Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala

(1)

TAYANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DAN SIKAP SISWA MENGENAI PROGRAM GENERASI BERENCANA (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “

Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan)

Diajukan Oleh: MAWI ANNA BRUTU

080904078

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dengan jumlah populasi sebanyak 569 orang. Dari data populasi tersebut, diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 85 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dari setiap kelas, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling serta Accidental Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku – buku, serta sumber yang relevan dan mendukung. Peneliti juga melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank – Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 13.0.

Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah 0.513. berdasarkan skala Guilford, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi; kuat. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi; kuat antara tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan)”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta G. Brutu dan ibunda tercinta D. Boang Manalu serta yang tersayang kakak dan abang penulis. Terima kasih atas doa, dukungan moril dan materiil, serta kasih sayang yang tidak terhingga yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku ketua dan Ibu Drs. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan, dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si selaku Dosen Wali.

5. Seluruh Dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terima kasih untuk ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalankan perkuliahan.

6. Kak Maya, kak Icut, kak Rose yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi Departemen Ilmu Komunikasi.

7. Oloan Siregar, SH yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat – sahabat penulis; Lia Febriyanti Pakpahan, Inda Sari Meilia Ginting yang banyak memberikan motivasi yang selalu menjadi penyemangat.

9. Untuk teman – teman Departemen Ilmu Komunikasi khususnya stambuk 2008 yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(5)

10.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak disebutkan satu – persatu terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Medan, Desember 2011 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Kerangka Teori ... .7

1.6.1. Komunikasi ... 8

1.6.2. Komunikasi Pemasaran ... 9

1.6.3. Pemasaran sosial ... 9

1.6.4. Komunikasi Massa ... 10

1.6.5. Televisi ... 11

1.6.6. Iklan ... 12


(7)

1.6.8. AIDDA ... 13

1.6.9. Sikap ... 14

1.7. Kerangka Konsep ... 15

1.8. Model Teoritis ... 16

1.9. Operasional Variabel ... 17

1.10. Defenisi Operasional Variabel ... l18 1.11. Hipotesis ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

II.I. Komunikasi ... 22

II.1.1. Unsur Komunikasi ... 23

II.I.2. Pentingnya Komunikasi ... 25

II.1.3. Prinsip Komunikasi ... 26

II.2. Komunikasi Pemasaran ... 27

II.2.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran ... 29

II.2.2. Kegunaan Komunikasi Pemasaran ... 30

II.3. Pemasaran Sosial ... 31

II.3.1. Proses pemasaran sosial ... 32

II.4. Komunikasi massa ... 35

II.3.2. Manajemen Pemasaran Sosial ... 34

II.4.1. Proses Komunikasi Massa ... 36

II.4.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 37

II.4.3. Komponen Komunikasi Massa ... 38


(8)

II.5. Televisi ... 40

II.5.1. Sejarah Penyiaran Televisi di Indonesia ... 41

II.5.2. Pemirsa Televisi Indonesia ... 43

II.6. Iklan ... 44

II.6.1. Jenis – Jenis Iklan ... 45

II.6.2. Strategi iklan ... 47

II.6.3. Kekuatan dan Kelemahan Siaran Iklan ... 48

II.3.6.1. Kekuatan Siaran Iklan ... 48

II.3.6.2. Kelemahan Siaran Iklan ... 51

II.7. Iklan Layanan Masyarakat ... 52

II.7.1. Perkembangan Iklan Layanan Masyarakat di Indonesia ... 53

II.8. AIDDA ... 54

II.9. Sikap ... 57

II.9.1. Ciri – Ciri Sikap ... 58

II.9.2. Fungsi Sikap ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

III.1. Deskripsi Program Generasi Berencana ... 62

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

III.2.1. SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 64

III.2.2. Visi dan Misi ... 66

III.2.2.1. Visi ... 66

III.2.2.2. Misi ... 66


(9)

III.3. Metode Penelitian ... 69

III.4. Populasi dan Sampel ... 69

III.4.1. Populasi ... 69

III.4.2. Sampel ... 70

III.5. Teknik Penarikan Sampel ... 71

III.6. Teknik Pengumpulan Data ... 73

III.7. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 76

IV.1. Pengantar ... 76

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 76

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 78

IV.3.1. Analisis Data Karakteristik Responden ... 78

IV.3.1.1. Usia Responden ... 79

IV.3.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 79

IV.3.1.3. Kelas Responden ... 80

IV.3.2. Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi ... 81

IV.3.2.1. Pesan yang terkandung dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi... 81

IV.3.2.2. Pengaruh yang timbul dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi... 82

IV.3.2.3. Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi mendidik responden ... 83


(10)

IV.3.2.4. Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menambah wawasan

responden ... 84

IV.3.2.5. Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menghibur responden ... 85

IV.3.3. Sikap responden mengenai program Generasi Berencana ... 87

IV.3.3.1. Tingkat perhatian responden terhadap program Generasi Berencana ... 87

IV.3.3.2. Minat responden mengenai program Generasi Berencana ... 88

IV.3.3.3. Hasrat responden mengenai program Generasi Berencana ... 89

IV.3.3.4. Tingkat keputusan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 90

IV.3.3.5. Tingkat ketertarikan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 91

IV.3.3.6. Keinginan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 92

IV.4. Uji Hipotesis ... 93

IV.5. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

V.1. Kesimpulan ... 99

V.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel... 18

Tabel 2 Penetrasi Media di 6 kota Tabel 3 Marketing Mix dan Promotion Mix ... 44

Tabel 3 Marketing Mix dan Promotion Mix ... 45

Tabel 4 Prestasi SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 65

Tabel 5 Jumlah Siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan... 66

Tabel 6 Populasi Siswa – Siswi SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 70

Tabel 7 Penarikan sampel ... 72

Tabel 8Usia Responden ... 79

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 80

Tabel 10 Kelas Responden ... 80

Tabel 11 Pesan yang terkandung dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi ... 81

Tabel 12 Pengaruh yang timbul dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi ... 82

Tabel 13 Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi mendidik responden ... 83

Tabel 14 Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menambah wawasan responden ... 85

Tabel 15 Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menghibur responden ... 86

Tabel 16 Tingkat perhatian responden terhadap program Generasi Berencana ... 87

Tabel 17 Minat responden mengenai program Generasi Berencana ... 88


(12)

Tabel 18 Hasrat responden mengenai program Generasi Berencana ... 89 Tabel 19 Tingkat keputusan responden untuk mengikuti program Generasi

Berencana ... 90

Tabel 20 Tingkat ketertarikan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 91

Tabel 21 Keinginan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 92


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dengan jumlah populasi sebanyak 569 orang. Dari data populasi tersebut, diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 85 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dari setiap kelas, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling serta Accidental Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku – buku, serta sumber yang relevan dan mendukung. Peneliti juga melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank – Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 13.0.

Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah 0.513. berdasarkan skala Guilford, hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi; kuat. Maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi; kuat antara tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi di setiap tahunnya membuat kepadatan di setiap wilayah. Hal ini menimbulkan berbagai dampak negatif seperti perekonomian yang melemah ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran kemudian merembes pada peningkatan kejahatan, kawasan – kawasan kumuh bertambah, menurunnya kualitas pendidikan dan dampak lain yang dapat merugikan negara.

Berdasarkan pernyataan sekretaris Utama BKKBN Sudibyo Alimoeso memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 akan bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih disebabkan oleh sensus penduduk 2010 melebihi proyeksi nasional sebesar 237, 6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 pertahun (05 Juli 2011 : Republika.co.id).

