PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PROPRIETARY COST TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2015)

(1)

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM AND PROPRIETARY COST TOWARDS VOLUNTARY DISCLOSURE AND

THE IMPLICATION ON FIRM VALUE

(Empirical Study on Companies Listed on the Stock Exchange in 2015)

Oleh

YONA LUKSANDY 20130420291

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM AND PROPRIETARY COST TOWARDS VOLUNTARY DISCLOSURE AND

THE IMPLICATION ON FIRM VALUE

(Empirical Study on Companies Listed on the Stock Exchange in 2015) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

YONA LUKSANDY 20130420291

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(3)

Nama : Yona Luksandy Nomor Mahasiswa : 20130420291

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PROPRIETARY COST

TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA SERTA

IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Desember 2016


(4)

kerjakanlah dengan sunguh-sungguh bekerja (urusan), dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya engkau berharap.

(QS. Al-Insyirah 5-8)

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk”

(QS. Al-Baqarah: 45)

PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW Ayah dan Mamaku tercinta Zulkarnain dan Ernawati Adik-adikku tersayang Diana, Putri dan Shopia Almamaterku tercinta


(5)

Alhamdulillah.

Nabi Muhammad SAW yang memberikan teladan kepada seluruh umatnya. Termasuk

penulis, dimana mendorong penulis untuk selalu optimis menjadi orang yang lebih baik

lagi.

Orang tuaku tercinta, Ayah (Zulkarnain) dan Mama (Ernawati) yang tidak pernah

berhenti mendoakan, mendidik, memberi nasehat, motivasi dan kasih sayang serta

menjadi penyemangat dalam hidupku.

Adik-adikku tercinta, Diana Luksandy, Aqeela Putri Luksandy dan Shopia Abida

Luksandy atas dukungan, kasih sayang dan semangat yang tak ada hentinya diberikan

kepada kakak. Terimakasih atas segala yang telah diberikan.

Semua keluarga besarku tercinta terimakasih banyak atas doa, dukungan dan

semangatnya.

Ibu Evi Rahmawati, Ph.D.,M.Acc.,S.E.,Ak.,CA yang selalu sabar dalam membimbing atas

penyelesaian skripsi ini. Doa yang tak pernah henti untuk ibu semoga selalu diberi

kesehatan, kebaikan dan kebahagiaan.

Seluruh Dosen Akuntansi FEB UMY atas segala ilmu yang sangat bermanfaat untuk

penulis.

Seluruh Staff TU FEB UMY atas segala jasa yang diberikan demi kelancaran kuliah dan

skripsi mahasiswa.

Keluarga kecilku diperantauan, Rahma, Rahmi, Eva dan Widya. Terimakasih atas

perhatian, kasih sayang, dukungan dan keceriaan yang selalu diberikan untukku.

Selama kurang lebih 3 tahun hidup bersama di kos tercinta kita mohon maaf jika yona

banyak berbuat salah. Terkhusus untuk Eva dan Widya selalu semangat kuliah, jangan


(6)

Dwi Yuliani. Terimakasih atas persahabatan yang begitu hangat penuh keceriaan dan

kasih sayang.

Sahabat sedari Sekolah Menengah Atas (Helmi Rahmawati) yang selalu mau

mendengarkan keluh kesahku, selalu memberi semangat, doa dan keceriaan. Semoga

dirimu diberi kelancaran kuliah dan tercapai apa yang dirimu cita-citakan.

Keluarga AKT G UMY 2013 yang selalu memberikan semangat, canda dan tawa. Tetap

kompak yaa guys. Semoga kita semua sukses mencapai apa yang kita cita-citakan.

Keluarga Akuntansi UMY 2013 yang saling memberi dukungan, doa, informasi dan

kebahagiaan, tetap kompak dan selalu jaga komunikasi untuk anak-anak Akuntansi

UMY 2013.

Keluarga KKN 26, Rahma, Icmi, Elok, Lita, Viky, Almira, Gina, Adi, Surya, Wawan, Arif

dan Rahmat. Terimakasih telah memberikan doa, dukungan, semangat dan keceriaan.

Tetap jaga komunikasi yaa guys.


(7)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 15

C. Model Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Objek Penelitian ... 24

B. Jenis Data ... 24

C. Teknik Pengembilan Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 29


(8)

E. Pembahasan (Interpretasi) ... 49

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 1 ... 36

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 2 ... 36

Tabel 4.4 Uji Normalitas Model Penelitian 1 ... 38

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Penelitian 1 ... 38

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Model Penelitian 1... 39

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisita Model Penelitian 1 ... 40

Tabel 4.8 Uji Normalitas Model Penelitian 2 ... 41

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model Penelitian 2 ... 41

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas Model Penelitian 2 ... 42

Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisita Model Penelitian 2 ... 42

Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi Model Penelitian 1 ... 43

Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinasi Model Penelitian 2 ... 44

Tabel 4.14 Uji F model penelitian 1 ... 44

Tabel 4.15 Uji t Model Penelitian 1 ... 45

Tabel 4.16 Uji t Model Penelitian 2 ... 46


(10)

(11)

(12)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance dan proprietary cost terhadap luas pengungkapan sukarela serta implikasinya terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahan yang terdaftar di BEI 2015. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 105 perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Multiple Regression Analysis

(MRA) dan Simple Regression Analysis (SRA).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela dengan tingkat signifikansi 0,00. Luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,00. Sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris dan proprietary cost tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela.

Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Proprietary Cost, Proporsi Komisaris Independen, ukuran dewan komisaris Pengungkapan Sukarela, Nilai Perusahaan.


(13)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of corporate governance mechanism and proprietary cost towards voluntary disclosure and the implication on firm value. The population in this study are all of componies listed on the Stock Exchange in the period of 2015. In this study, sample of 105 companies were selected using purposive sampling. Analysis tool used in this study is the Multiple Regression Analysis (MRA) and Simple Regression Analysis (SRA).

This result is indicate that the size of the board of commissioners has positive effect on voluntary disclosure with a significantly level of 0,00. The voluntary disclosure has positive effect on the firm value with a significantly level of 0,00. The institutional ownership, the managerial ownership, proprietary cost, and the proportion of independent commissioners has no significantly effect on voluntary disclosure.

Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Proprietary Cost, The Proportion of Independent Comissioners, size of the Board of Commissioners, Voluntary Disclosure, Firm Value.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun perusahaan yang telah go public akan menerbitkan laporan tahunan. Laporan tahunan merupakan media informasi yang menghubungkan komunikasi entitas bisnis dengan pihak-pihak yang berkepentingan

(shareholders). Laporan tahunan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi investor mengenai kelangsungan usaha perusahaan. Harapan investor adalah dana yang telah diinvestasikan dapat memberikan return yang memadai. Sehingga untuk lebih meyakinkan investor memperoleh return

sesuai yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu perusahaan harus menyediakan informasi sebagai dasar landasan pengambilan keputusan.

Informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi wajib yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan Bapepam No.KEP-431/BL/2012 atau yang disebut sebagai pengungkapan wajib

(mandatory disclosure) dan pengungkapan yang dilakukan perusahaan selain dari apa yang diwajibkan oleh peraturan atau yang disebut sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menjelaskan mengenai penyajian laporan keuangan melalui PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf ke-12 yang menyatakan bahwa:

“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added


(15)

statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Meskipun seluruh perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan wajib, setiap perusahaan berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke pasar modal. Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.

Luas pengungkapan sukarela masih sedikit dilakukan oleh perusahaan di Indonesia dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian, penelitian Nabor dan Suardana (2014) menemukan rata-rata pengungkapan sukarela pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012 adalah sebesar 19,38%, dan penelitian Nugroho dan Poluan (2015) menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan 2010–2012 perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan barang konsumsi yang terdapat di BEI adalah sebesar 42,15%. Berdasarkan kenyataan yang ada seharusnya perusahaan lebih transparansi dan megungkapkan secara sukarela atas laporan yang diterbitkan agar memberikan informasi kepada para investor sebagai dasar pengambilan keputusan investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan serta berguna bagi perusahaan untuk menilai bagaimana reaksi investor terhadap pengumuman informasi akuntansi yang disajikan.


(16)

Dalam pandangan Islam, penyajian informasi tidak boleh adanya unsur penyembunyian atas informasi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. Ketidakjelasan terjadi apabila ada pihak yang merubah sesuatu yang seharusnya dilaporkan menjadi tidak dilaporkan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pencatatan laporan harus pasti dan tidak ada unsur penipuan, ayat yang menjeleskan yaitu surah Asy-Syu’ara ayat 181-183 sebagai berikut:

َُني ِ ِسْخ مْلاَُنِمُاو نو كَتُ ََ َوَُلْيَكْلاُاو ف ْوَأ ٨

َُو ُِميِقَتْس مْلاُ ِساَطْسِقْلاِبُاو ن ِ ٨

َُنيِدِسْف مُ ِض ْرَ ْْاُيِفُا ْوَثْعَتُ ََ َوُْم هءاَيْشَأُ َساَنلاُاو سَخْبَتُ ََ َو ٨

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; 181. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus; 182. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan 183.”( Asy-Syu’ara:181 -183).

Luas pengungkapan sukarela dapat dipengaruhi oleh mekanisme

corporate governance. Mekanisme corporate governance diperlukan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap manajer dalam mengelola perusahaan untuk menjamin bahwa perusahaan telah mengungkapkan informasi secara transparan dan sukarela kepada shareholders. Informasi yang diberikan akan ditunjukkan dalam tingkat pengungkapan, bahwa semakin baik mekanisme

corporate governance maka akan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Mekanisme corporate governance dapat diproksikan dengan beberapa indikator seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,


(17)

proporsi komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.

Hal lain yang dapat memengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela adalah proprietary cost. Proprietary cost merupakan biayayang timbul karena informasi privat yang diungkapkan oleh perusahaan yang dapat digunakan pesaing, sehingga membahayakan posisi kompetitif perusahaan atau mengurangi competitive advantage perusahaan (Sari, 2012). Pertimbangan biaya dan manfaat yang akan diperoleh merupakan hal yang memengaruhi perusahaan melakukan pengungkapan sukarela. Nabor dan Suardana (2014) juga menyatakan bahwa pertimbangan biaya seperti halnya

proprietary cost menjadi perhatian perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela.

Pengungkapan sukarela diharapkan dapat menjadi good news bagi investor atau pemegang saham sehingga dapat membentuk nilai perusahaan (Arisanti dan Daljono, 2014). Nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Uyar dan Merve (2012) mengemukakan bahwa semakin banyak informasi yang diungkapan dalam pengungkapan sukarela, maka dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Berdasarkan uraian tersebut, luas pengungkapan sukarela dapat dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance dan proprietary cost. Selanjutnya, dengan adanya pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh


(18)

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Nabor dan Suardana (2014). Maksud dari penelitian ini untuk menguji kembali dan menemukan bukti empiris atas variabel yang memengaruhi luas pengungkapan sukarela seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan proprietary cost. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah peneliti menambahkan variabel proporsi komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Hal ini didasarkan bahwa dewan komisaris memiliki tugas dan tanggungjawab untuk mengawasi kegiatan perusahaan agar tercipta good corporate governance (GCG) sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela secara luas.

Perbedaan lain dari penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris dampak pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nabor dan Suardana (2014) menggunakan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2015, karena menggambarkan kondisi yang relatif baru dipasar modal Indonesia. Sehingga, diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Proprietary Cost Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Serta Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan”.


(19)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dilakukan untuk mendapatkan pengaruh mekanisme corporate governance dan proprietary cost

terhadap luas pengungkapan sukarela serta implikasinya terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dibatasi pada variabel mekanisme corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela?

3. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela?

4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela?

5. Apakah proprietary cost berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela?


(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif kepemilikan manajerial terhadap luas pengungkapan sukarela.

2. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan sukarela.

3. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif proporsi komisaris independen terhadap luas pengungkapan sukarela.

4. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif ukuran dewan komisaris terhadap luas pengungkapan sukarela.

5. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif

proprietary cost terhadap luas pengungkapan sukarela.

6. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh signifikan positif luas pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan bukti empiris mengenai kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan proprietary cost


(21)

memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan serta implikasinya terhadap nilai perusahaan.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai permasalahan ini.

2. Manfaat praktis a. Bagi Manajemen

Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan terkait pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat memberikan dampak terhadap nilai perusahaan.

b. Bagi investor, calon investor, dan badan otoritas pasar modal

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dan pelaku keuangan lainnya untuk lebih memahami praktik pengungkapan sukarela yang terjadi di Indonesia, sehingga pada akhirnya dapat membentuk ekspektasi dan pengambilan keputusan investasi secara lebih baik.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory mendasarkan hubungan kontrak antar principal

(pemegang saham) dan agen (manajemen). Principal merupakan pihak yang memberikan pekerjaan kepada agen, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi kepercayaan oleh principal untuk menjalankan perusahaan (Aniroh, 2014). Manajemen merupakan pihak yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham, untuk itu pemegang saham memberikan sebagian kekuasaannya kepada manajemen untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham.

