Langkah Teknis Pemecahan Masalah
3.4 Langkah Teknis Pemecahan Masalah
Kajian ini dilatarbelakangi oleh central issue: Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru (DOB), namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar) Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di Jawa Barat, dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan potensi yang ada, Pemerintah Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk membangun dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif dan efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan. Karena itulah perlu dikaji mengenai “PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA.”
Berdasarkan central issue dan judul di atas, kajian ini difokuskan untuk mendapatkan gambaran empirik mengenai potensi untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan yakni di Pangandaran Raya sebagai Pusat Pertumbuhan dan menjadikannya kawasan terpadu yang meliputi:
1. agrobisnis ,
2. agroindustri,
3. kelautan dan perikanan
4. pariwisata terpadu Fokus kajian diarahkan pada 4 sektor di atas, dan untuk itu diperlukan data primer serta data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi. Disamping mengumpulkan data, teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data dari berbagai teknik 4. pariwisata terpadu Fokus kajian diarahkan pada 4 sektor di atas, dan untuk itu diperlukan data primer serta data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi. Disamping mengumpulkan data, teknik ini sekaligus menguji kredibilitas data dari berbagai teknik
1. Observasi Observasi ditujukan untuk memperoleh gambaran empirik di lapangan mengenai kondisi pertumbuhan terkini, dan potensi pertumbuhan yang dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan di Pangandaran Raya.
2. Wawancara Wawancara dilakukan melalui face-to-face (tatap muka) dengan para pelaku (stake holders) ekonomi masyarakat di Pangandaran Raya. Para pemangku kepentingan yang diwawancarai terutama pihak pemerintah, pengusaha, investor, dan masyarakat umum sebagai local communities.
3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data internal terutama dari Pemprov Jabar dan Pemkab Pangandaran. Selain itu, studi dokumentasi diperoleh dengan cara membaca buku atau jurnal ilmiah berkenaan dengan analisis Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan.
4. FGD atau Focus Group Discussion adalah kegiatan untuk mencari solusi dalam Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan di Pangandaran Raya.
Proses teknis kajian dalam pekerjaan ini mencakup empat (4) sektor yang selanjutnya dijabarkan ke dalam sejumlah laten untuk kemudian dielaborasi. Adapun keempat sektor dimaksud:
1. agrobisnis ,
2. agroindustri,
3. kelautan dan perikanan
4. pariwisata terpadu Proses penjabaran yang bermula dari masing-masing sektor hingga butir pertanyaan
dicerminkan sebagaimana dalam tabel operasionalisasi dan pemetaan alat ukur di bawah ini.
Tabel 3. 1 Tabel Operasional dan Pemetaan Alat Ukur Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
1. PUSAT PERTUMBUHAN AGROBISNIS
Gambaran “kondisi
1. Kondisi agrobisnis
1.1 Jenis usaha yang ada
1.1.1 Bisnis/usaha pertanian apa sajakah
yang dilaksanakan oleh masyarakat agrobisnis ” sebagai
terkini dan potensi
masa sekarang di
saat ini
Pangandaran Raya
1.2 Jumlah usaha dalam
saat ini
✓ Penduduk tempat titik
pusat-pusat/keruangan
tiap jenis usaha
1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
1.3 Tempat usaha saat ini
agrobisnis /usaha pertanian yang
setempat menyebarkan dan
✓ Kantor Desa/ memancarnya
1.4 Penyerapan tenaga
dilaksanakan oleh masyarakat saat
kerja
ini.
kelurahan kekuatan-kekuatan
✓ Kantor (centrifugal) dan
1.5 Rata-rata pendapatan
1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha
1.6 Total pendapatan
mereka (Kec. Dan Desa) saat ini.
Kecamatan tertariknya kekuatan-
✓ Kantor Pemkab kekuatan (centripetal)
1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan
tenaga kerja dari masing-masing
Pangandaran yang tercermin dalam
✓ Kantor Pemprov sekumpulan fakta serta
usaha pertanian.
1.1.5 Berapa besar rata-rata pendapatan
Jabar fenomena geografis dari
per kapita dari usaha pertanian tsb.
semua kegiatan yang
1.1.6 Berapakah jumlah pendapatan dari
ada di Pangandaran
usaha pertanian di masing-masing
Raya (Kombinasi dan
desa tsb.
adaptasi dari teori
2. Potensi agrobisnis
1.7 Jenis usaha yang ada
1.1.1 Potensi bisnis/usaha pertanian apa
✓ Penduduk
polarisasi, kutub
masa datang
utk masa datang
sajakah yang dilaksanakan oleh
setempat pertumbuhan dan
sebagai pusat
1.8 Jumlah usaha dalam
masyarakat di masa yad.
✓ Kantor Desa/ kelurahan
industri populasi).
pertumbuhan di
tiap jenis usaha
1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
Pangandaran Raya
1.9 Tempat usaha masa
agrobisnis /usaha pertanian yang
✓ Kantor
datang
potensial dilaksanakan oleh
Kecamatan
1.10 Penyerapan tenaga
masyarakat di masa yad.
✓ Kantor Pemkab
kerja
Pangandaran
1.11 Rata-rata pendapatan
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
1.12 Total pendapatan
1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha
✓ Kantor Pemprov
mereka (kelurahan dan Kec.) yang
Jabar
potensial dilakukan di masa yad. 1.1.4 Berapa potensi jumlah serapan tenaga kerja dari masing-masing usaha pertanian tsb di masa yad.
1.1.5 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari usaha pertanian tsb.
1.1.6 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari usaha pertanian di masing-masing desa tsb.
2. PUSAT PERTUMBUHAN AGROINDUSTRI
Gambaran “kondisi
1. Kondisi
1.1 Jenis usaha yang ada
1.1.1 Kegiatan agroindustri apa sajakah
terkini dan potensi
yang dilaksanakan oleh masyarakat agroindustri ”
agroindustri masa
saat ini
sekarang di
1.2 Jumlah usaha dalam
saat ini
✓ Penduduk pusat-pusat/keruangan
agroindustri sebagai
Pangandaran Raya
tiap jenis usaha
1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
agroindustri yang dilaksanakan oleh setempat tempat titik
1.3 Tempat usaha saat ini
✓ Kantor Desa/ menyebarkan dan
1.4 Penyerapan tenaga
masyarakat saat ini.
kelurahan memancarnya
kerja
1.1.3 Di mana sajakah tempat usaha
✓ Kantor kekuatan-kekuatan
1.5 Total biaya
mereka (kecamatan dan desa) saat
Kecamatan (centrifugal) dan
1.6 Rata-rata pendapatan
ini.
✓ Kantor Pemkab tertariknya kekuatan-
1.7 Total pendapatan
1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan
Pangandaran kekuatan (centripetal)
tenaga kerja dari masing-masing
✓ Kantor Pemprov yang tercermin dalam
usaha agroindustri.
Jabar sekumpulan fakta serta
1.1.5 Berapakah jumlah biaya dari usaha
agroindustri di masing-masing desa fenomena geografis dari
1.1.6 Berapa besar rata-rata pendapatan
semua kegiatan yang
per kapita dari usaha pertanian tsb.
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
ada di Pangandaran
1.1.7 Berapakah jumlah pendapatan dari
Raya (Kombinasi dan
usaha agroindustri di masing-
adaptasi dari teori
masing desa tsb.
polarisasi, kutub pertumbuhan dan industri populasi).
2. Potensi agroindustri
2.1 Jenis usaha yang ada
2.1.1 Potensi agroindustri apa sajakah
masa datang sebagai
utk masa datang
yang dilaksanakan oleh masyarakat
pusat pertumbuhan di
2.2 Jumlah usaha dalam
di masa yad.
Pangandaran Raya
tiap jenis usaha
2.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
2.3 Tempat usaha masa
agroindustri yang potensial
datang
dialaksanakan oleh masyarakat di
2.4 Penyerapan tenaga
masa yad.
✓ Penduduk
kerja
2.1.3 Di mana sajakah tempat usaha
setempat
2.5 Total biaya
mereka (kecamatan dan desa) yang
✓ Kantor Desa/
2.6 Rata-rata pendapatan
potensial dilakukan di masa yad.
kelurahan
2.7 Total pendapatan
2.1.4 Berapa potensi jumlah serapan
✓ Kantor
tenaga kerja dari masing-masing
Kecamatan usaha agroindustri tsb di masa yad.
✓ Kantor Pemkab 2.1.5 Berapakah estimasi total biaya untuk
Pangandaran
pengembangan usaha agroindustri
✓ Kantor Pemprov
pada setiap desa
Jabar
2.1.6 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari usaha agroindustri tsb.
2.1.7 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari usaha agroindustri di masing-masing desa tsb.
3. PUSAT PERTUMBUHAN KELAUTAN LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
Gambaran “kondisi
1. Kondisi industri
1.1 Jenis usaha yang ada
1.1.1 Jenis usaha/bisnis kelautan apa
terkini dan potensi
kelautan masa
saat ini
sajakah yang dilaksanakan oleh
kelautan ” industri
sekarang di
1.2 Jumlah usaha dalam
masyarakat saat ini
kelautan sebagai pusat-
Pangandaran Raya
tiap jenis usaha
1.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
pusat/keruangan
1.3 Ketersediaan
usaha/bisnis kelautan yang
sebagai tempat titik
infrastruktur penunjang
ilaksanakan oleh masyarakat saat
menyebarkan dan
✓ Penduduk memancarnya
1.4 Penyerapan tenaga
ini.
kerja
1.1.3 Bagaimanakah kondisi
setempat kekuatan-kekuatan
✓ Kantor Desa/ (centrifugal) dan
1.5 Rata-rata pendapatan
ketersediaan infrastruktur
1.6 Total pendapatan
penunjang industri kelautan yang
kelurahan tertariknya kekuatan-
✓ Kantor kekuatan (centripetal)
ada saat ini
1.1.4 Berapa banyak jumlah serapan
Kecamatan yang tercermin dalam
✓ Kantor Pemkab sekumpulan fakta serta
tenaga kerja dari masing-masing
unit industri kelautan.
Pangandaran fenomena geografis dari
✓ Kantor semua kegiatan yang
1.1.5 Berapakah jumlah biaya unit
industri kelautan.di masing-
Pemprov Jabar ada di Pangandaran
masing desa
Raya (Kombinasi dan
1.1.6 Berapa besar rata-rata pendapatan
adaptasi dari teori
per kapita dari unit industri
polarisasi, kutub
kelautan tsb.
pertumbuhan dan 1.1.7 Berapakah jumlah pendapatan dari industri populasi).
dari unit industri kelautan di masing-masing desa tsb.
2. Potensi industri
2.1 Jenis usaha yang ada
3.1.1 Potensi industri kelautan apa
✓ Penduduk
kelautan masa datang
utk masa datangJumlah
sajakah yang dilaksanakan oleh
setempat
sebagai pusat
usaha dalam tiap jenis
masyarakat di masa yad.
✓ Kantor Desa/
pertumbuhan
usaha
3.1.2 Berapa banyak jumlah unit usaha
kelurahan
2.2 Infrastruktur penunjang
industri kelautan yang potensial
✓ Kantor
masa datang
dialaksanakan oleh masyarakat di
Kecamatan
2.3 Penyerapan tenaga
masa yad.
2.4 Total biaya
Pangandaran
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
2.5 Rata-rata pendapatan
3.1.3 Bagaimana kebutuhan infrastruktur
✓ Kantor
2.6 Total pendapatan
penunjang industri kelautan yang
Pemprov
potensial dilakukan di masa yad.
