Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits)

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN

FASTFOOD

(Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan

Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk

KFC Pokkits)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

RAISA ARIFAH

090904119

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Raisa Arifah NIM : 090904119


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Bunda yang sudah selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat disetiap saat. Terimakasih untuk beliau yang sudah berhasil menyekolahkan penulis hingga sarjana. Semoga penulis dapat membuat Ayah dan bunda bangga.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.si selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.si. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Qummy, Ibby dan Budoll yang banyak membantu peneliti dalam usaha memperoleh data yang diperlukan dan telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman penulis Maya, Rindy, Ayu, Dini, Tiqa, Evira, Evalyn, Ermita dan teman-teman lain yang juga selalu memberi dukungan dan semangat.

Penulis menyadari skripsi ini belumlah sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan rahmatnya pada kita semua.

Penulis Raisa Arifah


(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Raisa Arifah N I M : 090904119 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-eksklusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN FASTFOOD

(Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits)


(5)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang Menyatakan


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Fastfood. Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol, dan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Hal yang terkait dengan nilai budaya ini yaitu simbol, slogan atau sesuatu yang terlihat jelas, kepercayaan yang tertanam dan mengakar yang menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap iklan fastfood dan mengetahui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu teknik menganalisis dan menggambarkan data yang telah terkumpul. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang yang terdiri dari kelas VII dan VIII yang berjumlah 13 kelas. Penelitian menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data. Data yang didapat dianalisis melalui tabel tunggal kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura hal ini dibuktikan dengan data bahwa mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Selain itu, mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan juga menyatakan iklan produk KFC Pokkits mengandung unsur budaya barat. Hal ini dikarenakan terdapat adegan yang kurang menampilkan budaya asli Indonesia seperti cara memakan, cara penyimpanan makanan yang akan dikonsumsi serta pakaian dan penampilan model dalam iklan produk KFC Pokkits tersebut bukanlah suatu kebiasaan atau norma-norma yang terdapat di Indonesia.

Kata Kunci:


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Pembatasan Masalah ... 5

1. 3 Rumusan Masalah ... 5

1. 4 Tujuan Penelitian ... 5

1. 5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Kerangka Teori ... 7

2. 2 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 7

2. 2. 1 Pengertian Komunikasi ... 7

2. 2. 2 Konteks Komunikasi ... 8

2. 2. 3 Pengertian Komunikasi Massa ... 9

2. 2. 4 Unsur-Unsur Komunikasi Massa ... 9

2. 2. 5 Fungsi Komunikasi Massa ... 11

2. 2. 6 Tujuan Komunikasi Massa ... 12


(8)

2. 2. 7. 1 Kelebihan Media Televisi ... 14

2. 2. 7. 2 Kekurangan Media Televisi ... 16

2. 3 Persepsi ... 19

2. 3.1 Definisi Persepsi ... 19

2. 3. 2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 19

2. 3. 3 Proses Persespsi ... 20

2. 3. 4 Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi ... 21

2. 3. 5 Teori Kognitif ... 22

2. 4 Periklanan ... 24

2. 4. 1 Definisi Periklanan ... 24

2. 4. 2 Fungsi Periklanan ... 25

2. 4. 3 Tujuan Periklanan ... 26

2. 4. 4 Nilai Budaya Dalam Iklan ... 27

2. 4. 5 Karakteristik Budaya ... 28

2. 4. 6 Metode DAGMAR ... 30

2. 5 Remaja ... 32

2. 5. 1 Definisi Remaja ... 32

2. 5. 2 Ciri-Ciri Remaja ... 33

2. 5. 3 Perkembangan Masa Remaja ... 34

2. 6 Kerangka Konsep ... 38

2. 7 Model Teoritis ... 38

2. 8 Variabel Penelitian ... 38


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

3. 1. 1 Peta Sekolah ... 41

3. 1. 2 Visi dan Misi Sekolah ... 42

3. 1. 3 Struktur Organisasi ... 42

3. 1. 4 Fungsi dan Tugas Pengelola Sekolah ... 43

3. 2 Metode Penelitian ... 50

3. 2. 1 Jenis Penelitian ... 50

3. 2. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3. 3 Populasi dan Sampel ... 50

3. 3. 1 Populasi ... 50

3. 3. 2 Sampel ... 50

3. 4 Teknik Penarikan Sampel ... 51

3. 4. 1 Stratified Proportional Random Sampling ... 51

3. 4. 2 Purposive Sampling ... 53

3. 5 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3. 6 Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data ... 55

4. 2 Analisis Tabel Tunggal ... 56

4. 2. 1 Karakteristik Responden ... 56

4. 2. 2 Persepsi Siswa ... 58

4. 2. 3 Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood ...... 61


(10)

BAB V KESIMPULAN

5. 1 Simpulan ... 75

5. 2 Saran Responden ... 76

5. 3 Saran Dalam Kaitan Akademis ... 77

5. 4 Saran Dalam Kaitan Praktis ... 77

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

2. 1 Model Proses Komunikasi 31

2. 2 Model Teoritis 38

3. 1 Peta Sekolah 41


(12)

DAFTAR TABEL

2. 1 Perbedaan Sikap 35

2. 2 Variabel Penelitian 39

3. 1 Fungsi dan Tugas Pengelola Sekolah 43

3. 2 Penarikan Sampel 52

4. 1 Jenis Kelamin 56

4. 2 Suku 57

4. 3 Uang Saku 57

4. 4 Intensitas Melihat Iklan 58 4. 5 Intensitas Membeli Produk 58 4. 6 Iklan Menggambarkan Budaya Indonesia 59 4. 7 Kepantasan Untuk Ditayangkan di Televisi 59 4. 8 Ketertarikan Setelah Melihat Iklan 60 4. 9 Menyukai Tampilan Iklan Produk Pokkits 60 4. 10 Kejelasan Bahasa Dalam Iklan 61 4. 11 Proses Penyampaian Pesan 62 4. 12 Suka Melihat Pakaian dan Penampilan Model Dalam Iklan 62 4. 13 Kesesuaian Pakaian Model Dengan Budaya Indonesia 63 4. 14 Produk Menjadi Makanan Utama 63 4. 15 Kebiasaan Makan Sambil Berbicara 64 4. 16 Kebiasaan Makan Sambil Berjalan 64 4. 17 Membeli Produk KFC Menjadi Gaya Hidup 65 4. 18 Kesesuaian KFC Pokkits Dengan Makanan Indonesia 65 4. 19 Kesesuaian Menyimpan Makanan Dengan Budaya Indonesia 66 4. 20 Kesesuaian cara Makan Dengan Budaya Indonesia 66


(13)

4. 21 Kesesuaian Kebiasaan Makan Dengan Budaya Indonesia 67 4. 22 Kandungan Unsur Budaya Barat Dalam Iklan 67 4. 23 Pengaruh Gaya Hidup Budaya Barat Terhadap Minat Beli 68 4. 24 Tampilan Iklan Mempengaruhi Sikap 68 4. 25 Pengaruh Model Iklan Terhadap Gaya Hidup 69 4. 26 Kebanggan Membeli Produk 69


(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Fastfood. Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol, dan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Hal yang terkait dengan nilai budaya ini yaitu simbol, slogan atau sesuatu yang terlihat jelas, kepercayaan yang tertanam dan mengakar yang menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap iklan fastfood dan mengetahui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu teknik menganalisis dan menggambarkan data yang telah terkumpul. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang yang terdiri dari kelas VII dan VIII yang berjumlah 13 kelas. Penelitian menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data. Data yang didapat dianalisis melalui tabel tunggal kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura hal ini dibuktikan dengan data bahwa mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan kurang menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura. Selain itu, mayoritas siswa SMP Negeri 7 Medan juga menyatakan iklan produk KFC Pokkits mengandung unsur budaya barat. Hal ini dikarenakan terdapat adegan yang kurang menampilkan budaya asli Indonesia seperti cara memakan, cara penyimpanan makanan yang akan dikonsumsi serta pakaian dan penampilan model dalam iklan produk KFC Pokkits tersebut bukanlah suatu kebiasaan atau norma-norma yang terdapat di Indonesia.