Demikian pula halnya di kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dimana pertumbuhan penduduk berkembang semakin pesat. Jumlah penduduk di kota Medan pada tahun 2010 sebanyak 2,5 juta jiwa dan awal 2011 mencapai 2,7 juta jiwa. (29 Januari 2011 : WaspadaOnline).

Meskipun merupakan kota yang besar, namun pernikahan usia dini juga membuat salah satu faktor utama peningkatan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan oleh pergaulan yang sangat bebas yang mengakibatkan kehamilan sebelum pernikahan dan pada akhirnya menikah pada usia yang


(15)

belum matang. Selain itu, faktor adat istiadat yang masih kental dengan masih berlakunya mitos “banyak anak banyak rezeki” dan juga keharusan adat Batak untuk memiliki anak laki – laki dalam keluarga sebagai penerus marga di kemudian hari, sehingga mengakibatkan tingkat kelahiran semakin meningkat.

Melihat fenomena yang terjadi, BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yaitu sebuah lembaga pemerintah yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan sebuah upaya pemerintah untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk Indonesia. cara yang dilakukan agar program ini terlaksana adalah dengan meminimalisir kelahiran. Jadi, apabila melakukan perkawinan tidak selalu membuahkan kehamilan karena telah diperkenalkan alat kontrasepsi serta cara – cara perkawinan yang tepat agar menghambat terbentuknya janin di dalam rahim.

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera menghimbau masyarakat untuk melakukan program KB dengan tujuan agar mengurangi kepadatan penduduk di setiap wilayah Indonesia.

Pengenalan Program Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat telah dilakukan sejak dahulu bahkan kepada calon pengantin juga diberikan pengarahan mengenai program tersebut. Hal ini dilakukan agar calon pengantin dapat merencanakan jumlah anak yang akan dilahirkan nantinya, membatasi jarak kelahiran anak serta menggunakan alat kontrasepsi dengan tepat.


(16)

Program Keluarga Berencana sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia karena dengan mengatur angka kelahiran serta mengatur jumlah anak dalam keluarga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk, penggunaan alat kontrasepsi akan mengurangi penyebaran penyakit berbahaya, serta menjaga kesehatan ibu yaitu dengan mengatur jarak kelahiran bayi karena apabila melakukan kehamilan dalam waktu yang singkat setelah melahirkan akan merusak reproduksi ibu.

Dewasa ini program yang sedang digencarkan oleh BKKBN kepada masyarakat Indonesia adalah program Generasi Berencana. Sasaran utama dalam program Generasi Berencana adalah para remaja Indonesia. Remaja dipilih karena dianggap sebagai bibit – bibit yang dapat melakukan perubahan demi kesejahteraan bangsa kelak. Remaja dibekali untuk merencanakan kehidupannya yaitu

Remaja tidak dibenarkan melakukan pernikahan sebab berdasarkan penelitian, usia pernikahan ideal adalah usia 20 tahun dimana sistem reproduksi wanita telah matang sehingga wanita siap untuk melakukan kehamilan serta persalinan. Usia di bawah 20 tahun belum dikatakan dewasa karena disamping reproduksi belum matang tetapi cara berfikir dan bertanggung jawab belum dewasa pula. (18 Februari 2010 : http:www.bkkbn.go.id.).

merencanakan kapan akan menikah, kapan memiliki anak, mengatur jarak kelahiran serta membatasi jumlah anak demi mempersiapkan keluarga sejahtera dan tentunya untuk mengurangi kepadatan penduduk yang begitu pesat.


(17)

Remaja dapat menjadi remaja Generasi Berencana apabila melakukan perencanaan dalam kehidupan. Dimulai dengan belajar dan memperoleh pendidikan yang tinggi karena dengan modal pendidikan akan mendapat pekerjaan yang sesuai. Kemudian memasuki jenjang pernikahan dan mempersiapkan fisik untuk memiliki anak, mempertimbangkan jarak kelahiran yang sehat sekitar 3 – 5 tahun serta menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran tersebut.

SMA Kemala Bhayangkari I Medan pada tahun 2011 memiliki jumlah siswa 569 orang yaitu dari kelas 1 hingga kelas 3 dengan usia siswa 14 hingga 18 tahun. SMA ini juga merupakan salah satu SMA sasaran yang tepat oleh BKKBN untuk melaksanakan program Generasi Berencana yaitu melalui iklan layanan masyarakat yang di tayangkan di televisi.

Mengusung nama Bhayangkari yang erat kaitannya dengan simbol Kepolisian Republik Indonesia, tentu saja yang menjadi ciri khasnya adalah nilai – nilai disiplin. Maka tidak heran bila pendekatan disiplin kepada siswa – siswi di sekolah SMA Kemala Bhayangkari I Medan menjadi pegangan yang sangat penting (28 September 2011 : tribun-medan.com). Demikianlah

apabila dikaitkan dengan program Generasi Berencana, calon Generasi Berencana dididik dan dipersiapkan dengan disiplin dari sekolah tersebut agar dapat mempertanggungjawabkan nama sekolah dikemudian hari.

Untuk menunjang terlaksananya program Generasi Berencana perlu dilakukan dukungan melalui berbagai media, media tersebut adalah poster, spanduk, radio, internet, surat kabar, televisi, radio dan lain sebagainya.


(18)

Televisi dipilih sebagai salah satu media yang cukup tepat untuk menyampaikan pesan program Generasi Berencana kepada remaja di Indonesia karena merupakan media audio visual dengan penyajian berbentuk gambar dan suara serta disiarkan secara serentak sampai pelosok tanah air. Oleh sebab itu, kemasan program tersebut dalam televisi adalah berbentuk iklan.

Iklan layanan masyarakat yang menyangkut kepentingan sosial oleh pemerintah yaitu BKKBN dijabarkan melalui ilustrasi dengan judul “Dua Anak Lebih Baik”. Iklan ini diperankan oleh artis Shiren Sungkar dan Teuku

Wisnu. Pasangan artis ini sedang digandrungi oleh masyarakat saat ini

terutama kaum wanita. Pasangan tersebut dipilih agar menarik perhatian dari masyarakat luas terhadap program iklan yang dipromosikan.

Di dalam iklan tersebut dijabarkan bahwa sepasang kekasih sedang menjalani hubungan yang sehat kemudian melakukan perencanaan pernikahan. Setelah itu merencanakan kapan memiliki anak, menentukan jumlah anak serta membatasi jarak kelahirannya dengan tujuan agar menjaga kesehatan ibu yang melahirkan serta keluarga menjadi sejahtera.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauhmanakah pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa – siswi mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala BhayangkariI Medan.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Hal ini dimaksudkan agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas sehingga terhindar dari salah pengertian.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini difokuskan pada tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

b. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dan telah menonton iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

c. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui akan wawasan dan sikap siswa tentang program Generasi Berencana.


(20)

b. Untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian diharapkan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memperluas khasanah penelitian departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai Ilmu Komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti khususnya dan tentunya untuk mahasiswa yang akan mencari informasi tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh iklan layanan masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana.

1.6. Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001 : 39).


(21)

Teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.6.1. Komunikasi

Hovland menyatakan pengertian komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of

other individuals) (Effendy, 1998 : 13). Akan tetapi, seseorang akan dapat

merubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti yang diuraikan diatas.

