuan pemecahan masalah terdiri dari 5 soal dan tes adversity quotient dalam bentuk angketterdiri dari 20 kasus serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa: kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based learning lebih baik daripada pembelajaran konvensional, kemampuan pemecahan masalah siswa yang memilikiadversity quotient di atas rata-rata lebih baik dibandingkan siswa yang memilikiadversity quotient di bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran konvensional dengan adversity quotient dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

Kata Kunci :Model Problem Based Learning, Pembelajaran Konvensional, Adversity Quotient, Kemampuan Pemecahan Masalah.


(3)

ii ABSTRACT

Rika Yulia Fitri.“The Effect of Problem-Based Learning Model and Adversity Quotient on Students’ Problem Solving Ability of Physics in SMA”. Postgraduate Schoolof the State University of Medan, 2016.

The aim of this study were : to analyze if the result of students’ problem solving ability with using problem-based learning model better than conventional learning, to analyze if the results of problem solving ability of students who have high average of adversity quotient better than students who have low average of adversity quotient, to find out interaction between problem-based learning model mapping and adversity quotientof physics students' problem solving ability.This research is a quasi-experimental design with two group pretest-posttest design. Theresearchpopulation is all students of class X SMA Negeri 1 Takengon in second semester of the 2015/2016 academic year. The sampling define by random cluster sampling with two classes consist of 68 students. X-1class as experimental classusingproblem-based learning model consists of 34 students, X-2classas control class using conventional learning consiste of 34 students. This research instrument used essay tests of problem solving ability consists of 5 questions and tests of adversity quotient in the form of an questionnaire consists of 20 questions and has been valid and reliable. esult of the data analyzed by using two ways ANAVA.The results showed that: the problem solving ability of students using problem-based learning model better than conventional learning, The problem solving ability of students who have high averageof adversity quotient better than students who have the low average of adversity quotient, and there was interaction between the problem-based learning model and conventional learning with adversity quotient to improvephysicsstudents' problem-solving ability.

Keywords: Problem- ased Learning Model, onventional Learning, Adversity uotient,Problem Solving Ability.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Problem Based Learningdan Adversity QuotientTerhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa di SMA”dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul,penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

2. Ibu Dr. Derlina, M.Si.,selaku Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis.

3. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber I, Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si., selaku narasumber II, Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si., selaku narasumber III yang telah memberikan masukan guna kesempurnaan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Pps Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

5. Ibu Srie Hidanah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMANegeri 1 Takengon, guru dan staff yang telah memberikan izin dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa untuk keluargatercinta dengan penuhhormat penulis menyampaikan terimakasih tidak terhingga pada kedua orangtuaku tersayang


(5)

iv

Ibunda Nurmaliah, S.Pd., Ayahanda Drs. Kamal Syahdan Adikku sayang Raudhah Sari, S.ked., yang telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini.

. Teman-teman seperjuangan semasa perkuliahan Pps Pendidikan Fisika Dik B kak Mutiah, Rizki Noveri, Dara, kak Jamila, Sartika,Lilys, kak Sari, Tetty, kak Unita, dan lainnya yang tidak dapat tersebutkan satu persatu. Teman-teman Laskar 0 , Teman-Teman-teman Liqo, dan Teman-teman-Teman-teman CIDIS Sumatera, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Medan, Agustus2016

Penulis

Rika Yulia Fitri


(6)

v DAFTAR ISI

Hal

Abstrak i

Abstract ii

Kata Pengantar iii

Daftarisi v

DaftarTabel viii

DaftarGambar ix

DaftarLampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang 1

1.2. IdentifikasiMasalah 6

1.3. BatasanMasalah 6

1.4. RumusanMasalah 6

1.5. TujuanPenelitian 7

1.6. ManfaatPenelitian 7

1.7. DefenisiOperasional 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis... 10

2.1.1. Model Problem Based Learning... 10

2.1.1.1. Pengetian Problem Based Learning... 10

2.1.1.2. Karakteristik ProblemBased Learning... 14

2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah... 15

2.1.1.4. Teori Pembelajaran yang Mendukung... 16

2.1.1.5. Sintaks Problem Based Learning... 20

2.1.1.6. Sistem Sosial... 25

2.1.2. Pembelajaran Konvensional... 29

2.1.3. Adversity Quotient... 30

2.1.4. Keterampilan Pemecahan Masalah... 38

2.1.5. Penelitian Yang Relevan... 43

2.2. Kerangka Konseptual... 47

2.2.1. Hasil Keterampilan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan model PBL lebih baik daripada Pembelajaran konvensiona... 47