Kata Kunci:


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa atau etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi menyebabkan dunia menuju ke arah globalisasi yang hampir tidak memiliki batas-batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Selain itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia terasa semakin dekat dan informasi begitu mudahnya dapat diakses oleh siapa saja dari belahan dunia dan dari kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks kebudayaan. Pada era globalisasi seperti saat ini kebudayaan Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang masuk melalui media massa. Media massa seperti surat kabar dan televisi menampilkan cerita dan gambar yang mencampurkan antar budaya barat dan budaya timur yang dianut oleh Indonesia. Cerita dan gambar yang ditampilkan di media tersebut dapat berupa film maupun iklan yang merupakan bentuk promosi.

Iklan dan promosi yang ditampilkan di televisi banyak diminati oleh pengusaha untuk memasarkan barang maupun jasa yang mereka tawarkan karena media televisi dapat menjangkau khalayak luas. Iklan dan promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini, iklan sudah berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan iklan dan metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan. Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran hingga perusahaan multinasional, mengandalkan iklan dan promosi untuk membantu memasarkan barang dan jasa (Morissan, 2010: 1). Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal oleh khalayak karena daya jangkauannya yang luas. Iklan juga menjadi instrumen promosi yang sangat


(16)

penting, khususnya bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas.

Dalam komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran media massa, yaitu media cetak (surat kabar, majalah, brosur dan papan iklan atau billboard) dan media elektronika (radio, televisi). Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun nonverbal. Lambang verbal adalah bahasa yang dikenal. Sedangkan lambang nonverbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan, yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas (Sobur, 2004: 116). Hal ini merupakan komponen penting dalam memasarkan produk dan jasa yang ditawarkan.

Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing seseorang melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat (pariwisata, rumah, lokasi industri), jasa (pengangkutan, penerbangan, kesehatan), hiburan (pertunjukan dan pertandingan), dan kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan sosial dan keagamaan (Morrisan, 2010: 2). Pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Keberhasilan strategi pemasaran tidak lepas dari kemampuan pemasar memahami siapa sebenarnya konsumennya karena strategi dibuat untuk menarik minat membeli dan menjaga kesetiaan konsumen pada produk perusahaannya. Merancang strategi pemasaran dalam rangka menarik minat beli akan semakin efektif ketika pemasar memahami pengaruh kepribadian dengan keputusan pembelian (Ferrinadewi, 2008: 126). Begitu juga yang dilakukan oleh perusahaan franchise Kentucky Fried Chicken atau yang lebih dikenal dengan nama KFC mereka selalu melakukan strategi pemasaran dengan memahami siapa target pasar yang akan dituju.


(17)

Restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken sudah terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1994 dapat membaca situasi dan peluang bisnis bagi perusahaan. Pada bulan Oktober 2012 mereka mengeluarkan Pokkits suatu produk snack/light meal terbaru yang praktis dan variatif. Produk Pokkits ini terdiri atas potongan potongan crispy strips, fresh lettuce, parutan cheddar dan

jack cheese, mayonnaise, dan saus pineapple mango, yang dimasukkan ke dalam roti pita panggang. Produk ini memberikan penekanan pada unsur fashion hingga menarik untuk dinikmati oleh kalangan anak muda seperti remaja (http://www.beritasatu.com).

Pada masa remaja keadaan emosi masih sangat labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Di masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan (Zulkifli, 2005: 66). Oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk berbuat hal yang sama dengan anggota kelompoknya seperti berpacaran, berkelahi bahkan mencuri. Karena apabila mereka tidak menurut kepada anggota kelompoknya maka ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri walaupun apa yang dilakukan itu belum tentu baik bagi dirinya maupun orang lain. Dengan memanfaatkan kondisi para remaja yang masih labil, perusahaan KFC mengeluarkan produk terbarunya dengan menampilkan seseorang wanita cantik multi talenta yaitu Cinta Laura yang berprofesi sebagai artis, model, sekaligus penyanyi sebagai talent

dalam iklan KFC produk Pokkits dengan harapan produk terbarunya ini dapat diterima para kalangan remaja yang juga mengidolakannya.

Agar menarik minat konsumen pihak perusahaan memasarkan produk ini melalui media elektronik televisi dan juga iklan media cetak seperti di majalah serta billboard. Dalam Iklan KFC Pokkits yang ditayang di televisi menceritakan sekumpulan anak muda yang sedang mengahabiskan waktu bersama memutuskan membeli snack KFC Pokkits. Iklan tersebut menceritakan makanan siap saji yang mereka beli melengkapi suasana berkumpul bersama semakin menarik dan sangat cocok untuk mereka nikmati karena sangat praktis. Namun dalam scene iklan tersebut, terdapat suatu adegan yang tidak merepresentasikan budaya yang ada di Indonesia pada umumnya. Adegan ini menampilkan model yang meletakkan produk Pokkits di saku belakang celananya. Begitu juga dengan iklan media


(18)

cetak, di beberapa Bilboard yang terdapat di kota-kota besar pada umumnya seperti kota Medan, iklan ini hanya menampilkan bagian belakang tubuh seorang wanita dengan mengantongi produk Pokkits ini.

Memahami berbagai budaya yang berbeda menjadi penting khususnya bagi perusahaan yang memperluas pasar produksinya yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan negara asal perusahaan. Setiap negara tentu saja memiliki tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai tertentu yang harus dipahami ketika pemasar akan merencanakan dan melaksanakan program pemasaran di suatu negara. Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas (Mulyana, 2007: 214). Dengan demikian, persepsi itu terikat oleh budaya (culture-bound) bagaimana seseorang memaknai pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang dianut.

Persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif, semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Oleh karena tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak pernah ada dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Dalam konteks ini, budaya dapat dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut sekelompok orang. Samovar dan Porter (dalam Mulyana, 2007: 214) mengemukakan terdapat unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain, yakni kepercayaan, nilai, sikap, pandangan dunia, organisasi sosial, tabiat manusia, orientasi kegiatan dan persepsi tentang diri dan orang lain. Unsur budaya inilah yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap iklan KFC tersebut. Begitu juga terhadap siswa-siswi kota Medan khususnya SMPN 7 yang memiliki persepsi tersendiri terhadap iklan tersebut.

Peneliti merasa tertarik untuk meneliti persepsi siswa terhadap iklan ini karena pengaruh globalisasi dari budaya barat yang dipersepsikan sebagai budaya yang modern. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian di


(19)

SMPN 7 karena letak sekolah yang berada di pusat kota Medan yaitu di Jl. Adam Malik Medan. Alasan lain peneliti melakukan penelitian di SMPN 7 Medan ini adalah karena salah satu lokasi dari restoran KFC terletak di Jl. Adam Malik No. 5/7 di depan SMPN 7 Medan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui “Persepsi Siswa SMPN7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan KFC Produk Pokkits”.

1. 2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas maka diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik

2. Objek pada penelitian ini merupakan siswa SMP Negeri 7 Kota Medan 3. Penelitian dilakukan pada tanggal 29 April 2013

1. 3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, fokus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Persepsi Siswa SMPN 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan KFC Produk Pokkits?”

1. 4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa SMPN 7 Medan terhadap iklan fastfood

KFC Pokkits versi Cinta Laura.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura.


(20)

1. 5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis peneliti selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2. 1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39). Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Kerangka teori terdiri dari teori-teori yang mendukung dan menjelaskan masalah yang akan diteliti.

Teori yang digunakan haruslah berkaitan dan relevan sesuai dengan masalah yang diteliti. Teori adalah sistem konsep abstrak yang menjelaskan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena atau masalah. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Persepsi, Komunikasi dan Komunikasi Massa, Periklanan, Remaja.

2. 2 Komunikasi dan Komunikasi Massa

2. 2. 1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung melalui lisan atau tidak langsung melalui media (Effendy, 2003: 3). Harold Lasswell memberikan pengertian komunikasi melalui paradigma yang dikemukakannya dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :


(22)

1. Who : Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang 3. In Which Channel : Media yaitu sarana atau saluran yang mendukung

pesan yang disampaikan.

4. To Whom : Komunikan yaitu orang yang menerima pesan. 5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat

juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10). Dalam penelitian ini aktivitas komunikasi yang dilakukan adalah proses periklanan oleh KFC dalam memasarkan produk Pokkits.

2. 2. 2 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan. Kedua, aspek psikologis seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya. Keempat, aspek waktu yaitu kapan berkomunikasi seperti hari apa dan jam berapa (Mulyana, 2007: 77).