John R. Schemerhorn Cd (Widjaja, 1986 : 8) menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim pesan dan menerima simbol – simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif lebih sulit dari pada komunikasi informatif, karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang. Mengacu pada pengertian tersebut, tampak sejumlah komponen atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi (Elvinaro, 2009 : 190). Komponen – komponen tersebut adalah:

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya


(22)

1.6.2. Komunikasi Pemasaran

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Pada hakikatnya promosi adalah bentuk komunikasi pemasaran. komunikasi pemasaran adalah aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 1997 : 219).

1.6.3. Pemasaran sosial

Pemasaran sosial merupakan upaya mengubah pandangan dan perilaku masyarakat melalui perubahan sosial. Perubahan sosial sudah lama diterapkan di dunia dan diterapkan dalam menjual gagasan untuk merubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat.

Dalam bukunya, Philip Kotler menyatakan pemasaran sosial adalah sebuah strategi perubahan tingkah laku. Hal tersebut mengkombinasikan element tradisional terbaik menjadi perubahan sosial melalui perencanaan dan proses tindakan serta peningkatan manfaat dalam teknologi komunikasi dan kemampuan pasar.

Social marketing is a strategy for changing behavior. It combines the best elements of the traditional aproaches to social change n an integrated planning and action framework and utilizes advances in communication technology and marketing skills (Kotler, 1989 : 24)

Produk sosial tersebut adalah gagasan dan juga praktek di lapangan. Produk sosial tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu:


(23)

Gambar 1 Produk sosial

Percaya

Gagasan Sikap

Nilai Tindakan

Produk sosial Praktik

Tingkah laku

Benda berwujud

1.6.4. Komunikasi Massa

Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan, orang merupakan ciri dari komunikasi massa (mass communication), yang

dilakukan melalui medium massa seperti televisi ataupun koran. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur, atau membujuk (Vivian, 2008 : 450).

Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat pada isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi.


(24)

Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa tidak menghasilkan umpan balik yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri – ciri massa yaitu : (1) jumlahnya besar ; (2) antara individu, tidak ada hubungan organisatoris ; dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda (Kuswandi, 1996 : 16).

Menurut Josep A Devito (Nurdin, 2004 : 11) komunikasi massa didefinisikan : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya ; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

1.6.5. Televisi

Michael Novak (Vivian, 2008 : 225 – 226) menyatakan televisi adalah pembentuk geografi jiwa. Televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap. Televisi melakukan hal itu persis seperti sekolah


(25)

memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun – tahun. Televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.

Perkembangan media televisi saat ini mencapai tingkat yang paling tinggi, yaitu dengan munculnya liputan – liputan investigasi yang tajam dengan menayangkan bukti – bukti peristiwa kepada pemirsa, terutama kalau sistem politik negara tempat televisi itu siaran bersifat liberalisme (Kuswandi, 1996 : 24).

1.6.6. Iklan

Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Paling tidak dapat dilihat dai besarnya anggaran belanja iklan yang dikeluarkan setiap perusahaan untuk merek – merek yang dihasilkan (Tjiptono, 1997 : 225).

Raymon Williams (Bungin, 2008 : 107) menyatakan iklan bagaikan dunia magis yang dapat mengubah komoditas ke dalam gemerlapan yang memikat dan mempesona. Sebuah sistem yang keluar dari imajinasi dan muncul ke dalam dunia nyata melalui media.

Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak mengenai seluk – beluk produk (informative), mempengaruhi

khalayak untuk membeli (persuading), dan menambah pengetahuan

khalayak tentang produk (educative), serta menciptakan suasana yang

menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment) (Tjiptono, 1997 : 226).


(26)

Cara memasarkan iklan dapat dilakukan melalui 2 media yaitu: Media Lini Atas dan Media Lini Bawah (Kasali, 1992 : 23).

1. Media lini atas : Terdiri dari iklan – iklan yang dimuat dalam media cetak, media elektronik (radio, tv, dan bioskop), serta media luar ruang (papan reklame dan angkutan).

2. Media lini bawah : terdiri dari seluruh media selain di atas seperti ; direct mail, pameran, point of sale display material,

kalender, agenda, gantung – gantungan kunci, atau tanda mata.

1.6.7. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat dirancang untuk beroperasi untuk kepentingan masyarakat. Iklan – iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para profesional periklanan, dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah oleh media. (Johnson, 2001 : 9).

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang berisi pesan – pesan yang mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan program –program yang ditujukan untuk kemashlahatan masyarakat (Kriyantono, 2008 : 204).

1.6.8. AIDDA

Model ini disebut juga dengan Adaption Process atau juga A – A

Procedure (Attention Action Procedure). AIDDA adalah singkatan dari

Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision


(27)

1. Attention (perhatian).

Yaitu suatu hal yang menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.

2. Interest (minat).

Yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi suatu hal.

3. Desire (hasrat).

Yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan memiliki keinginan untuk memperolehnya.

4. Decision (keputusan).

Yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal yang diinginkannya itu.

5. Action (tindakan).

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam mencapai keinginannya dalam mendapatkan suatu hal.

Proses ini dimulai dengan adanya kegiatan untuk membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat melalui pesan yang berisi informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dan akhirnya diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan itu.

1.6.9. Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory activity), suatu

kecendrungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai – nilai sosial (Effendy, 1992 : 19).


(28)

Menurut Allport (Mar’ at, 1993 : 13) terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu:

1. Kognitif

Merupakan komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman.

2. Afektif

Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung.

3. Konatif

Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati langsung serta berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan.

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001 : 33).

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal – hal khusus (Lubis, 1998 : 10). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah


(29)

yang diuji sebenarnya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang ini adalah:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala, faktor, unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 2001 : 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel lain (Nawawi, 2001 : 57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa mengenai program Generasi Berencana.

c. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Usia, Jenis kelamin dan kelas.


(30)

1.8. Model Teoritis

Berdasarkan variabel yang ada dalam kerangka konsep, maka terbentuklah model teoritis untuk penelitian ini, yaitu:

Gambar 2 Model Teoritis

1.9. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian maka didibuat operasional variabelnya:

Variabel bebas (X)

Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

Karakteristik

Responden

Variabel Terikat (Y)

Sikap siswa mengenai program Generasi


(31)

Tabel 1

Operasional Variabel

Konsep Teoritis Operasional Variabel Variabel Bebas (X)

Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih

Baik” di televisi

Informative persuading educative entertainment Variabel Terikat (Y)

Sikap siswa mengenai program Generasi Berencana

• Perhatian • Minat • Hasrat • Keputusan

Karakteristik Responden • Usia

• Jenis kelamin • Kelas

1.10. Defenisi Operasional Variabel

Definisi Variabel Operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46). Maka variabel – variabel dalam operasional ini didefinisikan sebagai berikut:


(32)

a. Variabel Bebas (X), yaitu Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi

Informative adalah menginformasikan pesan program Generasi Berencana melalui iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi kepada siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan. • Persuading adalah mempengaruhi siswa SMA Kemala Bhayangkari

I Medan untuk mengikuti program Generasi Berencana berdasarkan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi. • Educative adalah mendidik siswa SMA Kemala Bhayangkari I

Medan tentang program Generasi Berencana melalui tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

Entertainment adalah menghibur siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan ketika melihat ilustrasi iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

b. Variabel Terikat (Y), yaitu sikap siswa – siswi mengenai program Generasi Berencana

• Perhatian adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan menaruh perhatian terhadap iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” mengenai program Generasi Berencana.

• Minat, adalah keinginan siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan program Generasi Berencana melalui iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik”.


(33)

• Hasrat, adalah suatu keinginan yang kuat siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan untuk mengikuti atau tidak mengikuti iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik”.

