Langkah Teknis Pemecahan Masalah

3.4 Langkah Teknis Pemecahan Masalah

Kajian ini dilatarbelakangi oleh central issue: Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru (DOB), namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar) Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di Jawa Barat, dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan potensi yang ada, Pemerintah Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk membangun dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif dan efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan. Karena itulah perlu dikaji mengenai “PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA.”

Berdasarkan central issue dan judul di atas, kajian ini difokuskan untuk mendapatkan gambaran empirik mengenai potensi untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan yakni di Pangandaran Raya sebagai Pusat Pertumbuhan dan menjadikannya kawasan terpadu yang meliputi:

1. agrobisnis ,

2. agroindustri,

3. kelautan dan perikanan

4. pariwisata terpadu Fokus kajian diarahkan pada 4 sektor di atas, dan untuk itu diperlukan data primer serta data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi. Disamping mengumpulkan data, teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data dari berbagai teknik 4. pariwisata terpadu Fokus kajian diarahkan pada 4 sektor di atas, dan untuk itu diperlukan data primer serta data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi. Disamping mengumpulkan data, teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data dari berbagai teknik

1. Observasi Observasi ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik di lapangan mengenai kondisi pertumbuhan terkini, dan potensi pertumbuhan yang dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan di Pangandaran Raya.

2. Wawancara Wawancara dilakukan melalui face-to-face (tatap muka) dengan para pelaku (stake holders) ekonomi masyarakat di Pangandaran Raya. Para pemangku kepentingan yang diwawancarai terutama pihak pemerintah, pengusaha, investor, dan masyarakat umum sebagai local communities.

3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data internal terutama dari Pemprov Jabar dan Pemkab Pangandaran. Selain itu, studi dokumentasi diperoleh dengan cara membaca buku atau jurnal ilmiah berkenaan dengan analisis Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.

4. FGD atau Focus Group Discussion adalah kegiatan untuk mencari solusi dalam Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan di Pangandaran Raya.

Proses teknis kajian dalam pekerjaan ini mencakup empat (4) sektor yang selanjutnya dijabarkan ke dalam sejumlah laten untuk kemudian dielaborasi. Adapun keempat sektor dimaksud:

1. agrobisnis ,

2. agroindustri,

3. kelautan dan perikanan

4. pariwisata terpadu Proses penjabaran yang bermula dari masing-masing sektor hingga butir pertanyaan

dicerminkan sebagaimana dalam tabel operasionalisasi dan pemetaan alat ukur di bawah ini.

Tabel 3. 1 Tabel Operasional dan Pemetaan Alat Ukur Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

1. PUSAT PERTUMBUHAN AGROBISNIS

Gambaran “kondisi

1. Kondisi agrobisnis

1.1 Jenis usaha yang ada

1.1.1 Bisnis/usaha pertanian apa sajakah

yang dilaksanakan oleh masyarakat agrobisnis ” sebagai

terkini dan potensi

masa sekarang di

saat ini

Pangandaran Raya

1.2 Jumlah usaha dalam

saat ini

✓ Penduduk tempat titik

pusat-pusat/keruangan

tiap jenis usaha

1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

1.3 Tempat usaha saat ini

agrobisnis /usaha pertanian yang

setempat menyebarkan dan

✓ Kantor Desa/ memancarnya

1.4 Penyerapan tenaga

dilaksanakan oleh masyarakat saat

kerja

ini.

kelurahan kekuatan-kekuatan

✓ Kantor (centrifugal) dan

1.5 Rata-rata pendapatan

1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha

1.6 Total pendapatan

mereka (Kec. Dan Desa) saat ini.

Kecamatan tertariknya kekuatan-

✓ Kantor Pemkab kekuatan (centripetal)

1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan

tenaga kerja dari masing-masing

Pangandaran yang tercermin dalam

✓ Kantor Pemprov sekumpulan fakta serta

usaha pertanian.

1.1.5 Berapa besar rata-rata pendapatan

Jabar fenomena geografis dari

per kapita dari usaha pertanian tsb.

semua kegiatan yang

1.1.6 Berapakah jumlah pendapatan dari

ada di Pangandaran

usaha pertanian di masing-masing

Raya (Kombinasi dan

desa tsb.

adaptasi dari teori

2. Potensi agrobisnis

1.7 Jenis usaha yang ada

1.1.1 Potensi bisnis/usaha pertanian apa

✓ Penduduk

polarisasi, kutub

masa datang

utk masa datang

sajakah yang dilaksanakan oleh

setempat pertumbuhan dan

sebagai pusat

1.8 Jumlah usaha dalam

masyarakat di masa yad.

✓ Kantor Desa/ kelurahan

industri populasi).

pertumbuhan di

tiap jenis usaha

1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

Pangandaran Raya

1.9 Tempat usaha masa

agrobisnis /usaha pertanian yang

✓ Kantor

datang

potensial dilaksanakan oleh

Kecamatan

1.10 Penyerapan tenaga

masyarakat di masa yad.

✓ Kantor Pemkab

kerja

Pangandaran

1.11 Rata-rata pendapatan

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

1.12 Total pendapatan

1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha

✓ Kantor Pemprov

mereka (kelurahan dan Kec.) yang

Jabar

potensial dilakukan di masa yad. 1.1.4 Berapa potensi jumlah serapan tenaga kerja dari masing-masing usaha pertanian tsb di masa yad.

1.1.5 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari usaha pertanian tsb.

1.1.6 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari usaha pertanian di masing-masing desa tsb.

2. PUSAT PERTUMBUHAN AGROINDUSTRI

Gambaran “kondisi

1. Kondisi

1.1 Jenis usaha yang ada

1.1.1 Kegiatan agroindustri apa sajakah

terkini dan potensi

yang dilaksanakan oleh masyarakat agroindustri ”

agroindustri masa

saat ini

sekarang di

1.2 Jumlah usaha dalam

saat ini

✓ Penduduk pusat-pusat/keruangan

agroindustri sebagai

Pangandaran Raya

tiap jenis usaha

1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

agroindustri yang dilaksanakan oleh setempat tempat titik

1.3 Tempat usaha saat ini

✓ Kantor Desa/ menyebarkan dan

1.4 Penyerapan tenaga

masyarakat saat ini.

kelurahan memancarnya

kerja

1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha

✓ Kantor kekuatan-kekuatan

1.5 Total biaya

mereka (kecamatan dan desa) saat

Kecamatan (centrifugal) dan

1.6 Rata-rata pendapatan

ini.

✓ Kantor Pemkab tertariknya kekuatan-

1.7 Total pendapatan

1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan

Pangandaran kekuatan (centripetal)

tenaga kerja dari masing-masing

✓ Kantor Pemprov yang tercermin dalam

usaha agroindustri.

Jabar sekumpulan fakta serta

1.1.5 Berapakah jumlah biaya dari usaha

agroindustri di masing-masing desa fenomena geografis dari

1.1.6 Berapa besar rata-rata pendapatan

semua kegiatan yang

per kapita dari usaha pertanian tsb.

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

ada di Pangandaran

1.1.7 Berapakah jumlah pendapatan dari

Raya (Kombinasi dan

usaha agroindustri di masing-

adaptasi dari teori

masing desa tsb.

polarisasi, kutub pertumbuhan dan industri populasi).

2. Potensi agroindustri

2.1 Jenis usaha yang ada

2.1.1 Potensi agroindustri apa sajakah

masa datang sebagai

utk masa datang

yang dilaksanakan oleh masyarakat

pusat pertumbuhan di

2.2 Jumlah usaha dalam

di masa yad.

Pangandaran Raya

tiap jenis usaha

2.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

2.3 Tempat usaha masa

agroindustri yang potensial

datang

dialaksanakan oleh masyarakat di

2.4 Penyerapan tenaga

masa yad.

✓ Penduduk

kerja

2.1.3 Di mana sajakah tempat usaha

setempat

2.5 Total biaya

mereka (kecamatan dan desa) yang

✓ Kantor Desa/

2.6 Rata-rata pendapatan

potensial dilakukan di masa yad.

kelurahan

2.7 Total pendapatan

2.1.4 Berapa potensi jumlah serapan

✓ Kantor

tenaga kerja dari masing-masing

Kecamatan usaha agroindustri tsb di masa yad.

✓ Kantor Pemkab 2.1.5 Berapakah estimasi total biaya untuk

Pangandaran

pengembangan usaha agroindustri

✓ Kantor Pemprov

pada setiap desa

Jabar

2.1.6 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari usaha agroindustri tsb.

2.1.7 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari usaha agroindustri di masing-masing desa tsb.

3. PUSAT PERTUMBUHAN KELAUTAN LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

Gambaran “kondisi

1. Kondisi industri

1.1 Jenis usaha yang ada

1.1.1 Jenis usaha/bisnis kelautan apa

terkini dan potensi

kelautan masa

saat ini

sajakah yang dilaksanakan oleh

kelautan ” industri

sekarang di

1.2 Jumlah usaha dalam

masyarakat saat ini

kelautan sebagai pusat-

Pangandaran Raya

tiap jenis usaha

1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

pusat/keruangan

1.3 Ketersediaan

usaha/bisnis kelautan yang

sebagai tempat titik

infrastruktur penunjang

ilaksanakan oleh masyarakat saat

menyebarkan dan

✓ Penduduk memancarnya

1.4 Penyerapan tenaga

ini.

kerja

1.1.3 Bagaimanakah kondisi

setempat kekuatan-kekuatan

✓ Kantor Desa/ (centrifugal) dan

1.5 Rata-rata pendapatan

ketersediaan infrastruktur

1.6 Total pendapatan

penunjang industri kelautan yang

kelurahan tertariknya kekuatan-

✓ Kantor kekuatan (centripetal)

ada saat ini

1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan

Kecamatan yang tercermin dalam

✓ Kantor Pemkab sekumpulan fakta serta

tenaga kerja dari masing-masing

unit industri kelautan.

Pangandaran fenomena geografis dari

✓ Kantor semua kegiatan yang

1.1.5 Berapakah jumlah biaya unit

industri kelautan.di masing-

Pemprov Jabar ada di Pangandaran

masing desa

Raya (Kombinasi dan

1.1.6 Berapa besar rata-rata pendapatan

adaptasi dari teori

per kapita dari unit industri

polarisasi, kutub

kelautan tsb.

pertumbuhan dan 1.1.7 Berapakah jumlah pendapatan dari industri populasi).

dari unit industri kelautan di masing-masing desa tsb.

2. Potensi industri

2.1 Jenis usaha yang ada

3.1.1 Potensi industri kelautan apa

✓ Penduduk

kelautan masa datang

utk masa datangJumlah

sajakah yang dilaksanakan oleh

setempat

sebagai pusat

usaha dalam tiap jenis

masyarakat di masa yad.

✓ Kantor Desa/

pertumbuhan

usaha

3.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha

kelurahan

2.2 Infrastruktur penunjang

industri kelautan yang potensial

✓ Kantor

masa datang

dialaksanakan oleh masyarakat di

Kecamatan

2.3 Penyerapan tenaga

masa yad.

2.4 Total biaya

Pangandaran

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

2.5 Rata-rata pendapatan

3.1.3 Bagaimana kebutuhan infrastruktur

✓ Kantor

2.6 Total pendapatan

penunjang industri kelautan yang

Pemprov

potensial dilakukan di masa yad.

Jabar

3.1.4 Berapa potensi jumlah serapan tenaga kerja dari masing-masing usaha di bidang kelautan tsb di masa yad.

3.1.5 Berapakah estimasi total biaya untuk pengembangan industri kelautan pada setiap desa

3.1.6 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari industri kelautan tsb

3.1.7 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari industri kelautan di masing-masing desa tsb.

4. PUSAT PERTUMBUHAN PARIWISATA

Gambaran “kondisi

5.1.1 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Penduduk terkini dan potensi

4.1 Ketersediaan

Kondisi yang ada (existing):

keragaman, serta kuantitas atraksi setempat industri pariwisata ”

atraksi wisata

4.1.1 Atraksi alam

wisata alam yang ada dan telah jadi ✓ Kantor Desa/ sebagai pusat-

(Attraction)

4.1.2 Atraksi budaya

kelurahan pusat/keruangan

gambaran kualitas

4.1.3 Atraksi minat khusus

objek wisata saat ini

5.1.2 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Kantor sebagai tempat titik

dan keragaman,

keragaman, serta kuantitas atraksi Kecamatan menyebarkan dan

serta kuantitas

wisata budaya yang ada dan telah ✓ Kantor Pemkab memancarnya

atraksi wisata yang

Pangandaran kekuatan-kekuatan

ada (eksisting) dan

jadi objek wisata saat ini

5.1.3 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Kantor (centrifugal) dan

potensi di masing-

keragaman, serta kuantitas atraksi Pemprov Jabar tertariknya kekuatan-

masing SKW baik

wisata minat khusus yang ada dan ✓ Operator kekuatan (centripetal)

berupa atraksi

Industri yang tercermin dalam

wisata alam,

telah jadi objek wisata saat ini

pariwisata sekumpulan fakta serta

budaya maupun

setempat

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

fenomena geografis dari

✓ Wisatawan semua kegiatan yang

minat khusus di

5.1.4 Atraksi alam apa sajakah yang ✓ Penduduk ada di Pangandaran

Pangandaran Raya

Potensi utk pusat

memenuhi kualitas dan keragaman, setempat Raya (Kombinasi dan

pertumbuhan:

serta kuantitas untuk dijadikan ✓ Kantor Desa/ adaptasi dari teori

4.1.4 Atraksi alam

pusat kelurahan polarisasi, kutub

4.1.5 Atraksi budaya

sebagai

pendukung

✓ Kantor pertumbuhan dan

4.1.6 Atrakasi minat khusus

pertumbuhan

5.1.5 Atraksi budaya apa sajakah yang Kecamatan industri populasi).

memenuhi kualitas dan keragaman, ✓ Kantor Pemkab serta kuantitas untuk dijadikan

pusat ✓ Kantor

pertumbuhan

Pemprov Jabar 5.1.6 Atraksi minat khusus apa sajakah

✓ Operator

dan Industri keragaman, serta kuantitas untuk

pariwisata dijadikan sebagai pendukung pusat

Kondisi yang ada (existing):

4.2.1 Bagaimana

gambaran

kualitas, ✓ Penduduk

aksesibilitas

4.2.1 Kualitas, keragaman,

keragaman, dan kuantitas Sarpras setempat

(Accessibility)

dan kuantitas Sarpras

transportasi darat yang telah tersedia ✓ Kantor Desa/

gambaran kualitas

transportasi darat

saat ini

kelurahan

dan keragaman,

4.2.2 Kualitas, keragaman,

4.2.2 Bagaimana

gambaran

kualitas, ✓ Kantor

serta kuantitas

dan kuantitas Sarpras

keragaman, dan kuantitas Sarpras Kecamatan

prasarana dan

transportasi laut

transportasi laut yang telah tersedia ✓ Kantor Pemkab

sarana (Sarpras)

4.2.3 Kualitas, keragaman,

saat ini

Pangandaran

transportasi untuk

dan kuantitas Sarpras

4.2.3 Bagaimana

gambaran

kualitas, ✓ Kantor

menuju tempat

transportasi udara

keragaman, dan kuantitas Sarpras Pemprov Jabar

wisata yang ada

telah ✓ Operator

(eksisting) dan

tersedia saat ini

Industri

potensi di maing-

pariwisata

masing SKW baik

setempat

berupa Sarpras

✓ Wisatawan

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

transportasi darat,

Potensi utk pusat

4.2.4 Bagaimana

potensi

kualitas, ✓ Penduduk

laut maupun udara

pertumbuhan:

keragaman, dan kuantitas Sarpras setempat

di Pangandaran

4.2.4 Kualitas prasarana

dapat ✓ Kantor Desa/

Raya

transportasi

mendukung pusat pertumbuhan

kelurahan

4.2.5 Kualitas sarana

4.2.5 Bagaimana

potensi

kualitas, ✓ Kantor

transportasi

keragaman, dan kuantitas Sarpras Kecamatan

4.2.6 Keragaman prasarana

dapat ✓ Kantor Pemkab

transportasi

mendukung pusat pertumbuhan

Pangandaran

kualitas, ✓ Kantor keragaman, dan kuantitas Sarpras

4.2.6 Bagaimana

potensi

Pemprov Jabar

dapat ✓ Operator

mendukung pusat pertumbuhan

Industri pariwisata setempat

✓ Wisatawan

4.3 Ketersediaan

Kondisi yang ada (existing):

4.3.1 Bagaimana kKualitas, keragaman, dan ✓ Penduduk

layanan

ameniti

4.3.1 Kualitas, keragaman,

kuantitas Sarpras makanan dan

setempat

(Amenity)

dan kuantitas Sarpras

minuman yang telah tersedia saat ini

✓ Kantor Desa/

gambaran kualitas

makanan dan

4.3.2 Bagaimana kualitas, keragaman, dan

kelurahan

dan keragaman,

minuman yang telah

kuantitas Sarpras penginapan yang

✓ Kantor

serta kuantitas

tersedia saat ini

telah tersedia saat ini

Kecamatan

prasarana dan

4.3.2 Kualitas, keragaman,

4.3.3 Bagaimana kualitas, keragaman, dan

✓ Kantor Pemkab

sarana (Sarpras)

dan kuantitas Sarpras

kuantitas Sarpras pendukung lainnya

Pangandaran

yang ada

penginapan yang

(ansilari) yang telah tersedia saat ini

✓ Kantor

(eksisting) dan

telah tersedia saat ini

Pemprov Jabar

potensi di maing-

4.3.3 Kualitas, keragaman,

✓ Operator

masing SKW untuk

dan kuantitas Sarpras

Industri

memenuhi

pendukung lainnya

pariwisata

kebutuhan

(ansilari) yang telah

setempat

wisatawan selama

tersedia saat ini

✓ Wisatawan

berada di tempat

Potensi utk pusat

4.3.4 Bagaimana kualitas, keragaman, dan ✓ Penduduk

wisata (overnight

pertumbuhan:

kuantitas Sarpras makanan dan setempat

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

tourist ) baik utk

4.3.4 Kualitas, keragaman,

minuman yang potensial untuk pusat ✓ Kantor Desa/

kebutuhan,

dan kuantitas Sarpras

makanan dan

4.3.5 Bagaimana kualitas, keragaman, dan ✓ Kantor

makanan dan

minuman yang

kuantitas Sarpras penginapan yang Kecamatan

minuman, serta

potensial untuk pusat

potensial untuk pusat pertumbuhan

✓ Kantor Pemkab

kebutuhan lainnya

pertumbuhan

4.3.6 Bagaimana kualitas, keragaman, dan Pangandaran

di Pangandaran

4.3.5 Kualitas, keragaman,

kuantitas Sarpras pendukung ansilari ✓ Kantor

Raya

dan kuantitas Sarpras

pusat Pemprov Jabar

penginapan yang

pertumbuhan

✓ Operator

potensial untuk pusat

4.3.6 Kualitas, keragaman,

setempat

dan kuantitas Sarpras

✓ Wisatawan

pendukung ansilari yang potensial untuk pusat pertumbuhan

4.4 Ketersediaan

Kondisi yang ada (existing):

4.4.5 Bagaimana

gambaran

kualifikasi ✓ Penduduk

pengelola

4.4.1 Kualitas pengelolaan

pengelolaan pariwisata yang telah ada setempat

pariwisata

pariwisata

di masing-masing SKW selama ini

✓ Kantor Desa/

(Ancilary)

4.4.2 Keterlibatan

4.4.6 Seberapa banyak (inten) keterlibatan kelurahan

gambaran

penduduk setempat

penduduk

setempat

dalam ✓ Kantor

kualifikasi

4.4.3 Intensitas hubungan

pengelolaan pariwisata di masing- Kecamatan

pengelolaan

pengelola dg sektor

masing SKW selama ini

✓ Kantor Pemkab

pariwisata yang

terkait

4.4.1 Bagaimana sustainabilitas pengelolaan Pangandaran

telah ada

4.4.4 Keberlanjutan

pariwisata setempat di di masing- ✓ Kantor

(eksisting) dan

pengelolaan

masing SKW selama ini

Pemprov Jabar

potensi di masing-

pariwisata setempat

✓ Operator

masing SKW untuk

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

pengelolaan

Potensi utk pusat

4.4.5 Bagaimana

potensi

kualifikasi ✓ Penduduk

pariwisata di

pertumbuhan:

pengelolaan pariwisata yang telah setempat

Pangandaran Raya

4.4.5 Kualitas pengelolaan

ada di masing-masing SKW untuk ✓ Kantor Desa/

4.4.6 Keterlibatan

mendukung pusat pertumbuhan

kelurahan

penduduk setempat

4.4.6 Seberapa banyak (inten) potensi ✓ Kantor

4.4.7 Intensitas hubungan

keterlibatan

penduduk

setempat Kecamatan

dg sektor terkait

dalam pengelolaan pariwisata di ✓ Kantor Pemkab

untuk Pangandaran

pengelolaan

mendukung pusat pertumbuhan

✓ Kantor

sustainabilitas Pemprov Jabar pengelolaan pariwisata setempat di di

untuk Industri

mendukung pusat pertumbuhan

pariwisata setempat

✓ Wisatawan

5 RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN

Rencana Kebutuhan

1.1.2 Berapa besarnya kebutuhan investasi Investasi Pusat

1.1 Investasi untuk

1.1.1 Besarnya kebutuhan

✓ Dokumen dan Pertumbuhan adalah

Pertumbuhan

investasi primer

primer untuk pertumbuhan

primer

untuk pertumbuhan

✓ agrobisnis ,

data sekunder prakiraan jumlah dana

✓ agrobisnis ,

✓ agroindustri,

untuk analisis yang diperlukan untuk

✓ agroindustri,

✓ industri kelautan, dan

proyeksi mengembangkan pusat

✓ industri kelautan,

✓ pariwisata terpadu

kebutuhan pertumbuhan primer,

dan

sekunder dan tersier

✓ pariwisata terpadu

1.2.2 Berapa besarnya kebutuhan investasi agroindustri, industri

untuk agrobisnis ,

1.2 Investasi untuk

1.2.1 Besarnya kebutuhan

✓ Dokumen dan kelautan, dan

Pertumbuhan

investasi sekunder

sekunder untuk pertumbuhan

data sekunder pariwisata terpadu di

sekunder

untuk pertumbuhan

✓ agrobisnis ,

untuk analisis Pangandaran Raya.