Jabar
3.1.4 Berapa potensi jumlah serapan tenaga kerja dari masing-masing usaha di bidang kelautan tsb di masa yad.
3.1.5 Berapakah estimasi total biaya untuk pengembangan industri kelautan pada setiap desa
3.1.6 Berapa prakiraan besar rata-rata pendapatan per kapita dari industri kelautan tsb
3.1.7 Berapakah prakiraan jumlah pendapatan dari industri kelautan di masing-masing desa tsb.
4. PUSAT PERTUMBUHAN PARIWISATA
Gambaran “kondisi
5.1.1 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Penduduk terkini dan potensi
4.1 Ketersediaan
Kondisi yang ada (existing):
keragaman, serta kuantitas atraksi setempat industri pariwisata ”
atraksi wisata
4.1.1 Atraksi alam
wisata alam yang ada dan telah jadi ✓ Kantor Desa/ sebagai pusat-
(Attraction)
4.1.2 Atraksi budaya
kelurahan pusat/keruangan
gambaran kualitas
4.1.3 Atraksi minat khusus
objek wisata saat ini
5.1.2 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Kantor sebagai tempat titik
dan keragaman,
keragaman, serta kuantitas atraksi Kecamatan menyebarkan dan
serta kuantitas
wisata budaya yang ada dan telah ✓ Kantor Pemkab memancarnya
atraksi wisata yang
Pangandaran kekuatan-kekuatan
ada (eksisting) dan
jadi objek wisata saat ini
5.1.3 Bagaimana gambaran kualitas dan ✓ Kantor (centrifugal) dan
potensi di masing-
keragaman, serta kuantitas atraksi Pemprov Jabar tertariknya kekuatan-
masing SKW baik
wisata minat khusus yang ada dan ✓ Operator kekuatan (centripetal)
berupa atraksi
Industri yang tercermin dalam
wisata alam,
telah jadi objek wisata saat ini
pariwisata sekumpulan fakta serta
budaya maupun
setempat
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
fenomena geografis dari
✓ Wisatawan semua kegiatan yang
minat khusus di
5.1.4 Atraksi alam apa sajakah yang ✓ Penduduk ada di Pangandaran
Pangandaran Raya
Potensi utk pusat
memenuhi kualitas dan keragaman, setempat Raya (Kombinasi dan
pertumbuhan:
serta kuantitas untuk dijadikan ✓ Kantor Desa/ adaptasi dari teori
4.1.4 Atraksi alam
pusat kelurahan polarisasi, kutub
4.1.5 Atraksi budaya
sebagai
pendukung
✓ Kantor pertumbuhan dan
4.1.6 Atrakasi minat khusus
pertumbuhan
5.1.5 Atraksi budaya apa sajakah yang Kecamatan industri populasi).
memenuhi kualitas dan keragaman, ✓ Kantor Pemkab serta kuantitas untuk dijadikan
pusat ✓ Kantor
pertumbuhan
Pemprov Jabar 5.1.6 Atraksi minat khusus apa sajakah
✓ Operator
dan Industri keragaman, serta kuantitas untuk
pariwisata dijadikan sebagai pendukung pusat
Kondisi yang ada (existing):
4.2.1 Bagaimana
gambaran
kualitas, ✓ Penduduk
aksesibilitas
4.2.1 Kualitas, keragaman,
keragaman, dan kuantitas Sarpras setempat
(Accessibility)
dan kuantitas Sarpras
transportasi darat yang telah tersedia ✓ Kantor Desa/
gambaran kualitas
transportasi darat
saat ini
kelurahan
dan keragaman,
4.2.2 Kualitas, keragaman,
4.2.2 Bagaimana
gambaran
kualitas, ✓ Kantor
serta kuantitas
dan kuantitas Sarpras
keragaman, dan kuantitas Sarpras Kecamatan
prasarana dan
transportasi laut
transportasi laut yang telah tersedia ✓ Kantor Pemkab
sarana (Sarpras)
4.2.3 Kualitas, keragaman,
saat ini
Pangandaran
transportasi untuk
dan kuantitas Sarpras
4.2.3 Bagaimana
gambaran
kualitas, ✓ Kantor
menuju tempat
transportasi udara
keragaman, dan kuantitas Sarpras Pemprov Jabar
wisata yang ada
telah ✓ Operator
(eksisting) dan
tersedia saat ini
Industri
potensi di maing-
pariwisata
masing SKW baik
setempat
berupa Sarpras
✓ Wisatawan
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
transportasi darat,
Potensi utk pusat
4.2.4 Bagaimana
potensi
kualitas, ✓ Penduduk
laut maupun udara
pertumbuhan:
keragaman, dan kuantitas Sarpras setempat
di Pangandaran
4.2.4 Kualitas prasarana
dapat ✓ Kantor Desa/
Raya
transportasi
mendukung pusat pertumbuhan
kelurahan
4.2.5 Kualitas sarana
4.2.5 Bagaimana
potensi
kualitas, ✓ Kantor
transportasi
keragaman, dan kuantitas Sarpras Kecamatan
4.2.6 Keragaman prasarana
dapat ✓ Kantor Pemkab
transportasi
mendukung pusat pertumbuhan
Pangandaran
kualitas, ✓ Kantor keragaman, dan kuantitas Sarpras
4.2.6 Bagaimana
potensi
Pemprov Jabar
dapat ✓ Operator
mendukung pusat pertumbuhan
Industri pariwisata setempat
✓ Wisatawan
4.3 Ketersediaan
Kondisi yang ada (existing):
4.3.1 Bagaimana kKualitas, keragaman, dan ✓ Penduduk
layanan
ameniti
4.3.1 Kualitas, keragaman,
kuantitas Sarpras makanan dan
setempat
(Amenity)
dan kuantitas Sarpras
minuman yang telah tersedia saat ini
✓ Kantor Desa/
gambaran kualitas
makanan dan
4.3.2 Bagaimana kualitas, keragaman, dan
kelurahan
dan keragaman,
minuman yang telah
kuantitas Sarpras penginapan yang
✓ Kantor
serta kuantitas
tersedia saat ini
telah tersedia saat ini
Kecamatan
prasarana dan
4.3.2 Kualitas, keragaman,
4.3.3 Bagaimana kualitas, keragaman, dan
✓ Kantor Pemkab
sarana (Sarpras)
dan kuantitas Sarpras
kuantitas Sarpras pendukung lainnya
Pangandaran
yang ada
penginapan yang
(ansilari) yang telah tersedia saat ini
✓ Kantor
(eksisting) dan
telah tersedia saat ini
Pemprov Jabar
potensi di maing-
4.3.3 Kualitas, keragaman,
✓ Operator
masing SKW untuk
dan kuantitas Sarpras
Industri
memenuhi
pendukung lainnya
pariwisata
kebutuhan
(ansilari) yang telah
setempat
wisatawan selama
tersedia saat ini
✓ Wisatawan
berada di tempat
Potensi utk pusat
4.3.4 Bagaimana kualitas, keragaman, dan ✓ Penduduk
wisata (overnight
pertumbuhan:
kuantitas Sarpras makanan dan setempat
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
tourist ) baik utk
4.3.4 Kualitas, keragaman,
minuman yang potensial untuk pusat ✓ Kantor Desa/
kebutuhan,
dan kuantitas Sarpras
makanan dan
4.3.5 Bagaimana kualitas, keragaman, dan ✓ Kantor
makanan dan
minuman yang
kuantitas Sarpras penginapan yang Kecamatan
minuman, serta
potensial untuk pusat
potensial untuk pusat pertumbuhan
✓ Kantor Pemkab
kebutuhan lainnya
pertumbuhan
4.3.6 Bagaimana kualitas, keragaman, dan Pangandaran
di Pangandaran
4.3.5 Kualitas, keragaman,
kuantitas Sarpras pendukung ansilari ✓ Kantor
Raya
dan kuantitas Sarpras
pusat Pemprov Jabar
penginapan yang
pertumbuhan
✓ Operator
potensial untuk pusat
4.3.6 Kualitas, keragaman,
setempat
dan kuantitas Sarpras
✓ Wisatawan
pendukung ansilari yang potensial untuk pusat pertumbuhan
4.4 Ketersediaan
Kondisi yang ada (existing):
4.4.5 Bagaimana
gambaran
kualifikasi ✓ Penduduk
pengelola
4.4.1 Kualitas pengelolaan
pengelolaan pariwisata yang telah ada setempat
pariwisata
pariwisata
di masing-masing SKW selama ini
✓ Kantor Desa/
(Ancilary)
4.4.2 Keterlibatan
4.4.6 Seberapa banyak (inten) keterlibatan kelurahan
gambaran
penduduk setempat
penduduk
setempat
dalam ✓ Kantor
kualifikasi
4.4.3 Intensitas hubungan
pengelolaan pariwisata di masing- Kecamatan
pengelolaan
pengelola dg sektor
masing SKW selama ini
✓ Kantor Pemkab
pariwisata yang
terkait
4.4.1 Bagaimana sustainabilitas pengelolaan Pangandaran
telah ada
4.4.4 Keberlanjutan
pariwisata setempat di di masing- ✓ Kantor
(eksisting) dan
pengelolaan
masing SKW selama ini
Pemprov Jabar
potensi di masing-
pariwisata setempat
✓ Operator
masing SKW untuk
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
pengelolaan
Potensi utk pusat
4.4.5 Bagaimana
potensi
kualifikasi ✓ Penduduk
pariwisata di
pertumbuhan:
pengelolaan pariwisata yang telah setempat
Pangandaran Raya
4.4.5 Kualitas pengelolaan
ada di masing-masing SKW untuk ✓ Kantor Desa/
4.4.6 Keterlibatan
mendukung pusat pertumbuhan
kelurahan
penduduk setempat
4.4.6 Seberapa banyak (inten) potensi ✓ Kantor
4.4.7 Intensitas hubungan
keterlibatan
penduduk
setempat Kecamatan
dg sektor terkait
dalam pengelolaan pariwisata di ✓ Kantor Pemkab
untuk Pangandaran
pengelolaan
mendukung pusat pertumbuhan
✓ Kantor
sustainabilitas Pemprov Jabar pengelolaan pariwisata setempat di di
untuk Industri
mendukung pusat pertumbuhan
pariwisata setempat
✓ Wisatawan
5 RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN
Rencana Kebutuhan
1.1.2 Berapa besarnya kebutuhan investasi Investasi Pusat
1.1 Investasi untuk
1.1.1 Besarnya kebutuhan
✓ Dokumen dan Pertumbuhan adalah
Pertumbuhan
investasi primer
primer untuk pertumbuhan
primer
untuk pertumbuhan
✓ agrobisnis ,
data sekunder prakiraan jumlah dana
✓ agrobisnis ,
✓ agroindustri,
untuk analisis yang diperlukan untuk
✓ agroindustri,
✓ industri kelautan, dan
proyeksi mengembangkan pusat
✓ industri kelautan,
✓ pariwisata terpadu
kebutuhan pertumbuhan primer,
dan
sekunder dan tersier
✓ pariwisata terpadu
1.2.2 Berapa besarnya kebutuhan investasi agroindustri, industri
untuk agrobisnis ,
1.2 Investasi untuk
1.2.1 Besarnya kebutuhan
✓ Dokumen dan kelautan, dan
Pertumbuhan
investasi sekunder
sekunder untuk pertumbuhan
data sekunder pariwisata terpadu di
sekunder
untuk pertumbuhan
✓ agrobisnis ,
untuk analisis Pangandaran Raya.