Teori keagenan menyatakan bahwa masing-masing pihak hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dengan agen. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan dimana setiap pihak berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya masing-masing.

Penyatuan antara kepentingan ini sering menimbulkan masalah keagenan yang sering disebut dengan konflik agensi (Nugroho dan Poluan, 2015). Perbedaan kepentingan antara pihak principal dan agen akan mengakibatkan munculnya biaya keagenan.


(23)

Menurut Nugroho dan Poluan (2015) terdapat tiga macam biaya keagenan:

a. Biaya monitoring

Biaya monitoring merupakan biaya yang dikeluarkan oleh principal

untuk mengawasi aktivitas dan perilaku manajer dengan membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan premi asuransi untuk melindungi aset perusahaan.

b. Biaya bonding

Biaya bonding merupakan biaya yang ditanggung oleh manajer untuk memberi jaminan kepada pemegang saham bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.

c. Residual loss

Residual loss merupakan biaya yang ditanggung pemegang saham untuk mempengaruhi keputusan manajer supaya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

Biaya keagenan yang muncul akibat perbedaan kepentingan antara

principal dan agen dapat dikurangi dengan cara melakukan pengungkapan informasi perusahaan baik pengungkapan wajib maupun pengungkapan sukarela. Semakin banyak manajemen melakukan pengungkapan kepada pemegang saham tentang kondisi perusahaan yang dijalankannya maka akan semakin mengurangi biaya keagenan.


(24)

2. Teori Pensinyalan (Signaling Theory)

Signaling theory merupakan teori yang dijadikan dasar untuk menjelaskan informasi sukarela kepada stakeholders. Jika dilihat dari sisi investor asumsi teori ini menjelaskan bahwa informasi yang diungkapkan perusahaan diharapkan dapat memberikan kabar positif kepada para investor dan pemangku kepentingan lainya sehingga dapat menangkap sinyal yang diberikan oleh perusahaan melalui informasi yang disampaikan tersebut (Arisanti dan Daljono, 2014).

Semakin banyak infomasi yang diungkapkan perusahaan melalui pengungkapan sukarela akan menurunkan kesalahan dalam memprediksi kinerja saham sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, jika suatu perusahaan memiliki sumber daya yang berharga maka mereka akan membiarkan shareholders tahu melalui informasi yang diberikan (Arisanti dan Daljono, 2014).

Semakin banyak informasi yang diugkapkan dapat diasumsikan investor lebih banyak mengetahui penjelasan kondisi perusahaan. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan investor untuk analisis prospek perusahaan kedepan dan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaannya, karena


(25)

nilai perusahaan mencerminkan aset yang dimiliki oleh perusahaan (Arisanti dan Daljono, 2014). Memaksimalkan nilai perusahan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang sahamnya.

Tinggi rendahnya nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh pengungkapan informasi yang relevan dari perusahaan baik melalui informasi yang diwajibkan maupun dengan sukarela. Informasi tersebut digunakan investor untuk menilai waktu dan ketidakpastian aliran kas sekarang dan dimasa yang akan datang sehingga dapat menilai perusahaan untuk membuat keputusan investasi (Arisanti dan Daljono, 2014).

Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut mengenai menanamkan modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau return

dimasa yang akan datang (Setiani, 2013). Investasi yang tinggi merupakan sinyal pertumbuhan pendapatan perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan.

4. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Laporan tahunan adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan informasi non-keuangan seperti informasi mengenai tata kelola dan tanggungjawab perusahaan. Laporan tahunan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai


(26)

kelangsungan usaha perusahaan dan meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor.

Informasi yang diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan berupa pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela adalah penyampaian informasi laporan perusahaan yang diberikan secara sukarela melebihi pengungkapan wajib yang diisyaratkan oleh peraturan atau standar akuntansi.

Perusahaan memiliki keluasan melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya perbedaan atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Sehingga dengan adanya pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan dapat mendorong keyakinan investor dan kreditur dalam menentukan kebijakan investasi yang diambil.

5. Mekanisme Corporate Governance

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik mendorong terciptanya persaingan yang sehat antar perusahaan. Mekanisme corporate governance

memiliki peran penting dalam menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang berkualitas. Mekanisme corporate governance perusahaan dapat diproksikan dengan beberapa indikator diantaranya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris.


(27)

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Nugroho dan Poluan, 2015). Manajer yang memiliki saham perusahaan akan menyelaraskan kepentingannnya dengan kepentingan sebagai pemegang saham (Juniarti, 2009). Sedangkan kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti, 2009). Dengan kepemilikan institusi dalam jumlah yang signifikan akan menyebabkan pihak luar perusahaan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen.

Proksi lain dari mekanisme corporate governace adalah proporsi dewan komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar akan lebih efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan karena mereka memiliki berbagai macam pengalaman dan keahlian yang mungkin membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik (Albitar, 2015). Sedangkan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau dengan pemegang saham pengendali atau hubungan lain dengan dewan komisaris lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Sari, 2012).

Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan mendukung prinsip responsibilitas corporate governance yang mengharuskan perusahaan


(28)

untuk memberikan informasi lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban kepada shareholders (Aniroh, 2014).

6. Proprietary Cost

Proprietary cost merupakan biayayang timbul karena informasi privat yang diungkapkan oleh perusahaan dapat digunakan pesaing, sehingga membahayakan posisi kompetitif perusahaan atau mengurangi competitive advantage perusahaan (Sari, 2012). Pertimbangan biaya seperti halnya

proprietary cost menjadi perhatian perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela (Nabor dan Suardana, 2014).

Keberadaan kompetitor dan pendatang potensial dalam pasar produk akan ada proprietary cost yang terlibat dalam keputusan untuk mengungkapkan informasi (Sari, 2012). Konsekuensi dari hal itu adalah manajemen harus mempertimbangkan dampak dari pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan.

B. Penelitiaan Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis 1. Kepemilikan Manajerial dan Luas Pengungkapan Sukarela

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Nugroho dan Poluan, 2015). Kepemilikan manajerial diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Adanya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan akan mengurangi


(29)

tindakan manajer untuk memaksimalkan keuntungan pribadi dan manajer akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan perusahaan sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik keagenan.