• Keputusan, adalah langkah yang diambil siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan setelah menonton iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” mengenai program Generasi Berencana. • Tindakan dalam penelitian ini tidak termasuk sebagai karakteristik

sikap karena penelitian tentang pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi sasarannya adalah remaja.

c. Karakteristik Responden.

• Jenis kelamin, adalah pria atau wanita. • Usia, adalah 14 – 18 tahun.

• Kelas, yaitu kelas responden ketika mengisi kuesioner.

1.11. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dan teori (Singarimbun, 1995 : 43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.


(34)

Ha : Terdapat hubungan antara tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inu memaksa manusia untuk berkumunikasi. Profesor Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2009 : 1).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Ingris communication berasal

dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tersebut dapat dikatakan komunikatif apabila kedua – duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 2006 : 9).


(36)

II.1.1. Unsur Komunikasi

Harold D. Lasswell menyatakan unsur pokok dalam komunikasi (Ardianto, 2009 : 73) adalah “Who says what in which channel to whom

with what effect”.

Penjabaran unsur – unsur di atas adalah:

Who says : (siapa mengatakan) : komunikator Says what : (mengatakan apa) : pesan (message) In which channel : (melalui saluran apa) : media

To whom : (kepada siapa) : komunikan

With what effect : (dengan efek apa) : efek dan dampak

Penjelasan unsur – unsur diatas: 1. Komunikator

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, komunikator bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. komunikator sering disebut pengirim, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau


(37)

propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

3. Media

Media yang dimaksud dalam hal ini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam – macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indra dianggap sebagai media komunikasi.

Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak seperti surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk.

Media elektronik seperti radio, film, televisi, video recording,

electronic board, audio casette.

4. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Komunikan bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.


(38)

Komunikan biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, penerima, audience atau receiver.

Komunikan adalah elemen penting dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan diterima oleh komunikan, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada komunikator, pesan dan media.

5. Efek dan dampak

Efek dan dampak adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu, efek dapat juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Dan unsur – unsur tersebut saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.

II.I.2. Pentingnya Komunikasi

Chester I. Barnard memandang komunikasi sebagai sarana perhubungan antar-orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini masih merupakan fungsi dasar komunikasi. Sesungguhnya tanpa komunikasi tidak mungkin adalah aktivitas kelompok karena tanpa hal itu koordinasi dan perubahan tidak dapat dilakukan dengan baik.


(39)

Para psikolog juga menaruh minat dalam bidang komunikasi. Mereka menekankan pada masalah manusia yang terjadi pada memulai, menyampaikan, dan penerimaan informasi dalam proses komunikasi. Para psikolog fokus pada upaya mengidentifikasikan hambatan terciptanya komunikasi yang baik, terutama hambatan yang terdapat dalam hubungan antarpribadi. Para sosiolog dan teoritisi informasi, termasuk para psikolog, telah berfokus pada bidang komunikasi (Koontz, 1990 : 169).

II.I.3. Prinsip Komunikasi

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience) yang menunjukkan

adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol (Cangara, 2009 : 21 – 22).

Gambar 3 Field of experience

Dari gambar diatas, dapat ditarik tiga prinsip dasar komunikasi yakni:

1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak – pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similiar experience).


(40)

2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar

menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, semakin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif).

3. Tetapi apabila daerah tumpang tindih ini mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing – masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.

4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh (100 %) karena dalam konteks komunikasi antara manusia tidak pernah ada manusia di dunia ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat – sifat persis sama (100%) sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar.

II.2. Komunikasi Pemasaran

Strategi pemasaran banyak berkaitan dengan komunikasi. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk – produk


(41)

yang oleh departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Singkatnya, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli (Jefkins, 1996 : 15).

Para akademisi dan praktisi mendefenisikan komunikasi pemasaran adalah sebagai berikut:

“semua elemen – elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan

komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya

yang ditujukan untuk performance pemasaran”.

Target audience (khalayak) disini diartikan sebagai orang – orang atau pihak yang terlibat dan tertuju, baik dalam proses komunikasi antara organisasi atau mereka yang berada di luar organisasi itu sendiri. Bila demikian, maka tidak heran apabila akhirnya komunikasi pemasaran akan bias dengan komunikasi organisasi (corporate). Padahal, jelas bahwa

komunikasi (corporate) atau lebih dikenal dengan komunikasi organisasi

dalam hubungan internal perusahaan lebih fokus kepada masalah internal perusahaan itu sendiri, seperti pengukuran keandalan internal SDM perusahaan, memahami iklim perusahaan, alur simpul komunikasi organisasi perusahaan, dan lain – lain. Komunikasi pemasaran eksternal lebih membahas pada pemasaran dan komunikasi bisnis dalam tataran organisasi untuk hubungannya dengan pemilihan target khalayak, segmentasi, dan lain lain. (Walker, 1997 : 23).


(42)

II.2.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran

Secara umum, tujuan komunikasi berusaha memberikan pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pelanggan. Tujuan komunikasi pemasaran yakni untuk penetapan posisi (positioning) dan untuk

meningkatkan penjualan (Amir, 2004 : 86 – 87). 1. Untuk positioning (penentuan posisi)

Positioning adalah kesan umum yang kita ciptakan di benak

pelanggan dan orang banyak terhadap toko kita, sehingga kita kelihatan berbeda. Tujuan ini lebih bersifat jangka panjang, biasanya dikaitkan dengan jenis barang atau manfaat yang diperoleh pelanggan dari toko kita. Beberapa sasaran yang umum ingin dicapai peritel dalam menetapkan penentuan posisi adalah: a. Kategori barang

Peritel kadang ingin menciptakan citra bahwa tokonya adalah toko yang menjual barang – barang kategori tertentu saja yang membuat ia berbeda dari toko sejenisnya.

b. Harga/mutu

Dengan positioning tertentu, peritel terkadang ingin

memberikan kesan bagi pelanggannya bahwa mereka menjual produk – produk dengan harga dan mutu tertentu saja.


(43)

c. Gaya hidup atau aktivitas

Gaya hidup dilihat sebagai bagaimana seseorang atau sekelompok orang menghabiskan waktu (dan uangnya) serta beropini atas hal – hal tertentu.

2. Untuk peningkatan penjualan

Tujuan untuk positioning dan komunikasi lebih bersifat jangka

panjang. Dalam jangka pendek, biasanya menetapkan tujuan untuk peningkatan penjualan (banyak digunakan dalam kegiatan promosi penjualan).

II.2.2. Kegunaan Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran memiliki dua kegunaan, yaitu langsung dan tidak langsung. Namun inti dari kegunaan tersebut sama yaitu untuk mendekatkan pelanggan sehingga akan ada keputusan beli atau minimal sampai taraf ada hasrat dan keinginan untuk memberikan keputusan jangka panjang (Prisgunanto, 2006 : 59).

1. Kegunaan Langsung

Komunikasi pemasaran memiliki kegunaan agar dari hasil transfer pesan dan persuasi tersebut tercipta gambaran yang mengarah kepada hasrat atau keinginan beli atau menggunakan produk dan jasa yang ditawarkan. Artinya upaya mengarahkan langsung kepada keputusan orang untuk membeli adalah dasar pemikiran dari kegunaan pemasaran ini.