Indikator paling umum untuk mengklasifiksikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenal komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.


(23)

2. 2. 3 Pengertian Komunikasi Massa

Kemajuan teknologi di bidang pers seperti percetakan yang mampu menghasilkan ratusan ribu bahkan jutaan eksemplar surat kabar dalam waktu yang relative cepat, kemajuan di bidang film yang berhasil menyempurnakan segi audiovisual, kemajuan di bidang radio yang mampu menjangkau jarak yang lebih jauh dengan suara yang lebih baik serta kemajuan teknologi di bidang televisi yang dengan satelitnya mampu menghubungkan satu bangsa lain secara visual auditif dan pada saat suatu peristiwa terjadi itu semua berpengaruh besar pada kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan (Effendy, 2003: 83).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relative mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym dan heterogen (Mulyana, 2007: 83). Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

2. 2. 4 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Bagian terpenting yang membentuk dan mendukung terjadinya suatu sistem disebut unsur. Dalam melakukan proses komunikasi diperlukan unsur-unsur untuk mendukung kelancaran proses pertukaran pesan antara komunikator dan komunikan. Unsur dalam komunikasi massa tidak sesederhana unsur bentuk komunikasi lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks karena setiap unsur memiliki karakteristik tertentu. Adapun unsur-unsur komunikasi massa adalah (Bungin, 2007: 72):

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa adalah:

a. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi cepat ditangkap oleh publik.


(24)

b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui dengan jelas keberadaannya.

c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

2. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.

3. Informasi (pesan) Massa

Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal. Informasi massa ditujukan kepada publik bukan ditujukan kepada individu.

4. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang menyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan.

5. Khalayak (publik)

Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa.

6. Umpan Balik

Umpan balik dalam komunikasi massa berbeda dengan umpan balik dalam komunikasi antarpribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda. Namun dengan adanya perkembangan teknologi telepon dan internet sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan.


(25)

2. 2. 5 Fungsi Komunikasi Massa

Komuniksi massa adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator atau media kepada khalayak melalui suatu alat informasi. Komunikasi massa berfungsi menyampaikan informasi baik positif atau negative kepada masyarakat luas. Dalam kajian komunikasi massa, terdapat beberapa fungsi, yaitu (Effendy, 2003: 28):

1. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial yang ditujukan kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa yang dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien serta menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Fungsi informatif adalah fungsi yang bersifat statis, namun fungsi lain yang bersifat yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa adalah menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.


(26)

Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer dan sebagainya. Jadi tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini dimana hampir semua perkembangan telematika mengikutsertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.

5. Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Transformasi budaya yang dilakukan oleh komunikasi massa mengikutsertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam komuniksai massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa.

2. 2. 6 Tujuan Komunikasi Massa

Dalam proses komunikasi pasti komunikator memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan setelah mendapatkan pesan. Tujuan-tujuan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, pendapat maupun sikap. Adapun tujuan-tujuan dari komunikasi massa, yaitu (Severin dan Tankard, 2008: 13):


(27)

1. Untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa. Pengaruh ini mungkin yang diharapkan seperti pemberitaan kepada masyarakat selama pemilihan atau yang tidak diharapkan seperti menyebabkan peningkatan kekerasan dalam masyarakat.

2. Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan masyarakat. Melihat manfaat komunikasi massa oleh masyarakat menjadi lebih bermakna daripada melihat pengaruhnya. Pendekatan ini mengakui adanya peranan yang lebih aktif pada audiens komunikasi. Ada dua faktor yang digabung untuk memberikan tekanan yang lebih besar pada aktivitas audiens dan penggunaan komunikasi massa daripada pengaruhnya. Salah satu faktornya adalah bidang psikologi kognitif dan pemrosesan informasi. Faktor lain adalah perubahan teknologi dan komunikasi yang bergerak menuju teknologi yang semakin tidak tersentralisasi, pilihan pengguna yang lebih banyak, diversitas isi yang lebih besar dan keterlibatan yang lebih aktif dengan isi komunikasi oleh pengguna individual.

3. Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa.

4. Untuk menjelaskan peranan media massa dalam pembentukan pandangan-pandangan dan nilai-nilai masyarakat. Para politisi dan tokoh masyarakat sering memahami pentingnya peran komunikasi massa dalam pembentukan nilai-nilai dan pandangan dunia seperti mengkritik acara-acara atau film yang didasarkan oleh spekulasi.

2. 2. 7 Televisi Sebagai Media Iklan

Komunikasi massa dapat digunakan untuk membantu praktisi media agar dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dalam melakukan proses komunikasi massa memerlukan adanya media cetak seperti surat kabar dan majalah maupun elektronik seperti radio dan televisi sebagai alat untuk penyampaian pesan atau informasi yang akan ditujukan kepada publik. Media massa menggunakan gambar sebagai pendukung beritanya. Citra dalam periklanan telah memperlakukan gambar tidak hanya sebagai gambaran nyata dari suatu realitas tapi juga sebagai alat pembawa daya tarik emosional. Gambar-gambar dapat digunakan sebagai simbol dan dapat digunakan untuk membangun argumentasi. Elemen-elemen


(28)

visual mampu mempresentasikan konsep, abstraksi, aksi, metafora dan keterangan yang keseluruhannya dapat digabungkan dalam argumentasi-argumentasi yang kompleks (Scott. 1994 dalam Severin dan Tankard, 2008: 98).

Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media ini menyajikan banyak program populer yang disukai banyak orang. Audiensi dapat menghabiskan waktu beberapa jam dalam sehari untuk menonton televisi. Media ini juga menjadi sumber informasi dan hiburan utama masyarakat.

2.2.7.1 Kelebihan Media Televisi

Televisi memiliki berbagai kelebihan dalam memasarkan iklan baik itu iklan barang maupun jasa. Adapun kelebihan menggunakan media televisi dalam memasarkan barang dan jasa yaitu (Morissan, 2010: 240):

1. Daya Jangkau Luas

Penetrasi televisi saat ini sudah sangat luas, daya jangkau siaran yang semakin luas menyebabkan banyak orang sudah dapat menikmati siaran televisi oleh berbagai kelompok masyarakat. Daya jangkau siaran yang luas memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke seluruh wilayah suatu negara. Karena kemampuannya menjangkau audiensi dalam jumlah besar, maka televisi menjadi media ideal untuk mengiklankan produk konsumsi massal (mass-consumption products), yaitu barang-barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari ,misalnya makanan, minuman, perlengkapan mandi, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Perusahaan dengan distribusi produk yang luas memilih televisi sebagai media untuk menjangkau pasar yang luas.

2. Selektivitas dan Fleksibilitas

Walaupun televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen audiensi yang khusus atau tertentu, namun sebenarnya televisi dapat menjangkau audiensi tertentu tersebut karena adanya variasi komposisi audiensi sebagai hasil dari isi


(29)

program, waktu siaran dan cakupan geografis siaran televisi. Selain audiensi yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audiensi yang dituju. Jika suatu perusahaan ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu. Maka perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televisi yang terdapat di wilayah bersangkutan. Dalam hal ini, pemasang iklan dapat membuat variasi isi pesan iklan yang disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik wilayah setempat.

3. Fokus Perhatian

Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audiensi pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audiensi tidak menukar program stasiun televisi lain, maka ia harus menyaksikan tayangan iklan televisi tersebut dan perhatian audiensi hanya akan tertuju kepada siaran iklan ketika iklan tersebut muncul di layar televisi. 4. Kreativitas dan Efek

Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. Iklan yang disiarkan televisi dapat menggunakan kekuatan personalitas manusia untuk mempromosikan produknya. Cara seseorang berbicara dan bahasa tubuh (body language) yang ditunjukkan dapat membujuk audiensi untuk membeli produk yang diiklankan tersebut. Apabila orang yang berbicara dan berkomentar tentang suatu produk yang diiklankan tersebut adalah para selebritis atau orang yang sudah terkenal dan mendapatkan kepercayaan, maka audiensi akan lebih tertarik untuk membeli produk yang diiklankan tersebut.

5. Prestise

Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal publik. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. Dengan kata lain, produk tersebut mendapatkan prestise sendiri.