2.2.2. Pemecahan Masalah Fisika untuk Adversity Quotient Tinggi Lebih Baik daripada Adversity Quotient Rendah... 50

2.2.3. Ada Interaksi Model Problem Based Learning dan pembelajaran konvensional dengan Adversity Quotient dalam Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa... 54


(7)

vi BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempatdan aktuPenelitian 57

3.2 PopulasidanSampelPenelitia 57

3.2.1 PopulasiPenelitian 57

3.2.2 SampelPenelitian 57

3.3 ariabelPenelitian 57

3.4 JenisdanDesainPenelitian 58

3.4.1 JenisPenelitian 58

3.4.2 DesainPenelitian 58

3.5. ProsedurdanPelaksanaanPenelitian 60

3.6. TeknikPengumpulan Data... 61

3.7. InstrumenPenelitian 62

3.7.1. Tes Adversity Quotient 62

3.7.2. TesKemampuanPemecahanMasalahFisika 63

3.8. aliditas Tes... 66 3.8.1. Pengujian aliditasTesSecaraEmpirik... 66

3.9. TeknikAnalisis Data 71

3.9.1. AnalisisDeskriptif 71

3.9.2. jiNormalitas Data 72

3.9.3. jiHomogenitas Data 73

3.9.4. jiHipotesis 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HasilPenelitian 76

4.1.1 DeskriptifHasilPenelitian 76

4.1.2. AnalisisStatistika Data HasilPenelitianPretes 76

4.1.2.1 Deskriptif Data Pretes 76

4.1.2.2 jiNormalitas 78

4.1.2.3 jiHomogenitas 79

4.1.2.4 jiKemampuanAwalKemampuanPemecahanMasalah

ji t-pretes 80

4.1.3 AnalisisStatistika Data HasilPenelitianPostes 81

4.1.3.1 PerlakuandalamPelaksanaanPenelitian 81

4.1.3.2 Deskripsi Data PostesKemampuanPemecahanMasalah 83 4.1.3.3 AnalisisButirSoalKemampuanPemecahanMasalah

PadaKelasKontrol Dan Eksperimen 85

4.1.4 HasilInstrumenAdversity Quotient 86

4.1.4.1 Analisis Data KemampuanPemecahanMasalah

Berdasarkan Tingkat Adversity Quotient 87

4.1.5 AnalisisHasilPenelitian 89

4.1.5.1 Analisis Data Pretes Dan PostesKemampuan

PemecahanMasalah 89

4.2 PengujianHipotesis 90

4.3. PembahasanHasilPenelitian 99

4.3.1. KemampuanPemecahanMasalahFisikaSiswa yang MenggunakanModel Problem based learninglebihbaik

daripada pembelajaranKonvensional 99


(8)

vii

SiswaMemilikiAdversity Quotientdi atas Rata-rata lebih baik Daripada kelompok Siswa yang memiliki Adversity Quotient

di bawah Rata-rata 102

4.3.3. TerdapatInteraksi Model PembelajaranProblem based learning danPembelajaranKonvensionaldenganAdversity

QuotientTerhadapKemampuanPemecahanMasalahSiswa 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 105

5.2. Saran 106

DAFTAR PUSTAKA... 107 LAMPIRAN... 111


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks model Problem Based Learning 25 Tabel 2.2 RubrikKeterampilanPemecahanMasalah 36

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan 44

Tabel 3.1. DesainPenelitian 58

Tabel 3.2 Desain PenelitianAnava 2x2 59

Tabel 3.3 PedomanPenskoranAdversity quotient 62 Tabel 3.4 PedomanpenskoranTesKemampuanPemecahan

Masalah... 63 Tabel 3.5 InterpretasiNilaiKoefesienKoreasi 67 Tabel 3.6 Hasilujivaliditaskemampuanpemecahanmasalah 67 Tabel 3.7 Interpretasiderajatreliabilitas 68 Tabel 3.8 Reliabilitasteskemampuanpemecahanmasalah 69

Tabel 3.9 Tingkat kesukaransoal 70

Tabel 4.1 Data PretesKemampuanPemecahanMasalah 77

Tabel 4.2 UjiNormalitas Data Pretes 79

Tabel 4.3 UjiHomogenitas Data Pretes 79

Tabel 4.4 UjiKesamaanPretesKemampuanPemecahanMasalah

KelasEksperimendanKelasKontrol... 81 Tabel 4.5 NilaiPostesKemampuanPemecahanMasalah

