BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan ikan air tawar yang diintroduksi secara resmi oleh pemerintah melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
BPPAT. Introduksi pertama dilakukan pada tahun 1969 dengan mendatangkan nila dari Taiwan. Setelah melalui proses adaptasi dan penelitian, barulah ikan ini
disebarluaskan ke seluruh petani Indonesia. Klasifikasi ikan nila Ghufran, 2013 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Divisi : Halecostomi
Ordo : Perchomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan Nila dapat dibudidayakan ditambak air payau dengan tingkat salinitas diatas 0,5 ppt dan dilaut dengan tingkat salinitas lebih dari 25 ppt. Sejak tahun 2009 ikan
nila menduduki posisi pertama dari lima komoditas akuakultur air tawar Indonesia Ghufran, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid yaitu lipid netral. Lipid diklasifikasikan dalam empat kelas yaitu lipid netral, fosfatida,
spingoli dan glikolipid. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida yaitu lipid
kompleks leshitin, cephalin, fosfatida dan glikolipid, sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut
dalam lemak dan hidrokarbon Ketaren, 2008.
2.2.1 Ekstraksi Minyak
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir
yang dikehendaki. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara
ekstraksi adalah rendering, teknik pengepresan dan ekstraksi pelarut Ketaren, 2008.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan
sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel terbuka atau tertutup pada suhu 50°C serta tekanan 40 sampai 60 psi. Dry rendering
adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung, dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dalam ketel terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengadukagitator pada suhu 105°C-110°C Ketaren, 2008.
Teknik pengepresan merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi 30-70 persen. Dua cara yang dilakukan adalah pengepresan hidraulik dengan tekanan 2000 poundinch2 dan pengepresan berulir
dengan pemanasan pada suhu 115,5°C Ketaren, 2008. Ekstraksi pelarut adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu satu persen, dengan mutu minyak kasar karena sebagian fraksi bukan
minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut menguap seperti petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida,
benzene dan n-heksan Ketaren, 2008.
2.2.2 Pemurnian Minyak
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui
tahap proses sebagai berikut yaitu pemisahan bahan berupa suspensi dan disperse koloid dengan cara penguapan, reaksi dengan gum dan pencucian dengan asam,
pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi, dekolorisasi dengan proses pemucatan, deodorisasi, dan pemisahan gliserida jenuh stearin dengan cara
pendinginan Ketaren, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Minyak Ikan
Minyak ikan mengandung Asam lemak omega-3 n-3 Poly Unsaturated Fatty Acid PUFA yang terdiri dari EPA eikosapentaenoat dan DHA
dokosaheksaenoat. Asam lemak DHA merupakan asam lemak paling banyak yang terdapat dalam otak mamalia. Kadarnya dalam lipida membran sel dipengaruhi oleh
jenis dan jumlah asam lemak dalam makanan yang dikonsumsi, tingkat perkembangan tubuh, kadarnya akan tinggi pada masa pertumbuhan dan menurun
pada masa penuaan Muchtadi, 2012.
2.3 Derivatisasi pada Kromatografi Gas
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan
analisis menggunakan kromatografi gas. Alasan dilakukannya derivatisasi adalah senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan kromatografi Gas
terkait volatilitas dan stabilitasnya, untuk meningkatkan batas deteksi pada kromatogram, volatilitas, deteksi, stablitis dan batas deteksi pada detector tangkap
electron ECD. Beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada krom,atografi gas yaitu esterfikasi, asilasi, alkilasi, siliasi, kondensasi, dan siklisasi Gandjar dan
Rohman, 2007. Esterfikasi digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan
gugus karboksil menjadi esternya akan meningkatkan volatilitas karena menurunkan ikatan hidrogen. Derivatisasi dengan esterifikasi dapat dilakukan
dengan cara esterifikasi Fisher biasa dalam asam kuat, menurut reaksi: R-
OH + R’-COOH
H+ atau BF3
R’COOR
Universitas Sumatera Utara
Ester alifatik yang lebih panjang dibuat dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas, meningkatkan respon detector, meningkatkan resolusi dari bahan
pengganggu dan senyawa yang memilki rumus molekul yang hampir sama. Bahan yang sering digunakan adalah boron triflorida atau boron triklorida dengan alkohol
alifatik Gandjar dan Rohman, 2007.
2.4 Kromatografi Gas