(30)

6. Waktu Tertentu

Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi. Dengan demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak sedang menonton televisi. Sebagai contoh mengapa perusahaan jajanan anak-anak lebih sering beriklan atau ditayangkan pada hari Minggu adalah karena pada hari itu tayangan televisi adalah kartun yang audiensinya adalah anak-anak.

2.2.7.2 Kekurangan Media Televisi

Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam menjangkau audiensi dalam jumlah yang besar namun terdapat juga berbagai kelemahan dalam menggunakan media televisi dalam memasarkan barang dan jasa. Adapun kelemahan media televisi tersebut adalah (Morissan, 2010: 244):

1. Biaya Mahal

Televisi merupakan media paling mahal untuk beriklan. Biaya iklan televisi yang mahal tidak saja disebabkan tarif penayangan iklan yang mahal, biaya yang dikenakan kepada pemasang iklan televisi dihitung berdasarkan detik tetapi juga biaya produksi iklan berkualitas yang juga mahal. Di Indonesi, pemasang iklan dapat menghabiskan dana ratusan juta rupiah atau bahkan lebih dari satu miliar rupiah untuk memproduksi iklan dengan durasi kurang dari satu menit.

2. Informasi Terbatas

Dengan durasi iklan yang terbatas dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. Siaran iklan tidak menyediakan cukup waktu untuk menyampaikan seluruh informasi tentang produk yang dipromosikan. Selain itu, iklan televisi hanya ada atau muncul pada saat iklan tersebut diasiarkan kecuali audiensi merekamnya. Oleh karena itu audiensi tidak dapat melihat


(31)

kembali siaran iklan untuk mengetahui atau mengecek kembali informasi yang terdapat pada iklan yang dimaksud. Informasi dan pesan singkat yang ditampilkan tersebut hanya dapat diatasi dengan cara menayangkan iklan itu beberapa kali agar dapat diingat oleh audiensi dan memberikan pengaruh terhadap penjualan.

3. Selektifitas Terbatas

Walaupun televisi menyediakan selektivitas audiensi melalui program-program yang ditayangkan dan juga melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang paling tepat bagi pemasang iklan yang ingin menjangkau konsumen yang sangat khusus atau spesifik dengan jumlah yang relative sedikit. Pemasang iklan dapat menjangkau target audiensi tertentu melalui berbagai jenis program yang ditayangkannya, namun demikian televisi belum mampu menandingi radio, surat kabar dan majalah dalam menjangkau segmen audiensi secara lebih khusus.

4. Penghindaran

Kelemahan siaran iklan televisi adalah kecenderungan audiensi untuk menghindar pada saat iklan ditayangkan. Audiensi televisi menggunakan kesempatan penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain misalnya pergi ke kamar mandi, mengobrol atau mengerjakan hal lainnya. Kebiasaan lainnya adalah memindahkan saluran televisi ketika sedang menayangkan iklan atau mengecilkan volume televisi. Upaya audiensi menghindari siaran iklan dengan memindahkan saluran ini disebut dengan zapping. Alasan audiensi memindahkan saluran televisi tidak hanya karena program sebelumnya tidak menarik namun karena rasa ingin tahu untuk melihat program lain yang ditayangkan stasiun televisi lain pada saat bersamaan.

5. Tempat Terbatas

Stasiun televisi tidak dapat memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program secara tiba-tiba. Pada media cetak, jika jumlah pemasang iklan meningkat, maka jumlah halaman media


(32)

cetak tersebut dapat ditambah sesuai dengan peningkatan jumlah iklan tanpa harus mengganggu isi media bersangkutan. Namun hal ini tidak dapat ditiru pada siaran iklan televisi. Jika waktu penayangan program banyak diambil untuk iklan, maka hal itu akan mengganggu atau bahkan merusak program itu sendiri. Sebagai akibatnya audiensi akan meninggalkan acara tersebut. 2. 3 Persepsi

2. 3. 1 Definisi Persepsi

Persepsi merupakan istilah dari dunia psikologi. Dalam kajian etimologis, persepsi berasal dari Bahasa Latin perception, dari percipere, yang memiliki makna menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003: 445).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).

Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi dan motivasi (Rakhmat, 2008: 51). Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang yang identik dengan penyandian-penyandian baik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin dapat berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan untuk menyeleksi proses dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007: 180).


(33)

2. 3. 2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi merupakan keadaan integrasi dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi sehingga persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabkan seseorang memberikan interpretasi berbeda saat melihat sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu (Rakhmat, 2008: 52):

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Dari sini, persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu.

c. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi.

d. Faktor Personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.


(34)

2. 3. 3 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Secara singkat persepsi didefenisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Sobur juga menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi adalah persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2003: 446).

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama pengetahuan itu.


(35)

2. 3. 4 Kekeliruan dan Kegagalan Persepsi

Dalam persepsi, sering terjadi kekeliruan dan kegagalan dalam pembentukannya. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan. Sehingga tidak jarang asumsi yang seseorang berikan terhadap sesuatu objek tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya. Ada beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan dalam pembentukan persepsi, yaitu (Mulyana, 2007: 230):

1. Kesalahan Atribusi

Atribusi adalah proses internal dalam diri seseorang untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, dapat menggunakan beberapa sumber informasi, misalnya mengamati penampilan fisik, faktor-faktor seperti faktor usia, gaya berpakaian dan daya tarikdapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama.

2. Efek halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effect) merujuk pada fakta bahwa membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai sesorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian akan sifat-sifat yang spesifik. Efek halo berpengaruh sangat kuat pada diri seseorang dalam menilai orang-orang yang bersangkutan karena sangat terkesan olehnya dan cenderung memperluas kesan awal.

3. Stereotype

Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping),

yaitu menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang atau objek ke dalam kategori-kategori mapan atau penilaian mengenai orang dan objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai berdasarkan karakteristik individual mereka.

4. Prasangka

Kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Istilah prasangka berasal dari kata latin yaitu praejudicium yang berarti suatu penilaian berdasarkan


(36)

keputusan dan pengalaman terdahulu. Prasangka bermacam-macam jenisnya seperti prasangka rasial, prasangka kesukuan, prasangkan gender dan prasangka agama. Wujud prasangka yang nyata adalah diskriminasi, yaitu pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang terhadap sumber daya semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok ras, suku, gender, pekerjaan dan sebagainya.

5. Gegar Budaya

Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol sosial. Gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penyebab kekeliruan dan kegagalan dari persepsi seseorang pada dasarnya disebabkan oleh kekuranglengkapan informasi mengenai objek yang dipersepsikan, sehingga menimbulkan kesan-kesan inderawi yang diterimanya. Jadi, tidak dapat disangkal bahwa persepsi seseorang tidak selamanya benar terkadang bisa saja keliru atau berbeda dengan orang lain.

2. 3. 5 Teori Kognitif

Tindakan manusia didasari oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, teori kognitif merupakan salah satu teori yang menjelaskan proses manusia dalam menentukan persepsi dan tindakan. Taylor (2009) Teori Kognitif merupakan konsep tentang perilaku manusia melalui proses berpikir (homo sapiens) Teori kognitif mencakup tentang proses berpikir, mengingat, mengetahui, berkomunikasi, dan bagaimana seluruh proses tersebut saling bekerja sama dan mempengaruhi. Fokus teori ini adalah pada proses berpikir individu, manusia tidak dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya. Manusia merupakan makhluk yang berpikir, membentuk emosi, kemudian perilaku. Tokoh psikolog yang mengemukakan teori ini antara lain: Lewin, Helder, Festinger, Piaget, Kohlberg. Menurut Lewin, Perilaku dipengaruhi oleh karakteristik


(37)

personal individu (seperti kemampuan, kepribadian, dan disposisi genetik dan oleh pemahamannya tentang lingkungan sosial).

Gagasan inti dalam perspektif kognitif menurut Taylor adalah bahwa orang cenderung secara spontan mengelompokkan dan mengkategorikan objek. Pertama, Manusia cenderung mengelompokkan objek menjadi satu unit sederhana, misalnya berdasarkan kemiripannya (bentuk berbagai macam piring cenderung mirip satu sama lain jadi kita memandang kumpulan piring sebagai suatu himpunan), berdasarkan kedekatan dan pengalaman. Kedua, orang mudah memandang sesuatu sebagai sesuatu yang menonjol (“tokoh”) dan memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu yang kurang menonjol (“latar belakang”). Biasanya, stimuli yang penuh warna, berisik, unik dianggap menonjol, sedangkan stimuli yang jauh, sepi, umum, datar dan lemah sebagai latar belakang.