PadaKelasKontrol Dan KelasEksperimen... 83 Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata JawabanSiswaTiapButirSoal KPM

PadaKelasKontrol Dan EksperimenTiapButirSoal 85

Tabel 4.7 Dataadversity quotientsiswa 86

Tabel 4.8 Dataadversity quotientgabungan 87 Tabel 4.9 Data PostesKemampuanPemecahanMasalah (KPM)

KelasKontrolBerdasarkanAdversity Quotient(AQ)

diAtasdan di Bawah Rata-rata 87

Tabel 4.10 Data postesKemampuanPemecahanMasalah (KPM) kelaskontrolberdasarkanadversity quotient(AQ) di atas

dan di bawah rata-rata 88

Tabel 4.11 Data posteskemampuanpemecahanmasalah (KPM) siswadenganadversity quotient(AQ) di atasdan di

bawah rata-ratapadakeduakelas 88

Tabel 4.12 Jumlahsiswaadverity quotient di atasdan di bawah rata-rata 91

Tabel 4.13 Hasiluji ANAVA duajalur 91

Tabel 4.14 Ujihomogenitasantarkelompok 92

Tabel 4.15StatistikDeksriptifAnava 93

Tabel 4.16 HasilUjiAnava 93


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil yang diperoleh pelajar dari PBL 16 Gambar 2.2 Tiga tingkatan kesulitan 35 Gambar 3.1 Bagan Alur pelaksanaan penelitian 61 Gambar 4.1 Histogram Data PretesKelasKontrol 77 Gambar 4.2 Histogram Data PretesKelasEksperimen 78 Gambar 4.3 Nilai Rata-rata UjiLembarKerjaSiswa 82 Gambar 4.4Histogram Data PostesKelasKontrol 84 Gambar 4.5 Histogram Data PostesKelasEksperimen 84 Gambar 4.6 AnalisisIndikatorButirSoal KPM 89 Gambar 4.7 Nilaipretesdanposteskelaskontroldaneksperimen 90 Gambar 4.8 Interaksipembelajarankonvensional (kontrol) dan model

problem based learning (eksperimen)danadversity


(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SilabusPembelajaran 111

Lampiran 2. RPP Pertemuan I 117

Lampiran 3. Bahan Ajar I 123

Lampiran 4. LKS I 128

Lampiran 5. RPP Pertemuan II 132

Lampiran 6. Bahan Ajar II 138

Lampiran 7. LKS II 143

Lampiran 8. RPP Pertemuan III 147

Lampiran 9. Bahan Ajar III 153

Lampiran 10. LKS III 160

Lampiran 11. Kisi-kisiSoalKemampuanPemecahanMasalah 164

Lampiran 12. Tes Adversity Quotient 173

Lampiran 13. ValiditasTesKemampuanPemecahanMasalah 181

Lampiran 14. ReliabilitasTes 184

Lampiran 15. Tingkat KesukaranTes 185

Lampiran 16. PerhitunganDaya Beda Soal 187 Lampiran 17. Data HasilPretesKelasKontrol 188 Lampiran 18. Data HasilPostesKelasKontrol 189 Lampiran 19. Data HasilPretesKelasEksperimen 190 Lampiran 20. Data HasilPostesKelasEksperimen 191 Lampiran 21. Data HasilAdversity QuotientKelasKontrol 192 Lampiran 22. Data HasilAdversity QuotientKelasEksperimen 194 Lampiran 23. DeskripsiStatistikPerhitungan Data Pretes dan Postes 197


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar antara guru dan siswa yang berlangsung secara efektif dan efesien. Pendidikan sains khususnya fisika memiliki peran dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006:443-444) No. 22 tahun 2006 tujuan pelajaran fisika di SMA yaitu: (1) membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengangungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yang jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain, (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, (4) mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, (5) menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Dari uraian tersebut tampak bahwa penyelenggaraan pelajaran fisika di SMA tidak hanya memperhatikan produk saja, tetapi proses juga harus diperhatikan. Dengan proses yang baik, maka akan dihasilkan produk yang baik


(13)

2

juga. Melaui proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas sehingga dapat melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menafsirkan data hasil percobaan dan berkomunikasi agar siswa dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta mengembangkan pengetahuannya.