Yunita (2012) menyatakan bahwa manajer yang memiliki saham atas perusahaan akan melakukan tindakan yang tentunya tidak merugikan perusahaan karena apa yang akan terjadi pada perusahaan akan berpengaruh terhadap manajer tersebut. Kepemilikan manajerial akan meningkatkan pengawasan atas aktivitas pengungkapan di suatu perusahaan sehingga kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

Penelitian yang dilakukan oleh Barros et al. (2013) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Selain itu, penelitian Achmad dan Primastuti (2012) juga menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan informasi. Dari uraian tersebut maka hipotesis pertama dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap luas

pengungkapan sukarela.

2. Kepemilikan Institusional dan Luas Pengungkapan Sukarela

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti, 2009). Dengan kepemilikan institusi dalam


(30)

jumlah yang signifikan akan menyebabkan pihak luar perusahaan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen. Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan sukarela yaitu investor institusional yang memiliki proporsi besar dalam kepemilikan saham perusahaan menginginkan informasi yang selengkap-lengkapnya atas kondisi perusahaan tersebut. Sehingga investor institusional dapat mendesak agar perusahaan melakukan pengungkapan sukarela.

Nabor dan Suardana (2014) telah meneliti pengaruh kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan sukarela, hasil yang didapat dalam penelitan tersebut bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Selain itu, penelitian yang dilakukan Achmad dan Primastuti (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap pengungkapan sukarela. Hal tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Dari uraian tersebut maka hipotesis kedua dapat dirumuskan sebagai berikut: H2: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap luas


(31)

3. Proporsi Komisaris Independen dan Luas Pengungkapan Sukarela Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau dengan pemegang saham pengendali atau hubungan lain dengan anggota dewan komisaris lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Sari, 2012). Komisaris independen memiliki akses teratas terhadap informasi yang menyangkut perusahaan. Hal ini disebabkan dewan komisaris independen tidak turut andil dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut (Nugroho dan Poluan, 2015). Oleh karena itu, diperlukan pengungkapan informasi secara transparan agar dapat mengurangi asimetri informasi.

Komisaris independen tidak terpengaruh oleh manajemen, maka dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan secara lebih informasi kepada para shareholders. Semakin besar proporsi komisaris independen suatu perusahaan maka tingkat pengawasan akan semakin efektif sehingga perusahaan lebih luas melakukan pengungkapan sukarela.

Andayani dan Riznawaty (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Berbeda dengan penelitian Achmad dan Primastuti (2012) yang menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen mempunyai hubungan yang positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal itu dikarenakan komisaris independen tersebut dapat memberikan masukan kepada dewan direksi yang mungkin tidak sependapat dengan dewan direksi


(32)

lainnya. Kondisi demikian dapat meningkatkan perilaku direksi untuk mendukung komisaris dalam hal melaporkan pengungkapan informasi secara luas tentang perusahaan. Berdasarkan asumsi tersebut maka hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:

H3: Proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap

luas pengungkapan sukarela.

4. Ukuran Dewan Komisaris dan Luas Pengungkapan Sukarela

Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direktur perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar akan lebih efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan karena mereka memiliki berbagai macam pengalaman dan keahlian yang mungkin membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik (Albitar, 2015).

Nugroho dan Poluan (2015) menyatakan bahwa keberadaan dewan komisaris yang besar dalam perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan sukarela. Semakin banyak jumlah dewan komisaris suatu perusahaan akan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen dan transparansi informasi yang lebih besar kepada pihak shareholders.

Achmad dan Primastuti (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Namun, penelitian Nugroho dan Poluan (2015) menemukan bahwa semakin banyak dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan akan


(33)

meningkatkan pengawasan, sehingga dewan komisaris mampu menekan kebijakan direksi untuk melakukan pengungkapan secara lebih luas. Oleh karena itu hipotesis ke empat dirumuskan sebagai berikut:

H4: Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap luas

pengungkapan sukarela.

5. Proprietary cost dan Luas Pengungkapan Sukarela

Proprietary cost merupakan biaya yang timbul karena informasi privat yang diungkapkan oleh perusahaan yang dapat digunakan oleh pesaing, sehingga akan membahayakan posisi kompetitif perusahaan atau mengurangi

competitive advantage perusahaan (Sari, 2012). Pertimbangan biaya seperti halnya proprietary cost akan menjadi perhatian bagi perusahaan yang akan melakukan pengungkapan sukarela (Nabor dan Suardana, 2014).

Pertimbangan dari pihak manajemen mengenai biaya dan manfaat untuk melakukan pengungkapan sukarela merupakan jawaban bahwa

proprietary cost memengaruhi pengungkapan sukarela. Setelah melakukan pengungkapan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengungkapan sukarela harus lebih kecil dari manfaat yang akan diterima, seperti jika suatu perusahaan dinilai lebih transparan dalam kegiatannya maka perusahaan mendapatkan respon yang baik dari investor yang hendak menanamkan saham pada perusahaan. Manfaat yang baik dari pengungkapan tersebut dapat memengaruhi pihak manajemen dalam mengeluarkan biaya untuk melakukan pengungkapan sukarela.


(34)

Perusahaan yang memiliki proprietary cost tinggi akan membuat perusahaan lebih luas melakukan pengungkapan (Zhang, 2005). Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Nabor dan Suardana (2014) yang menemukan bahwa proprietary cost berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Maka semakin tinggi proprietary cost dalam suatu perusahaan akan dapat meningkatkan luas pegungkapan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kelima dirumuskan sebagai berikut:

H5: Proprietary cost berpengaruh signifikan positif terhadap luas

pengungkapan sukarela.

6. Luas Pengungkapan Sukarela dan Nilai Perusahaan

Signaling theory menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan perusahaan diharapkan dapat memberikan kabar positif kepada para investor dan pemangku kepentingan lainya sehingga dapat menangkap sinyal yang diberikan oleh perusahaan melalui informasi yang disampaikan tersebut (Arisanti dan Daljono, 2014). Semakin luas pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan akan menurunkan kesalahan dalam memprediksi kinerja saham suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan berusaha memberikan informasi sebaik mungkin melalui pengungkapan sukarela mengenai kondisi dan kegiatan perusahaan guna memberikan sinyal positif bagi para stakeholders dan shareholders. Sinyal yang diberikan oleh perusahaan berupa informasi yang relevan baik melalui informasi yang diwajibkan maupun dengan sukarela diharapkan memberikan


(35)

dampak yang positif terhadap nilai perusahaanya sehingga dapat membantu investor dalam menganalisis keputusan investasi (Arisanti dan Daljono, 2014). Hasil penelitian Arisanti dan Daljono (2014) menemukan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena tingkat pengungkapan yang tinggi artinya informasi yang diungkapkan lebih banyak sehingga dapat menjadi kabar baik bagi investor. Semakin banyak informasi yang diungkapkan, investor semakin banyak mengetahui keadaan perusahaan sehingga semakin banyak hal yang dapat dipertimbangkan untuk keputusan investasi. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ke enam dapat dirumuskan sebagai berikut:

H6: Luas pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan positif terhadap nilai


(36)

C. Model Penelitian Model 1

Model 2

H4 (+)

H5 (+) H3 (+) H2 (+)

H1 (+) KEPEMILIKAN

MANAJERIAL (X1)

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

(X2)

PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN

(X3)

UKURAN DEWAN KOMISARIS (X4)

PROPRIETARY COST (X5)

LUAS PENGUNGKAPAN

SUKARELA (Y)

H6 (+) LUAS

PENGUNGKAPAN SUKARELA (Y)

NILAI PERUSAHAAN (Z)


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015. Dengan menggunakan sampel yang relatif baru diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa laporan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang mempunyai tujuan atau target tertentu. Adapun kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan pada tahun 2015.