Dua prinsip tersebut, yakni mengelompokkan atau mengkategorikan sesuatu secara spontan lebih fokus pada stimuli yang lebih menonjol sangat penting bagi persepsi kita terhadap objek fisik didunia sosial. Sebagai pemikir sosial, kita berusaha memberi interpretasi yang bermakna terhadap cara orang lain merasakan sesuatu, terhadap apa-apa yang mereka inginkan, seperti apa sosok mereka, dan seterusnya. Riset kognisi sosial difokuskan pada bagaimana kita menyatukan berbagai informasi tentang orang, situasi sosial, dan kelompok dalam rangka menarik kesimpuln tentang mereka. Periset kognisi sosial meneliti aliran informasi dari lingkungan ke orang. Pendekatan kognitif berbeda dengan pendekatan belajar dalam dua hal. Pertama, pendekatan kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini ketimbang pada pengalaman masa lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memerhatikan arti penting persepsi atau interpretasi seseorang terhadap suatu situasi, bukan pada ”realitas” objektif dari situasi sebagaimana disaksikan oleh pengamat netral (p.9).

Baron dan Byrne (2004: 15) mengutip beberapa pendapat ahli mengenai teori kognitif dari psikologi sosial. Perspektif kognitif direfeleksikan dalam penelitian psikologi sosial pada banyak hal, namun ada dua yang mungkin paling penting. Pertama, psikolog sosial telah mencoba menerapkan pengetahuan dasar tentang ingatan, penalaran (reasoning) dan pembuatan keputusan pada berbagai aspek dari pemikiran dan perilaku sosial (Albarracin dan Wyer, 2000). Misalnya,


(38)

dalam konteks ini, peneliti mencoba memahami apakah prasangka muncul, setidaknya sebagian, dari kecenderungan kita untuk mengingat hanya informasi yang konsisten dengan stereotip kelompok tertentu, atau kecenderungan untuk memproses informasi mengenai kelompoknya sendiri dan kelompok sosial lain secara berbeda (Forgas dan Fiedler, 1996). Kedua, adalah ketertarikan yang semakin besar pada pertanyaan tentang bagaimana kita memproses informasi sosial apakah secara cepat dan asal-asalan untuk mengurangi usaha (heuristik) atau secara lebih hati-hati dan penuh usaha (Secara sistematis, Eagly & Chaiken, 1998; Killeya & Johnson, 1998).

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, persepsi dapat terbentuk melalui proses kognitif seseorang yang mementingkan proses berfikir, penalaran dan pengorganisasian stimuli objek atau suatu kelompok objek menjadi sebuah penilaian terhadap objek tersebut. Manusia memiliki akal pikiran untuk menilai sesuatu dan bersikap terhadap sesuatu melalui proses berpikir hal inilah yang dipandang dalam teori kognitif. Seperti definisi Ahmadi (2007: 212) bahwa Teori koginitif menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan semua tingkah laku. Manusia dipandang sebagai suatu akal pikiran yang mencoba memecahkan masalah yang kompleks di sekitar kita dengan cara yang rasional. Tingkah laku sosial dipandang sebagai suatu hasil akibat dari proses akal.

2. 4 Periklanan

2. 4. 1 Definisi Periklanan

Periklanan (advertising) adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan, yang membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran iklannya, misalnya melalui program siaran televisi (Suhandang, 2010: 13). Dalam periklanan, pesan yang disampaikan secara cepat kepada konsumen atau khalayak yang luas dan tersebar, di mana pesan yang disampaikan melalui media elektronik (radio, TV) dan media cetak (surat kabar, majalah), karena media faktanya muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai dan maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang terjadi adalah satu arah, dalam hal ini dari produsen ke konsumen. Produsen atau pengiklan seringkali merubah paradigma


(39)

lama dan menepatkan calon konsumen ke dalam subjek, bukan objek, padahal sebenarnya iklan dibuat untuk kepentingan produsen, namun seolah-olah di balik bahwa iklan itu dibuat untuk kepentingan konsumen.

2. 4. 2 Fungsi Periklanan

Iklan sebaiknya dirancang untuk mencapai sasaran spesifik dari perusahaan, walaupun tujuan akhir dari program periklanan adalah untuk mendorong terjadi keputusan pembelian oleh konsumen. Adapun fungsi-fungsi periklanan adalah sebagai berikut (Shimp, 2003: 357):

1. Memberikan informasi (Informing)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Periklanan ini merupakan bentuk komunikasi yang berkemampuan menjangkau khalayak secara luas dengan biaya yang relatif rendah. Periklanan ini memfasilitasi pengenalan produk atau merek baru, meningkatkan jumlah permintaan produk atau merek-merek yang sudah ada.

2. Membujuk (Persuading)

Periklanan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk yang diiklankan. Terkadang persuasi tersebut berbentuk mempengaruhi permintaan primer yaitu menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Iklan yang dibuat harus mampu membujuk konsumen untuk memilih merek tertentu, menganjurkan untuk membeli produk merek tertentu, membujuk pelanggan untuk menerima merek yang diiklankan, serta membujuk pelanggan untuk membeli sekarang juga produk yang diiklankan.

3. Mengingatkan (Reminding)

Iklan dapat menjaga merek agar tetap segar dalam ingatan konsumen. Saat munculnya kebutuhan yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, konsumen akan segera ingat dengan merek yang diiklankan di masa lalu dan akhirnya membeli produk tersebut. Periklanan ini dapat meningkatkan


(40)

minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian terhadap merek yang mungkin tidak akan dipilih, serta mampu mempengaruhi pengalihan merek (brand switching).

4. Memberikan nilai tambah (Adding Value)

Iklan berfungsi memberikan nilai tambah bagi perusahaan akan tiga hal yang mendasar, yaitu: terjadinya inovasi, penyempurnaan kualitas, atau perubahan persepsi konsumen.

5. Membantu atau mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan (Assisting)

Iklan yang telah dilakukan perusahaan dapat memberikan informasi pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggannya. Periklanan ini memungkinkan digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan, seperti kupon-kupon dan undian, serta upaya penarik perhatian berbagai perangkat promosi penjualan tersebut. Periklanan juga dapat meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya. Contohnya, para konsumen dapat mengetahui kemasan-kemanasan produk di toko dan lebih mudah mengenali produk setelah melihat iklan produk tersebut di televisi. 2. 4. 3 Tujuan Periklanan

Sasaran periklanan bisa ditentukan berdasarkan klarifikasi apakah tujuan periklanan bermaksud menginformasikan, membujuk atau mengingatkan saja. Adapun tujuan dari periklanan adalah (Kasali, 2007: 45):

1. Untuk berkomunikasi dan mengkoordinasi dengan memberikan tuntunan bagi pihak-pihak yang terlibat, yakni pengiklan (klien), account executive

dari pihak biro dan tim kreatif untuk saling berkomunikasi. Periklanan juga membantu koordinasi bagi setiap kelompok kerja.

2. Untuk memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan. Jika ada dua alternatif dalam kampanye iklan, salah satu daripadanya harus dipilih. Berbeda dengan keputusan yang dilakukan berdasarkan selera eksekutif,


(41)

mereka semua harus kembali pada tujuan dan memutuskan mana yang lebih cocok.

3. Untuk melakukan evaluasi terhadap hasil suatu kampanye periklanan. Oleh karena itu timbul kebutuhan untuk mengaitkan beberapa ukuran seperti pangsa pasar atau kesadaran merek dengan tujuan kampanye periklanan.

2. 4. 4 Nilai Budaya Dalam Iklan

Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya adalah nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik (Sumarwan, 2004: 181). Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa kemudian dikomunikasikan melalui media iklan kemudian akan dipindahkan kepada konsumen. Makna budaya atau makna simbolik telah melekat kepada produk yang kemudian dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual) dan pembuangan (divestment ritual). Menurut Mowen dan Minor (1998 dalam Sumarwan, 2004: 182) ritual adalah tindakan simbolik yang dilakukan konsumen untuk menciptakan, menguatkan, menghilangkan atau merevisi makna budaya tertentu. Makna budaya dapat berpindah kepada konsumen dengan cara memiliki suatu produk.