Namun fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika masih bersifat konvensional. Dimana pembelajaran lebih berpusat kepada guru, kurang adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa mendapatkan materi secara pasif. Hal ini didasarkan pada hasil observasi di SMA Negeri di Takengon, dimana kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan praktikum. Sehingga siswa tidak dapat memanfaatkan apa yang sudah dipelajari untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Menanggapi permasalahan di atas maka diperlukan solusi untuk dapat mengubah pembelajaran konvensional menjadi model pembelajaran interaktif yang berpusat pada siswa. Salah satu dari model-model pembelajaran tersebut adalah model Problem Based Learning (PBL). PBL adalah model yang merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban, mencari data, dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah (Wardhani, 2012:164). Selain itu PBL tidak hanya membantu siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tetapi mempersiapkan siswa untuk kehidupan yang sebenarnya. Sehingga dapat melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah dengan penyelidikan otentik terhadap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


(14)

3

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah fisika beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dijadikan sebagai gambaran baik atau tidaknya kualitas pendidikan, khusus untuk siswa usia wajib belajar. Dilihat dari konteksnya, masalah fisika dapat dibedakan atas masalah akademik (academic problems standard problems) dan masalah dunia nyata (real problems/context rich problems). Permasalahan akademik menunjukkan pada masalah-masalah dalam buku text yang mengandung objek dan kejadian yang diiedalkan yang tidak memiliki kaitan dengan realita siswa (Heller & Hollabaugh, 1992:638). Masalah realistik/konstektual adalah masalah yang terdiri atas objek atau kejadian-kejadian yang akrab dengan siswa.

Berdasarkan hasil dari dua asesmen berskala internasional yang menilai kemampuan matematika dan sains siswa yaitu PISA (Program for International Student Assessment) dan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study). Hasil PISA terakhir pada tahun 2012, Indonesia peringkat 64 dari 65 negara (Tim PISA Indonesia, 2011). Sedangkan, hasil TIMMS terakhir tahun 2011 Indonesia peringkat 38 dari 42 negara (Kemendikbud, 2012:2). Kedua tes ini tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, tetapi juga mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, menganalisis dan mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa di Indonesia masih rendah dalam aspek pemecahan masalah khususnya dalam mata pelajaran fisika.

Dalam pembelajaran fisika seharusnya siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan sesuai dengan tahapannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Heller dkk (1992:629) dimana kemampuan pemecahan masalah terdiri dari lima tahapan


(15)

4

yaitu (1) visualisasi masalah, (2) mendeskripsikan masalah-masalah dalam istilah-istilah fisika, (3) merencanakan solusi, (4) menyelesaikan rencana solusi, (5) mengecek dan mengevaluasi solusi.

Namun, permasalahan yang ada di sekolah kurang melatih kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu: (1) guru tidak sadar bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting untuk dikuasai siswa dalam era globalisasi saat ini, (2) guru langsung memberikan bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi siswa, dan (3) guru cenderung menceramahkan materi dibandingkan dengan membimbing siswa dalam menemukan sendiri materi pembelajaran melalui pemecahan masalah (Arnyana, 2009:178). Hal ini sejalan dengan Brok, dkk (2010:50) menyatakan bahwa kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa dikarenakan guru kurang melatih kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengakibatkan siswa kurang terampil dan bahkan siswa tidak memilki kemampuan pemecahan masalah.

Dalam memecahkan masalah fisika terjadi proses berpikir dalam benak siswa sehingga siswa dapat menemukan jawaban masalah-masalah fisika. Untuk sampai pada keberhasilan menemukan jawaban, siswa akan mengalami berbagai permasalahan sebagi hambatan dalam memecahkan masalah. Sehingga setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghadapi masalah. Dari sinilah Adversity Quotient (AQ) dianggap memiliki peran dalam proses berpikir siswa pada pembelajaran fisika. Stoltz (2000:7) menyatakan bahwa orang sukses dalam belajar di samping oleh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, faktor yang menentukan lainnya adalah adversity quotient. Adversity quotient diartikan sebagai kecerdasan individu dalam mengatasi setiap masalah yang muncul.


(16)

5

Adversity Quotient dapat mendukung daya juang dalam menghadapi berbagai masalah yang mungkin saja muncul selama proses belajar mengajar yang dialami siswa itu sendiri. Permasalahan daya juang siswa tampaknya menjadi masalah utama. Rendahnya daya juang siswa menggambarkan rendahnya kemampuan siswa menghadapi masalah. Hal ini tidak hanya memberi dampak negatif pada kemajuan pendidikan, tetapi pada diri siswa itu sendiri. Konsistensi diri untuk terus berprestasi juga menurun sejalan dengan rendahnya kemampuan siswa mengatasi masalah yang dihadapi. Siswa yang mempunyai Adversity Quotient tinggi memiliki motivasi dan prestasi belajar tinggi. Masalah baginya justru membuatnya menjadi siswa pantang menyerah. Mereka mampu mengubah kesulitan menjadi peluang. Mereka adalah orang optimis yang memandang masalah bersifat sementara dan bisa diatasi.