✓ industri kelautan, dan
proyeksi
✓ industri kelautan,
✓ pariwisata terpadu
kebutuhan
dan
LAPORAN AKHIR
Variabel dan Definisi
Sub Variabel dan
Sumber Data Operasional
Indikator
Pertanyaan
Definisi Operasional
✓ pariwisata terpadu
1.3 Investasi untuk
1.3.1 Besarnya kebutuhan
1.3.2 Berapa besarnya kebutuhan
Pertumbuhan
investasi tersier untuk
investasi tersier untuk pertumbuhan ✓ Dokumen dan
✓ agrobisnis , data sekunder ✓ agroindustri, ✓ agroindustri, untuk analisis ✓ industri kelautan, dan ✓ industri kelautan, proyeksi ✓ pariwisata terpadu
kebutuhan
dan ✓ pariwisata terpadu
LAPORAN AKHIR
3.5 Asumsi dan Batasan yang Digunakan
Pada dasarnya laporan hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu dasar dalam keputusan pemanfaatan aset BMD lahan dan bangunan yang berada dalam kondisi menganggur (idle). Judul pekerjaan ini adalah: “Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya .” Setiap kajian tentu memerlukan asumsi dasar, sehubungan dengan hal tersebut, kajian ini memiliki asumsi sebagai berikut:
1. Kondisi ekonomi diasumsikan given atau tetap untuk selama masa tiga tahunan
2. Diasumsikan bahwa aksesibilitas meningkat
3. Aturan pemerintah masih tetap memberikan kesempatan dan mendorong pemanfaatan BMD untuk bentuk Kerja sama Pemanfaatan (KSP)
4. Pihak swasta sebagai mitra yang menjadi provider mentaati semua tuntutan sebagaimana dalam perjanjian kerja sama pemanfaatan BMD
Beberapa faktor tersebut tentu menjadi asumsi dasar dalam melaksanakan kajian ini dan aplikasi hasil kajian dimaksud.
Adapun batasan yang digunakan dalam penyusunan rencana kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi empat (4) sektor. Keempat sektor yang dielaborasi tersebut:
1. Agrobisnis ;
2. Agroindustri;
3. Kelautan dan perikanan
4. Pariwisata terpadu
---agisu---
BAB 4 GAMBARAN UMUM PANGANDARAN RAYA
4.1 Pemerintahan Pangandaran Raya
Gambaran umum berikut ini didasarkan pada data hasil survey dan data dari Renip Pangandaran Raya tahun 2016. Kabupaten Pangandaran adalah satu di antara kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang baru menjadi Pemerintahan Kabupaten sejak tahun 2012. Kabupaten ini berlokasi strategis, karena berada di lintasan jalan provinsi, berada di pinggir pantai dengan panjang pantai 91 Km, dan memiliki beragam potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan posisinya, Pangandaran berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat.
Kabupaten Pangandaran adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang ibukotanya di Parigi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat. Lahirnya Kabupaten Pangandaran didasari oleh Undang-undang nomor 21 tahun 2012 yakni sebagai kabupaten baru (DOB), yang ditandatangani Presiden RI tanggal 16 November 2012. Kemudian diundangkan oleh Menhukkam dan HAM tanggal 17 November 2012, maka Pangandaran resmi menjadi Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Dalam UU No. 21/2012 disebutkan, Kabupaten Pangandaran berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Kabupaten Pangandaran yaitu 168.509 Ha dengan luas laut 67.340 Ha. Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 Km. Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2014, perempuan berjumlah 212.022 jiwa dan laki-laki berjumlah 210.564 jiwa. Adapun pemerintahannya mencakup:
1. Kecamatan Parigi,
2. Kecamatan Cijulang,
3. Kecamatan Cimerak,
4. Kecamatan Cigugur,
5. Kecamatan Langkaplancar,
6. Kecamatan Mangunjaya,
7. Kecamatan Padaherang,
8. Kecamatan Kalipucang,
9. Kecamatan Pangandaran dan
10. Kecamatan Sidamulih. Sebaran seluruh kecamatan dalam peta Kabupaten Pangandaran dapat dicerminkan sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Sumber: Renip Renip Pangandaran Raya, 2016
Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Pangandaran
Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah Otonom Baru (DOB), tentu perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun Pangandaran baru menjadi daerah otonom, namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang memegang peranan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat. Satu di antara kawasannya adalah Pangandaran Raya. Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran terdiri dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten
Pangandaran yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Pangandaran, dan Kecamatan Kalipucang.
Tabel 4. 1 Luas Administrasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
No
Kecamatan
Luas (Km 2 )
Jumlah Desa
Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014
Adapun sebaran kelima kecamatan tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Sumber: Renip Renip Pangandaran Raya, 2016
Gambar 4. 2 Peta Administrasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
4.2 Demografi/Kependudukan
Demografi berhubungan dengan dinamika kependudukan manusia. Demografi yang dibahas dalam hal ini adalah mengenai Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk, Proyeksi Penduduk Kawasan Pengembangan di Pangandaran Raya.
1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kawasan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebanyak 198.931 jiwa yang tersebar di 5 kecamatan yakni di Pangandaran Raya. Jumlah ini mencakup penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak bertempat tinggal tetap. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pangandaran dengan jumlah 59.998 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cijulang dengan jumlah 25.825 jiwa. Penyebaran penduduk di Kawasan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pangandaran di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran
No Kecamatan
Laki laki Perempuan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Desa
41 Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2015
Keseluruhan jumlah penduduk di masing-masing 5 kecamatan tersebut cukup variatif. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Pangandaran yakni sebanyak 30% dari jumlah penduduk di Pangandaran Raya. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Cijulang yakni hanya 13% dari jumlah penduduk Pangandaran Raya.
Jumlah Penduduk (%)
Cijulang Parigi
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 4. 3 Grafik Jumlah Penduduk di Pangadaran Raya
Untuk kepadatan penduduk di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran memiliki rata-rata kepadatan penduduk 4,67 jiwa/Ha dengan kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Pangandaran dengan jumlah kepadatan 11,45 jiwa/Ha
Tabel 4. 3 Kepadatan Penduduk di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran
No Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Luas (Ha)
Kepadatan Penduduk
4,67 Sumber: Kabupaten Pangandan dalam Angka, 2015
Mengacu pada data kepadatan penduduk, Kecamatan Pangandran menjadi kecamatan dengan tingkat kepdatan tertinggi, sedangkan paling rendah kepadatannya di Cijulang.
Kepadatan Penduduk
Sidamulih Pangandaran
Kalipucang
Sumber: Hasil Analisis, 2016 Gambar 4. 4 Grafik Kepadatan Penduduk
2. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk
Perkembangan penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya relatif cepat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2010 ke tahun 2011, penduduk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya bertambah sebanyak 16.018 jiwa, dengan pertumbuhan paling banyak dialami oleh Kecamatan Kalipucang sebanyak 5.392 jiwa. Di tahun 2012, jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran cenderung meningkat yaitu menjadi 205.901 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang positif namun terjadi penurunan penduduk pada tahun 2013 yang terjadi pada
4 kecamatan lainnya, hanya Kecamatan Pangandaran yang mengalami kenaikan penduduk. Hal ini tidak lepas dari fungsi Pangandaran sebagai destinasi wisata untuk wisatawan regional dan internasional. Faktor ini menjadi penarik utama dari pertumbuhan penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berikut ini merupakan gambaran jumlah penduduk dan persebarannya di wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Pada tahun 2014 terjadi kenaikan penduduk pada hampr tiap kecamatan kecuali Kecamatan Pangandaran dan Kalipucang, hal ini disebabkan adanya penyebaran distribusi penduduk untuk mengurangi kepadatan di kedua kecamatan tersebut sehingga terjadi penurunan pertumbuhan penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Tabel 4. 4 Laju Pertumbuhan Penduduk 2010
Laju No Kecamatan
Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016
Untuk proyeksi penduduk hingga tahun 2035 jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya adalah sebanyak 340.478 jiwa. Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Parigi menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak hal ini dapat dikarenakan sebagai implikasi dari arahan pengembangan yang ditetapkan di Kecamatan Parigi dan Pangandaran.
Ta bel 4. 5 Proyeksi Penduduk
No Kecamatan
Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016
4.3. Sosial Budaya Peran manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bias lepas dari kehidupan manusia itu sendiri. Aspek sosial dari Kawasan Pertumbuhan Pangandaran yang akan diulas meliputi mata pencaharian.
Mata Pencaharian Penduduk di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran dominan bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 50.139 jiwa atau 66% dari jumlah penduduk bekerja. Selanjutnya, penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan sebanyak 9.466 jiwa atau 12% dari total penduduk bekerja. Selanjutnya, peternak dan pelayan merupakan lapangan usaha terbanyak berikutnya yaitu 4.200 jiwa dan 4.141 jiwa atau 5% dari jumlah seluruh penduduk bekerja di Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Jumlah penduduk terbanyak yang bekerja sebagai petani terdapat di Kecamatan Pangandaran, yaitu 12.543 jiwa, kemudian Kalipucang yaitu sebanyak 10.248 jiwa. Sedangkan di sektor pedagangan terbanyak berada di Kecamatan Kalipucang sebanyak 2.936 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Mata Pencaharian Masyarakat di Pangandaran Raya
ni a n tri si si S NI ri a a ta h
la Pe
a Pol inny inny No
d -por
L La
a Jum
Ne
ns
Ko
Pe
ns
ra
sa
Ja
1 Cijulang 9.537
13 12 172 0 11.942 2 Parigi
20 23 117 53 15.436 3 Sidamulih
19 12 12 0 11.520 4 Pangandaran
78 60 196 98 21.279 5 Kalipucang
d -por
Ja Pusat
Pangandaran % terhadap penduduk bekerja
Sumber: Kabupaten Pangandaran Dalam Angka, 2014
4.4 Pendidikan
Tersedianya fasilitas pendidikan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran merupakan salah satu wujud di bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang efektif untuk meningkatkan pembangunan dimana negara-negara berkembang mencurahkan perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu dewasa ini masyarakat sudah menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan dan sudah menjadi simbol status sosial dan merupakan sarana yang diharapkan mampu menyelesaikan banyak permasalahan.
Dalam sebaran sarana pendidikan tidak semua fasilitas pendidikan (TK, SD, SMP dan SMA) baik itu pendidikan negeri maupun swasta. Semua kecamatan belum memiliki fasilitas taman kanak - kanak untuk pendidikan negeri tetapi untuk fasilitas pendidikan lainnya seperti SD, SMP dan SMA sudah tersebar di semua kecamatan tetapi untuk Kecamatan Kalipucang tidak memiliki sarana pendidikan SMA. Sedangkan untuk pendidikan swasta jumlah sarana pendidikan taman kanak kanak lebih banyak dan tersebar di semua kecamatan dibandingkan negeri, Kecamatan Parigi memiliki taman kanak-kanan dengan jumlah paling tinggi yaitu 21 unit dengan total 5 kecamatan yaitu 58 unit. Lokasi sarana pendidikan pada kawasan ini cukup baik karena ditempatkan di sekitar permukiman warga sehingga terdapat aksesibilitas atau keterjangkauan dalam menuju sarana pendidikan.
Tabel 4. 7 Jumlah Sarpras Pendidikan di Pangandaran Raya Tahun 2013
Pendidikan Swasta No
Pendidikan Negeri
SLTP SMU
1 Cijulang 0 20 2 1 11 0 0 1 2 Parigi
Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014 dan 2015
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SMU dan SMK. Kebutuhan ruang dan jumlah fasilitas pendidikan dihitung mengacu kepada Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan kota (Standar SNI 03-6981-2004).
- Fasilitas pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan standar jumlah penduduk pendukung
sebesar 1250 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 500 m 2 /unit. - Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar
1.600 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 2.000 m 2 /unit. - Fasilitas pendidikan tingkat menengah dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800
jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 9.000 m 2 /unit.
- Fasilitas pendidikan tingkat menengah atas serta sederajat dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800 jiwa/unit dengan luas lahan 12.500 m 2 /unit.