Masyarakat modern di seluruh dunia memiliki kesamaan budaya, yaitu budaya populer. Budaya populer dinikmati bersama oleh semua masyarakat yang melewati batas negara, bangsa, agama, ras dan perbedaan-perbedaan lainnya. Mowen dan Minor (1998 dalam Sumarwan, 2004: 184) mengartikan budaya populer sebagai budaya masyarakat banyak. Budaya populer mudah dipahami oleh sebagian besar anggota masyarakat, mereka tidak memerlukan pengetahuan yang khusus untuk memahami budaya populer tersebut. Budaya populer dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat suatu bangsa. Budaya populer juga dapat diperoleh dan dibeli dengan mudah yang kemudian akan mempengaruhi perilaku konsumen.


(42)

Budaya populer dapat diperoleh oleh masyarakat melalui medium iklan dan televisi. Iklan dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak (koran, majalah, brosur dan leaflet) telah menjadi cirri masyarakat modern. Setiap hari konsumen disajikan beragam iklan produk dan jasa melalui berbagai media cetak. Tidak ada surat kabar dan majalah tanpa iklan. Konsumen disajikan iklan melalui media ruang, hampir semua sudut kota dihiasi oleh iklan yang terpasang di billboard, spanduk dan sebagainya. Iklan bukan hanya disajikan melalui media cetak saja namun juga disajikan lewat media elektronik (televisi, radio, internet dan sebagainya).

Televisi telah menjadi medium yang sangat banyak menciptakan budaya populer. Televisi adalah medium iklan yang banyak digunakan oleh para produsen, karena jangkauannya luas dan kemampuan audio dan visualnya dalam menyampaikan iklan. Televisi adalah medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat seperti masalah sosial, politik, hiburan, olahraga, beragam berita dan juga iklan komersial. Televisi di Indonesia telah menciptakan budaya hiburan melalui layar kaca, seperti sinetron, kuis, musik, film, ruang konsultasi keluarga dan kesehatan serta mimbar agama dan kerohanian. Bintang-bintang sinetron muncul ke permukaan sehingga menjadi idola banyak konsumen muda. Para bintang sinetron tersebut juga menjadi bintang iklan-iklan yang ditayang di televisi.

2. 4. 5 Karakteristik Budaya

Budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita dapat mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda adalah dengan menelaah kelompok dan aspeknya. Adapun karakteristik-karakteristik budaya tersebut adalah (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 58):

1. Komunikasi dan Bahasa

Sistem komunikasi verbal dan nonverbal membedakan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Terdapat banyak “bahasa asing” di dunia, makna-makna yang diberikan kepada gerak-gerik, misalnya, sering


(43)

berbeda secara kultural. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, namun perwujudannya berbeda secara lokal.

2. Pakaian dan Penampilan

Meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.

3. Makanan dan Kebiasaan Makan

Cara memilih, menyiapkan dan menyajikan serta memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Di kota-kota metropolitan, rsetoran-restoran sering menyediakan makanan-makanan “nasional” tertentu untuk memenuhi selera budaya yang berlainan. Cara makan juga berbeda-beda. Ada yang makan dengan tangan saja, ada pula yang menggunakan sumpit atau seperangkat alat makan yang lengkap.

4. Waktu dan Kesadaran Akan Waktu

Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu.

5. Penghargaan dan Pengakuan

Cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas. 6. Hubungan-Hubungan

Budaya juga mengatur hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Dalam budaya tertentu, orang yang harus dipatuhi dalam keluarga adalah lelaki yang mengepalai keluarga dan hubungan yang sudah tetap ini meluas dari rumah ke masyarakat. Hubungan antara orang-orang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya.

7. Nilai dan Norma

Suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Nilai dan norma memegang peranan yang sangat penting


(44)

sebagai pengatur tata kehidupan bermasyarakat. Nilai dan norma bersifat abstrak dan merupakan unsur terpenting dari suatu kebudayaan. Nilai dan norma harus dijunjung tinggi agar peri kehidupan sosial dapat terjalin secara harmonis sehingga tercipta stabilitas sosial. Pelanggaran terhadap sistem nilai dan norma akan menimbulkan konflik dalam kehidupan sosial. 8. Rasa Diri dan Ruang

Identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sikap yang sederhana dalam suatu budaya. Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda pula oleh budaya. Setiap budaya mengesahkan diri dengan suatu cara yang unik.

9. Proses Mental dan Belajar

Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar. Antropolog Edward Hall berpendapat bahwa pikiran adalah budaya yang terinternalisasikan, dan prosesnya berkenaan dengan bagaimana orang mengorganisasikan dan memproses informasi. Apa yang tampaknya secara universal adalah bahwa setiap budaya mempunyai suatu proses berpikir, namun setiap budaya mewujudkan proses tersebut dengan cara yang berbeda.

10.Kepercayaan dan Sikap

Dalam semua budaya tampaknya orang-orang mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik-praktik agama mereka. Agama dipengaruhi oleh budaya dan budaya pun dipengaruhi oleh agama. Sistem kepercayaan agama sekelompok orang bergantung pada tingkat perkembangan kemanusiaan mereka.

2. 4. 6 Metode DAGMAR

Pada tahun 1961 Russel H. Colley dalam Kasali (51: 2007) atas sponsor Asosiasi Periklanan Nasional Amerika, menulis buku yang diberi judul Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results. Buku ini kemudian menjadi sangat terkenal di kalangan praktisi periklanan Amerika dengan konsep yang


(45)

disebut DAGMAR untuk memilih dan menentukan tujuan. Konsep tersebut terutama digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh para manajer pemasaran pada dasawarsa 1950-an untuk mengendalikan usaha-usaha periklanan dan mengembangkan model hubungan tanggapan penjualan.

Tujuan periklanan pada umumnya mengandung misi komunikasi. Periklanan adalah suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanyasuatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. Dalam pendekatan DAGMAR, dikembangkan suatu metode yang disebut proses komunikasi yang terdiri dari langkah-langkah yang harus dilalui suatu produk untuk sampai pada tujuan yang dikehendaki, yaitu berupa tindakan yang diambil konsumen (Kasali, 2007: 52).

Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Ketidaksadaran (Unaware)

Kesadaran (Aware)

Pemahaman dan Citra (Comprehensive and Image)

Sikap (Attitude)

Tindakan (Action)

Dari bagan di atas bahwa seorang calon pembeli belum pernah melihat dan mendengar sesuatu produk bermula pada keadaan yang disebut tidak berkesadaran, yaitu tidak sadar atas kehadiran suatu produk. Namun tugas periklanan di sini adalah meraih kesadaran calon pembeli sebagai langkah awal. Kemudian dibutuhkan adanya pemahaman sebagai suatu proses sebelum seseorang mengatakan suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Langkah selanjutnya adalah langkah kepastian yakni memastikan sikap calon pembeli dari tahap sebelumnya yang yang hanya memiliki bayangan akan suatu produk yang menghantarkan calom pembeli hingga mengambil tindakan akan membeli suatu produk tersebut.


(46)

Dalam penelitian ini pihak KFC ingin memasarkan produk terbaru mereka yaitu snack yang diberi nama Pokkits. Produk KFC Pokkits merupakan makanan selingan yang dikemas dan didesain sepraktis mungkin untuk dinikmati oleh konsumen. KFC membuat iklan produk KFC Pokkits dengan konsep yang menggambarkan kehidupan remaja masa kini. Dari iklan tersebut diharapkan produk ini dapat digemari oleh remaja Indonesia dan diharapkan pula para remaja ini membeli produk tersebut.

2. 5 Remaja

2. 5. 1 Definisi remaja

masa dewasa, dimana ketika anak tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Masa remaja dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2004: 45) remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ–organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Syamsu, 2004: 184).

Saat anak mengalami masa remaja tidak sama disetiap negara, waktu dalam mengalami proses masa remaja berbeda-beda menurut norma kedewasaan yang berlaku di negara setempat, misalnya di daerah pedesaan yang agraris anak berusia dua belas tahun harus sudah ikut melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa seperti mengolah sawah dan ladang. Dengan demikian masaremaja akan lebih cepat berakhir di daerah pedesaan. Sedangkan di daerah perkotaan masa remaja berlangsung lebih lama, sebab keadaan kehidupan di kota lebih kompleks dan lebih majemuk masyarakatnya karena pengaruh dari latar belakang kehidupan, norma-norma kebudayaan dan istiadat, nilai-nilai moral, etika dan sosial (Zulkifli, 2005: 63).