✓ industri kelautan, dan

proyeksi

✓ industri kelautan,

✓ pariwisata terpadu

kebutuhan

dan

LAPORAN AKHIR

Variabel dan Definisi

Sub Variabel dan

Sumber Data Operasional

Indikator

Pertanyaan

Definisi Operasional

✓ pariwisata terpadu

1.3 Investasi untuk

1.3.1 Besarnya kebutuhan

1.3.2 Berapa besarnya kebutuhan

Pertumbuhan

investasi tersier untuk

investasi tersier untuk pertumbuhan ✓ Dokumen dan

✓ agrobisnis , data sekunder ✓ agroindustri, ✓ agroindustri, untuk analisis ✓ industri kelautan, dan ✓ industri kelautan, proyeksi ✓ pariwisata terpadu

kebutuhan

dan ✓ pariwisata terpadu

LAPORAN AKHIR

3.5 Asumsi dan Batasan yang Digunakan

Pada dasarnya laporan hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu dasar dalam keputusan pemanfaatan aset BMD lahan dan bangunan yang berada dalam kondisi menganggur (idle). Judul pekerjaan ini adalah: “Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya .” Setiap kajian tentu memerlukan asumsi dasar, sehubungan dengan hal tersebut, kajian ini memiliki asumsi sebagai berikut:

1. Kondisi ekonomi diasumsikan given atau tetap untuk selama masa tiga tahunan

2. Diasumsikan bahwa aksesibilitas meningkat

3. Aturan pemerintah masih tetap memberikan kesempatan dan mendorong pemanfaatan BMD untuk bentuk Kerja sama Pemanfaatan (KSP)

4. Pihak swasta sebagai mitra yang menjadi provider mentaati semua tuntutan sebagaimana dalam perjanjian kerja sama pemanfaatan BMD

Beberapa faktor tersebut tentu menjadi asumsi dasar dalam melaksanakan kajian ini dan aplikasi hasil kajian dimaksud.

Adapun batasan yang digunakan dalam penyusunan rencana kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi empat (4) sektor. Keempat sektor yang dielaborasi tersebut:

1. Agrobisnis ;

2. Agroindustri;

3. Kelautan dan perikanan

4. Pariwisata terpadu

---agisu---

BAB 4 GAMBARAN UMUM PANGANDARAN RAYA

4.1 Pemerintahan Pangandaran Raya

Gambaran umum berikut ini didasarkan pada data hasil survey dan data dari Renip Pangandaran Raya tahun 2016. Kabupaten Pangandaran adalah satu di antara kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang baru menjadi Pemerintahan Kabupaten sejak tahun 2012. Kabupaten ini berlokasi strategis, karena berada di lintasan jalan provinsi, berada di pinggir pantai dengan panjang pantai 91 Km, dan memiliki beragam potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan posisinya, Pangandaran berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat.

Kabupaten Pangandaran adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang ibukotanya di Parigi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat. Lahirnya Kabupaten Pangandaran didasari oleh Undang-undang nomor 21 tahun 2012 yakni sebagai kabupaten baru (DOB), yang ditandatangani Presiden RI tanggal 16 November 2012. Kemudian diundangkan oleh Menhukkam dan HAM tanggal 17 November 2012, maka Pangandaran resmi menjadi Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Dalam UU No. 21/2012 disebutkan, Kabupaten Pangandaran berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Kabupaten Pangandaran yaitu 168.509 Ha dengan luas laut 67.340 Ha. Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km. Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2014, perempuan berjumlah 212.022 jiwa dan laki-laki berjumlah 210.564 jiwa. Adapun pemerintahannya mencakup:

1. Kecamatan Parigi,

2. Kecamatan Cijulang,

3. Kecamatan Cimerak,

4. Kecamatan Cigugur,

5. Kecamatan Langkaplancar,

6. Kecamatan Mangunjaya,

7. Kecamatan Padaherang,

8. Kecamatan Kalipucang,

9. Kecamatan Pangandaran dan

10. Kecamatan Sidamulih. Sebaran seluruh kecamatan dalam peta Kabupaten Pangandaran dapat dicerminkan sebagaimana dalam gambar di bawah ini.

Sumber: Renip Renip Pangandaran Raya, 2016

Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Pangandaran

Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat. Satu di antara kawasannya adalah Pangandaran Raya. Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran terdiri dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten

Pangandaran yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Pangandaran, dan Kecamatan Kalipucang.

Tabel 4. 1 Luas Administrasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

No

Kecamatan

Luas (Km 2 )

Jumlah Desa

Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014

Adapun sebaran kelima kecamatan tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan sebagaimana dalam gambar di bawah ini.

Sumber: Renip Renip Pangandaran Raya, 2016

Gambar 4. 2 Peta Administrasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

4.2 Demografi/Kependudukan

Demografi berhubungan dengan dinamika kependudukan manusia. Demografi yang dibahas dalam hal ini adalah mengenai Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk, Proyeksi Penduduk Kawasan Pengembangan di Pangandaran Raya.

1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kawasan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebanyak 198.931 jiwa yang tersebar di 5 kecamatan yakni di Pangandaran Raya. Jumlah ini mencakup penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak bertempat tinggal tetap. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pangandaran dengan jumlah 59.998 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cijulang dengan jumlah 25.825 jiwa. Penyebaran penduduk di Kawasan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pangandaran di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran

No Kecamatan

Laki laki Perempuan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Desa

41 Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2015

Keseluruhan jumlah penduduk di masing-masing 5 kecamatan tersebut cukup variatif. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Pangandaran yakni sebanyak 30% dari jumlah penduduk di Pangandaran Raya. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Cijulang yakni hanya 13% dari jumlah penduduk Pangandaran Raya.

Jumlah Penduduk (%)

Cijulang Parigi

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 4. 3 Grafik Jumlah Penduduk di Pangadaran Raya

Untuk kepadatan penduduk di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran memiliki rata-rata kepadatan penduduk 4,67 jiwa/Ha dengan kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Pangandaran dengan jumlah kepadatan 11,45 jiwa/Ha

Tabel 4. 3 Kepadatan Penduduk di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas (Ha)

Kepadatan Penduduk

4,67 Sumber: Kabupaten Pangandan dalam Angka, 2015

Mengacu pada data kepadatan penduduk, Kecamatan Pangandran menjadi kecamatan dengan tingkat kepdatan tertinggi, sedangkan paling rendah kepadatannya di Cijulang.

Kepadatan Penduduk

Sidamulih Pangandaran

Kalipucang

Sumber: Hasil Analisis, 2016 Gambar 4. 4 Grafik Kepadatan Penduduk

2. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk

Perkembangan penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya relatif cepat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2010 ke tahun 2011, penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya bertambah sebanyak 16.018 jiwa, dengan pertumbuhan paling banyak dialami oleh Kecamatan Kalipucang sebanyak 5.392 jiwa. Di tahun 2012, jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran cenderung meningkat yaitu menjadi 205.901 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang positif namun terjadi penurunan penduduk pada tahun 2013 yang terjadi pada

4 kecamatan lainnya, hanya Kecamatan Pangandaran yang mengalami kenaikan penduduk. Hal ini tidak lepas dari fungsi Pangandaran sebagai destinasi wisata untuk wisatawan regional dan internasional. Faktor ini menjadi penarik utama dari pertumbuhan penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berikut ini merupakan gambaran jumlah penduduk dan persebarannya di wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan penduduk pada hampr tiap kecamatan kecuali Kecamatan Pangandaran dan Kalipucang, hal ini disebabkan adanya penyebaran distribusi penduduk untuk mengurangi kepadatan di kedua kecamatan tersebut sehingga terjadi penurunan pertumbuhan penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran.

Tabel 4. 4 Laju Pertumbuhan Penduduk 2010

Laju No Kecamatan

Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016

Untuk proyeksi penduduk hingga tahun 2035 jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya adalah sebanyak 340.478 jiwa. Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Parigi menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak hal ini dapat dikarenakan sebagai implikasi dari arahan pengembangan yang ditetapkan di Kecamatan Parigi dan Pangandaran.

Ta bel 4. 5 Proyeksi Penduduk

No Kecamatan

Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016

4.3. Sosial Budaya Peran manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bias lepas dari kehidupan manusia itu sendiri. Aspek sosial dari Kawasan Pertumbuhan Pangandaran yang akan diulas meliputi mata pencaharian.

Mata Pencaharian Penduduk di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran dominan bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 50.139 jiwa atau 66% dari jumlah penduduk bekerja. Selanjutnya, penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan sebanyak 9.466 jiwa atau 12% dari total penduduk bekerja. Selanjutnya, peternak dan pelayan merupakan lapangan usaha terbanyak berikutnya yaitu 4.200 jiwa dan 4.141 jiwa atau 5% dari jumlah seluruh penduduk bekerja di Pusat Pertumbuhan Pangandaran.

Jumlah penduduk terbanyak yang bekerja sebagai petani terdapat di Kecamatan Pangandaran, yaitu 12.543 jiwa, kemudian Kalipucang yaitu sebanyak 10.248 jiwa. Sedangkan di sektor pedagangan terbanyak berada di Kecamatan Kalipucang sebanyak 2.936 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Mata Pencaharian Masyarakat di Pangandaran Raya

ni a n tri si si S NI ri a a ta h

la Pe

a Pol inny inny No

d -por

L La

a Jum

Ne

ns

Ko

Pe

ns

ra

sa

Ja

1 Cijulang 9.537

13 12 172 0 11.942 2 Parigi

20 23 117 53 15.436 3 Sidamulih

19 12 12 0 11.520 4 Pangandaran

78 60 196 98 21.279 5 Kalipucang

d -por

Ja Pusat

Pangandaran % terhadap penduduk bekerja

Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014

4.4 Pendidikan

Tersedianya fasilitas pendidikan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran merupakan salah satu wujud di bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang efektif untuk meningkatkan pembangunan dimana negara-negara berkembang mencurahkan perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu dewasa ini masyarakat sudah menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan dan sudah menjadi simbol status sosial dan merupakan sarana yang diharapkan mampu menyelesaikan banyak permasalahan.

Dalam sebaran sarana pendidikan tidak semua fasilitas pendidikan (TK, SD, SMP dan SMA) baik itu pendidikan negeri maupun swasta. Semua kecamatan belum memiliki fasilitas taman kanak - kanak untuk pendidikan negeri tetapi untuk fasilitas pendidikan lainnya seperti SD, SMP dan SMA sudah tersebar di semua kecamatan tetapi untuk Kecamatan Kalipucang tidak memiliki sarana pendidikan SMA. Sedangkan untuk pendidikan swasta jumlah sarana pendidikan taman kanak kanak lebih banyak dan tersebar di semua kecamatan dibandingkan negeri, Kecamatan Parigi memiliki taman kanak-kanan dengan jumlah paling tinggi yaitu 21 unit dengan total 5 kecamatan yaitu 58 unit. Lokasi sarana pendidikan pada kawasan ini cukup baik karena ditempatkan di sekitar permukiman warga sehingga terdapat aksesibilitas atau keterjangkauan dalam menuju sarana pendidikan.

Tabel 4. 7 Jumlah Sarpras Pendidikan di Pangandaran Raya Tahun 2013

Pendidikan Swasta No

Pendidikan Negeri

SLTP SMU

1 Cijulang 0 20 2 1 11 0 0 1 2 Parigi

Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014 dan 2015

Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SMU dan SMK. Kebutuhan ruang dan jumlah fasilitas pendidikan dihitung mengacu kepada Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan kota (Standar SNI 03-6981-2004).

- Fasilitas pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan standar jumlah penduduk pendukung

sebesar 1250 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 500 m 2 /unit. - Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar

1.600 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 2.000 m 2 /unit. - Fasilitas pendidikan tingkat menengah dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800

jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 9.000 m 2 /unit.

- Fasilitas pendidikan tingkat menengah atas serta sederajat dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800 jiwa/unit dengan luas lahan 12.500 m 2 /unit.

Untuk mengetahui jenis sarana pendidikan yang dibutuhkan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya diperlukan perhitungan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dengan menggunakan standar dari Peraturan Menteri Nomor

8 Tahun 2011 dan SNI 03-1773-2004 yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Tingkat Pelayanan Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan ( UNIT) Tahun 2035

No Kecamatan

5 1 K 2 Parigi

21 0 K

16 20 B 5 2 K

9 2 K 3 Sidamulih

36 0 K

28 36 B 9 4 K

5 1 K 4 Pangandaran

24 0 K

19 19 B 5 3 K

12 2 K 5 Kalipucang

46 0 K

36 30 B 12 4 K

8 0 K Jumlah

29 0 K

23 31 B 8 3 K

39 6 K Sumber: Hasil Analisis, 2016

a. Taman Kanak-kanak (TK)

Tingkat pelayanan TK di seluruh kelurahan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran tahun 2016 masih belum memadai bahkan tidak terdapat sarana TK untuk mencukupi kebutuhan penduduknya. Untuk kebutuhan tahun rencana 20 tahun kedepan dan membutuhkan sebanyak 156 unit.

b. Sekolah Dasar (SD)

Berdasarkan hasil analisis, pada tahun rencana Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran telah dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap sarana pendidikan Sekolah Dasar dengan jumlah eksisting 136 unit hal ini telah memenuhi standar pad tahun proyeksi yaitu kebutuhan SD sebanyak 122 unit.

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMP tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 16 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMP sebanyak 15 unit.

d. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMA tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 6 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMA sebanyak 23 unit. Berdasarkan standar sarana pendidikan memang perlu adanya penambahan sarana pendidikan, namun dengan mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tata ruang lainnya dengan kebutuhan lahan untuk membangun unit sarana tersebut tidak dapat Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMA tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 6 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMA sebanyak 23 unit. Berdasarkan standar sarana pendidikan memang perlu adanya penambahan sarana pendidikan, namun dengan mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tata ruang lainnya dengan kebutuhan lahan untuk membangun unit sarana tersebut tidak dapat

yang memiliki keahlian,keterampilan dan wawasan yang luas dalam mengembangkan Pusat Pertumbuhan Pangandaran.

daya manusia

4.5 Kesehatan

Sarana kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat setempat. Tingkat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh besar dan jumlah sarana kesehatan yang ada. Ketersediaan sarana yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sudah cukup lengkap untuk menunjang masyarakat yang ada di dalamnya seperti posyandu sudah sangat banyak dan tersebar di 5 kecamatan dengan total 229 unit tetapi untuk rumah sakit tidak tersedia di 5 kecamatan pusat pertumbuhan Pangandaran akan tetapi sudah cukup didukung oleh Puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 7 unit.

Tabel 4. 9 Jumlah Sarana Kesehatan di Pangandaran Raya Tahun 2013

Kesehatan

No Kecamatan

Balai

Puskesmas Kesehatan

Posyandu

Pos KB

Kesdes Pengobatan

Sakit

Pembantu

1 Cijulang 0 1 3 37 7 6 0 2 Parigi

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 201

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdiri atas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu dan Apotik. Perhitungan dilakukan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdiri atas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu dan Apotik. Perhitungan dilakukan

1. Fasilitas kesehatan Rumah Sakit dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 240.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 86.400 m2/unit.

2. Fasilitas kesehatan Puskesmas dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 120.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 1.000 m2/unit.

3. Fasilitas kesehatan Pustu dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 300 m2/unit.

4. Fasilitas kesehatan klinik bersalin dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 3.000 m2/unit.

5. Fasilitas kesehatan posyandu dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 1.250 jiwa/unit dengan luas lahan 60 m2/unit.

6. Fasiltas kesehatan apotik dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan 250 m2/unit

Tabel 4. 10 Tingkat Pelayanan Sarana Kesehatan

Balai Pengobatan Posyandu No

Rumah Sakit

0 1 B 10 0 K 21 10 B 2 Parigi

0 2 B 18 0 K 36 7 K 3 Sidamulih

0 2 B 12 0 K 24 9 K 4 Pangandaran

0 1 C 23 0 K 46 7 K 5 Kalipucang

0 1 B 15 0 K 29 13 K Jumlah

0 7 B 78 0 K 156 46 K Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016

Sarana kesehatan seperti Rumah sakit, balai pengobatan dan posyandu belum mampu melayani kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat melalui standar dan ketesediaan sarana yang ada. Sedangkan untuk sarana kesehatan puskesmas telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dengan tingkat pelayanan yang baik.

4.6 Peribadatan

Beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat menggambarkan toleransi kehidupan beragama dan indikator makin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat diantaranya adalah semakin mudahnya masyarakat melakukan ibadah menurut agama yang dianutnya. Untuk kemudahan tersebut diantaranya tersedia tempat dalam hal melakukan ibadah. Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Total sarana peribadatan di wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran sebanyak 1.213 unit yang didominasi oleh mushola yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 816 unit dan masjid yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 382 unit yang dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mayoritas beragama Islam akan tetapi terdapat sarana peribadatan gereja untuk beragama Kristen dengan total 12 unit. Sarana peribadatan pura dan wihara tidak tersedia di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran.

Tabel 4. 11 Jumlah Sarana Peribadatan di Kawasan Pangandaran Raya Tahun 2013

No Kecamatan

Pura Wihara

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014

Untuk mengetahui jenis sarana peribadatan yang dibutuhkan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya diperlukan perhitungan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dengan menggunakan standar dari Peraturan Menteri Nomor

8 Tahun 2011 dan SNI 03-1773-2004.

Tabel 4. 12 Tingkat Pelayanan Sarana Peribadatan di Pangandaran Raya

Sarana Peribadatan (Unit )

No Kecamatan

0 0 K 2 Sidamulih

0 0 K 3 Parigi

1 95 B 179

0 0 K 4 Pangandaran

1 57 B 121

70 K

0 0 K 5 Kalipucang

2 86 B 229

0 0 K Jumlah

1 79 B 145

0 0 K Sumber: Renip, 2016

Keterangan : ST: STANDAR; EK: EKSISTING; TP: TINGKAT PELAYANAN; K: KURANG; C: CUKUP; B: BAIK

Berdasarkan standar diatas, perlu diadakan penambahan sarana. Penambahan sarana yang perlu diperhatikan adalah langgar karena sarana masjid sudah mencukupi kebutuhan masyarakat hingga tahun 2035 (Renip, 2016) hal ini mengingat mayoritas penduduk di Kecamatan ini beragama muslim. Penambahan sarana bisa saja dilakukan karena keterjangkauan pelayanan peribadatan yang harus dipenuhi, namun mengingat ketersediaan lahan yang terbatas hal tersebut sulit dilakukan, sehingga kemungkinan solusi yang didapatkan adalah merubah fungsi atau menghibahkan lahan bagi warga yang ingin menjadikan lahan mereka untuk dijadikan tempat ibadah.

4.7 Transportasi

Transportasi berfungsi untuk mendorong, merangsang pertumbuhan daerah dalam menikmati pembangunan sekaligus untuk mendukung tercapainya struktur tata ruang yang dituju (to initiate development) dan mendukung pertumbuhan dan pembangunan wilayah dalam rangka meningkatkan kinerja dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan (to answer development ). Jaringan transportasi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mencakup jaringan transportasi darat, laut/sungai dan udara.

4.7.1 Status, Dimensi, dan Kondisi Jaringan Jalan

Beberapa potensi dan persoalan transportasi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebagai berikut:

Pusat Pertumbuhan Pangandaran memiliki ruas jalan relatif banyak yang dapat menghubungkan antar kecamatan dan desa. Ruas jalan yang ada dapat dijadikan sebagai pembentuk struktur ruang Pusat Pertumbuhan Pangandaran tanpa harus membangun jalan baru. Kendala yang dihadapi dimensi jalan relatif kecil, banyaknya ruas jalan berkondisi buruk, diantaranya beberapa ruas jalan alternatif antar kecamatan dan beberapa ruas jalan di kawasan perbatasan.

Pusat Pertumbuhan Pangandaran terlalui oleh ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan Kabupaten. Ruas jalan nasional melintasi Kecamatan Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang. Ruas-ruas jalan tersebut berfungsi ganda, yaitu sebagai jalan antar provinsi (regional) sekaligus sebagai jalan utama antar kecamatan (lokal).

Jalan Kabupaten di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran memiliki panjang sekitar 179,8 km yang terdiri dari 22 ruas jalan, dengan ruas jalan terpanjang untuk jalan kabupaten adalah ruas Jalan Cikembulan-Kalijati yaitu mencapai 16,8 km yang berada di Kecamatan Pangandaran, sedangkan ruas jalan terpendek untuk jalan kabupaten adalah ruas Jalan Kertamukti-Cikondang yang hanya mencapai 4,8 km. Adapun untuk jalan desa yang terdapat di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sedikitnya terdiri dari 16 ruas jalan, dengan ruas jalan terpanjang untuk jalan desa adalah ruas Jalan Cibanten-Cimindi yaitu mencapai 8,7 km yang berada di Kecamatan Cijulang, sedangkan ruas jalan terpendek adalah ruas Jalan Kalipucang-Santolo yang hanya mencapai 0,5 km.