Dalam proses pembelajaran individu yang memiliki Adversity Quotient tinggi akan cenderung mampu mengatasi masalah yang dihadapinya, setelah berbagai kesulitan yang menghadang dapat terselesaikan siswa harus mampu bersikap konsisten agar tetap teguh pendirian, dan fokus untuk melakukan tugas utama sebagai siswa yakni belajar. Kapasitas individu dalam menghadapi masalah terdiri dari empat dimensi: pengendalian diri, pengakuan asal-usul dan kepemilikan, pembatasan jangkauan kesulitan, dan ketahanan menghadapi masalah. Maka adverity quotient ini memiliki peran penting bagi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian tersebut perlu diteliti tentang pengaruh penggunaan model problem based learning dan adversity quotient terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.


(17)

6

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Pembelajaran lebih berpusat kepada guru

2. Siswa kurang terlibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar 3. Jarang melakukan praktikum

4. Pembalajaran kurang bermakna karena tidak dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari

5. Guru kurang melatih kemampuan pemecahan masalah siswa 6. Sekolah perlu mempertimbangkan tingkat adverity quotient siswa

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:

1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model problem based learning

2. Materi pelajaran fisika kelas X semester II yaitu listrik dinamis di SMA N 1 Takengon T.A. 2015/2016.

3. Adversity quotient siswa dilihat dari adversity quotient tinggi dan adversity quotient rendah.

4. Hasil yang akan diproleh pada model pembelajaran ini adalah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(18)

7

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model problem based learning lebih baik daripada pembelajaran konvensional?

2. Apakah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki adversity quotient tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki adversity quotient rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara adversity quotient dan model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model problem based learning dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki adversity quotient tinggi dan rendah.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan adversity quotient terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih model pembeljaran yang efektif yang dapat diterapkan disekolah.

2. Sebagai bahan referensi penerapan model problem based learning dan adversity quotient terhadap kemampuan pemecahan masalah.


(19)

8

3. Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan model problem based learning dalam mengetahui dugaan pengaruh adversity quotient dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Model problem based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, keterampilan berpikir, dan keterampilan intelektualnya dengan mengunakan 5 fase yaitu : 1) o Orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, 2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti, 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok, 4) Mengembangkan dan mepresentasikan artefak dan exhibit, 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah. Dalam pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, tanya jawab serta pembagian tugas yang dilakukan secara individu maupun berkelompok. 3. Adversity quotient (daya juang) adalah suatu kemampuan untuk dapat

bertahan dalam menghadapi segala macam kesulitan sampai menemukan jalan keluar dengan menggunakan kisi-kisi adversity quotient yaitu control (kendali), endurance (daya ahan), reach (jangkauan), origin and ownership (asal usul dan kepemilikan).


(20)

9

4. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang dilakukan melalui tahapan-tahapan sistematik meliputi visualisasi masalah, mendeskripsikan masalah dalam istilah fisika, merencanakan solusi, melaksanakan rencana solusi, mengecek dan mengevaluasi solusi.


(21)

5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model problem

based learning lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan nilai

rata-rata siswa pada model problem based learning sebesar 84,47 dan untuk

pembelajaran konvensional 77,18. Terdapat efek dari model problem based

learning terhadap kemampuan pemecahan masalah.

2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok adversity

quotient di atas rata-rata lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah

fisika siswa pada kelompok adversity quotient di bawah rata-rata. Hal ini

dapat ditunjukkan dari data hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan

masalah pada adversity quotientdi atas rata-rata sebesar 82,24 dan pada

kelompok adversity quotientdi bawah rata-rata sebesar 79,41. Terdapat efek

adversity quotient siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Terdapat interaksi antara model problem based learning dan pembelajaran

konvensional dengan adversity quotient dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah fisika siswa. Dalam penelitian ini adversity quotient


(22)

6

siswa pada model problem based learning, sedangkan pada pembelajaran

konvensional tidak berpengaruh.

5.2. Saran

1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya.