Untuk mengetahui jenis sarana pendidikan yang dibutuhkan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya diperlukan perhitungan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dengan menggunakan standar dari Peraturan Menteri Nomor
8 Tahun 2011 dan SNI 03-1773-2004 yang dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Tingkat Pelayanan Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan ( UNIT) Tahun 2035
No Kecamatan
5 1 K 2 Parigi
21 0 K
16 20 B 5 2 K
9 2 K 3 Sidamulih
36 0 K
28 36 B 9 4 K
5 1 K 4 Pangandaran
24 0 K
19 19 B 5 3 K
12 2 K 5 Kalipucang
46 0 K
36 30 B 12 4 K
8 0 K Jumlah
29 0 K
23 31 B 8 3 K
39 6 K Sumber: Hasil Analisis, 2016
a. Taman Kanak-kanak (TK)
Tingkat pelayanan TK di seluruh kelurahan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran tahun 2016 masih belum memadai bahkan tidak terdapat sarana TK untuk mencukupi kebutuhan penduduknya. Untuk kebutuhan tahun rencana 20 tahun kedepan dan membutuhkan sebanyak 156 unit.
b. Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan hasil analisis, pada tahun rencana Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran telah dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap sarana pendidikan Sekolah Dasar dengan jumlah eksisting 136 unit hal ini telah memenuhi standar pad tahun proyeksi yaitu kebutuhan SD sebanyak 122 unit.
c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMP tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 16 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMP sebanyak 15 unit.
d. Sekolah Menengah Umum (SMU)
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMA tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 6 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMA sebanyak 23 unit. Berdasarkan standar sarana pendidikan memang perlu adanya penambahan sarana pendidikan, namun dengan mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tata ruang lainnya dengan kebutuhan lahan untuk membangun unit sarana tersebut tidak dapat Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat pelayanan SMA tahun 2016 belum memadai karena hanya berjumlah 6 unit sementara kebutuhan seharusnya adalah 39 unit. Untuk kebutuhan tahun rencana, diperlukan penambahan SMA sebanyak 23 unit. Berdasarkan standar sarana pendidikan memang perlu adanya penambahan sarana pendidikan, namun dengan mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tata ruang lainnya dengan kebutuhan lahan untuk membangun unit sarana tersebut tidak dapat
yang memiliki keahlian,keterampilan dan wawasan yang luas dalam mengembangkan Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
daya manusia
4.5 Kesehatan
Sarana kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat setempat. Tingkat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh besar dan jumlah sarana kesehatan yang ada. Ketersediaan sarana yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sudah cukup lengkap untuk menunjang masyarakat yang ada di dalamnya seperti posyandu sudah sangat banyak dan tersebar di 5 kecamatan dengan total 229 unit tetapi untuk rumah sakit tidak tersedia di 5 kecamatan pusat pertumbuhan Pangandaran akan tetapi sudah cukup didukung oleh Puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 7 unit.
Tabel 4. 9 Jumlah Sarana Kesehatan di Pangandaran Raya Tahun 2013
Kesehatan
No Kecamatan
Balai
Puskesmas Kesehatan
Posyandu
Pos KB
Kesdes Pengobatan
Sakit
Pembantu
1 Cijulang 0 1 3 37 7 6 0 2 Parigi
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 201
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdiri atas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu dan Apotik. Perhitungan dilakukan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan upaya kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdiri atas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu dan Apotik. Perhitungan dilakukan
1. Fasilitas kesehatan Rumah Sakit dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 240.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 86.400 m2/unit.
2. Fasilitas kesehatan Puskesmas dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 120.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 1.000 m2/unit.
3. Fasilitas kesehatan Pustu dengan standar jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 300 m2/unit.
4. Fasilitas kesehatan klinik bersalin dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan sebesar 3.000 m2/unit.
5. Fasilitas kesehatan posyandu dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 1.250 jiwa/unit dengan luas lahan 60 m2/unit.
6. Fasiltas kesehatan apotik dengan jumlah penduduk pendukung sebesar 30.000 jiwa/unit dengan luas lahan 250 m2/unit
Tabel 4. 10 Tingkat Pelayanan Sarana Kesehatan
Balai Pengobatan Posyandu No
Rumah Sakit
0 1 B 10 0 K 21 10 B 2 Parigi
0 2 B 18 0 K 36 7 K 3 Sidamulih
0 2 B 12 0 K 24 9 K 4 Pangandaran
0 1 C 23 0 K 46 7 K 5 Kalipucang
0 1 B 15 0 K 29 13 K Jumlah
0 7 B 78 0 K 156 46 K Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016
Sarana kesehatan seperti Rumah sakit, balai pengobatan dan posyandu belum mampu melayani kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat melalui standar dan ketesediaan sarana yang ada. Sedangkan untuk sarana kesehatan puskesmas telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dengan tingkat pelayanan yang baik.
4.6 Peribadatan
Beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat menggambarkan toleransi kehidupan beragama dan indikator makin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat diantaranya adalah semakin mudahnya masyarakat melakukan ibadah menurut agama yang dianutnya. Untuk kemudahan tersebut diantaranya tersedia tempat dalam hal melakukan ibadah. Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Total sarana peribadatan di wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran sebanyak 1.213 unit yang didominasi oleh mushola yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 816 unit dan masjid yang tersebar di 5 kecamatan dengan total 382 unit yang dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mayoritas beragama Islam akan tetapi terdapat sarana peribadatan gereja untuk beragama Kristen dengan total 12 unit. Sarana peribadatan pura dan wihara tidak tersedia di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Tabel 4. 11 Jumlah Sarana Peribadatan di Kawasan Pangandaran Raya Tahun 2013
No Kecamatan
Pura Wihara
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
Untuk mengetahui jenis sarana peribadatan yang dibutuhkan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya diperlukan perhitungan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dengan menggunakan standar dari Peraturan Menteri Nomor
8 Tahun 2011 dan SNI 03-1773-2004.
Tabel 4. 12 Tingkat Pelayanan Sarana Peribadatan di Pangandaran Raya
Sarana Peribadatan (Unit )
No Kecamatan
0 0 K 2 Sidamulih
0 0 K 3 Parigi
1 95 B 179
0 0 K 4 Pangandaran
1 57 B 121
70 K
0 0 K 5 Kalipucang
2 86 B 229
0 0 K Jumlah
1 79 B 145
0 0 K Sumber: Renip, 2016
Keterangan : ST: STANDAR; EK: EKSISTING; TP: TINGKAT PELAYANAN; K: KURANG; C: CUKUP; B: BAIK
Berdasarkan standar diatas, perlu diadakan penambahan sarana. Penambahan sarana yang perlu diperhatikan adalah langgar karena sarana masjid sudah mencukupi kebutuhan masyarakat hingga tahun 2035 (Renip, 2016) hal ini mengingat mayoritas penduduk di Kecamatan ini beragama muslim. Penambahan sarana bisa saja dilakukan karena keterjangkauan pelayanan peribadatan yang harus dipenuhi, namun mengingat ketersediaan lahan yang terbatas hal tersebut sulit dilakukan, sehingga kemungkinan solusi yang didapatkan adalah merubah fungsi atau menghibahkan lahan bagi warga yang ingin menjadikan lahan mereka untuk dijadikan tempat ibadah.
4.7 Transportasi
Transportasi berfungsi untuk mendorong, merangsang pertumbuhan daerah dalam menikmati pembangunan sekaligus untuk mendukung tercapainya struktur tata ruang yang dituju (to initiate development) dan mendukung pertumbuhan dan pembangunan wilayah dalam rangka meningkatkan kinerja dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan (to answer development ). Jaringan transportasi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mencakup jaringan transportasi darat, laut/sungai dan udara.
4.7.1 Status, Dimensi, dan Kondisi Jaringan Jalan
Beberapa potensi dan persoalan transportasi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebagai berikut:
Pusat Pertumbuhan Pangandaran memiliki ruas jalan relatif banyak yang dapat menghubungkan antar kecamatan dan desa. Ruas jalan yang ada dapat dijadikan sebagai pembentuk struktur ruang Pusat Pertumbuhan Pangandaran tanpa harus membangun jalan baru. Kendala yang dihadapi dimensi jalan relatif kecil, banyaknya ruas jalan berkondisi buruk, diantaranya beberapa ruas jalan alternatif antar kecamatan dan beberapa ruas jalan di kawasan perbatasan.
Pusat Pertumbuhan Pangandaran terlalui oleh ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan Kabupaten. Ruas jalan nasional melintasi Kecamatan Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran dan Kalipucang. Ruas-ruas jalan tersebut berfungsi ganda, yaitu sebagai jalan antar provinsi (regional) sekaligus sebagai jalan utama antar kecamatan (lokal).
Jalan Kabupaten di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran memiliki panjang sekitar 179,8 km yang terdiri dari 22 ruas jalan, dengan ruas jalan terpanjang untuk jalan kabupaten adalah ruas Jalan Cikembulan-Kalijati yaitu mencapai 16,8 km yang berada di Kecamatan Pangandaran, sedangkan ruas jalan terpendek untuk jalan kabupaten adalah ruas Jalan Kertamukti-Cikondang yang hanya mencapai 4,8 km. Adapun untuk jalan desa yang terdapat di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sedikitnya terdiri dari 16 ruas jalan, dengan ruas jalan terpanjang untuk jalan desa adalah ruas Jalan Cibanten-Cimindi yaitu mencapai 8,7 km yang berada di Kecamatan Cijulang, sedangkan ruas jalan terpendek adalah ruas Jalan Kalipucang-Santolo yang hanya mencapai 0,5 km.
Tabel 4. 13 Nama, Panjang, dan Lebar Jalan Desa di Kawasan Pangandaran Raya
Volume
No. No. Ruas
Nama Pangkal Ruas
Nama Ujung Ruas
3.0 6.0 Pangandaran 2 72 Babakan
Pananjung
7.0 3.0 Pangandaran 3 74 Pantai Barat Batu Karas
Pagergunung
3.1 3.0 Cijulang 4 75 Prapat
Pantai Timur Batu Karas
Pantai Barat
1.1 4.0 Pangandaran
Pangandaran
Volume
No. No. Ruas
Nama Pangkal Ruas
Nama Ujung Ruas
8.7 3.0 Cijulang 6 78 Kalipucang
0.8 6.0 Parigi Sumber: SK Gubernur Jawa Barat Nomor 620/74 Tahun 1998, disesuaikan dengan data pemekaran
Pelebaran Jalan Masuk
Batuhiu
4.7.2 Terminal
Terminal yang ada di Pusat Pertumbuhan terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Cijulang. Terminal Cijulang telah menunjukkan fungsi sebagai terminal tipe B yang cukup signifikan, sedangkan dilihat dari fasilitas yang ada berstatus sebagai terminal tipe C (salah satu indikasi terminal tipe C tidak tersedianya fasilitas ruang tunggu penumpang). Terminal tipe C (terminal lokal) terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan Parigi dan Kalipucang. Begitupun terminal yang ada di Kecamatan Pangandaran.
4.7.3 Transportasi Udara
Bandar Udara Nusawiru bertempat di Kecamatan Cijulang dengan kondisi sebagai berikut: • Jenis pesawat yang ada pada kondisi eksisting sejenis CN-235 (produksi Indonesia). • Rute penerbangan kondisi eksisting adalah Jakarta-Bandung-Nusawiru-Cilacap • Panjang Landasan Pacu 1.400 meter • Lebar Landasan Pacu 30 meter • Taxiway 20 meter.
Secara operasional ruang udara Bandar Udara Nusawiru direncanakan adalah ruang udara dikendalikan (controlled airspace) dengan klasifikasi B, yang direncanakan terdapat Pendidikan Penerbangan, untuk itu ruang udara Bandar Udara Nusawiru dikembangkan menjadi ADC dan Secara operasional ruang udara Bandar Udara Nusawiru direncanakan adalah ruang udara dikendalikan (controlled airspace) dengan klasifikasi B, yang direncanakan terdapat Pendidikan Penerbangan, untuk itu ruang udara Bandar Udara Nusawiru dikembangkan menjadi ADC dan
: Area dalam lingkaran dengan r=10 NM berpusat di “NWR” VOR. Vertikal limit
: Permukaan bumi/air sampai ketinggian 2500 ft.