Tabel 4. 13 Nama, Panjang, dan Lebar Jalan Desa di Kawasan Pangandaran Raya

Volume

No. No. Ruas

Nama Pangkal Ruas

Nama Ujung Ruas

3.0 6.0 Pangandaran 2 72 Babakan

Pananjung

7.0 3.0 Pangandaran 3 74 Pantai Barat Batu Karas

Pagergunung

3.1 3.0 Cijulang 4 75 Prapat

Pantai Timur Batu Karas

Pantai Barat

1.1 4.0 Pangandaran

Pangandaran

Volume

No. No. Ruas

Nama Pangkal Ruas

Nama Ujung Ruas

8.7 3.0 Cijulang 6 78 Kalipucang

0.8 6.0 Parigi Sumber: SK Gubernur Jawa Barat Nomor 620/74 Tahun 1998, disesuaikan dengan data pemekaran

Pelebaran Jalan Masuk

Batuhiu

4.7.2 Terminal

Terminal yang ada di Pusat Pertumbuhan terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Cijulang. Terminal Cijulang telah menunjukkan fungsi sebagai terminal tipe B yang cukup signifikan, sedangkan dilihat dari fasilitas yang ada berstatus sebagai terminal tipe C (salah satu indikasi terminal tipe C tidak tersedianya fasilitas ruang tunggu penumpang). Terminal tipe C (terminal lokal) terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan Parigi dan Kalipucang. Begitupun terminal yang ada di Kecamatan Pangandaran.

4.7.3 Transportasi Udara

Bandar Udara Nusawiru bertempat di Kecamatan Cijulang dengan kondisi sebagai berikut: • Jenis pesawat yang ada pada kondisi eksisting sejenis CN-235 (produksi Indonesia). • Rute penerbangan kondisi eksisting adalah Jakarta-Bandung-Nusawiru-Cilacap • Panjang Landasan Pacu 1.400 meter • Lebar Landasan Pacu 30 meter • Taxiway 20 meter.

Secara operasional ruang udara Bandar Udara Nusawiru direncanakan adalah ruang udara dikendalikan (controlled airspace) dengan klasifikasi B, yang direncanakan terdapat Pendidikan Penerbangan, untuk itu ruang udara Bandar Udara Nusawiru dikembangkan menjadi ADC dan Secara operasional ruang udara Bandar Udara Nusawiru direncanakan adalah ruang udara dikendalikan (controlled airspace) dengan klasifikasi B, yang direncanakan terdapat Pendidikan Penerbangan, untuk itu ruang udara Bandar Udara Nusawiru dikembangkan menjadi ADC dan

: Area dalam lingkaran dengan r=10 NM berpusat di “NWR” VOR. Vertikal limit

: Permukaan bumi/air sampai ketinggian 2500 ft.

Kelas ruang udara

:B

Altitude transisi

: 11.000 ft

Level transisi

: FL. 130

Kriteria ruang udara Bandar Udara Nusawiru dengan klasifikasi “ B ” adalah sebagai berikut :

1. Digunakan untuk kaidah penerbangan instrumen dan visual;

2. Diberikan separasi kepada semua pesawat udara;

3. Diberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;

4. Tidak ada batas kecepatan;

5. Memerlukan komunikasi radio dua arah; dan

6. Pemberian izin oleh Air Traffic Control (ATC Clearance). Pesawat komersial yang direncanakan melayani Bandara Nusawiru adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama sejenis pesawat penumpang 12 orang , sejenis Cessa B208B.

2. Tahap Kedua sejenis pesawat dengan penumpang 50 orang, sejenis F-50, ATR-42, Dash-

8, dan MA-60.

4.7.4 Transportasi Air

Jenis transportasi air yang terdapat di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebagai berikut : • Dermaga angkutan penyeberangan penumpang dan barang di Kalipucang (Dermaga Santolo). • Dermaga angkutan penyeberangan penumpang dan barang di Kalipucang (Dermaga Majingklak).

• Kedua dermaga tersebut di atas melayani pergerakan yang menghubungkan Kalipucang dengan kota Cilacap (Jawa Tengah). • Dermaga Santolo melayani rute angkutan pariwisata, selain melayani pelayanan komersial. Pendangkalan sungai Citanduy yang terjadi berimplikasi tidak dapat berfungsinya dermaga Santolo secara optimal.

4.8 Jaringan Utilitas Jaringan utilitas merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan di suatu wilayah. Jaringan utilitas dalam hal ini meliputi jaringan irigasi/drainase, jaringan air bersih, persampahan, listrik/energi dan telekomunikasi.

4.8.1 Jaringan Irigasi dan Drainase Kabupaten Pangandaran memiliki 22 daerah irigasi pemerintah yang mampu mengaliri

areal seluas 8.555,41 Ha. Diantaranya merupakan daerah irigasi yang melintasi Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran, yaitu di Cibeureum dan Merjan. Daerah irigasi yang berada di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4. 14 Daerah Irigasi Pemerintahan Kabupaten Pangandaran

No DAERAH IRIGASI

AREA (HA)

DAERAH YANG DIALIRI KECAMATAN

Babakan, Sukahurip, Pananjung

Sidomulyo, Purbahayu, Wonoharjo

Sidamlih, Sukaresik, Cikalong, Pajaten

Cibenda, Bojong, Cintaratu Maruyungsari, Paledan, Sukanagara, Cibogo, Kedungwuluh, Karangpawitan,

5 Lakbok Selatan

Lakbok Selatan

Padaherang, Karangsari, Sindangwangi

Mangunjaya

Mangunjaya, Kertajaya, Sukamaju

Kertayasa, Cijulang, Margacinta Parigi, Karangbenda,

Parigi

Karangjaladri, Cintakarya

Mangunjaya, Sindangjaya

No DAERAH IRIGASI

AREA (HA)

DAERAH YANG DIALIRI KECAMATAN

Sumber : Dinas PSDA Kabupaten Pangandaran, 2014

Berikut merupakan DAS yang terkait dengan wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran.

Sumber : Penyusunan Masterplan Air Baku di Pusat Pertumbuhan Pangandaran

Gambar 4. 5 DAS di Wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran

4.8.2 Jaringan Air Bersih/Air Minum

Pengolahan air baku PDAM Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran masih bergabung dengan Kabupaten Ciamis yang memiliki dua jenis tipe pengolahan, yaitu tipe Pengolahan Lengkap (IPA lengkap) dan tipe pengolahan sederhana (Saringan Pasir Lambat). Total kapasitas terpasang dari unit-unit pengolahan tersebut yang tersebar di 6 wilayah pelayanan dan 11 instalasi pengolahan sebesar 191,10 l/dt, air yang di produksi dari masing-masing unit pengolahan tersebut menurut data PDAM bulan Agustus tahun 2009 adalah sekitar 189,01 l/dt.

Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran fasilitas produksi yang ada di PDAM Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4. 15 Jumlah Pelanggan dan Penggunaan Air Minum di Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2012

2012 No

Kategori Pelanggan

Jumlah

Jumlah

Jumlah Jumlah

Pelanggan

Konsumsi

Pelanggan Konsumsi

(SL)

(m 3 )

(SL) (m 3 )

1 Sosial Umum

368 77.212 2 Sosial Khusus

223 97.993 3 Rumah Tangga

18.815 3.083.299 4 Pemerintah, Badan/Lembaga Pemerin-

218 116.954 tah, Lembaga Pendidikan Tinggi

5 Niaga (Niaga Besar & Niaga Kecil)

Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, Tahun 2013

Unit Kerja Cabang Pangandaran (unit Pangandaran, unit Parigi dan unit Kalipucang)

• Kehilangan air tinggi 31,20 %; • Instalasi pengolahan kurang berfungsi dengan baik.

Unit Kerja Cabang Banjarsari (unit Banjarsari, unit Pamarican, unit Padaherang)

a. Cakupan pelayanan baru mencapai 5 %;

b. Tingkat kehilangan air cukup tinggi sebesar 34 % (>dari standar nasional= 20%);

c. Tingginya biaya produksi, operasional, pemeliharaan untuk IPA Banjarsari dibandingkan dengan harga jual ke konsumen. Pada penyusunan masterplan air baku akan direncanakan pembangunan waduk di

wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran yaitu Waduk Sukahurip di Kecamatan Kalipucang dan juga akan direncanakan bendungan di Kecamatan Parigi yang sesuai dengan arahan master plan air baku.

4.8.3 Persampahan

TPA adalah salah satu komponen penting dalam sistem pembuangan sampah. TPA yang ada di Kabupaten Pangandaran saat ini masih diartikan tempat pembuangan akhir sampah yang menggunakan model pembuangan sampah open dumping yang secara teoretis tidak baik. Beberapa lokasi TPA yang mendukung terhadap Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah TPA Purbahayu Pangandaran, termasuk dalam wilayah Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran. Luas lahan TPA ini kurang lebih 3 Ha dengan status lahan milik Pemerintah Kabupaten Pangandaran namun akan dilakukan perluasan TPA menjadi 10 Ha dengan pengelolaan TPS 3R yang lokasinya tidak jauh dari TPA. Volume sampah yang masuk di TPA ini kurang lebih 48

m 3 /hari. Sistem pengelolaan sampah bersifat open dumping. TPA ini mempunyai wilayah pelayanan meliputi Kawasan Wisata Pangandaran, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Parigi dan tempat –tempat komersial sekitarnya.

4.8.4 Jaringan Listrik/Energi

PT PLN yang melayani Kabupaten Pangandaran merupakan distribusi Jawa Barat Cabang Tasikmalaya, yang meliputi:

1. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 1

2. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 2

3. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 3

4. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA 1

5. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA 2

6. Gardu Induk Ciamis Penyulang Cikoneng/CKND

7. Gardu induk Ciamis Penyulang Benteng/BNTG8.

8. Gardu induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 1

9. Gardu induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 2 Pelanggan listrik di Pusat Pertumbuhan Pangandaran berjumlah 47.476 pelangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 16 Jumlah Pelanggan Listrik Tahun 2013

No

Kecamatan

Jumlah Pelanggan

1 Cijulang - 2 Parigi

Pusat Pertumbuhan Pangandaran

Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014

4.8.5 Jaringan Telekomunikasi

Untuk menyongsong era globalisasi informasi, PT Telekomunikasi Indonesia berusaha meningkatkan kualitas arus informasi serta memperluas jangkauan jasa telekomunikasi ke seluruh pelosok tanah air. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap jasa telekomunikasi yang kian menurun. Pada tahun 2013 jumlah pelanggan jasa telekomunikasi di 5 (Lima) Kecamatan Pengembangan Pangandaran adalah sejumlah 20 pelanggan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 17 Jumlah Pemakai Jasa Telekomunikasi di Pangandaran Raya Tahun 2013

No

Kecamatan

Jumlah Pelanggan

Pusat Pertumbuhan Pangandaran

Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014

4.8.6 Perekonomian

Sektor ekonomi unggulan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi sektor ini terhadap total PDRB (atas harga konstan tahun 2000) di 5 (lima) kecamatan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mencapai 35,96% dengan nilai ekonomi mencapai Rp 431 Milyar, dimana konsentrasi aktivitas sektor perdagangan terdapat di Kecamatan Pangandaran.

Tabel 4. 18 PDRB Per Kecamatan di Kawasan Pangandaran Raya Pertumbuhan Tahun 2012 atas dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

KECAMATAN

NO LAPANGAN USAHA

PANGANDARAN KALIPUCANG

1. Pertanian

76.013,185 50.675,934 2. Pertambangan dan

924,046 2.891,566 Penggalian 3. Industri Pengelolaan

38.476,998 1.157,227 4. Listrik, Gas dan Air

0 0 0 16.268,857 Bersih 5. Bangunan

10.396,643 6.766,527 6. Perdagangan, Hotel,

206.314,850 62.151,700 dan Restoran 7. Pengangkutan dan

18.059,487 1.989,970 Konstruksi 8. Keuangan Persewaan

12.264,460 7.105,616 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

429.315,257 179.480,369 Sumber: Kecamatan-Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014

Perdagangan merupakan penggerak ekonomi tertinggi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berdasarkan data yang didapat, jumlah perusahaan perdagangan menurut status permodalannya sebanyak 242 perusahaan, dengan dominasi perusahaan kecil, dan 2 perusahaan sedang.

Tabel 4. 19 Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional di di Pangandaran Raya Pangandaran Tahun 2012

Perusahaan

No Kecamatan

Perusahaan Besar

Menengah

Perusahaan Kecil

1 Cijulang 0 1 28 2 Parigi

Pusat Pertumbuhan Pangandaran 0 2 242

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2013

Adanya pasar dan kegiatan perdagangan lainnya mendukung terlaksananya kegiatan perekonomian masyarakat. Tidak hanya bagi pendorong roda perekonomian tapi juga bagi ketersediaan bahan pokok yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Pemda Kabupaten Pangandaran mengelola 13 pasar yang tersebar di beberapa kecamatan. Kios terbanyak terdapat di Kecamatan Kalipucang sebanyak 874 unit, juga terdapat bank sebanyak 22 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan Wilayah Pertumbuhan Pusat Pangandaran. Fasilitas Perdagangan dan jasa Adanya pasar dan kegiatan perdagangan lainnya mendukung terlaksananya kegiatan perekonomian masyarakat. Tidak hanya bagi pendorong roda perekonomian tapi juga bagi ketersediaan bahan pokok yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Pemda Kabupaten Pangandaran mengelola 13 pasar yang tersebar di beberapa kecamatan. Kios terbanyak terdapat di Kecamatan Kalipucang sebanyak 874 unit, juga terdapat bank sebanyak 22 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan Wilayah Pertumbuhan Pusat Pangandaran. Fasilitas Perdagangan dan jasa

Tabel 4. 20 Jumlah Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di di Pangandaran Raya Tahun 2013

Warung/

No Kecamatan

Kios/

Pasar

Pasar Tidak

Minimarket

Bank KUD Non

Pusat Pertumbuhan

13 0 3 22 6 16 Pangandaran

2084

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014

4.8.7 Sektor Kelautan dan Perikanan

Sektor kelautan dan perikanan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya menjadi sector yang paling utama dalam pengembangan wilayah. Dalam hal ini akan dibahas mengenai potensi meliputi skema, produksi dan sebaran perikanan.

---agisu---

BAB 5 GAMBARAN KONDISI TERKINI SEKTOR STRATEGIS DI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA

Kajian “Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya” tentu sangat penting, karena Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru (DOB), namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar). Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di Jawa Barat, dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan potensi yang ada, Pemerintah Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk membangun dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif dan efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan.

Berkenaan dengan laporan awal kajian ini, telah disiapkan instrumen untuk pengumpulan data primer dan data sekunder. Secara teknis operasional, pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan ke lapangan (field research), dan penelitian dokumentasi. Data dari lapangan dikumpulkan melalui triangulasi. Tempat penelitian yang utama meliputi Daerah Pangandaran Raya dan sekitarnya, serta pusat data yang ada baik di Pemkab Pangandaran maupun di Pemprov Jabar. Adapun fokus kajian diarahkan pada pengembangan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Pangandaran Raya, yang mencakup 4 sektor: Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri. Berkenaan dengan hal tersebut, pada akhir dari pekerjaan ini, dapat digambarkan kondisi terkini investasi yang terjadi di Pangandaran Raya, dan potensi yang dapat dibangun untuk pusat pertumbuhan ke-empat fokus kajian tersebut. Berdasarkan rangkaian langkah tersebut di atas, dapat diketahui polarisasi “Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya” baik untuk pusat pertumbuhan primer, pusat pertumbuhan sekunder, maupun pusat pertumbuhan tersier bagi Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri. Pada tahap akhir Bab 5 ini,

disajikan pula analisis masalah yang disajikan dalam model SWOT untuk masing- masing sektor. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap sektor dapat diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman.

5.1 Sektor Pariwisata

Berdasarkan pada potensi dan perkembangannya selama ini, maka Pangandaran bagi masyarakat umum dikenal sebagai tempat tujuan wisata pantai, namun sesungguhnya selain pantai, Pangandaran memiliki beragam potensi alam, baik untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata (ODTW), maupun dikembangkan menjadi kelautan dan perikanan, agrobisnis, serta agroindustri. Berkenaan dengan hal tersebut, berikut ini disajikan gambaran umum mengenai kondisi pada sektor Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri.

Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah pariwisata baik objek wisata pantai maupun sungai. Terdapat banyak objek wisata populer baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran yaitu : pantai pangandaran, taman wisata alam (Cagar Alam Pananjung), Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, Pantai Madasari, Pantai Karapyak, dan wisata sungai yaitu Cukang Taneuh (green canyon), Citumang, Santirah. Tersedia fasilitas hotel dengan kelas yang bervariasi dan cukup lengkap, restoran dan tempat hiburan lainnya. Dengan potensi yang besar dibidang pariwisata maka misi Kabupaten Pangandaran yaitu

“Kabupaten Pangandaran Pada tahun 2025 menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia, tempat t inggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama.”

Sesuai dengan wilayah yang dikaji adalah mencakup 5 Kecamatan dalam Pangandaran Raya, maka pada bahasan mengenai gambaran umum kepariwisataan fokus pada kondisi terkini kepariwisataan di Pangandaran Raya. Keragaman fasilitas kepariwisataan yang ada di Pangandaran Raya secara umum telah dilengkapi semua komponen kepariwisataan. Adapun komponen tersebut dikenal dengan 4A, yakni:

1. Atraksi wisata

5.1.1 Atraksi Wisata

Atraksi wisata yang kini telah berkembang di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi wisata alam (pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa), wisata budaya dan wisata atraksi minat khusus.

1. Wisata Alam

Atraksi wisata alam terdiri dari pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa. Di bawah ini, disajikan tabel mengenai atraksi wisata alam yang di kelompokan berdasarkan kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.

Tabel 5. 1 Atraksi Wisata Alam

NO

Atraksi Wisata Alam

I. Kecamatan Cijulang

1 Cijulang Rafting

2 Goa Muarabengang

3 Puncak Muntuk Wareng

4 Mangrove

5 Pantai Batukaras

6 Green Canyon

7 Situ Cisamping

8 Curug Tringgul/Green Coral

9 Pondok Patra

10 Taman Wisata Alam Laut Cijulang

II. Kecamatan Kalipucang

1 Goa Donan

2 Pelabuhan Majingklak

3 Pantai Palatar Agung

4 Pantai Solok Timun

5 Pantai Karapyak

6 Patai Karang Nini

7 Pantai Lembang Putri

III. Kecamatan Pangandaran

1 Pantai Barat Pangandaran

2 Pantai Timur Pangadaran

3 Kawasan Cagar Alam Pananjung

4 Kawasan Mangrove Bulak Setra

5 Curug Bojong

6 Goa Badak Paeh

7 Goa Bojong Lekor

8 Curug Jambe Enum

9 Sungai Pingit

IV. Kecamatan Parigi

1 Santirah

2 Goa Lanang

3 Goa Regregan

4 Jogjogan

5 Mangrove Bojongsalawe

6 Citumang

7 Pantai Batu Hiu

V. Kecamatan Sidamulih

1 Curug luhur

2 Curug pule

3 Komplek Sodong Panjang

4 Curug Kurung

5 Curug Bebek

6 Mangrove Karangtirta

Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015

Di Kecamatan Cijulang terdapat 10 wisata alam dan sekaligus sebagai jumlah wisata alam terbanyak di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Gambar 5.1 disajikan peta sebaran wisata di pusat pertumbuhan Pangandaran Raya.

Sumber: Hasil Analisi, 2016

Gambar 5. 1 Sebaran Pariwisata Pangandaran Raya

2. Wisata Budaya

Pada Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdapat wisata budaya berupa hasil kebudayaan dari masyarakat setempat. Pada Tabel 5.2 disajikan daftar wisata budaya pada kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya.

Tabel 5. 2 Daftar Wisata Budaya pada Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya

NO

Daya Tarik Wisata Budaya

I. Kecamatan Cijulang

1 Kampung Badud

2 Saing Angklung Mang Koko

3 Bengkel Seni Kang Didin

II. Kecamatan Kalipucang

1 Terowongan Wilhelmina

III.

Kecamatan Pangandaran

IV. Kecamatan Parigi

V. Sidamulih

Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015

3. Wisata Atraksi Minat Khusus

Pada tabel 5.3 Disajikan daftar wisata buatan/minat khusus yang terdapat di pusat pertumbuhan pangandaran raya.

Tabel 5. 3 Daftar Wisata Buatan di Pertumbuhan Pangandaran Raya

NO

Daya Tarik Wisata Buatan/Minat Khusus

I. Kecamatan Cijulang

1 Sirkuit Metrojaya

2 Agrowisata Margacinta

3 Saung Panireman

4 Nusawiru

II. Kecamatan Kalipucang

III.

Kecamatan Pangandaran

IV. Kecamatan Parigi

1 Penangkaran Penyu Batu Hiu

V. Kecamatan Sidamulih

Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015

Gambar 5.1 menunjukkan gambaran terkini sebaran tempat wisata yang ada di masing- masing kecamatan di Pangandaran Raya.