3. Perusahaan tersebut menyajikan seluruh informasi data yang diperlukan dalam pengukuran variabel yang digunakan pada laporan tahunan.


(38)

4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode arsip (dokumentasi). Basis data diperoleh dengan melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan dari data sekunder yaitu laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2015. Data ini diperoleh dari website resmi BEI yaitu www.idx.co.id sedangkan data lainnya yaitu referensi dari jurnal yang mendukung penelitian ini.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel Dependen

a. Luas Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diwajibkan oleh peraturan atau standar akuntansi yang berlaku. Luas pengungkapan sukarela diukur menggunakan indeks pengungkapan sukarela. Daftar item pengungkapan sukarela mengacu pada penelitian Wulandari (2015) dengan jumlah item


(39)

pengungkapan sukarela 33 item yang tidak diwajibkan menurut peraturan Bapepam No: Kep-431/BL/2012.

Prosedur penghitungan indeks pengungkapan sukarela setiap item perusahaan sampel dilakukan dengan langkah berikut:

1) Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dummy, jika item diungkapkan maka diberi nilai 1 dan jika tidak diungkapkan maka diberi nilai 0.

2) Skor yang diperoleh setiap perusahaan kemudian dijumlahkan untuk mendapat skor total atas pengungkapan sukarela.

3) Indeks Pengungkapan Sukarela (IPS) didapatkan dengan membandingkan jumlah item yang diungkapkan masing-masing perusahaan dengan jumlah maksimum dari item yang digunakan dalam penelitian ini. jumlah maksimum berdasarkan item yang digunakan adalah 33 item. Sehingga dirumuskan sebagai berikut:

IPS =Ju�lah ite� ya�g diu�gkapka�Ju�lah seluruh ite� i�deks

b. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas setiap ekuitas yang dimiliki.


(40)

Perhitungan nilai perusahaan (NIP) diukur dengan price book value (PBV) (Setiani, 2013) yang dirumuskan sebagai berikut:

PBV = Nilai buku per le�bar saha� x Harga pasar saha� %

2. Variabel Independen a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Nugroho dan Poluan, 2015). Kepemilikan manajerial diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Pengukurannya dirumuskan sebagai berikut:

KMA = Jumlah saham manajemen

Seluruhsahamperusahaanyangberedar

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti, 2009). Kepemilikan institusional diukur dengan


(41)

presentase kepemilikan institusi dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Pengukurannya dirumuskan sebagai berikut:

KIN =

SeluruhsahamJumlahperusahaansahaminstitusiyangberedar

c. Proporsi komisaris independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau dengan pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Sari, 2012). Proporsi komisaris independen diukur dengan presentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan komisaris. Pengukurannya dirumuskan sebagai berikut:

KID =Jumlah komisaris independenTotal dewan komisaris

d. Ukuran dewan komisaris

Dewan komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasehat kepada direksi. Ukuran dewan komisaris diproyeksikan dengan jumlah seluruh dewan komisaris yang ada dalam perusahaan.


(42)

e. Proprietary Cost

Proprietary cost merupakan cost yang timbul karena informasi privat yang diungka pkan oleh perusahaan dapat digunakan pesaing, sehingga membahayakan posisi kompetitif perusahaan atau mengurangi

competitive advantage perusahaan (Sari, 2012). Proprietary cost

merupakan pertimbangan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dan manfaat yang bisa didapatkan dari pengungkapan sukarela suatu perusahaan, dimana pengukurannya menggunakan Industry Herfindahl Index (IHERF) (Sari, 2012) yaitu:

= ∑ [ ]

� =

Keterangan:

IHERFj = Ukuran konsentrasi industri pada industrii yang dimasuki oleh

perusahaanj (Proprietary Cost)

Sij = Nilai penjualan Perusahaan

Sj = Jumlah seluruh penjualan di industri

n = Jumlah Industri

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program SPSS. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, analisis regresi sederhana, dan uji hipotesis.


(43)

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan suatu data sehingga menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Dengan analisa ini akan dihasilkan rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square

(OLS). Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk memastikan bahwa residual dalam model regresi memiliki distribusi normal (Basuki dan Darma, 2015). Salah satu cara mengetahui normalitas dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Hasil uji harus menunjukkan tidak ada yang signifikan atau nilai sig lebih besar dari 0,05 (Probabilitas signifikan di atas 5%). b. Uji Multikolonieritas

Uji multikoloniearitas digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan linear antara sesama variabel independen (Basuki dan Darma, 2015). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal.


(44)

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah melihat nilai dari

Variance Inflation Factor (VIF) atau nilai tolerance, karena VIF = 1/tolerance. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 atau

tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi (Basuki dan Darma, 2015). Pengujian autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson, dengan bergantung pada banyak observasi dan banyaknya variabel independen.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Basuki


(45)

dan Darma, 2015). Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik karena lebih dapat menginterpretasikan hasil pengamatan. Uji statistika yang digunakan adalah uji glejser dan uji park . Jika tingkat signifikansi berada diatas 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas dan apabila dibawah 0,05 berarti terjadi gejala heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana (Simple Regression Analysis) dan regresi linear berganda

(Multiple Regression Analysis) karena terdapat dua model penelitian. Basuki dan Darma (2015) mendefinisikan analisis regresi sebagai suatu analisis tentang ketergantungan suatu variabel kepada variabel lain yaitu variabel bebas dalam rangka membuat estimasi atau prediksi dari nilai rata-rata variabel tergantung dengan diketahuinya nilai variabel bebas.