Kelas ruang udara
:B
Altitude transisi
: 11.000 ft
Level transisi
: FL. 130
Kriteria ruang udara Bandar Udara Nusawiru dengan klasifikasi “ B ” adalah sebagai berikut :
1. Digunakan untuk kaidah penerbangan instrumen dan visual;
2. Diberikan separasi kepada semua pesawat udara;
3. Diberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;
4. Tidak ada batas kecepatan;
5. Memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
6. Pemberian izin oleh Air Traffic Control (ATC Clearance). Pesawat komersial yang direncanakan melayani Bandara Nusawiru adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama sejenis pesawat penumpang 12 orang , sejenis Cessa B208B.
2. Tahap Kedua sejenis pesawat dengan penumpang 50 orang, sejenis F-50, ATR-42, Dash-
8, dan MA-60.
4.7.4 Transportasi Air
Jenis transportasi air yang terdapat di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebagai berikut : • Dermaga angkutan penyeberangan penumpang dan barang di Kalipucang (Dermaga Santolo). • Dermaga angkutan penyeberangan penumpang dan barang di Kalipucang (Dermaga Majingklak).
• Kedua dermaga tersebut di atas melayani pergerakan yang menghubungkan Kalipucang dengan kota Cilacap (Jawa Tengah). • Dermaga Santolo melayani rute angkutan pariwisata, selain melayani pelayanan komersial. Pendangkalan sungai Citanduy yang terjadi berimplikasi tidak dapat berfungsinya dermaga Santolo secara optimal.
4.8 Jaringan Utilitas Jaringan utilitas merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan di suatu wilayah. Jaringan utilitas dalam hal ini meliputi jaringan irigasi/drainase, jaringan air bersih, persampahan, listrik/energi dan telekomunikasi.
4.8.1 Jaringan Irigasi dan Drainase Kabupaten Pangandaran memiliki 22 daerah irigasi pemerintah yang mampu mengaliri
areal seluas 8.555,41 Ha. Diantaranya merupakan daerah irigasi yang melintasi Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran, yaitu di Cibeureum dan Merjan. Daerah irigasi yang berada di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4. 14 Daerah Irigasi Pemerintahan Kabupaten Pangandaran
No DAERAH IRIGASI
AREA (HA)
DAERAH YANG DIALIRI KECAMATAN
Babakan, Sukahurip, Pananjung
Sidomulyo, Purbahayu, Wonoharjo
Sidamlih, Sukaresik, Cikalong, Pajaten
Cibenda, Bojong, Cintaratu Maruyungsari, Paledan, Sukanagara, Cibogo, Kedungwuluh, Karangpawitan,
5 Lakbok Selatan
Lakbok Selatan
Padaherang, Karangsari, Sindangwangi
Mangunjaya
Mangunjaya, Kertajaya, Sukamaju
Kertayasa, Cijulang, Margacinta Parigi, Karangbenda,
Parigi
Karangjaladri, Cintakarya
Mangunjaya, Sindangjaya
No DAERAH IRIGASI
AREA (HA)
DAERAH YANG DIALIRI KECAMATAN
Sumber : Dinas PSDA Kabupaten Pangandaran, 2014
Berikut merupakan DAS yang terkait dengan wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Sumber : Penyusunan Masterplan Air Baku di Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Gambar 4. 5 DAS di Wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran
4.8.2 Jaringan Air Bersih/Air Minum
Pengolahan air baku PDAM Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran masih bergabung dengan Kabupaten Ciamis yang memiliki dua jenis tipe pengolahan, yaitu tipe Pengolahan Lengkap (IPA lengkap) dan tipe pengolahan sederhana (Saringan Pasir Lambat). Total kapasitas terpasang dari unit-unit pengolahan tersebut yang tersebar di 6 wilayah pelayanan dan 11 instalasi pengolahan sebesar 191,10 l/dt, air yang di produksi dari masing-masing unit pengolahan tersebut menurut data PDAM bulan Agustus tahun 2009 adalah sekitar 189,01 l/dt.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran fasilitas produksi yang ada di PDAM Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4. 15 Jumlah Pelanggan dan Penggunaan Air Minum di Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2012
2012 No
Kategori Pelanggan
Jumlah
Jumlah
Jumlah Jumlah
Pelanggan
Konsumsi
Pelanggan Konsumsi
(SL)
(m 3 )
(SL) (m 3 )
1 Sosial Umum
368 77.212 2 Sosial Khusus
223 97.993 3 Rumah Tangga
18.815 3.083.299 4 Pemerintah, Badan/Lembaga Pemerin-
218 116.954 tah, Lembaga Pendidikan Tinggi
5 Niaga (Niaga Besar & Niaga Kecil)
Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, Tahun 2013
Unit Kerja Cabang Pangandaran (unit Pangandaran, unit Parigi dan unit Kalipucang)
• Kehilangan air tinggi 31,20 %; • Instalasi pengolahan kurang berfungsi dengan baik.
Unit Kerja Cabang Banjarsari (unit Banjarsari, unit Pamarican, unit Padaherang)
a. Cakupan pelayanan baru mencapai 5 %;
b. Tingkat kehilangan air cukup tinggi sebesar 34 % (>dari standar nasional= 20%);
c. Tingginya biaya produksi, operasional, pemeliharaan untuk IPA Banjarsari dibandingkan dengan harga jual ke konsumen. Pada penyusunan masterplan air baku akan direncanakan pembangunan waduk di
wilayah pusat pertumbuhan Pangandaran yaitu Waduk Sukahurip di Kecamatan Kalipucang dan juga akan direncanakan bendungan di Kecamatan Parigi yang sesuai dengan arahan master plan air baku.
4.8.3 Persampahan
TPA adalah salah satu komponen penting dalam sistem pembuangan sampah. TPA yang ada di Kabupaten Pangandaran saat ini masih diartikan tempat pembuangan akhir sampah yang menggunakan model pembuangan sampah open dumping yang secara teoretis tidak baik. Beberapa lokasi TPA yang mendukung terhadap Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah TPA Purbahayu Pangandaran, termasuk dalam wilayah Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran. Luas lahan TPA ini kurang lebih 3 Ha dengan status lahan milik Pemerintah Kabupaten Pangandaran namun akan dilakukan perluasan TPA menjadi 10 Ha dengan pengelolaan TPS 3R yang lokasinya tidak jauh dari TPA. Volume sampah yang masuk di TPA ini kurang lebih 48
m 3 /hari. Sistem pengelolaan sampah bersifat open dumping. TPA ini mempunyai wilayah pelayanan meliputi Kawasan Wisata Pangandaran, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Parigi dan tempat –tempat komersial sekitarnya.
4.8.4 Jaringan Listrik/Energi
PT PLN yang melayani Kabupaten Pangandaran merupakan distribusi Jawa Barat Cabang Tasikmalaya, yang meliputi:
1. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 1
2. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 2
3. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 3
4. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA 1
5. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA 2
6. Gardu Induk Ciamis Penyulang Cikoneng/CKND
7. Gardu induk Ciamis Penyulang Benteng/BNTG8.
8. Gardu induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 1
9. Gardu induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 2 Pelanggan listrik di Pusat Pertumbuhan Pangandaran berjumlah 47.476 pelangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 16 Jumlah Pelanggan Listrik Tahun 2013
No
Kecamatan
Jumlah Pelanggan
1 Cijulang - 2 Parigi
Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
4.8.5 Jaringan Telekomunikasi
Untuk menyongsong era globalisasi informasi, PT Telekomunikasi Indonesia berusaha meningkatkan kualitas arus informasi serta memperluas jangkauan jasa telekomunikasi ke seluruh pelosok tanah air. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap jasa telekomunikasi yang kian menurun. Pada tahun 2013 jumlah pelanggan jasa telekomunikasi di 5 (Lima) Kecamatan Pengembangan Pangandaran adalah sejumlah 20 pelanggan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 17 Jumlah Pemakai Jasa Telekomunikasi di Pangandaran Raya Tahun 2013
No
Kecamatan
Jumlah Pelanggan
Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Sumber: Kecamatan dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
4.8.6 Perekonomian
Sektor ekonomi unggulan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi sektor ini terhadap total PDRB (atas harga konstan tahun 2000) di 5 (lima) kecamatan di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran mencapai 35,96% dengan nilai ekonomi mencapai Rp 431 Milyar, dimana konsentrasi aktivitas sektor perdagangan terdapat di Kecamatan Pangandaran.
Tabel 4. 18 PDRB Per Kecamatan di Kawasan Pangandaran Raya Pertumbuhan Tahun 2012 atas dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
KECAMATAN
NO LAPANGAN USAHA
PANGANDARAN KALIPUCANG
1. Pertanian
76.013,185 50.675,934 2. Pertambangan dan
924,046 2.891,566 Penggalian 3. Industri Pengelolaan
38.476,998 1.157,227 4. Listrik, Gas dan Air
0 0 0 16.268,857 Bersih 5. Bangunan
10.396,643 6.766,527 6. Perdagangan, Hotel,
206.314,850 62.151,700 dan Restoran 7. Pengangkutan dan
18.059,487 1.989,970 Konstruksi 8. Keuangan Persewaan
12.264,460 7.105,616 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
429.315,257 179.480,369 Sumber: Kecamatan-Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
Perdagangan merupakan penggerak ekonomi tertinggi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berdasarkan data yang didapat, jumlah perusahaan perdagangan menurut status permodalannya sebanyak 242 perusahaan, dengan dominasi perusahaan kecil, dan 2 perusahaan sedang.
Tabel 4. 19 Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional di di Pangandaran Raya Pangandaran Tahun 2012
Perusahaan
No Kecamatan
Perusahaan Besar
Menengah
Perusahaan Kecil
1 Cijulang 0 1 28 2 Parigi
Pusat Pertumbuhan Pangandaran 0 2 242
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2013
Adanya pasar dan kegiatan perdagangan lainnya mendukung terlaksananya kegiatan perekonomian masyarakat. Tidak hanya bagi pendorong roda perekonomian tapi juga bagi ketersediaan bahan pokok yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Pemda Kabupaten Pangandaran mengelola 13 pasar yang tersebar di beberapa kecamatan. Kios terbanyak terdapat di Kecamatan Kalipucang sebanyak 874 unit, juga terdapat bank sebanyak 22 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan Wilayah Pertumbuhan Pusat Pangandaran. Fasilitas Perdagangan dan jasa Adanya pasar dan kegiatan perdagangan lainnya mendukung terlaksananya kegiatan perekonomian masyarakat. Tidak hanya bagi pendorong roda perekonomian tapi juga bagi ketersediaan bahan pokok yang diperlukan bagi masyarakat sekitar. Pemda Kabupaten Pangandaran mengelola 13 pasar yang tersebar di beberapa kecamatan. Kios terbanyak terdapat di Kecamatan Kalipucang sebanyak 874 unit, juga terdapat bank sebanyak 22 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan Wilayah Pertumbuhan Pusat Pangandaran. Fasilitas Perdagangan dan jasa
Tabel 4. 20 Jumlah Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di di Pangandaran Raya Tahun 2013
Warung/
No Kecamatan
Kios/
Pasar
Pasar Tidak
Minimarket
Bank KUD Non
Pusat Pertumbuhan
13 0 3 22 6 16 Pangandaran
2084
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pangandaran, 2014
4.8.7 Sektor Kelautan dan Perikanan
Sektor kelautan dan perikanan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya menjadi sector yang paling utama dalam pengembangan wilayah. Dalam hal ini akan dibahas mengenai potensi meliputi skema, produksi dan sebaran perikanan.
---agisu---
BAB 5 GAMBARAN KONDISI TERKINI SEKTOR STRATEGIS DI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
Kajian “Penyusunan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya” tentu sangat penting, karena Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru (DOB), namun Kabupaten Pangandaran sebelumnya sudah menjadi salah satu daerah yang berperan penting, bahkan menjadi kawasan strategis di Jawa Barat (Jabar). Pangandaran berpotensi sangat besar dijadikan satu di antara pusat pertumbuhan di Jawa Barat, dan dapat merangsang pertumbuhan daerah lainnya. Berdasarkan potensi yang ada, Pemerintah Jabar mengambil langkah dan inisiatif untuk membangun dan mengembangkan Kabupaten Pangandaran secara efektif dan efisien, agar Pangandaran dapat dijadikan pusat pertumbuhan.
