Pembangunan Pariwisata

2.4 Pembangunan Pariwisata

Pariwisata diyakini menjadi industri terbesar dan yang paling cepat pertumbuhannya di dunia (Esmailzade, 2013, Matiza and Olabanji, 2014, Sugiama, 2014b). Pada umumnya di negara- negara sedang berkembang, industri pariwisata menjadi upaya penting dan sangat strategis untuk mendorong perekonomiannya sebagaimana di Indonesia (Lietaer and Stephen, 2003., Matiza and Olabanji, 2014., Mir, 2014., Sugiama, 2014a, Sugiama, 2014b). Karena itulah, industri pariwisata menjadi isu populer di berbagai negara sebagai penggerak perekonomian (Esmailzade, 2013., Lietaer and Meulenaere, 2003, Ivolga and Vasily, 2013., Mir, 2014).

Setiap pengembangan kepariwisataan memerlukan penyediaan empat (4) komponen kepariwisataan yang perlu di elaborasi yakni 4A: Attraction, Accessibility, Amenities, and Ancillary (Cooper, 2000., Sugiama, 2014a., Sugiama, 2013., Sugiama, 2014c). Pengelolaan seluruh komponen tersebut perlu dukungan oleh berbagai pihak (stakeholders) yang di dalamnya terutama: masyarakat setempat, pemerintah, pengelola desa wisata, dan perguruan tinggi Setiap pengembangan kepariwisataan memerlukan penyediaan empat (4) komponen kepariwisataan yang perlu di elaborasi yakni 4A: Attraction, Accessibility, Amenities, and Ancillary (Cooper, 2000., Sugiama, 2014a., Sugiama, 2013., Sugiama, 2014c). Pengelolaan seluruh komponen tersebut perlu dukungan oleh berbagai pihak (stakeholders) yang di dalamnya terutama: masyarakat setempat, pemerintah, pengelola desa wisata, dan perguruan tinggi

Sumber: Sugiama, 2016

Gambar 2. 9 Model Penta Helix Desawisata

Pada dasarnya integrasi pengembangan dan pemasaran pariwisata perlu dibangun dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Peran serta dalam berkolaborasi perlu dirancang agar masing-masing berkontribusi bagi kepariwisataan. Masing-masing pihak menjadi pilar kokoh untuk membangun kepariwisataan, baik untuk skala kawasan wisata (KW), Satuan Kawasan Wisata (SKW), maupun Destinasi Tujuan Wisata (DTW). Keterlibatan masing- masing stakeholder sebagaimana dicerminkan Gambar 2.10.

Sumber: Adaptasi dari Yahya, 2015., Sugiama, 2016

Gambar 2. 10 Kolaborasi Pilar Utama Pengembangan Destinasi Wisata Berkelanjutan berbasis Pentahelix Model

Pengembangan pariwisata dapat dibangun di berbagai tempat, baik di perkotaan maupun di kawasan pedesaan. Pengembangan kawasan wisata pedesaan yang disebut desa wisata untuk membangun ekonomi masyarakat setempat sangat penting dibangun, karena sangat besar manfaatnya terutama bagi kehidupan masyarakat setempat (Guo and others, 2014., Mutana, 2013., Sugiama, 2013). Desa wisata dapat berkontribusi positif bagi pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan distribusi barang, menekan serendah mungkin tingkat urbanisasi, dan mengurangi tingkat kemiskinan (Esmailzade, 2013., Mir, 2014). Di sisi lain desa wisata juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan konservasi alam dan budaya masyarakat setempat (Lietaer and Meulenaere, 2003, Ivolga and Vasily, 2013., Sugiama, 2009).

2.4.1 Kunjungan Wisatawan dan Pengaruhnya pada Pendapatan Masyarakat

Pengembangan destinasi wisata berkelanjutan, termasuk pengembangan sebuah desa wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, adalah pengembangan kepariwisataan yang dirancang sesuai prinsip ecotourism dan berkelanjutan, sehingga akan berdampak positif pada kehidupan masyarakat setempat di antaranya pada pengurangan pengangguran (Adamowicz, 2010., Guo and others, 2014., Sugiama, 2009., Sugiama, 2014c Sugiama, 2014a). Setiap desa wisata yang telah dikembangkan perlu dijaga keberlanjutannya, agar dampak positif tersebut juga berkelanjutan, untuk itulah penting diterapkan prinsip dan Pengembangan destinasi wisata berkelanjutan, termasuk pengembangan sebuah desa wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, adalah pengembangan kepariwisataan yang dirancang sesuai prinsip ecotourism dan berkelanjutan, sehingga akan berdampak positif pada kehidupan masyarakat setempat di antaranya pada pengurangan pengangguran (Adamowicz, 2010., Guo and others, 2014., Sugiama, 2009., Sugiama, 2014c Sugiama, 2014a). Setiap desa wisata yang telah dikembangkan perlu dijaga keberlanjutannya, agar dampak positif tersebut juga berkelanjutan, untuk itulah penting diterapkan prinsip dan

Studi menujukkan bahwa, khususnya di pedesaan tidak semua tempat wisata di kawasan pedesaan dapat dikembangkan sebagai desa wisata yang dapat meningkatkan kunjungan dan pendapatan masyarakat setempat, sebagaimana hasil studi Sugiama di Kawasan pantai Selatan Cipatujah (2014c), dan hasil studi Boscovic et al. (2013). Beberapa tempat wisata di kawasan pedesaan yang dikembangkan tidak berbasis pada labor intensive yang berasal dari desa setempat, namun mengutamakan capital intensive yang berasal dari para investor. Pengembangan desa wisata yang ideal bagi kesejahteraan masyarakat setempat adalah yang berbasis pada potensi aset kepariwisataan setempat. Untuk itu, perlu rangkaian tahapan yang perlu di elaborasi, mulai dari menggali potensi hingga pengendalian dampak kepariwisataan tersebut (Boskovic et al., 2013., Sugiama, 2014a).

Pengembangan

Kepuasan

Aset destinasi

wisatawan

Pendapatan (Atraksi,

wisata

Jumlah

Penduduk aksesibilitas,

Kunjungan

setempat ameniti,

Daya dukung: Pengelola, Pemerintah, Publik, Pebisnis, & Masyarakat setempat (Penta Helix)

Sumber: Sugiama,2016

Gambar 2. 11 Model Hipotetik Upaya Strategis Integrasi Pengembangan dan Pemasaran Aset

Destinasi Wisata untuk meningkatkan Jumlah Kunjungan dan Pendapatan Masyarakat Setempat