(47)

2. 5. 2 Ciri-Ciri Remaja

Ada beberapa ciri yang harus diketahui pada masa remaja, yaitu : 1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak–anak dan masa dewasa.

2. Perkembangan seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang–kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan sebagainya.

3. Cara Berfikir

Cara berpikir kausalitas yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang“. Andai yang dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menuruti perintah orang tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk didepan pintu. 4. Emosi yang Meluap–luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali.

5. Mulai Tertarik pada Lawan Jenis

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya. Dalam hal ini ditandai dengan mulainya berpacaran.

6. Menarik Perhatian Lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran seperti melalui kegiatan remaja kampung– kampung.

7. Terikat Dengan Kelompok

Remaja dalam kehidupan sosialnya tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan (Zulkifli, 2005: 65)


(48)

2. 5. 3 Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila diperhatikan dan mengikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, maka akan didapatilah bahwa anak tersebut tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Berikut ini adalah beberapa tahapan masa remaja, yaitu (Zulkifli, 2005: 67):

1. Masa Pueral

Dalam psikologi, kata puer berarti anak besar. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi belum termasuk golongan orang dewasa. Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan dan gemar akan pengalaman yang luar biasa. Pada masa pueral ini pula seorang anak ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak dan suka menyampaikan perasaannya sampai memberontak namun tidak dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua maupun guru.

2. Prapubertas

Masa prapubertas termasuk ke dalam masa peralihan. Pada masa ini anak perempuan mengalaminya lebih singkat daripada lamanya yang dialami oleh anak laki-laki. Keduanya berangsur-angsur melepaskan diri dari ikatan orang tua untuk memungkinkan dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Apabila mereka tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan tersebut maka mereka akan merasa kebebasannya terancam dan terdapat pula kemungkinan untuk bertindak memberontak, tidak mau menuruti perintah dan tidak tunduk kepada peraturan. Gejala datangnya masa ini ditandai dengan suka bertindak sesuka hati, sering bertindak tidak sopan,suka mencela tetapi dirinya sendiri belum tentu mampu untuk berbuat lebih baik.

3. Masa Pubertas

Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi tersebut


(49)

yang menjadi pusat pikirannya. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yaitu:

a) Pendapat lama ditinggalkan, yakni dimana mereka ingin menyusun pendirian yang baru.

b) Keseimbangan jiwa terganggu. Hal ini ditandai dengan suka menentang tradisi yang ada dan berpikir sanggup untuk menentukan pendapatnya tentang segala masalah kehidupan.

c) Suka menyembunyikan isi hati. Remaja yang sedang memasuki masa pubertas sulit dipahami jiwanya baik itu dalam hal perbuatan maupun tindakannya. Seperti bertindak kasar lalu tampak lemah lembut, suka melamun kemudian tampak gembira kembali.

d) Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan. Pada masa ini terjalin persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman sebaya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan orang dewasa.

Pada masa pubertas, terdapat perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Sikap

No. Sikap Pemuda Sikap Gadis 1 Aktif memberi, gemar

melindungi dan menolong

Suka dilindungi dan ditolong

2 Ingin memberontak dan mengkritik

Dorongan untuk memberontak ditekan oleh perasaan terikat kepada aturan-aturan dan tradisi 3 Ingin mencari kemerdekaan

berpikir, bertindak dan memperoleh hak-hak untuk menyampaikan aspirasi

Ingin dicintai dan menyenangkan hati orang lain

4 Suka meniru perbuatan orang-orang yang dipujanya

Tidak ingin meniru, lebih suka bersikap pasif


(50)

5 Mempunyai minat yang lebih ditujukan kepada hal-hal yang abstrak

Mempunyai minat yang lebih ditujukan kepada hal-hal yang nyata

6 Lebih memuja kepandaian yang dimiliki seseorang daripada orangnya

Langsung memuja orangnya

Sumber: Psikologi Perkembangan, Zulkifli, 2005: 71

4. Masa Adolesen

Masa adolesen berada berada di antara usia 17 sampai 20 tahun dimana permulaannya pada masa remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat menonjol dan batas akhir pada masa ini adalah berakhirnya perkembangan jasmani. Terdapat gejala-gejala yang menandakan seorang anak sedang melewati masa adolesen ini, yaitu:

a) Gejala jasmaniah pada masa adolesen disertai dengan kematangan seksual dan pertumbuhan jasmaniah. Dalam hal perkembangan seksual gadis-gadis mengalami kematangan yang lebih awal daripada seorang pemuda yang sebaya umurnya. Namun dalam hal perkembangan jasmani, pemuda lebih dulu mengalaminya. Biasanya gadis telah mencapai bentuk akhir tubuhnya ketika berumur 16 tahun, sedangkan tubuh pemuda masih terus berkembang sampai berumur 18 tahun. Oleh karena proses pertumbuhan seorang pemuda dialami dengan perlahan-lahan, maka ia tidak merasakan pengaruhnya sehebat pengaruh yang dirasakan gadis terhadap perkembangan jasmani dengan pemuda yang sebaya umurnya.

b) Perbedaan sikap terhadap nilai-nilai kehidupan ditandai dengan pemuda yang biasanya lebih aktif daripada gadis. Dengan segala kemampuan pikirannya, pemuda ingin menguasai keadaan yang baru sedangkan gadis bersikap menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mereka. Pada masa ini pemuda lebih memperhatikan nilai-nilai kultural, sedangkan gadis lebih memperhatikan masalah kehidupan. Sikap pemuda yang lebih


(51)

sadar dalam mengumpulkan pengalaman, tidak membiarkan dirinya hanyut terbawa arus remajanya. Sikap gadis yang membiarkan dirinya terbawa arus remaja mempunyai keinginan yang tidak menentu sehingga kurang menyadari akan risikonya. c) Perbedaan sikap pemuda yang belum bekerja dengan yang telah

bekerja ditandai dengan memiliki perhatian yang lebih ditujukan kepada nilai-nilai kehidupan karena pemuda yang telah bekerja merupakan golongan tersendiri di kalangan masyarakat. Berbeda dengan pemuda yang belum bekerja mereka mempunyai sikap dan pendapat sendiri terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pemuda pekerja lebih menerima ide-ide sosial dan politik tanpa banyak memberikan perlawanan.

d) Perkembangan seks. Pengalaman seksual mencakup pengalaman yang secara khayal ditujukan kepada hubungan jasmani dengan orang yang dikaguminya. Pengalaman erotik yang berwujud cinta pada dasarnya adalah estetis. Jiwa mempersatukan diri dengan jiwa yang lain karena mengagumi kecantikan atau kegagahan tubuh itu. Dimana dalam tubuh yang cantik dan gagah dapat dilihat adanya jiwa yang ideal.

e) Perkembangan religius (Ketuhanan Yang Mahaesa) sudah mulai diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga. Tanpa banyak penolakan anak-anak menerimanya karena pola berpikirnya yang masih sederhana. Segala sesuatu tentang ketuhanan seperti sikap saling menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama yang berbeda harus diberi penjelasan karena merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pandangan kritis di kalangan remaja yang sedang berkembang.

f) Perkembangan etika. Filsafat etika mengajarkan tentang suatu hal yang baik dan buruk. Norma etika merupakan suatu keharusan bagi setiap individu, misalnya tidak boleh mencuri, berbohong dan sebagainya. Norma tersebut menjadi pedoman bagi tingkah laku seseorang. Pendidikan etika sudah dimulai sejak anak-anak


(52)

Persepsi Siswa

sehingga akan dilaksanakan setiap hari hingga akhirnya berubah menjadi suatu kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut dibentuk norma-norma misalnya suatu perbuatan dianggap baik atau buruk.

2. 6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian mengenai suatu hal atau suatu persoalan yang dirumuskan. Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan atau dasar berpijak penelitian yang akan dilakukan, maka kerangka konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud dari teori yang digunakan.