Berkenaan dengan laporan awal kajian ini, telah disiapkan instrumen untuk pengumpulan data primer dan data sekunder. Secara teknis operasional, pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan ke lapangan (field research), dan penelitian dokumentasi. Data dari lapangan dikumpulkan melalui triangulasi. Tempat penelitian yang utama meliputi Daerah Pangandaran Raya dan sekitarnya, serta pusat data yang ada baik di Pemkab Pangandaran maupun di Pemprov Jabar. Adapun fokus kajian diarahkan pada pengembangan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Pangandaran Raya, yang mencakup 4 sektor: Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri. Berkenaan dengan hal tersebut, pada akhir dari pekerjaan ini, dapat digambarkan kondisi terkini investasi yang terjadi di Pangandaran Raya, dan potensi yang dapat dibangun untuk pusat pertumbuhan ke-empat fokus kajian tersebut. Berdasarkan rangkaian langkah tersebut di atas, dapat diketahui polarisasi “Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya” baik untuk pusat pertumbuhan primer, pusat pertumbuhan sekunder, maupun pusat pertumbuhan tersier bagi Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri. Pada tahap akhir Bab 5 ini,
disajikan pula analisis masalah yang disajikan dalam model SWOT untuk masing- masing sektor. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap sektor dapat diketahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman.
5.1 Sektor Pariwisata
Berdasarkan pada potensi dan perkembangannya selama ini, maka Pangandaran bagi masyarakat umum dikenal sebagai tempat tujuan wisata pantai, namun sesungguhnya selain pantai, Pangandaran memiliki beragam potensi alam, baik untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata (ODTW), maupun dikembangkan menjadi kelautan dan perikanan, agrobisnis, serta agroindustri. Berkenaan dengan hal tersebut, berikut ini disajikan gambaran umum mengenai kondisi pada sektor Pariwisata, industri kelautan dan perikanan, agrobisnis serta agroindustri.
Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah pariwisata baik objek wisata pantai maupun sungai. Terdapat banyak objek wisata populer baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran yaitu : pantai pangandaran, taman wisata alam (Cagar Alam Pananjung), Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, Pantai Madasari, Pantai Karapyak, dan wisata sungai yaitu Cukang Taneuh (green canyon), Citumang, Santirah. Tersedia fasilitas hotel dengan kelas yang bervariasi dan cukup lengkap, restoran dan tempat hiburan lainnya. Dengan potensi yang besar dibidang pariwisata maka misi Kabupaten Pangandaran yaitu
“Kabupaten Pangandaran Pada tahun 2025 menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia, tempat t inggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama.”
Sesuai dengan wilayah yang dikaji adalah mencakup 5 Kecamatan dalam Pangandaran Raya, maka pada bahasan mengenai gambaran umum kepariwisataan fokus pada kondisi terkini kepariwisataan di Pangandaran Raya. Keragaman fasilitas kepariwisataan yang ada di Pangandaran Raya secara umum telah dilengkapi semua komponen kepariwisataan. Adapun komponen tersebut dikenal dengan 4A, yakni:
1. Atraksi wisata
5.1.1 Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang kini telah berkembang di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya meliputi wisata alam (pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa), wisata budaya dan wisata atraksi minat khusus.
1. Wisata Alam
Atraksi wisata alam terdiri dari pantai, sungai, panorama pegunungan dan goa. Di bawah ini, disajikan tabel mengenai atraksi wisata alam yang di kelompokan berdasarkan kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.
Tabel 5. 1 Atraksi Wisata Alam
NO
Atraksi Wisata Alam
I. Kecamatan Cijulang
1 Cijulang Rafting
2 Goa Muarabengang
3 Puncak Muntuk Wareng
4 Mangrove
5 Pantai Batukaras
6 Green Canyon
7 Situ Cisamping
8 Curug Tringgul/Green Coral
9 Pondok Patra
10 Taman Wisata Alam Laut Cijulang
II. Kecamatan Kalipucang
1 Goa Donan
2 Pelabuhan Majingklak
3 Pantai Palatar Agung
4 Pantai Solok Timun
5 Pantai Karapyak
6 Patai Karang Nini
7 Pantai Lembang Putri
III. Kecamatan Pangandaran
1 Pantai Barat Pangandaran
2 Pantai Timur Pangadaran
3 Kawasan Cagar Alam Pananjung
4 Kawasan Mangrove Bulak Setra
5 Curug Bojong
6 Goa Badak Paeh
7 Goa Bojong Lekor
8 Curug Jambe Enum
9 Sungai Pingit
IV. Kecamatan Parigi
1 Santirah
2 Goa Lanang
3 Goa Regregan
4 Jogjogan
5 Mangrove Bojongsalawe
6 Citumang
7 Pantai Batu Hiu
V. Kecamatan Sidamulih
1 Curug luhur
2 Curug pule
3 Komplek Sodong Panjang
4 Curug Kurung
5 Curug Bebek
6 Mangrove Karangtirta
Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015
Di Kecamatan Cijulang terdapat 10 wisata alam dan sekaligus sebagai jumlah wisata alam terbanyak di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Gambar 5.1 disajikan peta sebaran wisata di pusat pertumbuhan Pangandaran Raya.
Sumber: Hasil Analisi, 2016
Gambar 5. 1 Sebaran Pariwisata Pangandaran Raya
2. Wisata Budaya
Pada Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya terdapat wisata budaya berupa hasil kebudayaan dari masyarakat setempat. Pada Tabel 5.2 disajikan daftar wisata budaya pada kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya.
Tabel 5. 2 Daftar Wisata Budaya pada Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya
NO
Daya Tarik Wisata Budaya
I. Kecamatan Cijulang
1 Kampung Badud
2 Saing Angklung Mang Koko
3 Bengkel Seni Kang Didin
II. Kecamatan Kalipucang
1 Terowongan Wilhelmina
III.
Kecamatan Pangandaran
IV. Kecamatan Parigi
V. Sidamulih
Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015
3. Wisata Atraksi Minat Khusus
Pada tabel 5.3 Disajikan daftar wisata buatan/minat khusus yang terdapat di pusat pertumbuhan pangandaran raya.
Tabel 5. 3 Daftar Wisata Buatan di Pertumbuhan Pangandaran Raya
NO
Daya Tarik Wisata Buatan/Minat Khusus
I. Kecamatan Cijulang
1 Sirkuit Metrojaya
2 Agrowisata Margacinta
3 Saung Panireman
4 Nusawiru
II. Kecamatan Kalipucang
III.
Kecamatan Pangandaran
IV. Kecamatan Parigi
1 Penangkaran Penyu Batu Hiu
V. Kecamatan Sidamulih
Sumber: RIPPARDA Pangandaran, 2015
Gambar 5.1 menunjukkan gambaran terkini sebaran tempat wisata yang ada di masing- masing kecamatan di Pangandaran Raya.
4. Event pariwisata
Pariwisata dalam layanan Event di Kabupaten Pangandaran akan dapat menarik minat wisatawan. Event yang ada di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya di antaranya:
1. Event wisata Rally Foto pariwisata Pangandaran
2. Event wisata Pangandaran Fair (carnival dan pameran pembangunan)
3. Event wisata Orari Fox Hunting
4. Event wisata Ngarung Bareng Green Canyon
5. Event wisata Hajat Laut
6. Event wisata Pesona Purnama Pesisir Pangandaran
7. Event wisata Aksi Sapta Pesona
8. Event KITE Festival
5.1.2 Aksesibilitas
Kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Artinya dalam mencapai suatu tujuan terdapat kemudahan dan jangkauan yang dicapai oleh orang. Untuk mencapai Kabupaten Pangandaran khususnya Pusat Pertumbuhan Pangandaran sudah terdapat akses yang dapat dijangkau berupa fasilitas umum seperti bangunan masjid, pertokoan juga akses dimudahkan dengan adanya 1 terminal penumpang tipe
B dan 4 terminal tipe C Bandar Udara Nusawiru, dan juga 3 Pelabuhan serta terdapat rencana reaktivasi rel kereta api yang ada di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran sehingga meskipun dengan adanya fasilitas diatas belum dirasakannya akses yang tinggi karena belum optimalnya pengoperasian masing-masing fasilitas transportasi. Dan juga yang menjadi kendala aksesibilitas ini hanya kondisi jalan yang sebagian besar dalam keadaan rusak khususnya untuk mencapai destinasi wisata .
1. Kondisi Jalan
Akses jalan menuju objek pariwisata cukup penting untuk memudahkan wisatawan dalam mengunjungi objek-objek wisata yang ada Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran. Berikut akan dijelaskan kondisi akses jalan menuju objek pariwisata yang ada di Pusat Pertumbuhan Pangandaran
Tabel 5. 4 Kondisi Jalan Objek Pariwisata
Akses jalan menuju objek wisata pantai barat kondisinya 1 Barat
Kec.
sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Pantai
Pangandaran
Akses jalan menuju objek wisata pantai timur kondisinya 2 Timur
Kec.
sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Hutan
Pangandaran
Akses jalan menuju objek wisata hutan cagar budaya
Kec.
3 Cagar kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah
Pangandaran
Budaya
diaspal. Akses jalan menuju objek wisata pantai karang nini
Pantai kondisinya cukup buruk walaupun kondisi jalan yang
Kec.
4 Karang sudah diaspal tetapi banyak jalan yang masih berlubang
Kalipucang
Nini yang sangat mengganggu wisatawan dalam melakukan wisata. Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak
Pantai
Kec.
5 kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Karapyak
Kalipucang
diaspal.
Pantai Akses jalan menuju objek wisata pantai karapyak 6 Karang
kondisinya cukup baik dengan kondisi jalan yang sudah Tirta
Kec. Sidamulih
diaspal tetapi masih terdapat jalan yang berlubang. Akses jalan menuju objek wisata pantai batu hiu
Pantai
kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Batu Hiu
7 Kec. Parigi
diaspal. Akses jalan menuju objek wisata pantai batu karas
Pantai
kondisinya sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah Batu Karas
8 Kec. Cijulang
diaspal.
Green Akses jalan menuju objek wisata green canyon kondisinya
9 Kec. Cijulang
Canyon sangat baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal. Sumber: Renip Pangandaran Raya, 2016
Capaian bidang transportasi di Pangandaran Raya pada tahun 2015 capaian indikator untuk kemantapan jalan, pengaturan antar moda, dan keterhubungan dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.5. Ternyata kemantapan jalan baru mencapai 56,68% dari tingkat optimasi yang Capaian bidang transportasi di Pangandaran Raya pada tahun 2015 capaian indikator untuk kemantapan jalan, pengaturan antar moda, dan keterhubungan dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.5. Ternyata kemantapan jalan baru mencapai 56,68% dari tingkat optimasi yang
Tabel 5. 5 Capaian Indikator 2015 CAPAIAN 2015
Indikator Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya Kemantapan Jalan 56,68% mantap
Pengaturan Antarmoda Belum Tersedia Keterhubungan Belum Terintegrasi
Sumber : Hasil Analisis dan Pusdalitbang, 2016
Adapun capaian indikator tahun 2035 bidang transportasi di Pangandaran Raya, indikator untuk kemantapan jalan ditargetkan mencapai 100%, pengaturan antar moda, dan keterhubungan sudah terintegrasi, dan pengaturan antar moda sudah tersedia sepenuhnya sesuai kebutuhan. Capaian tersebut dicerminkan sebagaimana dalam Tabel 5.6.