(44)

2. Kegunaan Tidak Langsung

Dalam kegunaan tidak langsung, melakukan komunikasi pemasaran merupakan keinginan untuk mendapatkan suatu tambahan yang dapat dicapai oleh perusahaan, selain mengarahkan sikap pembelian. Jadi, alasan perusahaan merancang strategi pemasaran tidak hanya dikarenakan oleh perubahan sikap pelanggan, tetapi juga membina hubungan antara pelanggan dengan perusahaan. Perusahaan berupaya menggali nilai – nilai apa saja yang membuat pelanggan memilih produk mereka dari sisi hubungan masyarakat (kehumasan).

II.3. Pemasaran Sosial

Tidak semua kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan secara langsung. Masyarakat dan kampanye organisasi untuk mewujudkan hal yang baik. Hal tersebut mungkin akan terasa dengan waktu yang lama ketika keuntungan perusahaan telah terlihat sebagai sebuah 'good citizen’. Motivasi pemasaran sosial sangat

bermacam - macam. Tujuan pemasaran sosial bukan untuk mendorong pembelian tetapi untuk mengubah sikap dan/atau perilaku, umumnya terhadap sebuah 'third party' atau penyebab. Dukungan layanan publik dapat


(45)

II.3.1. Proses pemasaran sosial

Organisasi-organisasi yang terlibat dalam pemasaran sosial sering tidak berkonsentrasi pada personil pemasaran atau upaya mereka dalam satu tempat tetapi biasanya menyebar mereka di seluruh beberapa departemen. Kasus keluarga John F Kennedy Service Centre, dinas pelayanan sosial masyarakat di Charlestown, satu bagian Boston, yang melayani keluarga-keluarga yang sudah dilepaskan oleh program-program peremajaan perkotaan. Pusat pengoperasian lima departement : (1) Program Development, (2) Day Care Service, (3) Counseling Service, (4) Elderly Service, (5) Employment Services.

Pemasaran Sosial diselenggarakan dalam lima departement dengan sedikit koordinasi. Kotler mengusulkan untuk mengikuti hubungan yang ada antara departemen program dan departemen perencanaan strategis. Setiap program departemen harus menyerahkan tujuan dan permintaan untuk sumber daya untuk departemen perencanaan strategis (langkah 1) yang akan menganalisa dan mengevaluasi mereka (langkah 2) (Kotler, 1989 : 37).


(46)

Gambar 4

Hubungan antara Pemasaran Sosial dengan Perencanaan Strategis

Social Strategic

Marketing Planning

Departement Departement

Departemen perencanaan kemudian akan menegosiasikan tujuan-tujuan dan memberikan sumber-sumber untuk masing-masing departemen (langkah 3). Masing-masing departement akan merumuskan rencana-rencana bauran pemasaran (langkah 4) dan melaksanakannya (langkah 5). Departemen perencanaan akan mengevaluasi hasil (langkah 6) dan proses tersebut akan diulang kembali. Peran administrasi, keuangan, pembelian, operasi, sumber daya manusia, dan departemen lain juga mendukung sasaran dan strategi pemasaran dengan memerlukan empat bagian; uang, bahan, mesin, dan tenaga kerja.

Proses manajemen pemasaran sosial tersebut menganalisa lingkungan pemasaran sosial; meneliti seseorang yang mengambil target populasi;

2. Social Marketing Programs: Requested goals 1. Strategic planning for portfolio analysis 4. Social Marketing Mix planning

6. Evaluation of Social Marketing result

5. Implementatio n of social marketing mix plans

3. Goal and resource committments for each


(47)

mendefinisikan masalah pemasaran sosial; mendesain strategi pemasaran sosial;merencanakan program bauran pemasaran sosial; mengorganisasikan, menerapkan, mengendalikan, dan mengevaluasi upaya pemasaran sosial.

II.3.2. Manajemen Pemasaran Sosial

a.

Secara garis besar, ada empat tahapan manajemen social marketing

(Ruslan, 1999 : 247 – 248) yaitu:

Defining the product and marketing

b.

Mencari kecocokan ide, teori dan praktis tentang produk, marketing dan hingga target adopters. Disini dibutuhkan suatu

konsep pemasaran suatu produk dan target adopter secara tepat serta jitu.

Designing the product and market fit

Disini bagaimana menjawab “What makes a good fit?” secara

efektif untuk mencari solusi bagi kelompok target adopters, yakni melalui tiga langkah:

Kesesuaian antara kebutuhan target adopter dengan ide dan praktik sosial.

Memperkuat posisi (positioning) yang dipilih, dengan

memberikan label merek tertentu dengan pengemasan yang tepat dan menarik.

Membangun citra dan kepercayaan tentang produk sosial tersebut, dalam upaya menarik simpati dan empati.


(48)

c. Delivering the product and market fit

Pada posisi ini, maka pihak social marketer siap untuk

membawa produk sosial tersebut kepada target adopternya melakukan perencanaan awal kampanye, yaitu adoption

trigerring, sebagai pemicu untuk memotivasi dan

mengadopsikan kepada target adopternya melalui beberapa cara yaitu:

The delivery personnal

The delivery presentation

The delivery process

The defending of product and market (kondisi dan

situasi)

II.4. Komunikasi massa

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is

messages communicaated through a mass medium to a large number of

people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa

harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi –


(49)

keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar, majalah- keduanya disebut media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop (Ardianto, 2004: 3).

II.4.1. Proses Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatap muka. Karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (Bungin, 2008 : 74 – 75) proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yag luas, dan diterima oleh massa yang besar pula.

2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. Jika terjadi interaktif di antara mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja di dominasi oleh komunikator.

3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi kondisi emosional disebabkan karena pemberitaan yang sangat


(50)

agiatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak permanen.

4. Proses komunikasi massa juga berlangsung inpersonal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasikan siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan.

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan – hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti

televisi dan radio melakukan penyiaran mereka karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan – pemberitaan massa yang ditunggu – tunggu. Dengan demikian, maka agenda acara televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acara tersebut akan dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.

II.4.2. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Wilbur Schramm (Ruslan, 2003: 102) yang menyatakan bahwa komunikasi massa berfungsi sebagai; decoder, interpreter, dan

encoder. Pendapat tersebut yang pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan

formulasi Harold Laswell, yang mengatakan fungsi komunikasi terkait dengan:


(51)

1. Surveilliance of the environment

Fungsi sebagai pengamatan lingkungan, yang dimaksud Schramm adalah sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher

(pengamat).

2. Corelation of the parts of society in responding to the environment

Fungsi sebagai penghubung bagian – bagian dari masyarakat yang sesuai dengan lingkungannya. Schramm dalam hal ini menyebutkan sebagai interpreuner yang melakukan fungsi the forum (penengah).

3. Transmission of the social heritage from one generation to the next

Fungsi sebagai penerus (pewaris) sosial dari suatu generasi keselanjutnya. Schramm menyebutkan fungsi ini sebagai decoder

yang melaksanakan fungsi sebagai the teacher (guru).

II.4.3. Komponen Komunikasi Massa

Everett M Rogers mengatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi ada empat elemen yang harus diperhatikan yaitu source, message, channel

dan receiver. Kemudian komponen tersebut dirinci kembali menjadi lima

bagian oleh Wilbur Schramm yaitu: source (sumber), encoder

(komunikator), signal (sinyal/tanda), decoder (komunikan), destination

(tujuan). Kelima komponen tersebut sesuai dengan paradigma Harold Laswell yakni who says what in which channel to whom with what effect.

Komponen – komponen tersebut merupakan suatu syarat yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, baik pada komunikasi interpersonal,


(52)

komunikasi kelompok maupun komunikasi massa (Ardianto, 2004 : 35 – 36).