2. 7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas maka variabel-variabel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Model Teoritis

2. 8 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, maka dibuat batasan variabel penelitian agar lebih jelas penggunaanya dilapangan dalam bentuk table berikut:

Nilai Budaya Yang Terkandung Pada Iklan


(53)

Tabel 2. 2 Variabel Penelitian

No. Variabel Teoritis Variabel Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

b. Suku c. Uang Saku 2. Persepsi Siswa Terhadap Nilai

Budaya Yang Terkandung Pada Iklan produk KFC Pokkits

a. Seleksi b. Interpretasi c. Reaksi

d. Komunikasi dan bahasa e. Pakaian dan penampilan f. Makanan dan kebiasaan makan g. Penghargaan dan pengakuan h. Nilai dan norma

i. Proses Mental dan Belajar j. Rasa Diri dan Ruang

2. 9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur variabel (Singarimbun, 2006: 46). Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin yaitu mengelompokkan responden antara pria dan wanita

b. Suku yaitu golongan keturunan responden

c. Uang saku yaitu jumlah uang yang diterima siswa untuk keperluan bersekolah

2. Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Pada Iklan Produk KFC Pokkits

a. Seleksi yaitu proses penyaringan informasi oleh siswa SMPN 7 Medan terhadap iklan produk KFC Pokkits.

b. Interpretasi yaitu proses penerimaan informasi yang diterima siswa SMPN 7 Medan dari iklan produk KFC Pokkits.


(1)

Singarimbun, Masri. (2006). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

__________.(2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto

Suhandang, Kustadi. (2010). Periklanan: Manajemen, Kiat, dan Strategi. Bandung: Penerbit Nuansa

Sumarwan, Ujang. (2004). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Syamsu, Yusuf. (2004). Psikologi Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Taylor, Sheley dkk. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada

Zulkifli, L. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

diakses pada 17 Juni 2013


(2)

KUESIONER PENELITIAN

PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI BUDAYA PADA IKLAN

FASTFOOD

(Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMPN 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Pada Iklan KFC Produk Pokkits)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah semua pertanyaan dengan cermat dan teliti.

2. Mohon pertanyaan dijawab dengan jujur, singkat dan jelas.

3. Lingkarilah atau berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar. 4. Jangan mengisi kotak yang disebelah kanan (diisi oleh peneliti ).

5. Kuesioner penelitian ini semata – mata hanya untuk keperluan akademis atau penelitian.

No. Responden

1 2

I. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin :

a. Perempuan

b. Laki – Laki 3

2. Suku :

4 3. Uang Saku :

a. < Rp 10.000

b. Rp 10.000 – Rp 15.000 5

c. Rp 16.000 – Rp 20.000 d. > Rp 20.000


(3)

II. Persepsi Siswa)

1. Seberapa sering Anda melihat iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura?

a. Jarang b. Sering

c. Sangat Sering 6

2. Seberapa sering Anda membeli produk KFC Pokkits? a. Jarang

b. Sering

c. Sangat Sering 7

3. Apakah menurut Anda iklan produk KFC Pokits versi Cinta Laura menggambarkan Budaya Indonesia?

a. Ya, menggambarkan Budaya Indonesia b. Kurang menggambarkan Budaya Indonesia

c. Tidak menggambarkan Budaya Indonesia 8

4. Apakah menurut Anda iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura pantas untuk ditayangkan di TV?

a. Kurang pantas b. Pantas

c. Sangat pantas 9

5. Apakah Anda tertarik membeli produk KFC Pokkits setelah melihat iklan tersebut?

a. Kurang Tertarik b. Tertarik

c. Sangat Tertarik 10

6. Apakah Anda menyukai tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura?

a. Kurang Suka b. Suka

c. Sangat Suka 11

III. Nilai Budaya yang Terkandung Pada Iklan KFC Produk Pokkits 7. Apakah bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan iklan

produk KFC Pokkits versi Cinta Laura sudah cukup jelas? a. Kurang Jelas

b. Cukup Jelas


(4)

8. Apakah proses penyampaian pesan dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura sudah cukup baik?

a. Kurang Baik

b. Cukup Baik

c. Sangat Baik 13

9. Apakah anda suka melihat pakaian dan penampilan Cinta Laura dalam iklan produk KFC Pokkits tersebut?

a. Kurang Suka b. Cukup Suka

c. Sangat Suka 14

10.Apakah menurut Anda pakaian yang dikenakan Cinta Laura dalam iklan produk KFC Pokkits sudah sesuai dengan Budaya Indonesia? a. Kurang Sesuai

b. Cukup Sesuai

c. Sangat Sesuai 15

11. Apakah Anda setuju produk KFC Pokkits menjadi makanan utama Anda?

a. Kurang Setuju b. Setuju

c. Sangat Setuju 16

12. Apakah Anda terbiasa makan sambil berbicara? a. Kurang Terbiasa

b. Terbiasa

c. Sangat Terbiasa 17

13. Apakah Anda terbiasa makan sambil berjalan? a. Kurang Terbiasa

b. Terbiasa

c. Sangat Terbiasa 18

14. Apakah anda merasa membeli produk KFC telah menjadi gaya hidup Anda?

a. Kurang Setuju b. Setuju

c. Sangat Setuju 19

15. Apakah menurut Anda produk KFC Pokkits sesuai dengan makanan orang Indonesia?

a. Kurang Sesuai

b. Sesuai


(5)

16. Menurut Anda, apakah menyimpan makanan di saku belakang celana adalah hal yang biasa dilakukan di Indonesia?

a. Kurang Biasa b. Cukup Biasa

c. Sangat Biasa 21

17. Apakah menurut Anda makan sambil berjalan sesuai dengan Budaya Indonesia?

a. Kurang Sesuai b. Cukup Sesuai

c. Sangat Sesuai 22

18. Apakah menurut Anda makan sambil berbicara sesuai dengan Budaya Indonesia?

a. Kurang Sesuai b. Cukup Sesuai

c. Sangat Sesuai 23

19. Apakah menurut Anda iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura mengandung unsur Budaya Barat?

a. Kurang mengandung unsur Budaya Barat b. Cukup mengandung unsur Budaya Barat

c. Sangat mengandung unsur Budaya Barat 24 20. Menurut Anda, apakah terdapat pengaruh gaya hidup Budaya Barat

terhadap minat beli produk KFC Pokkits? a. Kurang Setuju

b. Cukup Setuju

c. Sangat Setuju 25

21. Menurut Anda, apakah tampilan iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura mempengaruhi sikap Anda?

a. Kurang Mempengaruhi b. Cukup Mempengaruhi

c. Sangat Mempengaruhi 26

22. Menurut Anda, seberapa berpengaruhkah tampilan model dalam iklan produk KFC Pokkits versi Cinta Laura terhadap gaya hidup Anda?

a. Kurang Berpengaruh b. Cukup Berpengaruh

c. Sangat Berpengaruh 27

23. Apakah Anda merasa bangga setelah membeli produk KFC? a. Kurang Bangga

b. Cukup Bangga


(6)

24. Berikan saran Anda terhadap iklan KFC produk Pokkits versi Cinta Laura!


Dokumen yang terkait

Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala

1 57 123

Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV).

2 52 132

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Kafe Remang-Remang (Studi Deskriptif di Kel. Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Medan

49 330 87

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense Of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan

15 116 104

PERSEPSI CREATIVE DIRECTOR TENTANG PENGGUNAAN BUDAYA DALAM KREATIF IKLAN PADA MEREK GLOBAL PERSEPSI CREATIVE DIRECTOR TENTANG PENGGUNAAN BUDAYA DALAM KREATIF IKLAN PADA MEREK GLOBAL (Studi Kasus Persepsi Iklan Tentang Penggunaan Budaya Universal dalam Ik

0 3 13

Distorsi Nilai-Nilai Budaya Minangkabau dalam Iklan Pertamina: AnalisisSemiotika Roland Barthes Mengenai Distorsi Nilai-Nilai Budaya Minangkabau dalam Iklan Pertamina Edisi Ramadhan 2011 di Televisi.

0 0 2

PERSEPSI MAHASISWA KOMUNIKASI TERHADAP IKLAN PRODUK KOSMETIK PRIA ( Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS Terhadap Tayangan Iklan Produk Kosmetik Pria di Televisi )

0 1 87

BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Kerangka Teori - Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai - Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya

0 1 6

Persepsi Siswa Terhadap Nilai Budaya Pada Iklan Fastfood (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Siswa SMP Negeri 7 Medan Terhadap Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Iklan Produk KFC Pokkits)

0 0 13