4. Event pariwisata

Pariwisata dalam layanan Event di Kabupaten Pangandaran akan dapat menarik minat wisatawan. Event yang ada di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya di antaranya:

1. Event wisata Rally Foto pariwisata Pangandaran

2. Event wisata Pangandaran Fair (carnival dan pameran pembangunan)

3. Event wisata Orari Fox Hunting

4. Event wisata Ngarung Bareng Green Canyon

5. Event wisata Hajat Laut

6. Event wisata Pesona Purnama Pesisir Pangandaran

7. Event wisata Aksi Sapta Pesona

8. Event KITE Festival

5.1.2 Aksesibilitas

Kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Artinya dalam mencapai suatu tujuan terdapat kemudahan dan jangkauan yang dicapai oleh orang. Untuk mencapai Kabupaten Pangandaran khususnya Pusat Pertumbuhan Pangandaran sudah terdapat akses yang dapat dijangkau berupa fasilitas umum seperti bangunan masjid, pertokoan juga akses dimudahkan dengan adanya 1 terminal penumpang tipe

B dan 4 terminal tipe C Bandar Udara Nusawiru, dan juga 3 Pelabuhan serta terdapat rencana reaktivasi rel kereta api yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sehingga meskipun dengan adanya fasilitas diatas belum dirasakannya akses yang tinggi karena belum optimalnya pengoperasian masing-masing fasilitas transportasi. Dan juga yang menjadi kendala aksesibilitas ini hanya kondisi jalan yang sebagian besar dalam keadaan rusak khususnya untuk mencapai destinasi wisata .

1. Kondisi Jalan

Akses jalan menuju objek pariwisata cukup penting untuk memudahkan wisatawan dalam mengunjungi objek-objek wisata yang ada Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berikut akan dijelaskan kondisi akses jalan menuju objek pariwisata yang ada di Pusat Pertumbuhan Pangandaran

Tabel 5. 4 Kondisi Jalan Objek Pariwisata

Akses jalan menuju objek wisata pantai barat kondisinya 1 Barat

Kec.

sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Pantai

Pangandaran

Akses jalan menuju objek wisata pantai timur kondisinya 2 Timur

Kec.

sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Hutan

Pangandaran

Akses jalan menuju objek wisata hutan cagar budaya

Kec.

3 Cagar kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah

Pangandaran

Budaya

diaspal. Akses jalan menuju objek wisata pantai karang nini

Pantai kondisinya cukup buruk walaupun kondisi jalan yang

Kec.

4 Karang sudah diaspal tetapi banyak jalan yang masih berlubang

Kalipucang

Nini yang sangat mengganggu wisatawan dalam melakukan wisata. Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak

Pantai

Kec.

5 kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Karapyak

Kalipucang

diaspal.

Pantai Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak 6 Karang

kondisinya cukup baik dengan kondisi jalan yang sudah Tirta

Kec. Sidamulih

diaspal tetapi masih terdapat jalan yang berlubang. Akses jalan menuju objek wisata pantai batu hiu

Pantai

kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Batu Hiu

7 Kec. Parigi

diaspal. Akses jalan menuju objek wisata pantai batu karas

Pantai

kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Batu Karas

8 Kec. Cijulang

diaspal.

Green Akses jalan menuju objek wisata green canyon kondisinya

9 Kec. Cijulang

Canyon sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016

Capaian bidang transportasi di Pangandaran Raya pada tahun 2015 capaian indikator untuk kemantapan jalan, pengaturan antar moda, dan keterhubungan dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.5. Ternyata kemantapan jalan baru mencapai 56,68% dari tingkat optimasi yang Capaian bidang transportasi di Pangandaran Raya pada tahun 2015 capaian indikator untuk kemantapan jalan, pengaturan antar moda, dan keterhubungan dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.5. Ternyata kemantapan jalan baru mencapai 56,68% dari tingkat optimasi yang

Tabel 5. 5 Capaian Indikator 2015 CAPAIAN 2015

Indikator Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya Kemantapan Jalan 56,68% mantap

Pengaturan Antarmoda Belum Tersedia Keterhubungan Belum Terintegrasi

Sumber : Hasil Analisis dan Pusdalitbang, 2016

Adapun capaian indikator tahun 2035 bidang transportasi di Pangandaran Raya, indikator untuk kemantapan jalan ditargetkan mencapai 100%, pengaturan antar moda, dan keterhubungan sudah terintegrasi, dan pengaturan antar moda sudah tersedia sepenuhnya sesuai kebutuhan. Capaian tersebut dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.6.

Tabel 5. 6 Capaian Indikator 2035

TARGET CAPAIAN 2035 Pusat Pertumbuhan

Indikator Pangandaran Raya

Kemantapan Jalan

100% mantap

Pengaturan Antar moda

Sumber : Indikator Kunci Prov Jabar

Berdasarkan Renip 2016, untuk mencapai indikator Infrastruktur Utama perlu beberapa hal yang harus dilakukan yaitu melalui upaya:

1. Memperbaiki akses jaringan jalan agar terdapat kemudahan dan kenyamanan dalam mencapai tujuan.

2. Meningkatkan pelayanan transportasi umum dengan memberikan kenyamanan kepada penumpang.

3. Meningkatkan pelayanan fasilitas transportasi umum seperti ruang tunggu, halte.

4. Pengelolaan berkelanjutan pada fasilitas terminal, dermaga, dan bandara.

5. Dibentuk suatu sistem transportasi antar moda yang memudahkan masyarakat memilih alternatif moda untuk mencapai tujuan pergerakan.

5.1.3 Ameniti

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

1. Perhotelan

Data Dinas Parperindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran (2013) mencatat bahwa di seluruh destinasi Pangandaran (termasuk Pangandaran, Batu Hiu, dan Batu Karas) terdapat 119 fasilitas akomodasi, yang terdiri dari 1 unit dengan klasifikasi bintang dan 118 unit dengan klasifikasi Melati. Data ini menunjukkan penurunan dari data 2008, yang mencatat 129 fasilitas akomodasi. Pangandaran, 2009; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).

Sementara itu, PHRI Kabupaten Pangandaran mempunyai 111 anggota di kawasan Pangandaran; yang terdiri dari 100 anggota di Pangandaran dan 11 anggota di Batukaras. Survey fasilitas akomodasi pada tahun 2011 berhasil mendata 173 fasilitas akomodasi di Pangandaran atau sekitar 73% lebih banyak dari data resmi saat ini.

Walaupun berdasarkan klasifikasi resmi hanya terdapat 2 jenis fasilitas akomodasi di Pangandaran, tetapi sesungguhnya akomodasi di Pangandaran sangat beragam. Jika ditinjau dari aspek kualitas kamar, fasilitas pendukung, pelayanan, dan pengelolaan; maka didapatkan beberapa klasifikasi akomodasi; yaitu:

1. Klasifikasi 1, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau televisi, mempunyai fasilitas kolam renang, restoran, ruang pertemuan, dan lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan memberikan pelayanan makan pagi

2. Klasifikasi 2, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau televisi, mempunyai fasilitas salah satu atau dua dari kolam renang, restoran, ruang pertemuan, lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan memberikan pelayanan makan pagi.

3. Klasifikasi 3, dengan karakter: penginapan, sebagian kamar dilengkapi dengan AC dan televisi, sementara sebagian hanya dilengkapi dengan kipas angin dan televisi, hanya mempunyai fasilitas lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan tidak memberikan pelayanan apapun

4. Klasifikasi 4, dengan karakter: penginapan, kamar dilengkapi dengan kipas angin, sebagian kamar dilengkapi dengan kipas angin, tidak mempunyai fasilitas penunjang, dan tidak memberikan pelayanan apapun

5. Klasifikasi 5, dengan karakter rumah penduduk yang disewakan sebagian (kamar) atau seluruh unit rumah. Secara fisik, rumah-rumah ini seringkali tidak terlihat berbeda dengan rumah normal. Hanya saja, terdapat papan bertuliskan “Kosong” didepan rumah. Pada

musim ramai seperti lebaran dna tahun baru, hampir sebagian besar rumah penduduk di sekitar pantai Pangandaran menjelma menjadi klasifikasi ini. Berdasarkan jumlah unit usaha, akomodasi didominasi oleh hotel klasifikasi 4 dengan

jumlah 92 unit atau sekitar 53% dari seluruh hotel yang ditemukan; sekaligus menyediakan jumlah kamar terbanyak dibanding akomodasi lain (38.87%). Akan tetapi karena harga kamar yang jauh lebih murah; maka nilai bisnis untuk hotel-hotel klasifikasi 1 masih jauh lebih besar.

Total kapasitas kamar yang tersedia di Pangandaran cukup tinggi, yaitu 2979 unit kamar dari berbagai tipe. Sebagian besar terdiri dari kamar di hotel klasifikasi 4 dan klasifikasi 2. Interior dan kelengkapan kamar hotel di Pangandaran sebagian besar disesuaikan dengan minat wisatawan domestik atau wisatawan mancanegara.

Sebagian besar hotel di Pangandaran masih dimiliki oleh masyarakat lokal. Terlihat dari temuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pangandaran yaitu sekitar 31,79% dari pemilik hotel berasal dari masyarakat setempat. Jika pemilik hotel sekitar Pangandaran juga dianggap masyarakat lokal, maka kepemilikan hotel lokal adalah 47,98%; sementara kepemilikan non lokal adalah 52,02%.

2. Restoran

Fasilitas restoran di Pangandaran sangat memadai dan merupakan salah satu kekuatan destinasi ini. Dari hasil survey, tercatat setidaknya 57 unit restoran yang dapat melayani wisatawan. Jumlah ini diluar warung-warung makan sederhana yang lebih banyak melayani masyarakat setempat. Varian menu makanan yang ditawarkan pun cukup beragam, yaitu: menu Fasilitas restoran di Pangandaran sangat memadai dan merupakan salah satu kekuatan destinasi ini. Dari hasil survey, tercatat setidaknya 57 unit restoran yang dapat melayani wisatawan. Jumlah ini diluar warung-warung makan sederhana yang lebih banyak melayani masyarakat setempat. Varian menu makanan yang ditawarkan pun cukup beragam, yaitu: menu

Restoran menu makanan laut cukup mendominasi dan merupakan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. Harga makanan di Pangandaran pun cukup terjangkau. Untuk restoran yang paling baik rata-rata harga adalah Rp 50.000 – 70.000 per kepala (termasuk minum); sementara restoran-restoran yang lebih sederhana sekitar Rp 20.000 – 40.000 per kepala. Warung makan menawarkan makanan dengan kisaran harga Rp 10.000 – 20.000 per kepala.

Usaha Jasa makanan yang ada I Pangandaran berjumlah 57 restoran antara lain sate galunggung, karya bahari, tunas rejeki, UNI, lestari, laksana, kidang mas, kidang mas putra, dita, risma, sanyunan, sari melatih, berkah, mitra bahari, bitang timur, karya putra, yans, cibanjer, karya bahari 2, RM pananjung pantai timur, warung jambu bandra, bu surman, erlin, holiday, murasakhi, Mambo Jalan Jaga Lautan, Rasa Sayang, RM Chez Mama Resto, Mutya's, Sarimbit, RM 33, A & R, Holiday Ayam, Pak Jaja Jalan, Lonely Planet, Sunrise Bgs Resto, Kedai Ulin, Pujasera Nanjung, Christie, Rumah Makan Mina Bahari, Salero Mande, Sawargi, Bakso Cemplang, Zurqa, Sate Bundaran, Bamboo, Mungil, Jacko, Number One, Diam Cafe, Warung Nasi Butut, Mie Baso Podo Moro, Warung Ellis, Mas Yanto.

5.1.4 Ansilari

Ansilari adalah penyedia layanan kepada wisatawan. Adanya lembaga pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari daerah wisata apabila wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Hal yang termasuk ansilari yaitu pemandu wisata dan pelayanan kurir, agen periklanan, konsultan, pendidikan dan penyedia pelatihan dan koordinasi kegiatan oleh dewan kepariwisataan lokal.

1. Usaha Jasa Biro/Agen Perjalanan Wisata

Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun 1970-an, akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di kawasan ini. Biro perjalanan wisata nasional seringkali mengoperasikan tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama dengan biro perjalanan wisata lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara otodidak; sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil. Biro perjalanan wisata yang beroperasi di Pangandaran, yaitu: Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun 1970-an, akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di kawasan ini. Biro perjalanan wisata nasional seringkali mengoperasikan tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama dengan biro perjalanan wisata lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara otodidak; sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil. Biro perjalanan wisata yang beroperasi di Pangandaran, yaitu:

b. Dan’s Tourist Service and Money Changer BPW ini beralamat di jalan Kidang Pananjung dan ti dak berbadan hukum. Dan’s memliki

4 orang tenaga kerja. Selain melayani paket perjalanan Pangandaran dan sekitarnya; Dan’s juga memberikan jasa reservasi penerbangan, reservasi transport bus, dan penukaran mata uang asing.

c. Kangkareng Tour BPW ini beralamat di jalan Pamugaran dan tidak berbadan hukum. Hal ini karena dirinya mengkhususkan untuk menjual paket wisata alternatif di Pangandaran dan sekitarnya, seperti wisata sepeda, wisata tarian daerah, kelas memasak, adopsi karang, dan sebagainya.

2. Organisasi dan Asosiasi Pariwisata Kabupaten Pangandaran

a. Kompepar Kabupaten Pangandaran

Sebagai kabupaten yang memiliki potensi daya tarik wisata yang tersebar di sepuluh kecamatan, Kabupaten Pangandaran memiliki Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) yang mengelola beberapa kawasan wisata, diantaranya:

b. Kompepar Curug Bojong

Kompepar Curug Bojong merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola kawasan daya tarik wisata Curug Bojong yang terletak di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran. Adapun rencana pengembangan kawasan yang akan dilakukan oleh kompepar ini diantaranya:

1) Mengembangkan daya tarik wisata yang berakar pada alam dan budaya Jawa Barat, sehingga pengembangan pariwisata juga merupakan upaya pelestarian alam dan budaya, serta sekaligus pembangunan jati diri dan pemberdayaan masyarakat Jawa Barat.

2) Mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum budaya sunda, berupa rangkaian simpul-simpul aspek sejarah, alam, seni, dan budaya Jawa Barat.

3) Mengembangkan dan meng-enforce tema yang jelas di setiap simpul yang mengakar pada alam dan budaya sunda, sehingga membentuk suatu produk wisata yang spesifik, unik, khas Jawa Barat.

4) Memanfaatkan sumber daya tarik wisata provinsi sebagai gerbang pendorong/penarik wisatawan ke produk wisata yang dikembangkan di kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

5) Secara Keruangan, pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendorong perkembangan wilayah di seluruh Jawa Barat, khususnya ke wilayah-wilayah yang belum berkembang seperti, Jawa Barat bagian selatan dan Jawa Barat bagian timur.

Kemudian dari sisi kelembagaan Kompepar Curug Bojong ini juga memiliki strategi pengembangannya, yaitu:

1) Mengembangkan perangkat kelembagaan yang memungkinkan pengembangan pariwisata antar wilayah administrasi kota/kabupaten.

2) Peningkatan koordinasi dan konsolidasi antar lembaga pemerintah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, antar lembaga pemerintah dengan swasta, dan masyarakat dalam pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat.

3) Pengembangan lembaga pendidikan pariwisata sebagai pencetak sumber daya manusia pariwisata yang kompeten/berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pasar.

c. Kompepar Margacinta

Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Margacinta ini beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove, Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung Badud untuk jenis wisata alamnya. Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki potensi seni dan budaya berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung, Seni Degung, Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Margacinta ini beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove, Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung Badud untuk jenis wisata alamnya. Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki potensi seni dan budaya berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung, Seni Degung, Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah

1) Pembangunan TIC (Tourist Information Center),

2) Pembangunan gedung Padepokan Agung,

3) Pembangunan prasarana Desa Wisata dan Budaya (Akses),

4) Permodalan pengrajin/pengembangan ekonomi kreatif masyarakat pengrajin,

5) Pengembangan sarana dan prasarana atraksi wisata Cijulang Rafting,

6) Pembangunan homestay tradisional, dan

7) Pembangunan wahana atraksi wisata outbound. Di samping itu ada juga sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh stakeholders kepariwisataan

dengan menitik beratkan kepada pengunjung, sehingga mereka bisa merasa nyaman dan kembali berkunjung ke Desa Margacinta.

d. Kompepar Pangandaran

Kompepar Pangandaran merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata di kawasan Pantai Pangandaran. Kompepar Pangandaran ini terbentuk dengan tujuan sebagai berikut:

1) Meningkatkan peran serta pelaku usaha pariwisata dan masyarakat dalam menata pelayanan dan kebutuhan wisatawan di Objek dan Daya Tarik Wisata.

2) Meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.

3) Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berwisata.

4) Meningkatkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona bagi masyarakat di sekitar objek dan Daya Tarik Wisata.

5) Memanfaatkan dan meningkatkan potensi Objek Wisata dan peningkatan mutu pelayanan bagi wisatawan.

6) Menciptakan Pangandaran sebagai Daerah Tujuan Budaya dan Wisata andalan. Adapun sasaran dari pembentukan kompepar ini yaitu:

1) Tumbuhnya sadar wisata di kalangan masyarakat sehingga timbul rasa memiliki, rasa turut bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata.

2) Tumbuhnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan meningkatkan kesadaran pengusaha jasa usaha pariwisata untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung dan atau wisatawan.

3) Tersedianya sarana dan prasarana kepariwisataan yang memadai sesuai dengan upaya peningkatan kegiatan kepariwisataan.

4) Terciptanya citra kepariwisataan yang serasi dengan lingkungan.

5) Terpeliharanya kebersihan dan ketertiban dalam rangka pelestarian lingkungan.

6) Meningkatnya pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat serta memperluas kesempatan kerja.

7) Peningkatan arus kunjungan wisatawan.

8) Adanya hubungan timbal balik antara pihak Pembina dan yang dibina sehingga diharapkan terciptanya hubungan yang harmonis.

e. PHRI

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau sering di singkat PHRI, adalah sebuah himpunan yang beranggotakan Hotel - Hotel, Penginapan, Restoran ataupun Rumah Makan yang memiliki Visi dan Misi yang sama. Adapun Visi dan Misi PHRI sebagai berikut:

VISI:

1) Bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia hanya dapat dicapai dengan mengisi pembangunan nasional di segala bidang kehidupan dan berkesinambungan.

2) Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang meliputi juga pembangunan pariwisata, dan hanya dapat diwujudkan dengan peran aktif para pelakunya termasuk badan usaha, perhotelan, restoran, jasa pangan, lembaga pendidikan pariwisata serta jasa boga yang bersatu dalam satu wadah.

MISI:

Beragam misi penting diemban PHRI sebagai organisasi yang memayungi anggota- anggotanya yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga serta lembaga pendidikan pariwisata, diantaranya mengembangkan potensi anggota, bimbingan, konsultasi, penggalangan kerja sama & solidaritas, memberikan perlindungan, promosi dalam & luar negeri, serta penelitian, perencanaan pengembangan usaha. Adapun misi- misinya sebagai berikut:

1) Membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.

2) Turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional.

3) Membantu dan membina para anggota, memberikan perlindungan, menerima masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta lembaga pendidikan pariwisata.

4) Menggalang kerja sama dan solidaritas sesama anggota dan seluruh unsur serta potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.

5) Berperan aktif dalam kegiatan promosi di dalam dan diluar negeri, untuk meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.

6) Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha.

7) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai asosiasi profesi bidang hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.

Dengan jumlah hotel yang terdaftar sebanyak 188 hotel di Kabupaten Pangandaran, PHRI berusaha untuk selalu menjaga kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga kerja pariwisata di Kabupaten Pangandaran.

f. ASITA

Untuk organisasi terkait dengan agen atau biro perjalanan atau yang dikenal dengan ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) di Kabupaten Pangandaran sendiri berdasarkan pada hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa di Kabupaten Pangandaran belum ada organisasi ASITA, agen dan biro perjalanan yang ada di Kabupaten ini.

g. HPI

Himpunan Pramuwisata Pangandaran merupakan organisasi yang mewadahi para pramuwisata di Kabupaten Pangandaran. Kepengurusan HPI Pangandaran sendiri sudah terbentuk sejak tahun 1990-an. hingga saat ini keanggotaan HPI Pangandaran berjumlah 58 orang anggota aktif. Pihak HPI sangat terbuka kepada siapa saja, terutama masyarakat Pangandaran yang ingin bergabung dengan organisasi ini. Walaupun terbuka kepada siapa saja, tetapi pihak HPI sendiri memiliki regulasi/aturan yang menjadi acuan bagi mereka yang ingin bergabung. Berikut beberapa syarat yang diberikan oleh pihak HPI bagi masyarakat yang ingin bergabung di organisasi ini.

1) Harus mengikuti pelatihan yang diadakan selam 14 hari dengan materi guiding. Dimana para calon peserta akan diberi pelatihan mengenai bagai mana cara memandu tamu, memberikan pelayanan kepada tamu dengan mempresentasikan setiap daya tarik atau atraksi wisata di dalam sebuah kawasan. Sehingga wisatawan yang menjadi tamu bagi pemandu dapat mendapatkan pengalaman yang menarik pada saat mereka melakukan aktivitas wisata.

2) Kemudian yang kedua adalah harus menguasai salah satu bahasa asing baik itu Bahasa Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa Perancis, Bahasa German, Maupun Mandarin. Hal tersebut untuk mempermudah penyampaian informasi kepada wisatawan yang dipandu oleh anggota HPI.