II.4.4. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua, selalu ada proses seleksi. Misalnya, setiap media memilih khalayaknya. Koran New Yorker untuk kalangan menengah

ke atas saja. Successful Farming khusus untuk para petani kaya di daerah

Midwest. Demikian pula televisi dan radio. Di pihak lain, khalayak juga

menyeleksi media, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya.

Ketiga, karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu berlangsung ketat. Untuk menyampaikan berita dari mulut ke mulut ke seluruh AS, tentunya diperlukan jutaan orang. Namun satu stasiun pemancar cukup untuk menyampaikan pesan itu. Sistem ekonomi dan sosial di AS turut memperkuat karakteristik ini. Sistem produksi massal di AS mendorong adanya sedikit produsen yang mampu memasok produk standar secara massal.

Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, harus berusaha membidik sasaran tertentu. Sebagai contoh, editor koran selalu mengingatkan reporternya untuk mencari berita yang menarik minat orang –


(53)

orang yang akan menyampaikannya kepada orang lain. Televisi juga merancang programnya untuk memikat segmen khalayak tertentu yang akan menyebarluaskannya, misalnya acara opera sabun untuk ibu – ibu rumah tangga. Orang lain yang semula tidak tertarik akan terdorong untuk menyaksikan acara yang banyak diperbincangkan. Menurut sebuah penelitian, tiga perempat warga AS dapat memahami isi koran dan majalah dengan baik. Namun tidak banyak yang senang menceritakan apa yang dibacanya kepada orang lain.

Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan masyarakat. Media tidak hanya memengaruhi tatanan politik, sosial dan ekonomi dimana ia berada, namun juga dipengaruhi olehnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami media dengan baik kita harus memahami pula lingkungan atau masyarakat itu berada. Sedangkan untuk memahami sebuah masyarakat,kita harus menelaah latar belakang, asumsi – asumsi dan keyakinan – keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat, demi memahami media secara benar (Peterson, 2003 :19).

II.5. Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir pada abad 19


(54)

dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Herts, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanlin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940 (Ardianto, 2004 : 126 – 127).

II.5.1. Sejarah Penyiaran Televisi di Indonesia

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke – 17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.

Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia disusul kemudian SCTV, INDOSIAR, ANTV, TPI.


(55)

Gerakan reformasi pada tahun 1998, telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri.

Setelah Undang – Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi Indonesia benar – benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.

Televisi merupakan salah satu medium terfavorit bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja (Morrisan, 2008 : 9 – 10).


(56)

II.5.2. Pemirsa Televisi Indonesia

Menurutdata yang tercatat pada Perum Pos dan Giro, dewasa ini ada enam juta pelanggan televisi di seluruh Indonesia. Menurut Bappenas malah ada 10 juta, dan bahkan Departemen Perindustrian mencatat 12 juta pelanggan televisi. Dan menurut data yang dihimpun oleh Media Scene di Indonesia 1989/1990, pada tahun 1984 ada 50,7 juta orang yang menjadi pemirsa televisi dari 113,8 juta orang yang berusia di atas 10 tahun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat jika dibandingkan dengan tahun 1979 yakni sekitar lima juta orang. Ini berarti setiap televisi disaksikan oleh lima orang pemirsa atau setiap rumah tangga memiliki satu televisi.

Disisi lain, lebih dari separuh pria dan wanita yang berusia 15 tahun di enam kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang) menyaksikan siaran televisi.

Dilihat dari segmen sosial ekonomi, maka pada tahun 1989 ada 71,6% masyarakat kelas atas (SES AB) yang menyaksikan siaran di kota – kota besar, dan 51,2 % dari kelas menengah bawah (SES CDE). Dari segi usia, ada 61,7% masyarakat berusia 15-29 tahun yang menjadi pemirsa, dan 54,1% di atas 30 tahun dari seluruh populasi.


(57)

Tabel 2

Penetrasi Media di 6 kota

(Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang)

KRITERIA 1985 1989

POPULASI PEMIRSA POPULASI PEMIRSA

1.Pria 4.765 2.837 5.593 3.090

2.Wanita (15 th+) 4.771 2.408 5.791 3.516 Kelompok sosial Ekonomi AB Kelompok Sosial Ekonomi CDE 2.586 6.950 1.702 (65,8%) 3.543 (51,0%) 3.794 7.591 2.717 (71,6%) 3.889 (51,2%) Usia 15-29 tahun

(pria + wanita) Usia 30 th+

4.900 4.636 2.833 (57,8%) 2.413 (52%) 5.835 5.550 3.601 (61,7%) 3.005 (54,1%) Sumber : Diolah dari Media Scene 1989/1990.

II.6. Iklan

Secara tradisional iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Namun untuk membedakannya dari pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Seperti yang dinyatakan oleh Frank Jefkins : “Advertising aims to persuade people to

buy” (Ardianto, 2008 : 77 – 78).

Masyarakat periklanan Indonesia mendefenisikan iklan sebagai: segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan merupakan bagian


(58)

dari bagian bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah

bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Dan sebagai bagian dari

bauran pemasaran, bersama – sama dengan komponen lainnya dalam bauran promosi (personal selling, promosi penjualan, dan publisitas) iklan bagaikan

salah satu dari empat buah roda mobil. Ketiga roda lainnya adalah produk, harga dan jalur distribusi. Jika salah satu roda tersebut kempis, maka ketiga roda lainnya pun akan kehilangan fungsinya sebagai penggerak strategi pemasaran (Kasali, 1992 : 9 – 10)

Tabel 3

Marketing Mix dan Promotion Mix

MARKETING MIX PROMOTION MIX

Product Advertising

Price Personal selling

Place Sales promotion

Promotion Publicity

II.6.1. Jenis – Jenis Iklan

Berdasarkan tujuan beriklan, maka iklan bisa dibedakan berdasarkan tiga jenis yaitu:

1. Iklan informasi

Sebuah iklan dikategorikan iklan informasi jika materi iklan bertujuan untuk :


(59)

• Memberi tahu tentang produk baru;

• Memberi tahu perubahan harga atau kemasan; • Menjelaskan cara kerja produk;

• Mengurangi ketakutan konsumen;

• Mengurangi kesan keliru terhadap produk;

• Menganjurkan kegunaan baru dari produk tertentu; dan • Menyebutkan pula jasa yang ada;

2. Iklan persuasi

Iklan persuasi adalah jenis iklan yang bertujuan untuk; • Memilih merek tertentu;

• Menganjurkan membeli merek tertentu;

• Mengubah persepsi konsumen tentang merek tertentu;

• Membujuk konsumen untuk membeli sekarang atau menerima penawaran;

3. Iklan pengingat

• Mengingatkan bahwa produk itu mungkin akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat ini;

• Menjaga kesadaran akan produk (consumer’s state of mind); • Menjalin hubungan baik dengan konsumen;

• Mengingatkan dimana membeli produk itu;

• Mengingatkan konsumen diwaktu pasaran sepi; dan

• Memantapkan atau meneguhkan bahwa pilihan konsumen tepat;


(60)

Iklan pengingat ini banyak yang tidak secara langsung menjual produk. Produsen beriklan agar tetap terjaga kesadaran terhadap produk dan perusahaan.ini juga sebagai wujud upaya perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggannya sehingga tetap terjalin hubungan baik (Kriyantono, 2008 : 184).

II.6.2. Strategi iklan

Strategi iklan terdiri dari dua elemen utama: penciptaan pesan iklan dan penyeleksian media iklan (Kotler, 2001 : 158).