Persamaan regresi berdasarkan model yang digunakan untuk menguji hubungan antar variabel penelitian dirumuskan sebagai berikut: Model 1

� = + � � + � + � + � � + � + �

Keterangan :

IPS = Indeks Luas Pengungkapan Sukarela α = Konstanta (Tetap)

β1-6 = Koefisien Regresi

KMA = Proporsi Kepemilikan Manajerial KIN = Proporsi Kepemilikan Institusional KID = Proporsi Komisaris Independen UDK = Ukuran Dewan Komisaris PRC = Proprietary Cost


(46)

Model 2

� = + � + �

Keterangan :

NIP = Nilai Perusahaan α = Konstanta (Tetap) β = Koefisien Regresi

IPS = Indeks Luas Pengungkapan Sukarela e = Error (Kesalahan Pengganggu)

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi yang dilambangkan dengan Adjusted R2

pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi berada diantara 0 dan 1. Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2011) uji signifikansi simultan pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :


(47)

1) Jika nilai signifikan > 0,05 artinya koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 artinya koefisien regresi signifikan. Ini

berarti secara simultan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji hipotesis pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis menggunakan uji t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan > 0,05 artinya koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 artinya koefisien regresi signifikan. Ini

berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan proprietary cost terhadap luas pengungkapan sukarela serta untuk mengetahui implikasi luas pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun prosedur pemilihan sampel disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perhitungan Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah

1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2015 532

2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan

(annual report) pada tahun 2015 79

3

Perusahaan yang tidak menyajikan seluruh informasi dengan data yang diperlukan dalam pengukuran variabel yang digunakan pada laporan tahunan.

337

4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan

untuk periode yang berakhir pada 31 Desember. 6

5 Data Outlier 5


(49)

B. Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan daftar nama perusahaan dan data kepemilikan manajerial (KMA), kepemilikan institusional (KIN), proporsi komisaris independen (KID), ukuran dewan komisaris (UDK), proprietary cost (PRC), dan luas pengungkapan sukarela (IPS) untuk model penelitian pertama dan data luas pengungkapan sukarela (IPS) serta nilai perusahaan (NIP) untuk model penelitian kedua yang diolah menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil statistik deskriptif sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 1

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KMA 105 0,00 0,70 0,05 0,11

KIN 105 0,00 0,95 0,50 0,28

KID 105 0,17 0,75 0,41 0,11

UDK 105 2,00 8,00 4,21 1,57

PRC 105 0,00 0,04 0,00 0,01

IPS 105 0,33 0,76 0,52 0,08

Valid N

(listwise) 105

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 2

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IPS 105 0,30 0,80 0,52 0,08

NIP 105 0,00 5,00 1,17 1,12

Valid N

(listwise) 105

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki jumlah sampel sebanyak 105 perusahaan. Variabel kepemilikan


(50)

manajerial (KMA) besarnya berkisar antara 0,00 dan 0,70 dengan nilai mean sebesar 0,05 dan standar deviasi sebesar 0,11. Variabel kepemilikan institusional (KIN) besarnya berkisar antara 0,00 dan 0,95 dengan nilai mean sebesar 0,50 dan standar deviasi sebesar 0,28. Variabel proporsi komisaris independen (KID) besarnya berkisar antara 0,17 dan 0,75 dengan nilai mean sebesar 0,41 dan standar deviasi sebesar 0,11. Variabel ukuran dewan komisaris (UDK) besarnya berkisar antara 2,00 dan 8,00 dengan nilai mean sebesar 4,21 dan standar deviasi sebesar 1,57. Variabel proprietary cost (PRC) besarnya berkisar antara 0,00 dan 0,04 dengan nilai mean sebesar 0,00 dan standar deviasi sebesar 0,01.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki jumlah sampel sebanyak 105. Varibel luas pengungkapan sukarela (IPS) besarnya berkisar antara 0,30 dan 0,80 dengan nilai mean sebesar 0,52 dan standar deviasi 0,08 sedangkan variabel nilai perusahaan (NIP) besarnya berkisar antara 0,00 dan 5,00 dengan nilai mean sebesar 1,17 dan standar deviasi sebesar 1,12.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Analisis Uji Asumsi Klasik Model Penelitian 1

Pengujian asumsi klasik model penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan proprietay cost


(51)

terhadap luas pengungkapan sukarela terbebas dari permasalahan asumsi klasik atau tidak. Dari hasil pengujian didapat data sebegai berikut:

a. Uji Normalitas

Tabel 4.4

Uji Normalitas Model Penelitian 1

Unstandardized Residual

N 105

Normal

Parameters(a,b)

Mean

0,00

Std. Deviation 0,71

Most Extreme Differences

Absolute

0,64

Positive 0,64

Negative -0,03

Kolmogorov-Smirnov Z 0,66

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,78

.

Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.4 uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,66 dengan nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,78 berada di atas 0,05. Hal ini berarti data berdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Tabel 4.5

Uji Autokorelasi Model Penelitian 1

Model R R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 0,34(a) 0,11 0,068 0,07316 1,855


(52)

Data yang tidak terjadi Autokorelasi harus memenuhi asumsi dU<DW<4-dU. Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,855 dengan nilai dU sebesar 1,7827 sesuai tabel DW. Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa 1,7827<1,855<4 - 1,7827. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi.

c. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.6

Uji Multikolinearitas Model Penelitian 1

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

Β Error Std. Tolerance VIF

(Constant) 0,47 0,04 12,81 0,00

KMA -0,12 0,07 -1,80 0,08 0,90 1,11

KIN -0,03 0,03 -1,14 0,26 0,87 1,15

KID 0,02 0,07 0,24 0,81 0,99 1,01

UDK 0,01 0,01 3,04 0,00 0,94 1,07

PRC -0,03 1,40 -0,02 0,98 0,97 1,03

a Dependent Variable: IPS

Data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai VIF yang dimiliki variabel kepemilikan manajerial (KMA), kepemilikan institusional (KIN), proporsi komisaris independen (KID), ukuran dewan komisaris (UDK), dan proprietary cost (PRC) berada dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model peneitian pertama tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi layak untuk digunakan.


(53)

d. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas Model Penelitian 1 Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Β

Std.

Error Beta

(Constant) 0,07 0,02 3,01 0,00

KMA -0,02 0,04 -0,04 -0,40 0,69

KIN -0,02 0,02 -0,09 -0,81 0,42

KID -0,03 0,04 -0,06 -0,62 0,54

UDK 0,00 0,00 0,05 0,46 0,64

PRC -0,07 0,87 0,00 0,09 0,93

a Dependent Variable: ABS_RES

Data dikatakan tidak terkena heteroskedastisitas jika nilai Sig. > 0,05. Hasil uji heteroskedastistas melalui uji glejser pada Tabel 4.7 menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas signifikansi masing-masing variabel berada di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model penelitian pertama tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

2. Analisis Uji Asumsi Klasik Model Penelitian 2

Pengujian asumsi klasik model penelitian kedua dilakukan untuk mengetahui pengaruh luas pengungkapan sukarela terhadap nilai perusahaan terbebas dari permasalahan asumsi klasik atau tidak.