Tabel 5. 6 Capaian Indikator 2035
TARGET CAPAIAN 2035 Pusat Pertumbuhan
Indikator Pangandaran Raya
Kemantapan Jalan
100% mantap
Pengaturan Antar moda
Sumber : Indikator Kunci Prov Jabar
Berdasarkan Renip 2016, untuk mencapai indikator Infrastruktur Utama perlu beberapa hal yang harus dilakukan yaitu melalui upaya:
1. Memperbaiki akses jaringan jalan agar terdapat kemudahan dan kenyamanan dalam mencapai tujuan.
2. Meningkatkan pelayanan transportasi umum dengan memberikan kenyamanan kepada penumpang.
3. Meningkatkan pelayanan fasilitas transportasi umum seperti ruang tunggu, halte.
4. Pengelolaan berkelanjutan pada fasilitas terminal, dermaga, dan bandara.
5. Dibentuk suatu sistem transportasi antar moda yang memudahkan masyarakat memilih alternatif moda untuk mencapai tujuan pergerakan.
5.1.3 Ameniti
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
1. Perhotelan
Data Dinas Parperindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran (2013) mencatat bahwa di seluruh destinasi Pangandaran (termasuk Pangandaran, Batu Hiu, dan Batu Karas) terdapat 119 fasilitas akomodasi, yang terdiri dari 1 unit dengan klasifikasi bintang dan 118 unit dengan klasifikasi Melati. Data ini menunjukkan penurunan dari data 2008, yang mencatat 129 fasilitas akomodasi. Pangandaran, 2009; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).
Sementara itu, PHRI Kabupaten Pangandaran mempunyai 111 anggota di kawasan Pangandaran; yang terdiri dari 100 anggota di Pangandaran dan 11 anggota di Batukaras. Survey fasilitas akomodasi pada tahun 2011 berhasil mendata 173 fasilitas akomodasi di Pangandaran atau sekitar 73% lebih banyak dari data resmi saat ini.
Walaupun berdasarkan klasifikasi resmi hanya terdapat 2 jenis fasilitas akomodasi di Pangandaran, tetapi sesungguhnya akomodasi di Pangandaran sangat beragam. Jika ditinjau dari aspek kualitas kamar, fasilitas pendukung, pelayanan, dan pengelolaan; maka didapatkan beberapa klasifikasi akomodasi; yaitu:
1. Klasifikasi 1, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau televisi, mempunyai fasilitas kolam renang, restoran, ruang pertemuan, dan lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan memberikan pelayanan makan pagi
2. Klasifikasi 2, dengan karakter: hotel, kamar dilengkapi dengan AC dan/atau televisi, mempunyai fasilitas salah satu atau dua dari kolam renang, restoran, ruang pertemuan, lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan memberikan pelayanan makan pagi.
3. Klasifikasi 3, dengan karakter: penginapan, sebagian kamar dilengkapi dengan AC dan televisi, sementara sebagian hanya dilengkapi dengan kipas angin dan televisi, hanya mempunyai fasilitas lobby, pengelolaan sebagai unit usaha, dan tidak memberikan pelayanan apapun
4. Klasifikasi 4, dengan karakter: penginapan, kamar dilengkapi dengan kipas angin, sebagian kamar dilengkapi dengan kipas angin, tidak mempunyai fasilitas penunjang, dan tidak memberikan pelayanan apapun
5. Klasifikasi 5, dengan karakter rumah penduduk yang disewakan sebagian (kamar) atau seluruh unit rumah. Secara fisik, rumah-rumah ini seringkali tidak terlihat berbeda dengan rumah normal. Hanya saja, terdapat papan bertuliskan “Kosong” didepan rumah. Pada
musim ramai seperti lebaran dna tahun baru, hampir sebagian besar rumah penduduk di sekitar pantai Pangandaran menjelma menjadi klasifikasi ini. Berdasarkan jumlah unit usaha, akomodasi didominasi oleh hotel klasifikasi 4 dengan
jumlah 92 unit atau sekitar 53% dari seluruh hotel yang ditemukan; sekaligus menyediakan jumlah kamar terbanyak dibanding akomodasi lain (38.87%). Akan tetapi karena harga kamar yang jauh lebih murah; maka nilai bisnis untuk hotel-hotel klasifikasi 1 masih jauh lebih besar.
Total kapasitas kamar yang tersedia di Pangandaran cukup tinggi, yaitu 2979 unit kamar dari berbagai tipe. Sebagian besar terdiri dari kamar di hotel klasifikasi 4 dan klasifikasi 2. Interior dan kelengkapan kamar hotel di Pangandaran sebagian besar disesuaikan dengan minat wisatawan domestik atau wisatawan mancanegara.
Sebagian besar hotel di Pangandaran masih dimiliki oleh masyarakat lokal. Terlihat dari temuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pangandaran yaitu sekitar 31,79% dari pemilik hotel berasal dari masyarakat setempat. Jika pemilik hotel sekitar Pangandaran juga dianggap masyarakat lokal, maka kepemilikan hotel lokal adalah 47,98%; sementara kepemilikan non lokal adalah 52,02%.
2. Restoran
Fasilitas restoran di Pangandaran sangat memadai dan merupakan salah satu kekuatan destinasi ini. Dari hasil survey, tercatat setidaknya 57 unit restoran yang dapat melayani wisatawan. Jumlah ini diluar warung-warung makan sederhana yang lebih banyak melayani masyarakat setempat. Varian menu makanan yang ditawarkan pun cukup beragam, yaitu: menu Fasilitas restoran di Pangandaran sangat memadai dan merupakan salah satu kekuatan destinasi ini. Dari hasil survey, tercatat setidaknya 57 unit restoran yang dapat melayani wisatawan. Jumlah ini diluar warung-warung makan sederhana yang lebih banyak melayani masyarakat setempat. Varian menu makanan yang ditawarkan pun cukup beragam, yaitu: menu
Restoran menu makanan laut cukup mendominasi dan merupakan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran. Harga makanan di Pangandaran pun cukup terjangkau. Untuk restoran yang paling baik rata-rata harga adalah Rp 50.000 – 70.000 per kepala (termasuk minum); sementara restoran-restoran yang lebih sederhana sekitar Rp 20.000 – 40.000 per kepala. Warung makan menawarkan makanan dengan kisaran harga Rp 10.000 – 20.000 per kepala.
Usaha Jasa makanan yang ada I Pangandaran berjumlah 57 restoran antara lain sate galunggung, karya bahari, tunas rejeki, UNI, lestari, laksana, kidang mas, kidang mas putra, dita, risma, sanyunan, sari melatih, berkah, mitra bahari, bitang timur, karya putra, yans, cibanjer, karya bahari 2, RM pananjung pantai timur, warung jambu bandra, bu surman, erlin, holiday, murasakhi, Mambo Jalan Jaga Lautan, Rasa Sayang, RM Chez Mama Resto, Mutya's, Sarimbit, RM 33, A & R, Holiday Ayam, Pak Jaja Jalan, Lonely Planet, Sunrise Bgs Resto, Kedai Ulin, Pujasera Nanjung, Christie, Rumah Makan Mina Bahari, Salero Mande, Sawargi, Bakso Cemplang, Zurqa, Sate Bundaran, Bamboo, Mungil, Jacko, Number One, Diam Cafe, Warung Nasi Butut, Mie Baso Podo Moro, Warung Ellis, Mas Yanto.
5.1.4 Ansilari
Ansilari adalah penyedia layanan kepada wisatawan. Adanya lembaga pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari daerah wisata apabila wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Hal yang termasuk ansilari yaitu pemandu wisata dan pelayanan kurir, agen periklanan, konsultan, pendidikan dan penyedia pelatihan dan koordinasi kegiatan oleh dewan kepariwisataan lokal.
1. Usaha Jasa Biro/Agen Perjalanan Wisata
Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun 1970-an, akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di kawasan ini. Biro perjalanan wisata nasional seringkali mengoperasikan tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama dengan biro perjalanan wisata lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara otodidak; sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil. Biro perjalanan wisata yang beroperasi di Pangandaran, yaitu: Walaupun kegiatan pariwisata di Pangandaran telah berlangsung sejak tahun 1970-an, akan tetapi tidak banyak biro perjalanan wisata yang beroperasi di kawasan ini. Biro perjalanan wisata nasional seringkali mengoperasikan tournya dari kantor pusat; tanpa bekerja sama dengan biro perjalanan wisata lokal. Sebagian besar pemandu juga menjual paket wisata secara otodidak; sehingga fungsi biro perjalanan wisata sangat kecil. Biro perjalanan wisata yang beroperasi di Pangandaran, yaitu:
b. Dan’s Tourist Service and Money Changer BPW ini beralamat di jalan Kidang Pananjung dan ti dak berbadan hukum. Dan’s memliki
4 orang tenaga kerja. Selain melayani paket perjalanan Pangandaran dan sekitarnya; Dan’s juga memberikan jasa reservasi penerbangan, reservasi transport bus, dan penukaran mata uang asing.
c. Kangkareng Tour BPW ini beralamat di jalan Pamugaran dan tidak berbadan hukum. Hal ini karena dirinya mengkhususkan untuk menjual paket wisata alternatif di Pangandaran dan sekitarnya, seperti wisata sepeda, wisata tarian daerah, kelas memasak, adopsi karang, dan sebagainya.
2. Organisasi dan Asosiasi Pariwisata Kabupaten Pangandaran
a. Kompepar Kabupaten Pangandaran
Sebagai kabupaten yang memiliki potensi daya tarik wisata yang tersebar di sepuluh kecamatan, Kabupaten Pangandaran memiliki Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) yang mengelola beberapa kawasan wisata, diantaranya:
b. Kompepar Curug Bojong
Kompepar Curug Bojong merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola kawasan daya tarik wisata Curug Bojong yang terletak di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran. Adapun rencana pengembangan kawasan yang akan dilakukan oleh kompepar ini diantaranya:
1) Mengembangkan daya tarik wisata yang berakar pada alam dan budaya Jawa Barat, sehingga pengembangan pariwisata juga merupakan upaya pelestarian alam dan budaya, serta sekaligus pembangunan jati diri dan pemberdayaan masyarakat Jawa Barat.
2) Mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum budaya sunda, berupa rangkaian simpul-simpul aspek sejarah, alam, seni, dan budaya Jawa Barat.
3) Mengembangkan dan meng-enforce tema yang jelas di setiap simpul yang mengakar pada alam dan budaya sunda, sehingga membentuk suatu produk wisata yang spesifik, unik, khas Jawa Barat.
4) Memanfaatkan sumber daya tarik wisata provinsi sebagai gerbang pendorong/penarik wisatawan ke produk wisata yang dikembangkan di kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
5) Secara Keruangan, pengembangan pariwisata diarahkan untuk mendorong perkembangan wilayah di seluruh Jawa Barat, khususnya ke wilayah-wilayah yang belum berkembang seperti, Jawa Barat bagian selatan dan Jawa Barat bagian timur.
Kemudian dari sisi kelembagaan Kompepar Curug Bojong ini juga memiliki strategi pengembangannya, yaitu:
1) Mengembangkan perangkat kelembagaan yang memungkinkan pengembangan pariwisata antar wilayah administrasi kota/kabupaten.
2) Peningkatan koordinasi dan konsolidasi antar lembaga pemerintah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, antar lembaga pemerintah dengan swasta, dan masyarakat dalam pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat.