1. Menciptakan pesan iklan

Anggaran iklan yang besar tidak menjamin berhasilnya suatu kampanye iklan. Iklan akan berhasil apabila siaran iklan tersebut dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya dengan baik kepada khalayak. Pesan iklan harus dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan perhatian ketika khalayak menonton. Pesan iklan harus direncanakan lebih baik, lebih imajinatif, lebih menghibur dan lebih memberi imbalan kepada konsumen. Demikian pula dengan strategi pesan yang terkandung dalam iklan harus memperkenalkan manfaat iklan tersebut dengan meyakinkan kepada pelanggan melalui konsep/ide yang kreatif sehingga iklan tersebut memiliki daya tarik tersendiri.

2. Menyeleksi media iklan

Langkah pertama dalam menyeleksi media adalah (1) menentukan jangkauan, frekuensi, dan dampak; (2) memilih tipe media utama; (3)


(61)

menyeleksi wahana media tertentu; dan (4) menentukan waktu penanyangan.

II.6.3. Kekuatan dan Kelemahan Siaran Iklan

Staf pemasaran stasiun penyiaran tentu saja harus mengetahui kelebihan dan kelemahan siaran iklan, agar dapat meyakinkan para pemasang iklan untuk mau beriklan. Menurut Wiilis-Aldridge keuntungan siaran iklan mencakup daya jangkau luas, wilayah tertentu, fokus perhatian, sentuhan personal, kemampuan menunjukkan, kemampuan menghibur dan memberikan prestise sedangkan kelemahan biaya iklan mencakup biaya mahal, informasi terbatas, penayangan singkat, penghindaran dan tempat terbatas (Morrisan, 2008 : 382 – 388).

II.3.6.1. Kekuatan Siaran Iklan

1. Daya jangkau luas: radio dan televisi merupakan media yang ideal untuk mengiklankan barang – barang yang selalu digunakan setiap hari, misalnya produk makanan, kosmetik, obat, sabun. Meskipun iklan televisi merupakan iklan yang paling mahal di antara media lainnya, karena biaya pembuatan iklan dan biaya penayangannya yang besar, namun karena daya jangkauannya yang luas maka biaya iklan televisi justru yang paling murah di antara media lainnya jika dilihat dari jumlah orang yang dapat dijangkaunya.

2. Wilayah tertentu: selain audien yang besar, radio dan televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audien yang dituju. Jika


(62)

sebuah perusahaan manufaktur ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu maka perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televisi atau radio yang terdapat di wilayah itu. Dengan demikian, siaran iklan di radio dan televisi menurut Willis Aldridge memiliki fleksibilitas yang memungkinkan penyesuaian terhadap kebutuhan atau karakteristik wilayah setempat. Sebaliknya, pemasang iklan yang ingin memasarkan produknya secara nasional dapat melakukan uji coba di pasar lokal terlebih dahulu sebelum di lempar ke pasar nasional.

3. Audien tertentu: stasiun televisi dapat menayangkan program siaran yang mampu menarik perhatian kelompok audien tertentu yang menjadi target promosi suatu produk tertentu. Menurut penelitian di AS, penggemar olahraga, mengonsumsi minuman bir lebih banyak daripada audien lain pada umumnya. Menempatkan siaran iklan pada suatu program pertandingan olahraga di televisi merupakan langkah yang logis bagi pabrik pembuat bir.

4. Waktu tertentu: suatu produk dapat diiklankan di televisi atau radio pada waktu – waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi atau tengah mendengarkan radio. Dengan demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu – waktu tertentu pada saat target audien mereka tidak menonton televisi atau mendengarkan radio.

5. Fokus perhatian: siaran iklan akan selalu menjadi pusat perhatian audien pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audien tidak memencet


(63)

remote controlnya untuk melihat stasiun televisi lain, maka ia harus

manyaksikan tayangan televisi itu satu persatu. Perhatian audien akan terwujud hanya kepada siaran iklan dimaksud ketika iklan itu ditayangkan di televisi atau radio.

6. Sentuhan personal: iklan yang disiarkan di radio dan televisi dapat menggunakan kekuatan personalitas manusia untuk menjual produknya. Cara seseorang berbicara dan bahasa tubuh yang ditunjukkannya dapat membujuk audien untuk membeli produk yang diiklankan itu. Terlebih lagi, orang yang berbicara dan berkomentar tentang produk tersebut adalah para selebritis atau orang terkenal yang sudah mendapat kepercayaan masyarakat secara luas.

7. Kemampuan menunjukkan: televisi merupakan media iklan yang paling ampuh daripada yang lainnya karena dapat menunjukkan cara bekerjanya suatu produk pada saat produk itu digunakan.

8. Kemampuan menghibur: pemasang iklan terkadang ingin menekankan pada aspek hiburan dalam iklan yang ditayangkannya dan tidak ingin menunjukkan aspek komersial secara mencolok. Dengan demikian, pesan iklan yang ditampilkan tidak terlalu menonjol tetapi tersamar oleh program yang telah ditayangkan.

9. Memberikan prestise: perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. Dengan kata lain, produk tersebut mendapatkan prestise tersendiri.


(64)

II.3.6.2. Kelemahan Siaran Iklan

Adapun kelamahan pada siaran iklan menurut Wiilis-Aldridge adalah:

1. Biaya mahal: biaya yang dikenakan kepada pemasang iklan televisi dihitung berdasarkan detik. Di Indonesia, pada tahun 2005 iklan televisi durasi 30 detik harus membayar paling murah 20 juta rupiah untuk sekali tayang pada Prime Time.

2. Informasi terbatas: dengan durasi iklan rata – rata hanya 30 detik dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. Siaran iklan tidak menyadiakan cukup waktu untuk menyampaikan seluruh informasi tentang produk yang ditawarkan itu.

3. Penayangan singkat: siaran iklan radio dan televisi hanya ada pada saat itu benar – benar ditayangkan kecuali audien merekamnya. Dengan kata lain, jika dibandingkan dengan iklan pada media cetak audien tidak dapat melihat kembali siaran iklan untuk mengetahui atau mencek kembali informasi yang terdapat pada iklan dimaksud misalnya nomor telepon pemasang iklan atau informasi lain yang ingin diketahui.

4. Penghindaran: kelemahan lain dari siaran iklan adalah adanya kecendrungan audien untuk menghindari siaran iklan pada saat iklan ditayangkan.penelitian menunjukkan bahwa audien televisi


(65)

menggunakan kesempatan pada saat iklan ke toilet, mengambil sesuatu dan hal lain.

5. Tempat terbatas: stasiun penyiaran tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program. Jika waktu penyiaran banyak diambil untuk penayangan iklan, maka hal itu justru akan merusak program itu sendiri karena audien akan meninggalkan acara tersebut.

II.7. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan bukan semata – mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang penting bagi berbagai kegiatan non – bisnis. Di negara – negara maju, iklan dirasakan manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi suatu masalah sosial. Dalam iklan tersebut disajikan pesan – pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum. Iklan seperti ini disebut iklan layanan masyarakat (ILM).

Hingga saat ini tidak banyak pengertian yang tegas dan jelas menjelaskan mengenai pengertian iklan layanan masyarakat, namun Philip Lesly menjelaskan iklan layanan masyarakat atau istilah asingnya “Public

Service Announcement” menyebutkan kegiatan kampanye tentang informasi

publik melalui radio dan televisi, bersumber dari lembaga non profit (charitable organinisations) (Danandjaja, 2011 : 165).