2. Peneliti selanjutnya menggunakan waktu yang lebih lama karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik diajarkan dengan model problem based learningdan pembelajaran konvensional masih sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.

3. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model problem based

learninglebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki adversity quotient di atas rata-rata karena dapat meningktkan kemampuan pemecahan masalah. 4. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model

problem based learning, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk memechkan masalah sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki

respon cepat pada saat menggunakan model problem based learning.

5. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasikan waktu yang lebih banyak sehingga pelaksanaannya lebih optimal.


(23)

7

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, B.H. 2005. Prophetic Intelegence: Kecerdasan Kenabian. Yogyakarta: Mizan.

Al-Kumayi, S. 2006. Kecerdasan 99 (cara meraih kemenangan hidup lewat penerapan 99 nama Allah). Jakarta: PT. Hikmah Kelompok Mizan

Anderson, L.W. 2001. A Taxonomy for Teaching and Assesing: A Revision of Blooms of Educational Objectives. New York: Longman

Arends, R.I. 2001.Learning to Teach.New York: McGraw-Hill.

Arends, R.I.Learning to Teach.Terjemahan oleh Soetjipto, H. Helly. Dan Sotjipto, S. Mulyantini. 2008. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Arikunto, S. 2006.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arnyana. 2009. Kreativitas Berpikir. Yogyakarta: pustaka pelajar.

Brok, P.D. Taconis, R. and Fisher, D. 2010. How Well Do Science Teacher Do? Differences Inteaching- Student Interpersonal Behavior Between Science Teacher And Teachers Of Other (School) Subjects. To Open Education Journal, 3(1):44-53.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Delisle, R. 1997. How to Use Problem-based Learning in the Classroom. USA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika utuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA).Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dewi,P.S.U. 2014. Pengaruh Model Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA,4(1):10-19.

Eggen dan Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.


(24)

Ferreira, M.M. dan Trudel, A.R. 2012. The impact of problem based learning on student attitude toward science, problem solving skill and sense of community in the classroom. Journal of classroom interaction, 47(1):23-30.

Gok, T. dan Silay, I. 2008. Effect of Problem Solving Strategy Teaching on the Problem-Solving Atitude of Cooperating Learning group in Physics education. Journal of Theory and Practice in Education,4(3):253-266. Heller, P. Keith, R. and Anderson, S. 1992. Teaching problem solving trought

cooperative grouping. Part 1: group versus individual problem solving. America journal of physics, 6(2): 627-636.

Heller, P.and Hollabaugh, M. 1992. Teaching problem solving trought cooperative grouping. Part 2: group versus individual problem solving. America journal of physics, 6(2): 637-644.

Humami, F. Mukhadis, A. dan Sumarli, S. 2014. Pengaruh model pembelajaran numbered heads together (NHT) dan adversity quotient terhadap prestasi belajar mata pelajaran mesin konversi energi. Teknologi kejuruan, 37(2):119-128.

Joyce, B. dan Weil, M. 1992.Models of Teaching. USA: Allyn and Bacon.

Joyce, B. Weil, M. dan Calhoun, E. Models of Teaching. Terjemahan oleh Fawaid, A. dan Miza, A. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jonasssen, D.H. 2004. Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Kemendikbud. 2012. TIMSS (Trend of International on Mathematics and Science Study). Jakarta: Litbang Kemendikbud.

Liliasari. 2005.Membangun keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains.Bandung: Fakultas MIPA UPI.

Margono. 2009.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Mariati, P.S. 2012. Pengembangan model pembelajaran fisika berbasis problem solving untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(1): 152-160. Matore, M.E. Khairani, A.Z. dan Razak, N.A. 2015. The Influence of Adversity

Quotient on the Academic Achievement among Malaysian Polytechnic Students. International Education Studies, 8(6):69-74.

Mundilarto. 2003. Kemampuan mahasiswa menggunakan pendekatan analitis kuantitatif dalam pemecahan soal fisika. Jurnal Pendidikan Maternatileadan Sains, 3(4):44-53.


(25)

Nurohman, A. 2014. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah fisika menggunakan model think talk write berbasis strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Radiasi Universitas Muhammadiyah Purworejo, 5(1): 68-75.

Ogunleye, A.O. 2009.Teacher and Students Perceptions of Students Problem-Solving Difficulties in Physics: Implication for Remidation. Journal of College Teaching and Learning, 6(7): 85-90

Petrina, S. 2007.Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom.Canada: Information Science Publishing.

Polya, G. 1973. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method (2nd ed.).