(54)

Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat data sebegai berikut: a. Uji Normalitas

Tabel 4.8

Uji Normalitas Model Penelitian 2

Unstandardized Residual

N 105

Normal Parameters(a,b) Mean 0,00

Std. Deviation 0,99

Most Extreme Differences Absolute 0,22

Positive 0,22

Negative -0,12

Kolmogorov-Smirnov Z 2,26

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00

Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.8 uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00 berada dibawah 0,05. Hal ini berarti data tidak berdistribusi normal. Namun hasil data tersebut tetap dapat digunakan untuk menguji hipotesis karena jumlah data dalam penelitian lebih dari 100 sampel sehingga asumsi normalitas bukan sesuatu yang penting untuk data yang lebih dari 100, data tetap diasumsikan normal (Gujarati, 2004)

b. Uji Autokorelasi

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi Model Penelitian 2

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,466(a) ,217 ,210 0,99738 1,795


(55)

Data yang tidak terjadi Autokorelasi harus memenuhi asumsi dU<DW<4 - dU. Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,795 dengan nilai dU sebesar 1,7011 sesuai tabel DW. Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa 1,7011<1,795<4 - 1,7011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi.

c. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.10

Uji Multikolinearitas Model Penelitian 2 Unstandardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

Β Std. Error Tolerance VIF

(Constant) -2,32 ,66 -3,51 ,00

IPS 6,76 1,26 5,35 ,00 1,00 1,00

a Dependent Variable: NIP

Data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai VIF yang dimiliki variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) sebesar 1,00 yang artinya berada dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model peneitian kedua tidak terjadi multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.11

Uji Heteroskedastisitas Model Penelitian 2

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Β Std. Error Beta

(Constant) 0,05 1,23 0,04 0,97 IPS 2,88 1,79 0,16 1,61 0,11


(56)

Data dikatakan tidak terkena heteroskedastisitas jika nilai Sig. > 0,05. Hasil uji heteroskedastistas pada Tabel 4.11 yang menggunakan uji

park menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas signifikansi variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) sebesar 0,11 berada di atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian kedua tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis stastistik yaitu analisis regresi. Analisis regresi yang dilakukan adalah uji R2 ,

uji F dan uji t. Berdasarkan asumsi klasik yang telah dilakukan dalam penelitian ini data berdistribusi normal. Sehingga data yang tersedia memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi berganda dan regresi sederhana. 1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

a. Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian 1

Tabel 4.12

Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian 1

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,34(a) 0,11 0,068 0,07316 1,855

a Predictors: (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA b Dependent Variable: IPS

Berdasarkan Tabel 4.12 nilai Adjusted R2sebesar 0,068 atau 6,8%


(57)

komisaris (UDK), dan proprietary cost (PRC) dapat menjelaskan variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) sebesar 6,8%. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

b. Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian 2 Tabel 4.13

Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian 2

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,466(a) ,217 ,210 0,99738 1,795

a Predictors: (Constant), IPS b Dependent Variable: NIP

Berdasarkan Tabel 4.13 nilai R2 sebesar 0,217 atau 21,7% yang artinya variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan (NIP) sebesar 21,7%. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Tabel 4.14

Uji F Model Penelitian 1

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 0,07 5 0,01 2,51 0,03(a)

Residual 0,53 99 0,00

Total 0,60 104

a Predictors: (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA b Dependent Variable: IPS

Data memiliki pengaruh secara simultan antara variabel independen dan variabel dependen jika nilai sig. < 0,05. Berdasarkan Tabel 4.14 nilai sig. sebesar 0,03 yang artinya berada dibawah 0,05 sehingga dapat


(58)

disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan

proprietary cost memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap luas pengungkapan sukarela.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual

Uji hipotesis pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan melihat nilai Sig. dan nilai koefisien beta. Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak berpengaruh signifikan antara variabel independen dan variabel dependen sehingga hipotesis ditolak. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadapa variabel dependen, dan nilai koefisien beta (β) harus searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Adapun hasil pengujian hipotesis penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.15 Uji t Model Penelitian 1

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

β

Std.

Error Beta

(Constant) 0,47 0,03 12,81 0,00

KMA -0,12 0,07 -0,18 -1,80 0,08

KIN -0,03 0,03 -0,12 -1,14 0,26

KID 0,02 0,07 0,02 0,24 0,81

UDK 0,01 0,01 0,30 3,04 0,00


(59)

Tabel 4.16 Uji t Model Penelitian 2 Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

β Std.

Error Beta

(Constant) -2,32 0,66 -3,51 ,00

IPS 6,76 1,26 0,47 5,35 ,00

a Dependent Variable: NIP

a. Kepemilikan Manajerial dan Luas Pengungkapan Sukarela

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel kepemilikan manajerial (KMA) 0,08 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,12. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial (KMA) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis pertama (H1)ditolak.

b. Kepemilikan Institusional dan Luas Pengungkapan Sukarela

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel kepemilikan institusional (KIN) 0,26 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar


(60)

-0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional (KIN) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kedua (H2)ditolak.

c. Proporsi Komisaris Independen dan Luas Pengungkapan Sukarela

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel proporsi komisaris independen (KID) 0,81 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel proporsi komisaris independen (KID) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis ketiga (H3) ditolak.

d. Ukuran Dewan Komisaris dan Luas Pengungkapan Sukarela

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel ukuran dewan komisaris (UDK) 0,00 < alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris (UDK) berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis keempat (H4)diterima.


(61)

e. Proprietary cost dan Luas Pengungkapan Sukarela

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel proprietary cost

(PRC) 0,98 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel proprietary cost (PRC) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kelima (H5) ditolak.

f. Luas Pengungkapan Sukarela dan Nilai Perusahaan

Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.16 nilai sig. untuk variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) 0,00 < alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 6,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa luas pengungkapan sukarela (IPS) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan (NIP). Sehingga hipotesis keenam (H6)diterima.


(62)

Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.17

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

E. Pembahasan (Interpretasi)

1. Kepemilikan Manajerial dan Luas Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 4.15 kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Nugroho dan Poluan (2015) yang

Kode Hipotesis Hasil

H1

Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan

positif terhadap luas pengungkapan sukarela Ditolak H2

Kepemilikan institusional berpengaruh

signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela

Ditolak

H3

Proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela

Ditolak

H4

Ukuran dewan komisaris berpengaruh

signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela

Diterima

H5

Proprietary cost berpengaruh signifikan positif

terhadap luas pengungkapan sukarela Ditolak H6

Luas pengungkapan sukarela berpengaruh


(63)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela.