3) Dan harus memiliki KTA Nasional.

h. Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran ( OP3 )

Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran adalah organisasi yang menghimpun para pelaku perahu wisata yang berada di Kawasan Pantai Barat Pangandaran. Sedikitnya ada lima kelompok yang tergabung dalam OP3 yang mempunyai anggota sekitar 40 perahu pesiar per kelompok. OP3 sendiri mengatur mengenai standar keamanan bagi para pelaku usaha perahu pesiar untuk menjaga keamanan para wisatawan yang menggunakan jasa mereka. Adapun standar yang ditetapkan sebagai berikut:

1) Maksimal penumpang perahu pesiar adalah 10 (sepuluh) orang

2) Setiap Penumpang diwajibkan menggunakan pelampung (life jacket)

3) Penetapan denda sebesar Rp. 500,000 kepada pelaku perahu wisata yang melanggar aturan keselamatan

OP3 sendiri menetapkan uang kas kepada anggotanya sebesar Rp. 10,000 per minggu untuk kegiatan anggota dan asuransi kecelakaan. HPP adalah Himpunan Pengrajin Pangandaran. Himpunan ini dikelola oleh warga masyarakat Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Para pengrajin ini membuat kerajinan dengan bahan baku dari laut, seperti pasir, kerang, dan lain sebagainya. Adapun hiasan yang diambil dari hewan laut seperti kuda laut yang sudah diawetkan, lobster yang sudah diawetkan, ikan buntal yang sudah diawetkan, penyu yang sudah diawetkan. Selain menghimpun para pengrajin di Kabupaten Pangandaran, HPP sendiri mempunyai kegiatan rutin operasi kebersihan (opsih) yang dilakukan setiap hari jumat di kawasan Pantai Timur dan Pantai Barat Pangandaran.

i. Organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan pariwisata lainnya

Selain organisasi dan himpunan yang skala kepengurusannya sudah hingga tingkat nasional seperti PHRI dan HPI, Kabupaten Pangandaran juga memiliki organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan terkait dengan pariwisata lainnya, diantaranya:

1) Organisasi Pemotret Wisata Pangandaran (OPWP)

2) Pengusaha Bugie dan Ban Renang Pangandaran (PPBRP)

3) Himpunan Pengemudi Pariwisata Pangandaran (HPPP)

4) Kelompok Sewaan Sepeda Wisata Pangandaran (KSSWP)

5) Himpunan Pengrajin Pangandaran (HPP)

6) Himpunan Pedagang Aksesoris dan Tatto ( HPAT )

7) Himpunan Pedagang Asongan

j. Kelompok/himpunan pengelola Desawisata

1) BUMDES Desa Kertayasa antara lain dalam pengelolaan Desa wisata Kertayasa dan body rafting Guha Bau

2) Kelompok pemuda pengelola body rafting Santirah di Desa Selasari

Sumber: Dokumentasi Tim, 2016

Gambar 5. 2 Body Rafting di Desa Kertayasa dan Desa Selasari

5.1.3 Analisis SWOT Sektor Pariwisata

Sebagai dasar pertimbangan investasi sektor pariwisata di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya maka diperlukan analisis terkait kondisi pariwisata di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Analisis tersebut dapat dilihat dari analisis SWOT berikut ini.

Tabel 5. 7 Analisis SWOT Pariwisata

• Pangandaran sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata

Weakness

• Hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik • Sadar wisata masyarakat masih rendah • Pantai kecamatan Pangandaran sudah dalam keadaan jenuh • Atraksi seni dan budaya masih sangat terbatas • Kondisi aksesibilitas rendah. • Tidak meratanya sebaran wisatawan di pusat pertumbuahn

Pangandaran Raya.

Opportunity

• Pangandaran memiliki kesempatan untuk dibangun bandara, pelabuhan kereta api Jalan nasional lintas pantai selatan, • Terdapat beberapa tempat wisata alam yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata dan satuan kawasan wisata • Memiliki lapangan pacuan kuda Cimerak

Threat

• Struktur dan karakteristik pantai Pangandaran memiliki kemiripan

sebagaimana pantai – pantai lain di Indonesia.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

5.2 Kelautan dan Perikanan

Sebagai salah satu daerah otonom baru, Pangandaran Raya yang merupakan wilayah Kabupaten Pangandaran memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hingga tahun 2015, jumlah penduduk di Pangandaran Raya mencapai 205.883 jiwa. Adapun gamb aran pertumbuhan penduduk di Pangandaran Raya dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5. 8 Jumlah Penduduk Pangandaran Raya 2011-2015 Jumlah Penduduk

No Kecamatan

Sumber: Hasil analisis 2014

Berdasarkan data pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu sebesar 29.36% yang diikuti oleh Sidamulih sebagai Berdasarkan data pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu sebesar 29.36% yang diikuti oleh Sidamulih sebagai

Cijulang Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang

Sumber: Hasil Analisis 2014

Gambar 5. 3 Presentase Penduduk Pangandaran Raya Per Kecamatan Tahun 2015

Struktur geografis Pangandaran Raya yang merupakan wilayah pesisir dan pantai membuat banyak masyarakat memilih profesi sebagai nelayan. Berdasarkan aplikasi ke nelayan, jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran Per 30 Agustus 2016 adalah 4.411 orang. Adapun jumlah nelayan di wilayah Pangandaran Raya mencapai 4.141 orang per tahun 2015.

Tabel 5. 9 Proyeksi Jumlah Penduduk Pangandaran Raya

Tahun

No

Kecamatan

1 Cijulang

2 Parigi

3 Sidamulih

4 Pangandaran

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari data jumlah nelayan di Kabupaten Pangandaran, kita dapat melihat bahwa 93% nelayan berada di kawasan Pangandaran Raya. Hal ini menjadi pertimbangan penting untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan di kawasan tersebut terutama Kecamatan Pangandaran dengan masyarakat berprofesi nelayan terbanyak. Lebih dari 50% nelayan berasal dari kecamatan Pangandaran.

Tabel 5. 10 Jumlah Nelayan di Pangandaran Raya Per Tahun 2015

Sumber: Ciamis dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014 dan Hasil analisis 2014

Hingga saat ini, para nelayan di daerah Pangandaran Raya mampu menghasilkan jumlah produksi yang besar meskipun dengan menggunakan peralatan penangkapan yang minim dan belum berteknologi canggih. Sebagian besar nelayan menggunakan mesin motor tempel 2 GT untuk menangkap ikan karena biaya operasional yang dibutuhkan lebih terjangkau dibandingkan dengan penggunaan kapal yang berkapasitas lebih besar. Adapun jumlah armada penangkapan ikan yang ada di daerah Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.11.

Dalam rangka menganalisis potensi yang ada di kawasan Pangandaran Raya dalam sektor kelautan dan perikanan, kita perlu melihat nilai dan hasil produksi existing terlebih dahulu. Jumlah dan nilai produksi dari sektor kelautan dan perikanan dibagi menjadi 2 sub bab yaitu nilai dari hasil tangkapan di laut dan budidaya.

Tabel 5. 11 Jumlah Perahu, Motor Tempel dan Kapal Motor Per Kecamatan Tahun 2014-2015

No Kecamatan Armada Penangkapan Ikan Tahun 2015 < 5 GT

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

5.2.1 Tangkapan

Nilai produksi ikan terbanyak dari hasil tangkapan tahun 2015 berada di wilayah Kecamatan Pangandaran. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, penangkapan hasil laut di kecamatan Pangandaran mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 1,881,080.40 kg menjadi 1,447,556.00 kg karena pengaruh kekeringan yang terjadi pada tahun tersebut. Namun, secara nilai keseluruhan hasil penangkapan ikan di Pangandaran Raya mengalami peningkatan.

Tabel 5. 12 Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Tempat PeIelangan Ikan

Kecamatan

TAHUN 2015 Volume (Kg) Nilai (Juta Rp.) Volume (Kg)

TAHUN 2014

Nilai (Juta Rp.) Cijulang

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Penangkapan hasil perikanan laut menjadi primadona di wilayah Pangandaran Raya dengan kecamatan Pangandaran sebagai daerah penghasil perikanan laut terbanyak. Adapun produk ikan unggulan di kawasan Pangandaran Raya adalah udang, kakap merah, kakap putih, kerapu, cucut, bawal hitam, bawal putih, tenggiri, layur dan tongkol. Dari ke 10 produk unggulan penangkapan di laut, jumlah produksi terbanyak adalah ikan layur mencapai 691.46 ton. Ikan layur menjadi ikan yang jumlah produksinya terbanyak dari tahun 2007 hingga tahun

2015 kecuali pada tahun 2013. Pada tahun 2013, udang menjadi produk dengan jumlah produksi tangkapan terbanyak di kawasan Pangandaran Raya hingga 674.35 ton. Untuk rincian data yang lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 5.13

Tabel 5. 13 Jumlah Produksi Unggulan Penangkapan di laut di Kab.Pangandaran Tahun 2007 – 2015

No Jenis Ikan

Tahun (Ton)

9.21 23.89 15.77 14.62 12.89 6.27 14.63 10.28 Merah 3 Kerapu

2.91 10.54 7.08 8.67 7.64 5.21 12.92 6.64 4 Kakap

10.05 21.42 15.08 10.96 11.86 6.50 13.31 17.43 Putih 5 Cucut

7.95 8.91 21.08 4.22 5.38 5.56 7.88 4.1 6 Bawal

35.37 30.47 33.45 7.14 4.22 5.58 5.16 1.54 Hitam 7 Bawal

62.16 65.31 32.29 4.80 2.59 77.86 109.89 33.52 Putih 8 Tenggiri

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

LAPORAN AKHIR

Pada tahun 2015, udang menjadi produk hasil tangkapan laut terbanyak kedua setelah ikan layur. Adapun jumlah produksi udang adalah sekitar 54% lebih banyak apabila dibandingkan dengan hasil tangkapan ikan layur. Untuk data yang lebih jelas mengenai hasil tangkapan di laut pada tahun 2015 dapat kita lihat pada gambar 5.3.

60

50

40

30

20

10

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Gambar 5. 4 Grafik Jumlah Produksi Unggulan Penangkapan di laut

di Kab. Pangandaran Tahun 2015

5.2.2 Budidaya

Selain dari hasil tangkapan laut, produksi ikan juga diperoleh dari hasil budidaya seperti tambak dan kolam. Tabel 5.14 menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan terbanyak dengan tambak dan kolam adalah masing-masing di Kecamatan Cijulang dan Parigi sebesar 366.74 ton dan 419.36 ton. Sedangkan produksi ikan dari sawah hanya dihasilkan dari Kecamatan Cijulang sebanyak 3.62 ton. Peta sebaran produksi kelautan Pangandaran Raya dapat dilihat pada Gambar 5.6

Gambar 5. 5 Peta Sebaran Produksi Kelautan Pangandaran Raya

Tabel 5.14 menyajikan jumlah produksi ikan menurut tempat pemeliharaan pada tahun 2014 di Pangandaran Raya.

Tabel 5. 14 Jumlah Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan Pada Tahun 2014

Kecamatan

Tempat Pemeliharaan ( Ton )

Perikanan

Tambak

Kolam

Sawah

Laut

3.62 Parigi

Cijulang

- Sidamulih

Pangandaran

94.35 - Kalipucang

- Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Kawasan Pangandaran Raya belum memiliki budidaya perikanan laut. Budidaya yang saat ini berjalan adalah budidaya air tawar dan budidaya air payau. Budidaya air tawar meliputi beberapa jenis ikan seperti ikan mas, tawes, nila, gurame, udang galah, patin dan jenis ikan lain. Jumlah produksi ikan terbanyak dalam budidaya air tawar pada tahun 2015 adalah ikan nila dengan nilai 225 juta. Rincian lebih jelas dari nilai produksi ikan budidaya air tawar dapat dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5. 15 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Pada Tahun 2015

No

Jenis Ikan

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1 Ikan Mas

5 Udang Galah

7 Ikan Lainnya

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Produksi ikan nila mencapai 34.88% dari total hasil produksi budidaya air tawar. Adapun jumlah produksi budidaya air tawar terbanyak kedua adalah ikan gurame sebanyak 31.01% dari total produksi. Adapun persentase gambaran jumlah produksi ikan pada budidaya air tawar dapat dilihat pada gambar 5.5.

Ikan Mas

Gurame Udang Galah Patin

Tawes

Nila

Lainnya

Sumber : Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Gambar 5. 6 Persentase Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Pada Tahun 2015

Berbeda dengan budidaya air tawar yang terdiri dari berbagai jenis ikan, budidaya air payau saat ini hanya dilakukan pada udang vaname. Nilai produksi ikan udang vaname pada tahun 2015 mencapai 6 miliar rupiah. Adapun jumlah dan nilai produksi ikan budidaya air payau dapat dilihat pada tabel 5.16.

Tabel 5. 16 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Payau Pada Tahun 2015

No

Jenis Ikan

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1 Udang Vaname

Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

Berdasarkan Rencana Induk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, luas lahan yang cocok dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya adalah seluas 41.497 hektare. Sedangkan hingga tahun 2015, luas areal tempat penangkapan yang digunakan untuk budidaya seperti Berdasarkan Rencana Induk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, luas lahan yang cocok dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya adalah seluas 41.497 hektare. Sedangkan hingga tahun 2015, luas areal tempat penangkapan yang digunakan untuk budidaya seperti

Tabel 5. 17 Luas Areal Tempat Penangkapan Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Areal Tempat Pemeliharaan

Tambak (Ha)

Kolam (Ha)

Minapadi (Ha)

Kolam Air Deras (unit)

Sumbe : Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran

5.2.3 Analisis SWOT Sektor Kelautan dan Perikanan

Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternative investasi yang maksimal. Analisis SWOT untuk bidang kelautan dan perikanan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut.

Tabel 5. 18 Analisis SWOT Bidang Kelautan dan Perikanan

Strength

1. Terdapat himpunan profesi nelayan yang solid

2. Koordinasi yang baik antara himpunan nelayan, lembaga masyarakat dan pemerintahan setempat

3. Masa transisi memungkinkan pemerintah lebih mudah mengambil kebijakan

Weakness

1. Pengadaan armada penangkapan kapal > 30 GT dapat mengurangi produksi hasil tangkapan rumah tangga perikanan nelayan kecil

2. Pangkalan Pendaratan Ikan belum optimal sehingga pendaratan ikan belum maksimal

Opportunity

1. Belum terdapat budidaya perikanan laut

2. Perikanan budidaya darat belum banyak dikembangkan

3. Pengembangan hasil tangkapan ikan bernilai ekonomis tinggi seperti bawal putih dan produk ikan layur untuk komersial ekspor

4. Pengembangan perikanan tangkap dengan armada 5 GT dan 10 GT (perairan lepas pantai)

5. Budidaya Ikan Sidat

6. Penangkapan ikan pelagis besar (tuna, cakalang)

7. Konservasi Penyu

8. Pengolahan ikan masih terbatas pada ikan asin sehingga memungkinkan untuk diversifikasi produk

Threat

1. Musim kemarau sangat mempengaruhi produktivitas

2. Pengadaan armada penangkapan kapal > 30 GT dapat menimbulkan konflik karena mengurangi produksi hasil tangkapan rumah tangga perikanan para nelayan kecil

3. Pengadaan armada kapal lebih dari 10 GT membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi atau kurang terjangkau oleh para nelayan

Sumber: Hasil Analisis, 2016

5.3 Agrobisnis Kabupaten Pangandaran

Sektor Agribisnis di Kabupaten Pangandaran menjadi salah satu penggerak roda perekonomian, cakupan sektor Agrobisnis ini meliputi Pertanian tanaman pangan, Perikanan Air Tawar, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan.

5.3.1 Pertanian Tanaman Pangan

Selain potensi pariwisata ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Luas sawah di Kabupaten Ciamis berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis pada Tahun 2012 tercatat 51.903 Ha dan 26 persen ada di Kabupaten Pangandaran atau sekitar 13 ribu Ha dengan sawah irigasi dan tadah hujan.

Tabel 5. 19 Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Pangandaran

Kondisi Sektor Pertanian

Luas Sawah (ha)

16.376 Luas Perkebunan (ha)

40.247 Luas Kehutanan [*kesesuaian land cover terhadap rencana KL Hutan] (ha)

Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pangandaran

Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor pertanian. Luas Panen padi sawah dan padi ladang di seluruh Kecamatan yang ada di Pangandaran Raya berjumlah 13.323 hektare. Dari keseluruhan jumlah tersebut kecamatan yang paling banyak memproduksi padi sawah maupun padi ladang yaitu Kecamatan Parigi, dengan jumlah produksi sebanyak 27.260 ton dengan luas panen 4.290 Ha. Sedangkan, kecamatan yang jumlah produksinya paling sedikit adalah Kecamatan Kalipucang dengan hasil produksi sebanyak 11.609 ton dengan luas panen 1.900 Ha. Untuk melihat data yang lebih rinci mengenai luas panen dan produksi panen di setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.20.

Tabel 5. 20 Luas Panen dan Produksi Padi (Padi Sawah dan Padi Ladang) Menurut Kecamatan Di Pangandaran Raya Tahun 2013

No Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Total Pangandaran Raya

Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014 Produksi padi di atas terbagi kedalam komoditas pertanian dan ternak yang juga tersebar

pada setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya. Adapun komoditas tersebut diantaranya kayu sengon, karet, kelapa, dan keledai untuk komoditas pertanian, sedangkan untuk komoditas pada setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya. Adapun komoditas tersebut diantaranya kayu sengon, karet, kelapa, dan keledai untuk komoditas pertanian, sedangkan untuk komoditas

Tabel 5. 21 Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Komoditas di Kecamatan di Pangandaran Raya

No. Kecamatan

Komoditas Pertanian

Ternak

Jumlah

Kayu Sengon,

Karet, Kelapa

Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015

Berdasarkan tabel 5.20 terlihat bahwa jumlah kelompok tani di Pangandaran Raya berjumlah 182 kelompok dan mayoritas adalah kelompok tani dengan jenis komoditas pertanian Kayu Sengon, Karet, Kelapa dengan jumlah 65 kelompok, sedangkan jumlah kelompok tani paling sedikit yaitu dengan komoditas sapi yang berjumlah 20 kelompok.

Berdasarkan jumlah pada setiap kecamatan, kelompok tani paling banyak terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Parigi yaitu dengan jumlah 45 kelompok. Sedangkan, kecamatan yang paling sedikit memiliki kelompok tani adalah Kecamatan Cijulang, yaitu dengan jumlah 24 kelompok.

5.3.2 Perkebunan

Lahan panen tanaman budidaya yang ada di Pangandaran Raya pada data Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan tahun 2015 didominasi oleh jenis tanaman kelapa, dimana luas lahan panen tanaman kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92 Ha. Dari jumlah luas lahan tersebut yang menjadi lokasi terluas berdasarkan kecamatan adalah Kecamatan Parigi yang memiliki luas 5.019,12 Ha.

Tabel 5. 22 Lokasi dan Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Salak, Karet, Kelapa, Kacang Tanah, Kedelai di Pangandaran Raya

NO Lokasi

Luas Lahan (Ha)

Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 5. 7 Sebaran Tanaman Pangan kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

Penentuan rencana kebutuhan untuk investasi produk unggulan perlu didahului analisis existing yang menunjukkan produktivitas masing-masing produk. Produktivitas tanaman padi, palawija dan perkebunan di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2012-2013 menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan satu sama lain. Gambaran tingkat produktivitas tanaman padi, palawija dan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut.

Tabel 5. 23 Produktivitas Tanaman Padi, Palawija, dan Perkebunan di Growth Center

Kabupaten Pangandaran Tahun 2012-2013

Kecamat Jenis Tanaman

Produksi Produkti Luas Produks Produk Produk Palawija/

tivitas tivitas

(Ton) n

Perkebunan

(Ha)

(Ton/Ha)

(Ton)

(Ton/H (%)

(Ha)

a)

Padi Sawah 2.808 21.916,91 7,81 Padi

65 83.297 1,28 Ladang/Gogo

Jagung

Ubi kayu

Cijulang Ubi Jalar

25 162,7 6,51 Kacang Tanah

18 20,6 1,14 Kacang Kedelai

45 47,15 1,05 Kacang Hijau

Padi Sawah

476,00 4,76 (1,04) Ladang/Gogo

Ubi kayu

59 660,90 11,20 (52,32) Ubi Jalar

21 142,5 67,9 269,4 Kacang Tanah

Kacang Kedelai

66 0,6 Kacang Hijau

Padi Sawah

365 3,65 Ladang/Gogo

Ubi kayu

55 369,5 6,72 0,75 Sidamuli Kacang Tanah

Ubi Jalar

50 50,75 1,02 (7,27) Kacang Hijau

h Kacang Kedelai

Pisang Kelapa

butir/ha

butir butir/h btr/ha

Padi Sawah Padi

Ladang/Gogo

Jagung

Ubi kayu Pangand

aran Ubi Jalar

Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau

Pisang Kelapa

Padi Sawah

765 3,4 Ladang/Gogo

44 426,8 9,7 Kalipuca Ubi Jalar

Ubi kayu

Kacang Tanah

8 10,16 1,27 Kacang Kedelai

87,5 0,7 Kacang Hijau

Pisang Kelapa

butir/ha

butir butir/h

kering Kakao

kering Cengkeh

Sumber: BPS, 2014

Berdasarkan Tabel 5.24 tanaman budidaya kelapa memiliki luas lahan tanaman budidaya yang paling besar. Luas lahan panen tanaman budidaya kelapa yang terbesar berada di Kecamatan Parigi. Sedangkan lahan panen tanaman budidaya kelapa yang paling besar berada di Kecamatan Parigi.