(66)

Crompton dan Lamb (Kasali, 1992 : 201) memberi definisi ILM sebagai:

An announcement for which no charge is made and which promotes programs, activities, or services of federal, state; or local goverment or the programs, activities; or services of non profit organizations and other announcements regarded as serving community interest, excluding tune signals, routine weather announcement, and promotional announcement.

Sebuah ILM disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat, artinya tanpa menuntut bayaran.

II.7.1. Perkembangan Iklan Layanan Masyarakat di Indonesia

Di Indonesia ILM umumnya dibuat secara sendiri – sendiri oleh biro iklan yang melakukan kerja sama dengan pihak media. Kerena dilakukan sendiri – sendiri, pesona yang ingin disampaikan kurang mengena di masyarakat. Pada waktu yang bersamaan masyarakat menyaksikan pesan yang berbeda – beda, karena tidak ada keseragaman tema.

Iklan seperti ini antara lain dipelopori oleh Intervista pada tahun 1968 untuk menanggulangi masalah petasan yang banyak menimbulkan korban, cacat dan bahkan tewas. Kemudian biro iklan Matari yang bekerja sama dengan berbagai media membuat puluhan ILM dengan body copy

yang sangat menyentuh. Pada tahun 1974 mereka mengangkat hubungan antara orang tua dengan anak dengan judul Renungan Bagi Orang Tua.

Kampanye ILM di Indonesia tetap dilakukan secara sporadis oleh masing – masing biro iklan bersama media mitra usahanya. Oleh karenanya masalah yang diungkapkan masih terbatas pada sejumlah masalah umum


(67)

yang sudah banyak dilontarkan dalam pidato – pidato para menteri, gubernur atau bupati.

Satu hal yang paling menarik adalah dikampanyekannya keluarga berencana oleh pemerintah yang bekerja sama dengan biro iklan lewat berbagai media. Yang cukup unik BKKBN menolak mengganti istilah “iklan” dengan “pesan” agar media massa mau memuatnya tanpa menanggung konsekuensi biaya. Hal ini untuk meyakinkan masyarakat bahwa iklan bukan semata – mata untuk mencari keuntungan (Kasali, 1992 : 204).

II.8. AIDDA

AIDDA adalah akronim dari kata – kata Attention (Perhatian),

Interest (Minat), Desire (Hasrat), Decision (Keputusan), dan Action

(Tingkatan/Kegiatan). Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis pada diri khalayak (Effendy, 2004 : 77).

Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan komunikasi yang dilakukan. AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi. Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya. Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya.


(1)

Internet :

www.bkkbn.com

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011-penduduk-indonesia-241-juta-jiwa diakses pada tanggal 16 Oktober 2011 pukul 10.25 WIB.

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&i

d=171591:penduduk-miskin-di-medan-meningkat&catid=14:medan&Itemid=27 diakses pada tanggal 07 Oktober 2011 pukul 08.15 WIB

http://bpmpkb.rembangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=art icle&id=48:menjadi-generasi-berencana&catid=3:newsflash diakses pada tanggal 16 Oktober 2011 pukul 11.45 WIB

http://medan.tribunnews.com/2011/09/28/disiplin-ala-sma-kemala-bhayangkara-i-medan diakses pada tanggal 19 Oktober 2011 pukul 22.00 WIB.

http://belajarpsikologi.com/batasan-usia-remaja/ diakses pada tanggal 4 Desember pukul 24.20 WIB.


(2)

Kuesioner Penelitian

Judul penelitian : Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa – Siswi Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari

I Medan

Petunjuk Pengisian Kuesioner : No Responden

1 2

A. Bacalah semua pertanyaan dengan cermat dan teliti. B. Isilah jawaban anda dengan jujur, singkat dan jelas.

C. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar. D. Untuk pertanyaan mengenai pendapat anda isilah jawaban dengan

menggunakan kalimat yang benar, singkat dan jelas.

E. Jangan mengisi kotak yang disebelah kanan (diisi oleh peneliti).

I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Usia anda :

1. 14 – 15 tahun 2. 16 – 17 tahun 3. 18 tahun 2. Jenis kelamin anda :

1. Pria


(3)

1. 1 (satu)

2. 2 (dua)

3. 3 (tiga)

II. TAYANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT “DUA ANAK LEBIH BAIK”

4. Menurut anda apakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi bersifat informatif mengenai program Generasi Berencana?

1. Tidak informatif

2. Kurang informatif

3. Netral 4. Informatif

5. Sangat informatif

5. Apakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi mempengaruhi anda untuk mengikuti program Generasi Berencana?

1. Tidak mempengaruhi

2. Kurang mempengaruhi

3. Netral

4. Mempengaruhi 5. Sangat mempengaruhi


(4)

6. Menurut anda apakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi mendidik anda mengenai program Generasi Berencana?

1. Tidak mendidik

2. Kurang mendidik

3. Netral 4. Mendidik

5. Sangat mendidik

7. Menurut anda apakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menambah pengetahuan anda mengenai program Generasi Berencana?

1. Tidak menambah

2. Kurang menambah

3. Netral 4. Menambah

5. Sangat menambah

8. Apakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menghibur anda?

1. Tidak menghibur 2. Kurang menghibur 3. Netral

4. Menghibur 5. Sangat menghibur


(5)

III. KOMPONEN SIKAP

9. Bagaimana tingkat perhatian anda terhadap program Generasi Berencana berdasarkan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi?

1. Tidak tinggi 2. Kurang tinggi 3. Netral

4. Tinggi 5. Sangat tinggi

10. Apakah anda berminat untuk melaksanakan program Generasi Berencana setelah menonton iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi?

1. Tidak berminat 2. Kurang berminat 3. Netral

4. Berminat

5. Sangat berminat

11. Apakah anda berhasrat akan melaksanakan program Generasi Berencana?

1. Tidak berhasrat

2. Kurang berhasrat

3. Netral 4. Berhasrat


(6)

12. Bagaimana keputusan anda untuk melaksanakan program Generasi Berencana setelah menonton iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi?.

1. Tidak tinggi

2. Kurang tinggi

3. Netral 4. Tinggi 5. Sangat tinggi

13. Apakah anda tertarik untuk mengikuti program Generasi Berencana setelah menonton tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi?

1. Tidak tertarik

2. Kurang tertarik

3. Netral 4. Tertarik 5. Sangat tertarik

14. Apakah anda berkeinginan untuk melaksanakan program Generasi Berencana setelah menonton tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi?

1. Tidak ingin

2. Kurang ingin

3. Netral 4. Ingin


Dokumen yang terkait

Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala

1 57 123

Iklan Rokok Flava Dan Keputusan Membeli Masyarakat (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Rokok Flava di RCTI Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat Perumahan Cemara Hijau Medan)

2 61 125

Tayangan Bom JW Marriot Dan Sikap Masyarakat (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)

1 31 106

Tayangan Iklan Di Televisi Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Mengenai Tayangan Iklan Sampoerna A Mild Versi go ahead di Televisi dan Persepsi Mahasiswa USU)

1 56 163

Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik P.T PLN Dan Sikap Masyarakat (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)

2 55 99

Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

2 46 133

Iklan Pelumas Dan Sikap Terhadap Produk (Studi Korelasional Mengenai Iklan Pelumas Enduro Matic di Trans7 dengan Sikap Mahasiswa FISIP USU terhadap Produk Tersebut)

1 42 121

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi

0 1 40

BAB I PENDAHULUAN - Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Beren

0 1 21

TAYANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DAN SIKAP SISWA MENGENAI PROGRAM GENERASI BERENCANA (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala

0 0 12