Penelitian Dharma dan Nugroho (2013) juga menemukan hasil yang sama bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barros et al. (2013) yang menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikian terhadap luas pengungkapan sukarela disebabkan jumlah kepemilikan manajerial yang cenderung kecil dalam struktur kepemilikan saham perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata persentase kepemilikan manajerial di perusahaan sampel masih tergolong rendah yaitu 5,43%. Jumlah kepemilikan yang cenderung kecil membuat manajemen kurang memiliki hak suara dibanding pemegang saham mayoritas dalam rapat umum pemegang saham perusahaan. Sehingga pihak manajemen tidak punya kendali untuk menentukan informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan.

2. Kepemilikan Institusional dan Luas Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 4.15 kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela ditolak. Hasil ini konsisten dengan


(64)

penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Poluan (2015) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela.

Nabor dan Suardana (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pada pemberian pengungkapan sukarela perusahaan. Namun, Kurniawan (2013) dalam penelitian menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata persentase kepemilikan institusional di perusahaan sampel tergolong tinggi yaitu 50,41%.

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela disebabkan pemegang saham pengendali tidak terlalu tertarik terhadap pengungkapan informasi karena pemegang saham pengendali bisa langsung mengakses informasi yang dibutuhkan secara langsung ke perusahaan tanpa melalui laporan tahunan. Selain itu, informasi penting sengaja ditahan oleh pemegang saham mayoritas agar informasi tersebut tidak dimanfaatkan oleh pesaing perusahaan.

3. Proporsi Komisaris Independen dan Luas Pengungkapan Sukarela Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 4.15 proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan


(1)

PTBA 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 20 0,6061

PTSN 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 18 0,5455

PUDP 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 17 0,5152

PWON 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 18 0,5455

PYFA 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 18 0,5455

RANC 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 18 0,5455

RBMS 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 13 0,3939

RDTX 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 14 0,4242

SHID 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 18 0,5455

SKLT 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 14 0,4242

SMRA 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 19 0,5758

SMSM 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 15 0,4545

SONA 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 16 0,4848

SRSN 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 17 0,5152

TBLA 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 20 0,6061

TOBA 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 16 0,4848

TOTL 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 19 0,5758

TPMA 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 16 0,4848

TRIM 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 15 0,4545


(2)

TURI 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 16 0,4848

UNIC 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 19 0,5758

VRNA 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 17 0,5152

WIIM 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 17 0,5152

WIKA 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 19 0,5758

WINS 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 17 0,5152


(3)

LAMPIRAN 9

Hasil Regresi model penelitian 1 Menggunakan SPSS 15.0

Descriptive Statistics

105 ,00 ,70 ,0549 ,11240

105 ,00 ,95 ,5042 ,27845

105 ,17 ,75 ,4073 ,10530

105 2,00 8,00 4,2095 1,57318

105 ,00 ,04 ,0010 ,00517

105 ,33 ,76 ,5164 ,07577

105 KMA

KIN KID UDK PRC IPS

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Variables Entered/Remov edb

PRC, KIN, KID, UDK,

KMAa

. Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: IPS b.

Model Summaryb

,335a ,113 ,068 ,07316 1,855 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Cons tant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA

a.

Dependent Variable: IPS b.

ANOVAb

,067 5 ,013 2,511 ,035a

,530 99 ,005

,597 104 Regression

Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors : (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA a.

Dependent Variable: IPS b.


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 105 ,0000000 ,07137615 ,064 ,064 -,030 ,658 ,779 N Mean Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differenc es Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Coefficientsa

,069 ,023 3,013 ,003

-,017 ,041 -,042 -,403 ,688

-,014 ,017 -,087 -,813 ,418

-,026 ,042 -,062 -,620 ,537

,001 ,003 ,048 ,464 ,644

,074 ,867 ,009 ,085 ,932

(Cons tant) KMA KIN KID UDK PRC Model 1

B Std. Error

Unstandardiz ed Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ABS_RES a.

Coefficientsa

,472 ,037 12,810 ,000

-,121 ,067 -,179 -1,798 ,075 ,904 1,106

-,032 ,028 -,116 -1,143 ,256 ,869 1,151

,016 ,069 ,023 ,238 ,813 ,986 1,015

,014 ,005 ,297 3,040 ,003 ,938 1,066

-,034 1,404 -,002 -,024 ,981 ,974 1,026

(Cons tant) KMA KIN KID UDK PRC Model 1

B Std. Error

Unstandardiz ed Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: IPS a.


(5)

LAMPIRAN 10

Hasil Regresi model penelitian 2 Menggunakan SPSS 15.0

Descriptive Statistics

105 ,30 ,80 ,5162 ,07737

105 ,00 5,00 1,1714 1,12196 105

IPS NIP

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Variables Entered/Remov edb

IPSa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: NIP b.

Model Summaryb

,466a ,217 ,210 ,99738 1,795 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Cons tant), IPS

a.

Dependent Variable: NIP b.

ANOVAb

28,454 1 28,454 28,604 ,000a

102,460 103 ,995

130,914 104 Regression

Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors : (Constant), IPS a.

Dependent Variable: NIP b.

Coefficientsa

-2,319 ,660 -3,514 ,001

6,761 1,264 ,466 5,348 ,000 1,000 1,000

(Cons tant) IPS Model 1

B Std. Error

Unstandardiz ed Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: NIP a.


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

105 ,0000000 ,99256887 ,220 ,220 -,117 2,256 ,000 N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differenc es

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Coefficientsa

-,187 ,431 -,434 ,665

1,787 ,825 ,209 2,165 ,033

(Cons tant) IPS Model 1

B Std. Error

Unstandardiz ed Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: ABS_RES a.

Coefficientsa

,045 1,228 ,037 ,971

2,882 1,787 ,157 1,613 ,110

(Cons tant) LN_IPS Model

1

B Std. Error

Unstandardiz ed Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: LN_RES a.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di BEI)

0 4 25

Financial Distress, Corporate Governance dan Karakteristik Peruahaan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)

0 3 165

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

0 4 16

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)

1 10 100

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 – 2011).

0 3 14

PENDAHULUAN PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 – 2011).

0 2 6

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 – 2011).

0 5 24

PENUTUP PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 – 2011).

0 3 26

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012).

0 1 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012).

0 0 15