New Jersey: Princenon University Press.

Rahmat, M. 2014. Kemampuan pemecahan masalah melalui strategi pembelajaran thinking aloud pair problem solving siswa kelas X SMA.Jurnal Fisika Indonesia,5(4): 45-56.

Selcuk, G. Sezgin. 2008. The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2(3): 151-166.

Setyorini, U. 2011. Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(9): 52-56.

Sindelar, teresa. 2002. The effectivenes of problem based learning in the school science classroom. USA: Whichita state university.

Slavin,R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa media. Stoltz, G. Paul. 2000.Adversity Quotient (mengubah hambatan menjadi peluang).

Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. Dedy, E. Dan Rhmat. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA. Bandung: Ikip Bandung

Tan, O.Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using problems to power learning in 21st century. Singapore: Thomson Learning.

Temel, senar. 2014. The effects of problem-based learning on pre-service teachers’

critical thinking dispositions and perceptions of problem solving ability. South African Journal of Education, 5(3): 155-165.


(26)

Tim PISA Indonesia. 2012.Survei Internasional PISA. Kemendikbud: Badan Penelitian dan Pengembangan. Online.

(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s2math/article/view/3494, diakses 26 agustus 2015).

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Triton . 2006. SPSS13,0, Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: PT. Andi.

Wardana, N. 2010. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan Adversity quotient terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika. JIPP 2010, 2(3): 56-72.

Wardhani, K. 2012. Pembelajaran fisika dengan model problem based learning menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa. Jurnal inquiry, 1(2): 63-69.

Wismaya, N.P. 2009. Pengaruh Model Belajar Berbasis Masalah dan Adversity Quotient Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika dan Konsep Diri Siswa SMAN 4 Singaraja. Jurnal undiksha, 1(1): 21-27.


(1)

5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model problem based learning lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada model problem based learning sebesar 84,47 dan untuk pembelajaran konvensional 77,18. Terdapat efek dari model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah.

2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok adversity quotient di atas rata-rata lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok adversity quotient di bawah rata-rata. Hal ini dapat ditunjukkan dari data hasil penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah pada adversity quotientdi atas rata-rata sebesar 82,24 dan pada kelompok adversity quotientdi bawah rata-rata sebesar 79,41. Terdapat efek adversity quotient siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. 3. Terdapat interaksi antara model problem based learning dan pembelajaran

konvensional dengan adversity quotient dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Dalam penelitian ini adversity quotient berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika


(2)

6

siswa pada model problem based learning, sedangkan pada pembelajaran konvensional tidak berpengaruh.

5.2. Saran

1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya.

2. Peneliti selanjutnya menggunakan waktu yang lebih lama karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik diajarkan dengan model problem based learningdan pembelajaran konvensional masih sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.

3. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model problem based learninglebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki adversity quotient di atas rata-rata karena dapat meningktkan kemampuan pemecahan masalah. 4. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model

problem based learning, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk memechkan masalah sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon cepat pada saat menggunakan model problem based learning.

5. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasikan waktu yang lebih banyak sehingga pelaksanaannya lebih optimal.


(3)

7

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, B.H. 2005. Prophetic Intelegence: Kecerdasan Kenabian.

Yogyakarta: Mizan.

Al-Kumayi, S. 2006. Kecerdasan 99 (cara meraih kemenangan hidup lewat

penerapan 99 nama Allah). Jakarta: PT. Hikmah Kelompok Mizan

Anderson, L.W. 2001. A Taxonomy for Teaching and Assesing: A Revision of Blooms of Educational Objectives. New York: Longman

Arends, R.I. 2001.Learning to Teach.New York: McGraw-Hill.

Arends, R.I.Learning to Teach.Terjemahan oleh Soetjipto, H. Helly. Dan Sotjipto, S. Mulyantini. 2008. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Arikunto, S. 2006.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arnyana. 2009. Kreativitas Berpikir. Yogyakarta: pustaka pelajar.

Brok, P.D. Taconis, R. and Fisher, D. 2010. How Well Do Science Teacher Do? Differences Inteaching- Student Interpersonal Behavior Between Science

Teacher And Teachers Of Other (School) Subjects. To Open Education

Journal, 3(1):44-53.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Delisle, R. 1997. How to Use Problem-based Learning in the Classroom. USA:

Association for Supervision and Curriculum Development.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika utuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA).Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dewi,P.S.U. 2014. Pengaruh Model Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA,4(1):10-19.