Tabel 5. 24 Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Karet, Kelapa, Kedelai di Growth Center Kabupaten Pangandaran Tahun 2015

NO Lokasi

Luas Lahan (Ha)

Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025

Adapun jumlah produksi tanaman budidaya di Kabupaten Pangandaran mengalami pertumbuhan dan penurunan setiap tahunnya, terlihat pada tahun 2014 jumlah produksi menurun drastis dengan persentase 99,9%, tetapi pada tahun 2015 jumlah produksi mengalami kenaikan sebesar 2,1 %.

Tabel 5. 25 Produksi Tanaman Budidaya di Kabupaten Pangandaran No. Jenis Komoditas

Produksi (TON)

1. Kayu Sengon

5. Kacang Tanah

Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025

5.3.3 Peternakan

Jumlah ternak di Kabupaten Pangandaran dari tahun 2013 hingga tahun 2015 terus mengalami pertumbuhan, baik untuk jenis ternak domba maupun sapi. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini bahwa jumlah ternak domba dan sapi mengalami pertumbuhan hampir tiap tahun. Adapun jumlah ternak domba tertinggi pada tahun 2015 berada di Kecamatan Sidamulih dengan jumlah ternak sebanyak 7.303 ekor. Sedangkan untuk ternak sapi, kecamatan yang paling mendominasi adalah Kecamatan Cijulang yaitu dengan jumlah ternak sebanyak 4.186 ekor.

Tabel 5. 26 Jumlah Ternak di Pangandaran Raya

No. Kecamatan

Domba (Ekor)

Sapi (Ekor)

Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015

Selain ternak domba dan sapi terdapat pula ternak unggas yang terdapat di Kabupaten Pangandaran. Adapun jenis unggas yang diternakkan oleh penduduk Kabupaten Pangandaran terdiri dari ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Berdasarkan jenis unggas tersebut mayoritas unggas yang terdapat di Pangandaran Raya adalah jenis ayam buras yang pada data tahun 2013 jumlahnya mencapai 319.034 ekor. Sedangkan unggas dengan jenis itik hanya berjumlah 21.879 ekor atau menjadi jenis unggas yang paling sedikit di Pangandaran Raya.

Tabel 5. 27 Jumlah Unggas Menurut Jenisnya dan Kecamatan Tahun 2013

No Kecamatan

Ayam

Ayam Ras

Ayam Ras Itik

21879 Pangandaran Raya

Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 5. 8 Sebaran Jumlah Ternak Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

5.3.4 Kehutanan

Berdasarkan Data Utama Kabupaten Pangandaran tahun 2014 luas hutan Kabupaten Pangandaran tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Pangandaran (Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur, Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28 Ha yang tersebar di Kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas Berdasarkan Data Utama Kabupaten Pangandaran tahun 2014 luas hutan Kabupaten Pangandaran tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Pangandaran (Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur, Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28 Ha yang tersebar di Kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas

Tabel 5. 28 Luas Hutan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013

No

Kecamatan

Luas (Ha)

Total Pangandaran Raya

Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014

Selain hutan rakyat terdapat pula kawasan pelestarian alam yang terdapat di Kabupaten Pangandaran. Adapun nama dari kawasan pelestarian alam tersebut adalah Taman Wisata Alam Pangandaran yang memiliki luas 34.321 Ha dengan panjang batas 2.834,69 Km yang memiliki tipe ekosistem hutan pantai.

Tabel 5. 29 Luas Kawasan Pelestarian Alam di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013

Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014

Selain memiliki potensi sumber daya alam laut dan pantai, Wilayah Pangandaran Raya juga memiliki potensi sumber daya alam yang berasal dari hutan rakyat. Salah satu produksi dari hutan rakyat diantaranya kayu. Berdasarkan pada data dalam tabel di bawah terlihat bahwa

jumlah produksi kayu pada tahun 2013 mencapai 79.075.528 m 3 yang terdiri dari jenis kayu mahoni, jati, ricam, dan albasia. Dari keempat jenis kayu tersebut yang paling tinggi produksinya jumlah produksi kayu pada tahun 2013 mencapai 79.075.528 m 3 yang terdiri dari jenis kayu mahoni, jati, ricam, dan albasia. Dari keempat jenis kayu tersebut yang paling tinggi produksinya

memiliki total produksi kayu paling rendah yaitu sebesar 3.293.616 m 3 .

Tabel 5. 30 Produksi Kayu dari Areal Hutan Rakyat di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013

No. Kecamatan

Jenis Kayu (m 3 )

Albasia Total

Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014

5.3.5 Analisis SWOT Sektor Agrobisnis

Investasi merupakan motor pertumbuhan ekonomi, yang sekaligus menjadi motor modernisasi pertanian. Dalam kajian investasi sektor agrobisnis ini akan dilihat dari kondisi, prospek dan arah pengembangan agrobisnis, sebagai informasi bagi para pemangku kepentingan tentang peluang investasi dari hulu hingga hilir dari sektor agribisnis maupun aktivitas bisnis penunjangnya.

Untuk melihat investasi agrobisnis di kawasan pertumbuhan Pangandaran raya maka akan dilihat dari analisis SWOT pada Tabel 3.10

Tabel 5. 31 Analisis SWOT Agrobisnis

• Agribisnis di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya komoditas terbesar dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu; 1) Tanaman pangan (Padi, Kayu, Sengon, dan Kelapa, 2) Peternakan yaitu Domba, dan Sapi

• Semua Komoditas Agribisnis terdapat di seluruh kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran raya dengan produksi yang sangat luas dan merata hal ini terlihat dari jumlah kelompok tani semua komoditas yang ada di semua kecamatan.

• Untuk Tanaman Pangan Komoditas Tanaman Kelapa mempunyai jumlah dan produksi yang sangat dominan dimana luas lahan panen Tanaman Kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92

Ha. • Untuk peternakan, komoditas yang dominan adalah domba dan sapi dengan tren pertumbuhan yang selalu naik terbukti dari jumlah ternak dari tahun 2013 sampai 2015 yang selalu naik signifikan.

Weakness

• Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak pada lemahnya keterkaitan antar sub-sistem. Apa yang terjadi di lapangan adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri.

• Masih minimnya SMK Pertanian Terpadu, sehingga kurangnya tenaga dan kapasitas SDM pertanian menjadi kendala karena terbatasnya penduduk usia muda yang mau terjun ke sektor pertanian, apalagi dengan pemahaman pertanian modern di sekitar Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.

• Sebagian besar skala usaha pertanian yang dilakukan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya masih belum optimal seperti halnya untuk pertanian tanaman pangan dimana pengadaan sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan lainnya masih minim.

• Dalam bidang peternakan belum adanya laboratorium kesehatan hewan khususnya dalam memberikan pelayanan laboratorium dan diagnosa penyakit hewan secara benar dan akurat sesuai standar nasional.

• Meningkatnya jumlah ternak yang signifikan belum diikuti dengan adanya pabrik pakan yang bisa menyuplai kebutuhan pakan ternak di Pusat pertumbuhan pangandaran raya terutama pakan untuk peternakan sapi.

Opportunity

• Beberapa komoditas Agribisnis yang ada di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya seperti Kelapa mempunyai potensi pasar yang sangat luas dengan turunan pengolahan yang sangat beragam

• Sebagai komoditas pangan terbesar di Pangandaran Raya, kelapa bisa menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dll); proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas penunjangnya (keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dll).

• Daya saing produk kelapa di Pangandaran Raya potensi saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, dimana nilai tambah dalam negeri yang potensial pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi baik untuk usaha kecil, menengah, maupun besar. Pada gilirannya industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.

• Kelapa sebagai komoditas unggulan agrobisnis di Pangandaran Raya mempunyai potensi yang besar dimana permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang meningkat. Sebagai contoh, pangsa pasar Kelapa parut Indonesia terhadap ekspor dunia cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi pada hasil olahan lain.

• Dalam sektor peternakan potensi terbesar adalah pada Peternakan Sapi dimana saat ini kebutuhan daging sapi di Indonesia yang terus menerus meningkat dan belum terpenuhi secara optimal

• Wilayah Pangandaran dengan luasan perkebunan yang sangat luas mempunyai potensi untuk pengembangan peternakan Sapi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.

• Mengacu kepada karakteristik usaha ternak sapi dan kondisi riil yang dihadapi, maka strategi yang dinilai tepat adalah mendorong peran swasta, tetapi tetap memberi peran dan keterlibatan masyarakat peternak.

• Meningkatnya jumlah ternak yang signifikan dari tahun ke tahun memerlukan fasilitas kandang dengan kapasitas besar di masa yang akan datang sehingga peternakan bisa lebih luas.

Threat

• Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk usaha tani masih banyak menemui kendala seperti penyediaan kredit modal untuk intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan; pembinaan teknis dan kelembagaan produksi; penyediaan informasi teknologi dan pasar; peningkatan status hukum atas kepemilikan lahan usaha; dan pengembangan infrastruktur.

• Dukungan kebijakan industri pengolahan saat ini belum banyak membantu antara lain penyederhanaan birokrasi perizinan usaha dan investasi; pembukaan akses pembiayaan dengan pemberian skim kredit khusus untuk berbagai skala usaha; promosi kegiatan penelitian dan pengembangan komoditas kelapa dalam pengolahan dan pemasaran.

Sumber : Hasil Analisis, 2016

5.4 Agroindustri

Sebagaimana umumnya pertanian yang berada di pesisir daerah tropis, Pangandaran Raya juga dipenuhi oleh beragam usaha penduduk dalam mengolah hasil pertanian setempat. Tabel

5.31 merupakan pengolahan hasil pertanian (produksi) yang ada di Pangandaran Raya tepatnya di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Parigi, Pangandaran, dan Kalipucang. Gambar 5.8 disajikan peta sebaran Agroindustri Pangandaran Raya.

Tabel 5. 32 Rekapitulasi Jumlah Agroindustri di Pangandaran Raya No

Jenis

Kecamatan

Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang

1 Olahan Minyak Sawit

2 Olahan Minyak Kelapa

3 Olahan Minyak VCO

4 Kopra

5 Tepung Tapioka

6 Roti Sopia

7 Gula Kelapa

8 Nata De Coco

9 Pengolahan Kelapa

10 Ikan Asin

11 Pembekuan Ikan/Udang

12 Udang Beku

13 Udang dan Ikan Asin

14 Industri Tempe

15 Industri Tahu

16 Kembang Tahu

17 Industri Kecap

No Jenis

Kecamatan

Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang

18 Industri Kerupuk

19 Kerupuk Singkong

20 Makanan Ringan

25 Sale Pisang

26 Kue

27 Kue Lapis

28 Kue Kering

29 Rengginang

30 Aneka Kue

31 Kue Kaldu

32 Telor Asin

33 Sekoteng

34 Opak Singkong

4 --

35 Cimpring Singkong

36 Kerupuk Selondok

37 Kerupuk Ikan

38 Semprong

39 Opak Bolu

44 Kue Basah

47 Kripik Pisang

48 Terasi

49 Opak Bakar

50 Opak Oven

51 Mie Jepang

52 Air Minum Isi Ulang

53 Jamu Godok

54 Industri Es Balok

55 Minuman Limun

56 Es Sitrun

No Jenis

Kecamatan

Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang

57 Industri Gula Merah

59 Penggergajian Kayu

47 25 141

22 39

60 Industri Meubel

14 2

61 Industri Ijuk

10

62 Industri Sapu Ijuk

67 Meubel/Ukiran Kayu

68 Pengolahan Sabut Kelapa

69 Pengrajin Sabut Kelapa

70 Pabrik Sabut Kelapa

71 Tambang Batu

72 Industri Batako

73 Pemasok dan Jasa

74 Anyaman Sapu Lidi

75 Anyaman Bambu

76 Anyaman

77 Sangkar Burung

80 Kusen Cor

Sumber: Rakor Pangandaran, 2016

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 5. 9 Peta Sebaran Agroindustri Pangandaran Raya

5.4.1 Industri Makanan dan Minuman

Usaha makanan dan minuman yang tersedia di Kabupaten Pangandaran berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Perindagkop dan UMKM pada tahun 2013 berjumlah 97unit yang terdiri dari jenis rumah makan, restoran, kafe, dan kantin. Adapun lokasi usaha tersebut tersebar di 6 (enam) kecamatan yang ada, diantaranya di Kecamatan Pangandaran, Padaherang, Mangunjaya,

Sidamulih, Kalipucang, dan Cijulang. Dari keenam kecamatan tersebut yang paling banyak terdapat jasa usaha makanan dan minuman yaitu Kecamatan Pangandaran dengan mayoritas usaha rumah makan yang berjumlah 39 unit.

Tabel 5. 33 Jumlah dan Jenis Usaha Makanan dan Minuman di Kab. Pangandaran Th. 2013

No Jenis Usaha Makanan dan Minuman

Kecamatan

Pangandaran Padaherang Mangunjaya Sidamulih Kalipucang Cijulang

1 Rumah Makan 39 1 0 0 0 11 2 Restoran

Jumlah 61 10 3 5 7 11 Total

Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025

1. Industri Rumahan Jus Honje Bu ooy

Merupakan sebuah industri rumahan yang dimiliki oleh Ibu Hj. Ooy memproduksi jus honje, dikarenakan sulitnya pasokan buah honje membuat pengunjung yang datang ke tempat ini sementara ini belum dapat menyaksikan dan ikut mengolah buah honje hingga akhirnya menjadi jus honje, melainkan baru hanya dapat membeli jus honje yang memiliki berbagai macam khasiat untuk kesehatan.

Berada di daerah Desa Mangunjaya, tempat ini digerakkan oleh ibu-ibu PKK yang terwadahi oleh koperasi serba usaha. Tempat ini memiliki letak koordinat S7 29.684 E108 41.966. Seluruh bentuk pengelolaan masih dengan metode tradisional guna mempertahankan kealamian dari jus honje tersebut namun rumah produksi jus honje Bu Ooy ini masih banyak sekali memiliki kekurangan dikarenakan promosi, fasilitas pendukung kegiatan pariwisata masih belum tersedia serta tempat ini juga harus dilakukan penataan ulang.

Jus Honje Bu Ooy (Honjeku)

Kondisi Lingkungan 3,13

Daya Tarik dan Aktivitas Informasi DTW Wisata

Sarana dan Fasilitas Dukungan Masyarakat 3,93 Wisata

Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025

Gambar 5. 10 Daya Tarik Wisata Kuliner Jus Honje

Daya tarik wisata Kuliner Jus Honje memiliki bobot nilai tertinggi pada aspek kondisi prasarana yaitu dengan bobot nilai 4,09, sedangkan untuk bobot nilai terendah berada pada aspek sarana dan fasilitas yang memiliki bobot nilai 1,50. Dimana dengan perolehan bobot nilai tersebut terlihat bahwa daya tarik wisata Kuliner Jus Honje dari aspek prasarana sudah baik, tetapi masih perlu dilakukan pembangunan terhadap sarana dan fasilitas wisata untuk menunjang aktivitas wisata di kawasan ini. Namun, pengembangan agroindustri honje masih menghadapi kendala sangat mendasar yakni, sangat sulit dalam membudidayakan honje tersebut. Oleh karena itu perlu bantuan riset dan pengembangan untuk pembudidayaan honje bahan juice tersebut.

2. Pengolahan Keripik pisang Tabel 5. 34 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Keripik Pisang di Growth Center

Kabupaten Pangandaran

Jumlah Jumlah

Biaya Rata-

Rata-Rata

Daerah Kecamatan

Jumlah

Rata-Rata

Rata Produksi Penjualan

(per hr/kg)

(per

(per hr/kg) hr/kg)

Kalipucang

5.426 Dalam Negeri Cijulang

5.426 Rp 28.800.000

104 Dalam Negeri Parigi

Rp 1.950.000

664 Dalam Negeri Pangandaran

83 664 Rp 12.450.000

- Sidamulih

Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016

3. Pengolahan Kopra Tabel 5. 35 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Kopra di Growth Center Kabupaten

Biaya Rata-

Jumlah

Daerah

Pemasaran Kecamatan

(per hr/kg)

(per hr/kg)

(per hr/kg)

Kalipucang

1.200 Dalam Cijulang Negeri

2 1.200 Rp 5.900.000

600 Dalam Parigi Negeri

1 600 Rp 2.950.000

500 Dalam Pangandaran Negeri

1 500 Rp 2.500.000

Sidamulih

Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016

4. Gula Kelapa Tabel 5. 36 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Gula Kelapa di Growth Center

Kabupaten Pangandaran

Jumlah

Jumlah

Biaya Rata-

Jumlah

Daerah

Pemasaran Kecamatan

Industri

Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata

Produksi

(per hr/kg)

Penjualan

(per hr/kg)

(per hr/kg)

5.426 Dalam Kalipucang Negeri

104 Dalam Cijulang Negeri

Rp 1.950.000

664 Dalam Parigi Negeri

Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016

5. Pengolahan Ikan Asin Tabel 5. 37 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Ikan Asin di Growth Center

Kabupaten Pangandaran

Jumlah

Daerah Industri

Jumlah

Biaya Rata-

Jumlah

Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata Pemasaran Kecamatan

Produksi

(per hr/kg)

Penjualan

(per hr/kg)

(per hr/kg)

Kalipucang

350 Dalam Cijulang Negeri

Rp 17.500.000

240 Dalam Parigi Negeri

Rp 7.700.000

840 Dalam Pangandaran Negeri

28 840 Rp 26.700.000

Sidamulih

Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016

6. Pengolahan Pembekuan Ikan/Udang Tabel 5. 38 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Pembekuan Ikan/Udang di Growth

Center Kabupaten Pangandaran

Jumlah

Jumlah

Biaya Rata-

Jumlah

Daerah

Pemasaran Kecamatan

Industri

Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata

Produksi

(per hr/kg)

Penjualan

(per hr/kg)

(per hr/kg)

1.500 Dalam Pangandaran

4 1.500 Rp 225.150.000

Daerah/Luar Negeri

Sidamulih

Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016

5.4.2 Industri Penggergajian Kayu

Industri penggergajian kayu merupakan salah satu industri yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di wilayah Pangandaran Raya. Pada tahun 2013 hasil hutan di wilayah Pangandaran Raya terdiri dari beberapa jenis kayu yaitu kayu albazia dengan jumlah produksi mencapai 104.962, 915 M, kayu mahoni dengan jumlah produksi mencapai 17.436 M, kayu jati dengan jumlah produksi 11.264,790 M dan jenis kayu lainnya dengan jumlah produksi 5.442, 716 M. Sementara itu jumlah hutan yang memproduksi kayu juga cukup besar yaitu mencapai 27.269, 47 Ha. Kondisi ini cukup menunjang untuk pengembangan industri penggergajian kayu. Menurut humas Sekretariat daerah Kabupaten Pangandaran, industri penggergajian kayu merupakan salah satu industri yang cukup menonjol nilai investasinya, namun masih kurang berkembang di Kabupaten Pangandaran .

5.4.3 Analisis SWOT Sektor Agroindustri

Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternatif Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternatif

Tabel 5. 39 Analisis SWOT Agroindustri

1. Pangandaran Raya termasuk kedalam rencana pengembangan sektor agroindustri wilayah jawa barat bagian selatan tahun 2010-2035.

2. Tanaman kelapa, padi dan pisang menjadi komoditas andalan yang dapat diolah menjadi berbagai varian produk.

3. Hasil tangkapan laut yang melimpah dapat dijadikan aneka produk olahan.

Weaknes

1. Kurangnya kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil pertanian dan perikanan.

2. Tidak memiliki gastronomi (makanan khas Pangandaran)

3. Kondisi terkini aksesibilitas masih rendah.

4. Adanya keterbatasan IPTEK untuk mengolah hasil pertanian.

Opportunity

1. Pangadaran banyak dikunjungi oleh wisatawan sehingga produk agroindustri berpeluang dibeli oleh wisatawan.

2. Target pemerintah dalam melakukan akselerasi sektor pariwisata membuka peluang bagi berkembangan industri hasil olahan makanan dan minuman.

3. Pangandaran memiliki kesempatan untuk dibangun Bandara, Pelabuhan, Rel Kereta Api dan Jalan Nasional.

4. Perkembangan teknologi dapat membuka peluang pasar yang semakin luas.

5. Semakin terbukanya pasar global

Threat

1. Agroindustri yang ada di pangandaran merupakan hasil yang umum diproduksi oleh daerah lain di pesisir.

2. Alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan ke bentuk pembangunan properti.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

---agisu---

BAB 6 RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA

Bab 6 ini menyajikan rencana kebutuhan investasi untuk setiap sektor yang dielaborasi. Berkenaan dengan penyusunan rencana investasi tersebut, digunakan asumsi umum untuk semua sektor, dan asumsi dasar untuk setiap sektor yang berbeda-beda. Berikut ini asumsi umum yang dijadikan dasar dalam perencanaan investasi:

1. Menjadikan grand design Pembangunan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat sebagai acuan dalam membuat rencana kebutuhan investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (Bappeda, 2014)

2. Menggunakan Renip (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (Bappeda, 2016)

3. Kondisi sosial budaya, ekonomi dan politik stabil

4. Tanpa adanya gangguan bencana alam

5. Semua fasilitas transportasi darat, laut dan udara telah terbangun (Renip Pangandaran Raya, 2016)

a. Bandara Nusawiru sudah dapat digunakan untuk pesawat berbadan lebar

b. Pelabuhan Nusawiru sudah menjadi Pelabuhan Samudera dan sudah dapat digunakan

c. Pelabuhan Bojongsalawe sudah dapat digunakan

d. Reaktivasi transportasi kereta api dari banjar ke Cijulang

e. Jalan darat pantai selatan menjadi jalan nasional lintas pantai selatan

6. Perhitungan rencana kebutuhan investasi tidak didasarkan pada hasil feasibility study bisnis yang bersangkutan

6.1 Kepariwisataan

Investasi pada sektor Kepariwisataan mempunyai potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Tren perkembangan wisata yang akan datang adalah sustainable tourism. Pada Tabel 6.1 disajikan rencana kebutuhan investasi sektor pariwisata

Tabel 6. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata

Su mber: Hasil Analisis, 2016

No Komponen

Keterangan Kepariwisataan

Investasi (Juta Rp)

1 Atraksi Wisata

Wisata alam Masyarakat Desa Kertayasa

Body rafting, camping

Desa

Setempat

ground, off road, cross

Kertayasa

country, flying fox, dll.