Eggen dan Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.


(4)

Ferreira, M.M. dan Trudel, A.R. 2012. The impact of problem based learning on student attitude toward science, problem solving skill and sense of

community in the classroom. Journal of classroom interaction,

47(1):23-30.

Gok, T. dan Silay, I. 2008. Effect of Problem Solving Strategy Teaching on the Problem-Solving Atitude of Cooperating Learning group in Physics education. Journal of Theory and Practice in Education,4(3):253-266. Heller, P. Keith, R. and Anderson, S. 1992. Teaching problem solving trought

cooperative grouping. Part 1: group versus individual problem solving. America journal of physics, 6(2): 627-636.

Heller, P.and Hollabaugh, M. 1992. Teaching problem solving trought cooperative grouping. Part 2: group versus individual problem solving. America journal of physics, 6(2): 637-644.

Humami, F. Mukhadis, A. dan Sumarli, S. 2014. Pengaruh model pembelajaran numbered heads together (NHT) dan adversity quotient terhadap prestasi

belajar mata pelajaran mesin konversi energi. Teknologi kejuruan,

37(2):119-128.

Joyce, B. dan Weil, M. 1992.Models of Teaching. USA: Allyn and Bacon.

Joyce, B. Weil, M. dan Calhoun, E. Models of Teaching. Terjemahan oleh Fawaid, A. dan Miza, A. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jonasssen, D.H. 2004. Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Kemendikbud. 2012. TIMSS (Trend of International on Mathematics and Science Study). Jakarta: Litbang Kemendikbud.

Liliasari. 2005.Membangun keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains.Bandung: Fakultas MIPA UPI.

Margono. 2009.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Mariati, P.S. 2012. Pengembangan model pembelajaran fisika berbasis problem solving untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemahaman konsep mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8(1): 152-160. Matore, M.E. Khairani, A.Z. dan Razak, N.A. 2015. The Influence of Adversity

Quotient on the Academic Achievement among Malaysian Polytechnic Students. International Education Studies, 8(6):69-74.

Mundilarto. 2003. Kemampuan mahasiswa menggunakan pendekatan analitis

kuantitatif dalam pemecahan soal fisika. Jurnal Pendidikan


(5)

Nurohman, A. 2014. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah fisika menggunakan model think talk write berbasis strategi

pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Radiasi Universitas

Muhammadiyah Purworejo, 5(1): 68-75.

Ogunleye, A.O. 2009.Teacher and Students Perceptions of Students Problem-Solving Difficulties in Physics: Implication for Remidation. Journal of College Teaching and Learning, 6(7): 85-90

Petrina, S. 2007.Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom.Canada: Information Science Publishing.

Polya, G. 1973. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method (2nd ed.).

New Jersey: Princenon University Press.

Rahmat, M. 2014. Kemampuan pemecahan masalah melalui strategi pembelajaran thinking aloud pair problem solving siswa kelas X SMA.Jurnal Fisika Indonesia,5(4): 45-56.

Selcuk, G. Sezgin. 2008. The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2(3): 151-166.

Setyorini, U. 2011. Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(9): 52-56.

Sindelar, teresa. 2002. The effectivenes of problem based learning in the school science classroom. USA: Whichita state university.

Slavin,R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa media. Stoltz, G. Paul. 2000.Adversity Quotient (mengubah hambatan menjadi peluang).

Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. Dedy, E. Dan Rhmat. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA. Bandung: Ikip Bandung

Tan, O.Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using problems to

power learning in 21st century. Singapore: Thomson Learning.

Temel, senar. 2014. The effects of problem-based learning on pre-service teachers’

critical thinking dispositions and perceptions of problem solving ability. South African Journal of Education, 5(3): 155-165.


(6)

Tim PISA Indonesia. 2012.Survei Internasional PISA. Kemendikbud: Badan Penelitian dan Pengembangan. Online.

(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s2math/article/view/3494, diakses 26 agustus 2015).

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Group.

Triton . 2006. SPSS13,0, Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: PT. Andi.

Wardana, N. 2010. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan Adversity quotient terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep fisika. JIPP 2010, 2(3): 56-72.

Wardhani, K. 2012. Pembelajaran fisika dengan model problem based learning menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa. Jurnal inquiry, 1(2): 63-69.

Wismaya, N.P. 2009. Pengaruh Model Belajar Berbasis Masalah dan Adversity Quotient Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika dan Konsep Diri Siswa SMAN 4 Singaraja. Jurnal undiksha, 1(1): 21-27.