Wisata alam Masyarakat Desa Selasari

Body rafting, camping

Desa

Setempat

ground, off road, cross

Selasari

country, flying fox, dll

Wisata Seni Masyarakat Pangandaran

Pelatihan, costume,

promosi, dll.

@1M)

Wisata

Masyarakat Pangandaran

Diving, climbing,

hiking, parasailing, kite

Khusus

festival, banana boat, snorkeling, dll.

2 Aksesibilitas

Bis khusus Swasta

bis*2.7M)

Masyarakat Desa kertayasa

Masing – masing

Homestay

lokal

dan Selasari

daerah wisata didirikan

20 unit eco-homestay yang dirancang dengan arsitektur adat.

sentra

Masyarakat Pangandaran

Setiap kecamatan

didirikan satu sentra

(Food and

kuliner untuk memacu

community) Convention swasta

Kecamatan

Kapasitas 1000 orang:

Hall

Cijulang

Lahan, gedung (MICE) (bangunan)

Hotel dekat dengan

Pengelolaan pemerintah Pangandaran

Penyediaan fasilitas

kepariwisat

Raya (5 kec) perkantoran, pelatihan,

aan

6.2 Kelautan dan Perikanan

Investasi sektor kelautan dan perikanan meliputi investasi untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan laut dan juga budidaya. Budidaya selain ikan laut cocok dilakukan di Kecamatan Sidamulih. Sedangkan budidaya perikanan hasil laut cocok dilakukan di Kecamatan Pangandaran dan Cijulang. Disamping itu, investasi ini juga mempertimbangkan kondisi, lokasi dan sarana prasarana untuk pengembangan aktivitas bisnis penunjangnya. Nilai investasi untuk sektor kelautan dan perikanan akan disajikan dalam tabel 6.2.

Tabel 6. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan

Nilai Aktor

No Jenis Investasi

investasi (juta Rp)

Berdasarkan hasil Apung ( KJA )

1 Keramba Jaring

digunakan untuk 10

untuk

orang nelayan maka

pembibitan

Kecamatan Pangandaran

atau budidaya

dengan jumlah nelayan

ikan laut di

2395 jiwa membutuhkan

perairan yang

240 KJA. Harga KJA

tenang/tahan

modern yaitu 325

ombak)

juta/unit.

2 Pengadaan sarana Pemerintah

85 Sarana prasarana prasarana produksi

Kecamatan

dibutuhkan untuk perikanan (tempat

Cijulang, Parigi,

melengkapi 5 TPI. Harga ikan, blong, cool

Sidamulih,

Pangandaran,

sarpras produksi

box) dan Kecamatan

perikanan per TPI adalah

Kalipucang

5 juta untuk tempat ikan dan 6 juta untuk blong. Selain itu, dibutuhkan 30 coolbox dengan kapasitas

1 kuintal dengan total 30 juta

untuk semua kecamatan.

(asumsi produksi ikan terbanyak hampir 3000 ton)

3 Armada kapal 10 Pemerintah

Armada kapal GT

diperuntukkan bagi

(mempertimba

nelayan dalam KUB.

ngkan

lokasi

Terdapat 13 KUB di

pelabuhan)

Kecamatan Pangandaran yang berarti asumsi untuk kecamatan lain bahwa 1 KUB dikelola oleh hampir 200 nelayan maka jumlah 4.101 nelayan (dikurangi oleh Kecamatan Sidamulih yang lebih cocok untuk budidaya) dibagi 200 adalah 21 KUB. Harga satuan kapal 10 GT adalah 735 juta

4 Armada kapal 30 Pemerintah

Pengelolaan kapal 30 GT GT

diperuntukkan bagi 30

(mempertimba

orang nelayan/unit.

ngkan

lokasi

Jumlah nelayan di pelabuhan) Pangandaran

Raya adalah

4.141 orang. Sehingga

dibutuhkan 139 kapal. Harga satuan kapal adalah 1,5 miliar rupiah.

5 Pembangunan atau Swasta

Persyaratan Tempat renovasi Tempat

Kecamatan

Pelelangan Ikan diatur Pelelangan Ikan

Cijulang, Parigi,

Pangandaran

dalam No.

dan Kecamatan

KEP.01/MEN/2007 Kalipucang (DKP 2007). Anggaran untuk tempat pelelangan ikan yaitu sebesar 100 miliar.

Gambar diatas adalah contoh

tempat pelelangan

ikan di Tsukiji Market di Jepang

6 Pabrik es curah

Jumlah produksi es yang

Cijulang,

telah ditetapkan adalah

Pangandaran,

maksimal 10 ton/hari.

Kecamatan

Harga analisis usaha per

Sidamulih,

unit adalah 1,5 Miliar

Kalipucang,

(Alumniaps.com) dikali

Parigi

dengan 5 kecamatan.

7 Mesin Potong Ikan Swasta

Kecamatan

Harga mesin otomatis

Cijulang, Parigi,

untuk potong ikan

Pangandaran

adalah sekitar 4000 US

dan Kecamatan

(Alibaba.com). Asumsi

Kalipucang

nilai

tukar rupiah terhadap dolar adalah 13.000.

Mesin ini Digunakan untuk 5 TPI. Berikut adalah contoh mesin potong ikan di Tsukiji Market, Jepang.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

6.3 Agrobisnis

Dalam investasi Agribisnis terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam pengembangan agribisnis yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis SWOT maka pengembangan investasi di bidang agribisnis akan dijabarkan melalui berbagai aspek seperti jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih lengkap akan dijabarkan dalam Tabel 6.3.

Tabel 6. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agribisnis Nilai

Tahun No Jenis Investasi

(juta Rp)

A. Tanaman Pangan

1 Pengadaan

Pemerinta Kecamatan

pengadaan sarana tahun (bibit,

sarana produksi h Cijulang,

pestisida, dll) Sidamulih,

pertanian antara

Pangandara

lain terdiri dari

makanan ternak,

Kalipucang

pupuk

, obat pemberantas hama

dan

penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat- penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-

B. Peterna kan

1 Pembangunan

Meliputi sarana 2018 laboratorium

Pemerinta Kecamatan

dan prasarana kesehatan

h Cijulang

Bangunan Utama hewan,

atau

Kecamatan

dan Penunjang

Parigi

seperti Laboratorium- laboratorium, Ruang Sterilisasi, Ruang data, Ruang Staf, Mushala, Ruang Parkir dan sebagainya.

2 Pabrik Pakan

&Bangunan: Rp.

adalah yang

7.0 M

berdekatan

3. Mesin: Rp.

dengan

8.5 M

sentra usaha

Rp. 4.7 M (Bahan

sentra bahan baku utama, selain

itu

aksesibilitas lokasi serta kondisi lingkungan sekitar Pabrik menjadi pertimbanga aksesibilitas lokasi serta kondisi lingkungan sekitar Pabrik menjadi pertimbanga

yang memenuhi aspek

ini

adalah

Kecamatan Cijulang

3 Penyediaan sapi Swasta

Jenis Sapi Limosin 2018 /tiap calon

Kecamatan

200 x 20 juta tahun dengan

induk

Cijulang,

(ekor) = 4 miliar kapasitas

ekor/tahun

Pangandara

(Jenis Sapi

n, dan

Limosin)

Kecamatan Kalipucang

4 Fasilitas

Asumsi kandang 2018, 2019, kandang

seluas 100 m2 2020 dengan

Cijulang,

atau berukuran kapasitas 1000

Kecamatan

10m, ekor

Sidamulih

10m

jumlah sapi ideal atau

paling banyak mencapai

25 ekor (4m 2 x 25 ekor = 100m 2 )

Sumber : Hasil Analisis, 2016

6.4 Agroindustri

Dalam investasi Agroindustri terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam pengembangan agroindustri yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis SWOT maka pengembangan investasi di bidang agroindustri akan dijabarkan melalui berbagai aspek seperti jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih lengkap akan dijabarkan dalam Tabel 6.4.

Tabel 6. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri

Nilai Aktor

No Jenis Investasi

investasi (juta Rp)

A. Industri Pengolahan Kelapa

1 Produksi Minyak

7.986 1. Perizinan Rp 300.000 Kelapa VCO

Masyarakat Kecamatan

Setempat

Cijulang,

2. Lahan dan Bangunan

3. Peralatan dan Mesin

Kecamatan

Produksi Rp

Kalipucang

109.570.000 @3 Paket Rp 328.710.000

Perizinan Rp Minuman Sari

Masyarakat Kecamatan

3.300.000 Kelapa Nata De

2. Lahan dan Bangunan

Coco Parigi,

1 Ha. Rp 7 M

Kecamatan

3. Peralatan dan Mesin

Kalipucang

Produksi Rp 224.570.000 @3 Paket Rp 673.710.000

@3 Kecamatan

Rp 2.021.130.000

21.597 1. Perizinan : Rp. Semut

3 Produksi Gula

Masyarakat Kecamatan

Setempat Cijulang,

3.300.000 Jt.

Kecamatan

2. Investasi Tanah

Parigi,

(1Ha) &Bangunan: Rp.

Kecamatan

7.0 M. satu paket mesin

Kalipucang

produksi terdiri dari: mesin/alat

pencacah gula merah-gula aren, mesin pemasak gula semut, oven, mesin penepung,

mesin pengayak seharga Rp.

66 Jt. (diasumsikan untuk setiap kegiatan produksi memerlukan masing-masing 3 unit 66 Jt. (diasumsikan untuk setiap kegiatan produksi memerlukan masing-masing 3 unit

4 Produksi Coco

Perizinan Rp Vinegar

Masyarakat Kecamatan

Setempat Cijulang,

Kecamatan

2. lahan dan bangunan 1

3. Peralatan produksi ;

Kalipucang

Nampan plastik 5000 pcs @Rp5000, Drum plastik (200 lt) 100 buah @Rp2.000.000, Jerigen plastik

100 buah @Rp300.000,

Ember plastik (50 lt) 50 pcs @Rp200.000, botol sirup (630ml)

1000 buah @Rp2.500, Timbangan 1000 gram 5 buah @Rp100.000, Rak 50 buah @Rp350.000

1 Produksi Sale Masyarakat Kecamatan 1.380 Meliputi pelatihan dan Pisang

Setempat

Cijulang,

pengembangan SDM,

Kecamatan

sarana dan prasarana

Parigi,

bangunan pabrik, serta

Kecamatan

peralatan dan mesin

Kalipucang

produksi

132 Waring, Keranjang, Pengolahan Ikan Setempat

2 Industri

Masyarakat Kecamatan

Terpal, Timbangan, Kering

Pangandaran,

Parigi

Sekop, Plastik, Bak dan Karung Rp 3.307.476. diasumsikan satu kecamatan terdapat 20 Home Industry.

Sumber: Hasil Analisis 2016

6 .5 Sektor Pendukung Lainnya

Sektor pendukung merpakan sektor penunjang dan sektor yang mendukung segala investasi dari keempat sektor yaitu meliputi sektor pariwisata, perikanan dan kelautan, Sektor pendukung merpakan sektor penunjang dan sektor yang mendukung segala investasi dari keempat sektor yaitu meliputi sektor pariwisata, perikanan dan kelautan,

Nilai Aktor

No Jenis Investasi

investasi (juta Rp)

Pendidikan

1 Pembangunan

1.600 Jurusan meliputi SMK terpadu dan

Pemerintah

Kecamatan

pariwisata, perikanan, Politeknik

parigi/

Kecamatan

kelautan dan pertanian

sidamulih/ Kecamatan Kalipucang

Transportasi

1 Pelebaran

7.500 Ruas Jalan Kabupaten yang tidak sesuai

jalan Pemerintah

Pusat

Pertumbuhan

dengan kelas dan

Moda pada rute

Pangandaran

yang dibutuhkan

Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang

3 Reaktivasi

150.000 Banjar-Cijulang (83 km) kereta

jalur Pemerintah

Pusat

Pertumbuhan Pangandaran Raya

Runway Nusawiru

Nusawiru menjadi pelabuhan samudera

6 Pembangunan

Pemerintah

Jalur Cileunyi-

jalan tol

Nagreg-

Tasikmalaya- Ciamis-Banjar

Jaringan Utilitas

1 Pengembangan

700.000 Penambahan kapasitas, ketenagalistrikan

penyaluran listrik,

Pangandaran

pembangunan prasarana

Raya

listrik tenaga angin arus bawah laut, penerangan jalan umum

1.422 Pemisahan limbah, sanitasi

perbaikan dan perawatan lingkungan

Pertumbuhan

Pangandaran

saluran, penyediaan

Raya

sumur resapan, penyediaan unit pengolahan tinja

3 Pengelolaan

10.000 Penyediaan lahan TPS3R, sampah terpadu

container, bak sampah,

Pangandaran

sosialisasi teknologi

Raya

pengelolaan sampah

4 Penyediaan

700.550,5 Distribusi air bersih, bersih

air Pemerintah

Pusat

Pertumbuhan

Pembangunan waduk &

pembangunan SPAM, baik penampungan dan kran umum

5 Pengembangan

30.000 Penempatan menara jaringan

Pemerintah

Pusat

bersama, pembangunan komunikasi

Pertumbuhan

Pangandaran

jaringan fiber optik,

Raya

fasilitas komunikasi umum,

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 6. 1 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Pariwisata

LAPORAN AKHIR

161

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 6. 2 Pemetaan Pertumbuhan Pangadaran Raya Sektor Kelautan dan Perikanan LAPORAN AKHIR

162

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 6. 3 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Agrobisnis LAPORAN AKHIR

163

Sumber: Hasil Analisis 2016

Gambar 6. 4 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Agroindustri LAPORAN AKHIR

BAB 7 MATRIKS KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA

Sektor yang dikaji dalam hal kebutuhan investasi meliputi 4 sektor yakni kepariwisataan, kelautan dan perikanan, agrobisnis, agroindustri yang terletak di 5 kecamatan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Kelima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan dimaksud adalah Cijulang, Parigi, Pangandaran, Kalipucang, dan Sidamulih.

Dalam sektor pariwisata, kebutuhan investasi berdasar pada komponen pariwisata meliputi atraksi wisata, aksesibilitas, ansilari dan amenity. Untuk sektor kelautan dan perikanan rencana investasi yang dibutuhkan meliputi keramba jaring apung, tempat ikan, blong, cool box, armada kapal, pembangunan/renovasi tempat pelelangan ikan, pabrik es curah dan mesin potong ikan. Sektor agrobisnis membutuhkan investasi pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dll), laboratorium kesehatan hewan, pabrik pakan, penyedia sapi calon induk dengan kapasitas 200 ekor/tahun dan fasilitas kandang dengan kapasitas 1000 ekor. Sektor terakhir adalah sektor agroindustri dimana sektor ini membutuhkan investasi dalam hal industri pengolahan kelapa dan industri pengolahan pisang.

Untuk lebih rinci mengenai tempat perencanaan investasi, tahun rencana, prospek investor, strategi dan total investasi dapat dilihat pada tabel 7.1 sampai dengan tabel 7.5.

7.1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata

Tabel 7.1 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor pariwisata.

Tabel 7. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata INVESTOR TOTAL KOMPON

E g G INVEST EN

T NO

g h li

g PARIWIS aran d 8 9 0 1 can 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 tah n

ASI

RA T (Juta ATA

DESA KERTAYA SA

Body

a Rafting

c Off Road 

 Cross

Country  

e Flying Fox 

LAPORAN AKHIR

INVESTOR TOTAL KOMPON

g G INVEST EN

k T NO PARIWIS

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 T (Juta

c Off Road

e Flying Fox

a Khusus

Wisata      

3 Ameniti Eco

Homestay     20,000 Centra

Kuliner       5,000 Convention

LAPORAN AKHIR

INVESTOR TOTAL KOMPON

G INVEST EN

k T NO PARIWIS

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 T (Juta

Pengelolaa n Kepariwisa taan

a (Penyediaa      

10,000 n fasilitas perkantora n, dan pelatihan)

Sumber: Hasil Analisis, 2016

LAPORAN AKHIR

7.2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan

Tabel 7.2 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor kelautan dan perikanan.

Tabel 7. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan

I TOTAL

INVESTOR

h g KOMPONEN E G g INVEST

ASI O

li u

g aran d can

T (Juta

II Kelautan

Keramba Jaring

Apung

78,000 Tempat Ikan,

2 Blong, Cool Box

85 Armada Kapal 10

15,435 Armada Kapal 30

GT Pembangunan/Re

5 novasi Tempat

500,00 Pelelangan Ikan

6 Pabrik Es Curah

7 Mesin Potong Ikan       

Sumber: Hasil Analisis, 2016

LAPORAN AKHIR

7.3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agrobisnis

Tabel 7.3 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor agrobisnis.

Tabel 7. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agrobisnis

I TOTAL

INVESTOR

g E G INVEST KOMPONEN

k T NO

g h li

i g aran

S T (Juta

I Agrobisnis

Pengadaan Sarana

1 Produksi (bibit,

2,000 pupuk, pestisida dll) Laboratorium

10,000 Kesehatan Hewan

3 Pabrik Pakan

20,500 Penyedia Sapi calon Induk Dengan

Ekor/Tahun Fasilitas Kandang

5 Dengan Kapasitas

Sumber: Hasil Analisis, 2016

LAPORAN AKHIR

7.4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri

Tabel 7.4 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor agroindutri.

Tabel 7. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri PROSPEK

KECAMATAN

TAHUN

I TOTAL

INVESTOR

g INVEST KOMPONEN

g aran

T (Juta

V Agroindustri

Industri

1 Pengolahan Kelapa Produksi

a Minyak Kelapa

 7,986 VCO Produksi Minuman Sari

 9,024 Kelapa Nata De

Coco Produksi Gula

Produksi Coco

LAPORAN AKHIR

I TOTAL

INVESTOR

G KOMPONEN

h g E g INVEST

k T PARIWISATA

li

NO i g aran

a Produksi Sale

b Pengolahan

 132 Ikan Kering

Sumber: Hasil Analisis, 2016

LAPORAN AKHIR

7.5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya

Tabel 7.5 adalah rekapitulasi matriks pencana kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya untuk setiap kecamatan dalam setiap sektor masing-masing.

Tabel 7. 5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya INVESTOR TOTAL

INVEST JENIS

E (Juta

T RA S Komponen

1 Atraksi Wisata DESA KERTAYASA

a Body Rafting

b camping Ground

c Off Road 5,500   

d Cross Country

e Flying Fox

DESA SELASARI

a Body Rafting

b camping Ground

c Off Road

d Cross Country

LAPORAN AKHIR

INVESTOR TOTAL

INVEST JENIS

li

tah k

NO KOMPONEN

g d aran

E (Juta

e Flying Fox

a Bus Khusus Wisata 135,000       

3 Ameniti

a Eco Homestay

b Centra Kuliner

c Convention Hall

d Hotel Bintang 5

4 Ansileri Pengelolaan Kepariwisataan

a (Penyediaan fasilitas        10,000 perkantoran, dan pelatihan)

Komponen Sektor Kelautan dan

Perikanan

Keramba Jaring

Apung

 78,000 Tempat Ikan, Blong,

2 Cool Box

LAPORAN AKHIR

INVESTOR TOTAL INVEST JENIS

ASI KOMPONEN

u li

NO i g aran

T E (Juta

Armada Kapal 10

GT

 15,435 Armada Kapal 30

208,500 Pembangunan/Ren

5 ovasi Tempat

Pelelangan Ikan 500,000

6 Pabrik Es Curah

7 Mesin Potong Ikan

Kompone n sektor

Agrobisni s

Pengadaan Sarana

1 Produksi (bibit,

 2,000 pupk, pestisida dll)

Laboratorium

 10,000 Kesehatan Hewan

3 Pabrik Pakan

20,500 Penyedia Sapi calon

Induk Dengan

4,000 Kapasitas 200

Ekor/Tahun

LAPORAN AKHIR

INVESTOR TOTAL

NO i u g aran

E G ju (Juta

Fasilitas Kandang

2,000 1000 ekor

5 Dengan Kapasitas

Komponen Sektor Agroindustri

Industri Pengolahan

1 Kelapa

Produksi Minyak

 7,986 Kelapa VCO

Produksi Minuman

b Sari Kelapa Nata De 

 9,024 Coco Produksi Gula

Produksi Coco

Industri Pengolahan

2  Pisang

a Produksi Sale

 132 Kering Sumber: Hasil Analisis, 201

b Pengolahan Ikan

LAPORAN AKHIR

BAB 8 KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT RENCANA INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA

8.1 Kesimpulan

Secara umum kondisi 4 sektor yang dielaborasi yakni 1) kepariwisataan, 2) kelautan dan perikanan, 3) agrobisnis, serta 4) agroindustri di 5 kecamatan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya memasuki siklus awal pengenalan atau “introduksi” investasi. Kelima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan dimaksud adalah 1) Cijulang, 2) Parigi, 3) Pangandaran, 4) Kalipucang, dan 5) Sidamulih. Berikut ini kesimpulan gambaran kondisi investasi terkini dan rencana investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya:

1. Kondisi 4 sektor strategis terkini di Pangandaran Raya:

a. Kepariwisataan di Pangandaran Raya telah memiliki komponen kepariwisataan baik atraksi wisata, aksesibilitas, ameniti maupun ansilari khususnya untuk wisatawan domestik. Keseluruhan komponen tersebut masih sangat terbatas untuk menyambut kedatangan wisatawan mancanegara. Kepariwisataan telah menjadi tumpuan kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Atraksi wisata yang jadi andalan adalah pariwisata pantai, sungai, dan panorama alam pedesaan. Pangandaran Raya masih memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata lokal, domestik dan mancanegara. Namun demikian, perlu penataan fasilitas yang telah tersedia, dan perlu pengembangan potensi yang ada.

b. Agrobisnis yang menjadi pencaharian masyarakat adalah bercocok tanaman rakyat sebagaimana umumnya di daerah pesisir (tipikal). Pertanian rakyat yang dijalankan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, peternakan dan perikanan masyarakat setempat, namun sebagian besar masih bersifat subsisten (gurem).

c. Kelautan dan perikanan yang menjadi andalan masyarakat setempat adalah ikan laut tangkapan dan tambak, serta perikanan air tawar milik penduduk setempat. Budidaya c. Kelautan dan perikanan yang menjadi andalan masyarakat setempat adalah ikan laut tangkapan dan tambak, serta perikanan air tawar milik penduduk setempat. Budidaya

d. Agrobisnis yang menjadi unggulan di Pangandaran Raya adalah hasil budidaya kelapa, padi dan pisang. Budidaya dan hasil tanaman tersebut merupakan produk yang serupa dan tipikal untuk daerah pesisir sebagaimana dihasilkan daerah lainnya di Indonesia sebagai negara tropis. Budidaya produk pertanian dikembangkan oleh masyarakat lokal dan masih bersifat budidaya subsisten (gurem).

e. Agroindustri yang jadi pencaharian masyarakat berupa pengolahan hasil pertanian setempat dan masih berskala kecil;

f. Agroindustri yang jadi andalan penduduk lokal adalah pengolahan hasil pertanian dari kelapa, pisang dan padi untuk makanan dan minuman. Skala usaha di Pangandaran Raya tersebut masih berupa industri rumahan (home industry). Namun demikian produk- produk yang dihasilkan tersebut bukan berupa gastronomi (makanan khas daerah setempat). Penduduk di Pangandaran Raya juga mengolah produk aneka industri rumahan.

2. Mengacu pada RENIP (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (2016) bahwa, Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya titik sentralnya adalah di Kecamatan Cijulang. Berdasarkan pemetaan pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan primer untuk pariwisata membentang sepanjang pantai di Pangandaran Raya. Adapun pusat pertumbuhan sekunder menyebar hingga ke ujung Pusat Pertumbuhan di tiap kecamatan di Pangandaran Raya. Demikian pula untuk sektor kelautan dan perikanan berpusat dari sepanjang pantai sebagaimana dalam kepariwisataan. Berbeda dengan sektor agrobisnis dan agroindustri, pusat pertumbuhan primer berada membentang di ujung daerah kecamatan di Pangandaran Raya, seterusnya disusul oleh pertumbuhan sekunder dan tersier, hingga mencapai bentangan pantai di Pangandaran Raya. Polarisasi pertumbuhan akan menyebar dari 5 kecamatan di Pangandaran Raya ke daerah lain di sekitarnya.

3. Rencana Investasi di Pangandaran Raya yang potensial dikembangkan sebagai berikut: 3. Rencana Investasi di Pangandaran Raya yang potensial dikembangkan sebagai berikut:

i. Pengembangan investasi kepariwisataan adalah kepariwisataan yang terpadu dan terintegrasi serta berkelanjutan berkelas dunia. Pengembangan kepariwisataan tersebut berbasis pada kolaborasi sebagaimana dalam Penta Helix Model yang dalam implikasinya dapat dikembangkan menjadi Hexa Helix Model.

ii. Rencana investasi untuk atraksi wisata yang jadi unggulan adalah wisata alam laut dan alam pedesaan. Wisata kelautan yang dikembangkan secara terintegrasi dengan pengembangan budidaya ikan laut dan wisata pantai. Adapun investasi untuk wisata alam dan budaya pedesaan adalah berupa pengembangan Desa wisata. Ada 2 desa wisata yang memasuki siklus introduksi yakni di Desa wisata Kertayasa dan Selasari. Beberapa potensi wisata alam lainnya yang masih dapat dikembangkan di antaranya goa, panorama dan alam pegunungan. Basis investasi tersebut dapat dikonsentrasikan kepada masyarakat lokal.

iii. Rencana investasi untuk aksesibilitas yang sangat berperan penting bagi kepariwisataan adalah peningkatan kapasitas Bandara Nusawiru, reaktivasi jalur Kereta Api dari Banjar ke Cijulang, dan jalan nasional jalur selatan yang melintasi Kabupaten Pangandaran.

iv. Rencana investasi layanan ameniti (akomodasi, transfer wisatawan, pemandu wisata) yang tepat di Pangandaran Raya adalah pengembangan potensi masyarakat lokal khususnya di daerah pedesaan. Beberapa layanan dimaksud adalah penyediaan makanan dan minuman untuk wisatawan, penginapan antara lain berupa homestay. Adapun untuk layanan transfer atau transportasi di lingkungan wisata Kabupaten Pangandaran dapat menyediakan bis pariwisata. Adapun investasi berskala besar adalah penyediaan hotel berbintang untuk layanan wisatawan berkelas dunia ditempatkan di “pantai yang terdekat ke Bandara Nusawiru.” iv. Rencana investasi layanan ameniti (akomodasi, transfer wisatawan, pemandu wisata) yang tepat di Pangandaran Raya adalah pengembangan potensi masyarakat lokal khususnya di daerah pedesaan. Beberapa layanan dimaksud adalah penyediaan makanan dan minuman untuk wisatawan, penginapan antara lain berupa homestay. Adapun untuk layanan transfer atau transportasi di lingkungan wisata Kabupaten Pangandaran dapat menyediakan bis pariwisata. Adapun investasi berskala besar adalah penyediaan hotel berbintang untuk layanan wisatawan berkelas dunia ditempatkan di “pantai yang terdekat ke Bandara Nusawiru.”

b. Rencana investasi untuk kelautan dan perikanan dapat dirancang sebagai berikut:

i. Budidaya ikan laut baik yang dikembangkan di laut dengan menggunakan KJAL (Keramba Jaring Apung Laut), maupun di dalam tambak. Satu di antara contoh budidaya ikan laut adalah di Gondol Kab. Buleleng Bali yang berada di bawah binaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Bali. Pembenihan dan pembesaran yang memungkinkan dikembangkan di Pangandaran Raya di antaranya udang, lobster, bandeng, kerapu, dan ikan tuna. Pengembangan investasi tersebut memerlukan investasi relatif besar, sehingga peran serta investor swasta berskala besar sangat penting. Pola investasi dan pengembangannya dapat mengadopsi program inti-plasma. Selain itu, ikan tangkap yang sebagai pencaharian nelayan masih tetap akan menjadi tumpuan sebagian masyarakat di Pangandaran Raya. Investasi paling penting adalah berupa penyediaan peralatan dan perlengkapan bagi nelayan. Selain itu untuk kelautan juga dapat mengembangkan budidaya rumput laut.

ii. Budidaya ikan tawar di Pangandaran Raya adalah ikan yang pada umumnya dikembangkan di tepat lain (tipikal) di Jawa Barat. Beberapa spesies ikan yang terus dibudidayakan dan jadi komoditas andalan masyarakat di antaranya ikan mas, nila, gurame dan budidaya ikan sawah. Investasi yang potensial di perikanan ini dapat diarahkan pada investasi yang berbasis untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

c. Rencana investasi Agrobisnis yang potensial adalah investasi yang berbasis pada budidaya andalan masyarakat setempat yakni kelapa, padi, dan pisang. Budidaya yang ada saat ini masih dikembangkan dalam pola tradisional dan konvensional. Untuk itu, investasi yang dapat dikembangkan adalah menggali budidaya “tanaman unggulan” lainnya di antaranya budidaya tanaman langka yang menghasilkan gastronomi misal honje, dan hata.

d. Rencana investasi untuk agroindustri yang tepat diarahkan pada investasi yang berbasis pada pengembangan “kreasi dan inovasi” masyarakat setempat untuk mengolah bahan yang berasal dari hasil budidaya tanaman, dan kelautan di Pangandaran Raya. Beberapa potensi besar adalah pengolahan dalam industri hilir dari kelapa, padi, pisang, ikan laut, dan ikan tangkapan, serta pengolahan hasil panen budidaya ikan tawar.

8.2 Tindak Lanjut Bagi Investasi Pangandaran Raya

Rencana investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat direalisasikan secara maksimal jika dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:

1. Perlu upaya merealisasi peningkatan kualitas dan kuantitas aksesibilitas ke Kabupaten Pangandaran:

a. Peningkatan kapasitas Bandara Nusawiru yang dapat digunakan sebagai landasan pesawat berbadan lebar.

b. Reaktivasi jalur kereta api dari Banjar hingga Cijulang

c. Optimasi jalan nasional jalur atau lintas selatan Pulau Jawa

d. Optimasi penggunaan dan pemanfaatan Pelabuhan Laut di Bojong Salawe

e. Realisasi jalan tol lanjutan CIGATAS (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) menjadi CIGATASBAPA (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran).

2. Menyiapkan sadar wisata dan umumnya sadar pembangunan Sosekbud bagi masyarakat setempat. Program yang dapat dilakukan di antaranya:

a. Memberikan pelatihan bagi masyarakat setempat khususnya untuk kewirausahaan dan keterampilan sektor pariwisata, kelautan dan perikanan, agrobisnis, dan agroindustri.

b. Kampanye dan propaganda sadar wisata khususnya dan dan sadar pembangunan Sosekbud bagi masyarakat setempat.

c. Menyediakan fasilitas pendidikan tingkat menengah atas dan perguruan tinggi berbasis vokasi yakni SMK, Politeknik dan Universitas Terapan antara lain yang berkonsentrasi pada bidang studi kepariwisataan, kelautan, agrobisnis dan agroindustri.

3. Membangun BUMD dan BUMDES, serta mengembangkan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam sebuah model antara lain penta helix model, yang berkenaan dengan 3. Membangun BUMD dan BUMDES, serta mengembangkan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam sebuah model antara lain penta helix model, yang berkenaan dengan

4. Mengadakan promosi potensi investasi pada prospek investor baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Berkenaan dengan upaya rencana investasi di Pangandaran Raya untuk empat sektor strategis, berikut ini gambaran Roadmap dan Kerangka Kerja rencana kebutuhan investasi pusat pengembangan Pangandaran Raya.

1. Sektor Pariwisataan

Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pembangunan Dan Pengembangan Metropolitan Dan Pusat Pertumbuhan Di Jawa Barat, salah satu Pusat Pertumbuhan Pangandaran yaitu pusat pertumbuhan berbasis sektor pariwisata. Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya dimulai dari pengelolaan kepariwisataan yakni penyediaan fasilitas perkantoran, pelatihan, dan penyediaan bus khusus wisata. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menunjang kepariwisataan Pangandaran Raya. Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya sebaiknya dilakukan pada tahun 2018-2020. Sasaran berikutnya adalah menjadi destinasi wisata berkelas internasional pada tahun 2021-2025. Menjadikan Pangandaran Raya sebagai destinasi wisata berkelas internasional perlu membangun produk pariwisata ameniti mulai dari Eco Homestay, Sentra Kuliner, Convention Hall, dan Hotel Bintang 5. Selain Ameniti, pendekatan pengembangan destinasi wisata berikutnya yaitu atraksi wisata. Atraksi wisata yang diperlukan adalah Body Rafting, Camping Ground, Off Road, Cross Country , dan Flying Fox. Sasaran berikutnya yaitu konektivitas pusat pertumbuhan Pangandaran Raya dengan Rancabuaya dan Pelabuhan Ratu. Pada tahun 2026-2030 merupakan target pencapaian kebutuhan produk pertanian khususnya untuk kebutuhan pangan yang di pasok dari Rancabuaya. Selanjutnya adalah penguatan positioning di pasar internasional yang perlu dilakukan melalui sustainable tourism (wisata kelautan dan perikanan yang berkelanjutan) sehingga dapat tercapai tujuan Destinasi Wisata Berkelas Internasional dengan Positioning Pariwisata dan Kelautan yang Berkelanjutan. Gambar 8.1 adalah roadmap investasi sektor Pariwisata.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 8. 1 Roadmap Investasi Sektor Pariwisata

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat, bahwa arah kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan Pangandaran Raya berfokus pada sektor pariwisata, kelautan dan perikanan. Pengembangan sektor kepariwisataan Pangandaran Raya perlu dilengkapi oleh komponen kepariwisataan yaitu atraksi wisata, aksesibilitas, ameniti dan ansileri. Diharapkan dengan bertumbuhnya pariwisata di Pangandaran Raya dapat memberikan dampak terhadap daerah lain, khususnya terhadap tiga pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada kerangka kerja Gambar

8.2 berikut ini

Tempat yang Prospektif dijadikan Kawasan dan

Satuan Kawasan Wisata

Aset alam Aset seni dan budaya

Konservasi alam Konservasi seni dan

budaya

Atraksi wisata

Pengembangan aset

Penyedia Atraksi

pemasaran aset

makanan dan

wisata Penyedia layanan

minuman

penginapan

Destinasi wisata sebagai pusat pertumbuhan

Polarisasi Dampak Kepariwisataan terhadap Daerah Lain

Dampak kepariwisataan

Ekonomi

Lingkungan fisik

Sosial & budaya

Pengendalian dampak

kepariwisataan

Sumber: Hasil Adaptasi Dari Kerangka Kerja Umum Pengembangan Desawisata dan Integrasi Pemasaran Berbasis Potensi Aset Kepariwisataan Masyarakat Setempat (Sugiama, 2014)

Gambar 8. 2 Kerangka Kerja Umum Pengembangan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat

Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Pangandaran Raya

2. Sektor Kelautan dan Perikanan

Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu pusat pertumbuhan berbasis sektor kelautan dan perikanan. Penguatan sektor kelautan dan perikanan perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui persiapan kebijakan bidang kelautan dan perikanan, pengembangan sistem pengelolaan sanitasi dan mutu ikan, serta peningkatan fasilitas dan kualitas Sumber Daya Manusia. Sasaran pencapaian selanjutnya yaitu pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu dilakukan melalui sertifikasi hasil tangkap ikan, pengembangan unit pengolahan ikan, peningkatan kapasitas sistem peningkatan mutu sesuai standar internasional, pengembangan kerja sama dan diversifikasi pasar ekspor dengan capaian target dari tahun 2021- 2025. Capaian target berikutnya yaitu menjadi pusat pengembangan wisata bahari berkelas internasional pada tahun 2026-2030. Pengembangan wisata bahari berkelas internasional menjadi pendukung pusat pertumbuhan lainnya di Jawa Barat yakni wilayah mendukung pertumbuhan antara lain untuk di Pelabuhan Ratu. Sasaran berikutnya adalah peningkatan sumber daya perikanan dan kelautan dengan positioning kelautan dan perikanan berbasis lingkungan berkelas internasional dengan capaian target tahun 2031-2035. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai dukungan terhadap sustainable tourism (wisata kelautan dan perikanan yang berkelanjutan) sehingga dapat tercapai tujuan Pusat Perkembangan Wisata Bahari Berbasis Lingkungan Dan Berkelas Internasional. Gambar 8.3 merupakan penjelasan roadmap investasi sektor Kelautan dan Perikanan.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 8. 3 Roadmap Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan

Potensi pengembangan sektor kelautan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat berupa hasil tangkapan laut dan budidaya. Potensi yang dihasilkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas infrastruktur serta sumberdaya perikanan dan kelautan jika ditunjang dengan penyediaan layanan transportasi dan sarana prasarana dengan beberapa program yaitu pengembangan SDM, pengelolaan sektor kelautan dan perikanan berbasis lingkungan dan pengembangan sistem pengelolaan dan sanitasi mutu ikan sehingga akan beralih mennjadi pusat pengembangan wisata bahari berkelas internasional. Untuk mengawasi keberlanjutan, maka perlu dilakukan pengendalian dampak pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya seperti yang dijelaskan dalam Gambar 8.6.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 8. 4 Kerangka Kerja Sektor Kelautan dan Perikanan

3. Sektor Agrobisnis

Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agrobisnis seperti halnya peternakan dan perkebunan yang merupakan penguat sektor agroindustri. Penguatan komoditas andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan sarana produksi dan pembangunan lab kesehatan hewan.

Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki komoditas unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pembangunan pabrik pakan, penyediaan calon induk dan fasilitas kandang kapasitas 1.000 ekor. Khusus terkait pembangunan pabrik pakan hal ini penting mengingat komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki komoditas unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pembangunan pabrik pakan, penyediaan calon induk dan fasilitas kandang kapasitas 1.000 ekor. Khusus terkait pembangunan pabrik pakan hal ini penting mengingat komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini

Sasaran berikutnya adalah agrobisnis Pangandaran Raya berbasis pada potensi masyarakat lokal dan memenuhi permintaan pasar pada tahun 2026-2030. Hal ini didukung dengan pengembangan budidaya ternak melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak khususnya pada pengembangan kapasitas besar memlalui penyediaan kapsistas 1000 ekor, karena dalam 10-

20 tahun mendatang diperkirakan ada tambahan permintaan yang sangat signifikan setiap tahunnya, baik untuk tujuan konsumsi, maupun kebutuhan tujuan ekspor. Pengembangan ternak ini diharapkan dapat menjawab permintaan khusus yang cukup potensil. Usaha untuk mendorong pengembangan ternak untuk tujuan ekspor merupakan salah satu alternatif yang harus dilakukan, dengan resiko pasokan di dalam negeri telah terpenuhi. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai pendukung pemenuhan kebutuhan agrobisnis di kawasan pertumbuhan Jawa Barat lainnya yakni khususnya untuk pertumbuhan di Rancabuaya.

Selanjutnya peningkatan kualitas agrobisnis dengan positioning agrobisnis berbasis masyarakat lokal tahun 2031-2035. Hal tersebut menjadi dukungan terhadap sustainable tourism dalam hal agrobisnis dengan berbasis masyarakat lokal sehingga tujuan Agrobisnis Berbasis Masyarakat Lokal dapat tercapai. Gambar 8.5 merupakan penjelasan roadmap investasi sektor Agrobisnis.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Di dalam kerangka kerja agrobisnis, langkah awal yaitu penentuan lokasi yang prospektif untuk pengembangan agrobisnis. Penentuan tersebut berdasarkan pada potensi alam dan masyarakat hingga sampai pada pengembangan sektor agrobisnis yang terdapat masukan berupa komoditas andalan. Dalam mendukung pengembangan sector agrobisnis tersebut perlu adanya penyediaan sarana prasarana sebagai pendukung meliputi sarana untuk pendidikan, pelatihan, laboratorium, sarana produksi, bibit dan calon anakan sehingga dapat menjadi komoditas unggulan yang berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat lokal. Untuk mengawasi keberlangsungan proses pengembangan sektor agrobisnis perlu dilakukan pengendalian dampak agrobisnis. Gambar 8.6 menjelaskan mengenai kerangka kerja untuk sektor agrobisnis.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 8. 6 Kerangka Kerja Sektor Agrobisnis

4. Sektor Agroindustri

Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agroindustri yang merupakan penguat sektor pariwisata. Penguatan produk andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan fasilitas produksi turunan kelapa, pisang, dan produksi pengolahan ikan. Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki produk unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pengolahan produk turunan kelapa meliputi minyak kelapa VCO, Nata De Coco, Gula Semut, Coco Vinegar dan pengolahan produk turunan pisang yaitu Sale serta Pengolahan Ikan. Sasaran berikutnya yaitu agroindustri Pangandaran Raya berbasis masyarakat lokal dan Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agroindustri yang merupakan penguat sektor pariwisata. Penguatan produk andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan fasilitas produksi turunan kelapa, pisang, dan produksi pengolahan ikan. Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki produk unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pengolahan produk turunan kelapa meliputi minyak kelapa VCO, Nata De Coco, Gula Semut, Coco Vinegar dan pengolahan produk turunan pisang yaitu Sale serta Pengolahan Ikan. Sasaran berikutnya yaitu agroindustri Pangandaran Raya berbasis masyarakat lokal dan

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Produk prospektif untuk pengembangan agroindustri didukung oleh hasil agrobisnis berupa industri pengolahan kelapa, pisang dan ikan juga didukung oleh aspek kepariwisataan yaitu pembangunan pusat oleh —oleh sebagai tindak lanjut hasil produksi agroindustri sehingga akan terjadi pengembangan pada sector agroindustri. Pengembangan tersebut juga didukung Produk prospektif untuk pengembangan agroindustri didukung oleh hasil agrobisnis berupa industri pengolahan kelapa, pisang dan ikan juga didukung oleh aspek kepariwisataan yaitu pembangunan pusat oleh —oleh sebagai tindak lanjut hasil produksi agroindustri sehingga akan terjadi pengembangan pada sector agroindustri. Pengembangan tersebut juga didukung

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Gambar 8. 8 Kerangka Kerja Sektor Agroindustri