3) Pengembangan lembaga pendidikan pariwisata sebagai pencetak sumber daya manusia pariwisata yang kompeten/berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pasar.
c. Kompepar Margacinta
Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Margacinta ini beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove, Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung Badud untuk jenis wisata alamnya. Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki potensi seni dan budaya berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung, Seni Degung, Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah Kompepar Margacinta merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata yang mengelola Desa Margacinta yang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Cijulang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Margacinta ini beberapa diantaranya Cijulang Rafting, Wisata Mangrove, Sirkuit Metro Jaya, dan Kampung Badud untuk jenis wisata alamnya. Sedangkan, untuk wisata budaya desa ini memiliki potensi seni dan budaya berupa, Seni Badud, Seni Gondang, Seni Beluk, Seni Angklung, Seni Degung, Kecapi Suling, Seni Pongdut, Seni Wayang Golek, Seni Reog, Seni Qosidah
1) Pembangunan TIC (Tourist Information Center),
2) Pembangunan gedung Padepokan Agung,
3) Pembangunan prasarana Desa Wisata dan Budaya (Akses),
4) Permodalan pengrajin/pengembangan ekonomi kreatif masyarakat pengrajin,
5) Pengembangan sarana dan prasarana atraksi wisata Cijulang Rafting,
6) Pembangunan homestay tradisional, dan
7) Pembangunan wahana atraksi wisata outbound. Di samping itu ada juga sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh stakeholders kepariwisataan
dengan menitik beratkan kepada pengunjung, sehingga mereka bisa merasa nyaman dan kembali berkunjung ke Desa Margacinta.
d. Kompepar Pangandaran
Kompepar Pangandaran merupakan kelompok masyarakat penggerak pariwisata di kawasan Pantai Pangandaran. Kompepar Pangandaran ini terbentuk dengan tujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan peran serta pelaku usaha pariwisata dan masyarakat dalam menata pelayanan dan kebutuhan wisatawan di Objek dan Daya Tarik Wisata.
2) Meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.
3) Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berwisata.
4) Meningkatkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona bagi masyarakat di sekitar objek dan Daya Tarik Wisata.
5) Memanfaatkan dan meningkatkan potensi Objek Wisata dan peningkatan mutu pelayanan bagi wisatawan.
6) Menciptakan Pangandaran sebagai Daerah Tujuan Budaya dan Wisata andalan. Adapun sasaran dari pembentukan kompepar ini yaitu:
1) Tumbuhnya sadar wisata di kalangan masyarakat sehingga timbul rasa memiliki, rasa turut bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata.
2) Tumbuhnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan meningkatkan kesadaran pengusaha jasa usaha pariwisata untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung dan atau wisatawan.
3) Tersedianya sarana dan prasarana kepariwisataan yang memadai sesuai dengan upaya peningkatan kegiatan kepariwisataan.
4) Terciptanya citra kepariwisataan yang serasi dengan lingkungan.
5) Terpeliharanya kebersihan dan ketertiban dalam rangka pelestarian lingkungan.
6) Meningkatnya pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat serta memperluas kesempatan kerja.
7) Peningkatan arus kunjungan wisatawan.
8) Adanya hubungan timbal balik antara pihak Pembina dan yang dibina sehingga diharapkan terciptanya hubungan yang harmonis.
e. PHRI
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau sering di singkat PHRI, adalah sebuah himpunan yang beranggotakan Hotel - Hotel, Penginapan, Restoran ataupun Rumah Makan yang memiliki Visi dan Misi yang sama. Adapun Visi dan Misi PHRI sebagai berikut:
VISI:
1) Bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia hanya dapat dicapai dengan mengisi pembangunan nasional di segala bidang kehidupan dan berkesinambungan.
2) Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang meliputi juga pembangunan pariwisata, dan hanya dapat diwujudkan dengan peran aktif para pelakunya termasuk badan usaha, perhotelan, restoran, jasa pangan, lembaga pendidikan pariwisata serta jasa boga yang bersatu dalam satu wadah.
MISI:
Beragam misi penting diemban PHRI sebagai organisasi yang memayungi anggota- anggotanya yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga serta lembaga pendidikan pariwisata, diantaranya mengembangkan potensi anggota, bimbingan, konsultasi, penggalangan kerja sama & solidaritas, memberikan perlindungan, promosi dalam & luar negeri, serta penelitian, perencanaan pengembangan usaha. Adapun misi- misinya sebagai berikut:
1) Membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
2) Turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional.
3) Membantu dan membina para anggota, memberikan perlindungan, menerima masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta lembaga pendidikan pariwisata.
4) Menggalang kerja sama dan solidaritas sesama anggota dan seluruh unsur serta potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.
5) Berperan aktif dalam kegiatan promosi di dalam dan diluar negeri, untuk meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.
6) Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha.
7) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan berbagai asosiasi profesi bidang hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
Dengan jumlah hotel yang terdaftar sebanyak 188 hotel di Kabupaten Pangandaran, PHRI berusaha untuk selalu menjaga kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga kerja pariwisata di Kabupaten Pangandaran.
f. ASITA
Untuk organisasi terkait dengan agen atau biro perjalanan atau yang dikenal dengan ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) di Kabupaten Pangandaran sendiri berdasarkan pada hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa di Kabupaten Pangandaran belum ada organisasi ASITA, agen dan biro perjalanan yang ada di Kabupaten ini.
g. HPI
Himpunan Pramuwisata Pangandaran merupakan organisasi yang mewadahi para pramuwisata di Kabupaten Pangandaran. Kepengurusan HPI Pangandaran sendiri sudah terbentuk sejak tahun 1990-an. hingga saat ini keanggotaan HPI Pangandaran berjumlah 58 orang anggota aktif. Pihak HPI sangat terbuka kepada siapa saja, terutama masyarakat Pangandaran yang ingin bergabung dengan organisasi ini. Walaupun terbuka kepada siapa saja, tetapi pihak HPI sendiri memiliki regulasi/aturan yang menjadi acuan bagi mereka yang ingin bergabung. Berikut beberapa syarat yang diberikan oleh pihak HPI bagi masyarakat yang ingin bergabung di organisasi ini.
1) Harus mengikuti pelatihan yang diadakan selam 14 hari dengan materi guiding. Dimana para calon peserta akan diberi pelatihan mengenai bagai mana cara memandu tamu, memberikan pelayanan kepada tamu dengan mempresentasikan setiap daya tarik atau atraksi wisata di dalam sebuah kawasan. Sehingga wisatawan yang menjadi tamu bagi pemandu dapat mendapatkan pengalaman yang menarik pada saat mereka melakukan aktivitas wisata.
2) Kemudian yang kedua adalah harus menguasai salah satu bahasa asing baik itu Bahasa Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa Perancis, Bahasa German, Maupun Mandarin. Hal tersebut untuk mempermudah penyampaian informasi kepada wisatawan yang dipandu oleh anggota HPI.
3) Dan harus memiliki KTA Nasional.
h. Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran ( OP3 )
Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran adalah organisasi yang menghimpun para pelaku perahu wisata yang berada di Kawasan Pantai Barat Pangandaran. Sedikitnya ada lima kelompok yang tergabung dalam OP3 yang mempunyai anggota sekitar 40 perahu pesiar per kelompok. OP3 sendiri mengatur mengenai standar keamanan bagi para pelaku usaha perahu pesiar untuk menjaga keamanan para wisatawan yang menggunakan jasa mereka. Adapun standar yang ditetapkan sebagai berikut:
1) Maksimal penumpang perahu pesiar adalah 10 (sepuluh) orang
2) Setiap Penumpang diwajibkan menggunakan pelampung (life jacket)
3) Penetapan denda sebesar Rp. 500,000 kepada pelaku perahu wisata yang melanggar aturan keselamatan
OP3 sendiri menetapkan uang kas kepada anggotanya sebesar Rp. 10,000 per minggu untuk kegiatan anggota dan asuransi kecelakaan. HPP adalah Himpunan Pengrajin Pangandaran. Himpunan ini dikelola oleh warga masyarakat Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Para pengrajin ini membuat kerajinan dengan bahan baku dari laut, seperti pasir, kerang, dan lain sebagainya. Adapun hiasan yang diambil dari hewan laut seperti kuda laut yang sudah diawetkan, lobster yang sudah diawetkan, ikan buntal yang sudah diawetkan, penyu yang sudah diawetkan. Selain menghimpun para pengrajin di Kabupaten Pangandaran, HPP sendiri mempunyai kegiatan rutin operasi kebersihan (opsih) yang dilakukan setiap hari jumat di kawasan Pantai Timur dan Pantai Barat Pangandaran.
i. Organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan pariwisata lainnya
Selain organisasi dan himpunan yang skala kepengurusannya sudah hingga tingkat nasional seperti PHRI dan HPI, Kabupaten Pangandaran juga memiliki organisasi/kelompok/himpunan yang terkait dengan terkait dengan pariwisata lainnya, diantaranya:
1) Organisasi Pemotret Wisata Pangandaran (OPWP)
2) Pengusaha Bugie dan Ban Renang Pangandaran (PPBRP)
3) Himpunan Pengemudi Pariwisata Pangandaran (HPPP)
4) Kelompok Sewaan Sepeda Wisata Pangandaran (KSSWP)
5) Himpunan Pengrajin Pangandaran (HPP)
6) Himpunan Pedagang Aksesoris dan Tatto ( HPAT )
7) Himpunan Pedagang Asongan
j. Kelompok/himpunan pengelola Desawisata
1) BUMDES Desa Kertayasa antara lain dalam pengelolaan Desa wisata Kertayasa dan body rafting Guha Bau
2) Kelompok pemuda pengelola body rafting Santirah di Desa Selasari
Sumber: Dokumentasi Tim, 2016
Gambar 5. 2 Body Rafting di Desa Kertayasa dan Desa Selasari
5.1.3 Analisis SWOT Sektor Pariwisata
Sebagai dasar pertimbangan investasi sektor pariwisata di Kawasan Pertumbuhan Pangandaran Raya maka diperlukan analisis terkait kondisi pariwisata di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Analisis tersebut dapat dilihat dari analisis SWOT berikut ini.
Tabel 5. 7 Analisis SWOT Pariwisata
• Pangandaran sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata
Weakness
• Hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik • Sadar wisata masyarakat masih rendah • Pantai kecamatan Pangandaran sudah dalam keadaan jenuh • Atraksi seni dan budaya masih sangat terbatas • Kondisi aksesibilitas rendah. • Tidak meratanya sebaran wisatawan di pusat pertumbuahn
Pangandaran Raya.
Opportunity
• Pangandaran memiliki kesempatan untuk dibangun bandara, pelabuhan kereta api Jalan nasional lintas pantai selatan, • Terdapat beberapa tempat wisata alam yang belum dikembangkan menjadi kawasan wisata dan satuan kawasan wisata • Memiliki lapangan pacuan kuda Cimerak
Threat
• Struktur dan karakteristik pantai Pangandaran memiliki kemiripan
sebagaimana pantai – pantai lain di Indonesia.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
5.2 Kelautan dan Perikanan
Sebagai salah satu daerah otonom baru, Pangandaran Raya yang merupakan wilayah Kabupaten Pangandaran memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hingga tahun 2015, jumlah penduduk di Pangandaran Raya mencapai 205.883 jiwa. Adapun gamb aran pertumbuhan penduduk di Pangandaran Raya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5. 8 Jumlah Penduduk Pangandaran Raya 2011-2015 Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Sumber: Hasil analisis 2014
Berdasarkan data pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu sebesar 29.36% yang diikuti oleh Sidamulih sebagai Berdasarkan data pada tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu sebesar 29.36% yang diikuti oleh Sidamulih sebagai
Cijulang Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang
Sumber: Hasil Analisis 2014
Gambar 5. 3 Presentase Penduduk Pangandaran Raya Per Kecamatan Tahun 2015
Struktur geografis Pangandaran Raya yang merupakan wilayah pesisir dan pantai membuat banyak masyarakat memilih profesi sebagai nelayan. Berdasarkan aplikasi ke nelayan, jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran Per 30 Agustus 2016 adalah 4.411 orang. Adapun jumlah nelayan di wilayah Pangandaran Raya mencapai 4.141 orang per tahun 2015.
Tabel 5. 9 Proyeksi Jumlah Penduduk Pangandaran Raya
Tahun
No
Kecamatan
1 Cijulang
2 Parigi
3 Sidamulih
4 Pangandaran
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Dari data jumlah nelayan di Kabupaten Pangandaran, kita dapat melihat bahwa 93% nelayan berada di kawasan Pangandaran Raya. Hal ini menjadi pertimbangan penting untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan di kawasan tersebut terutama Kecamatan Pangandaran dengan masyarakat berprofesi nelayan terbanyak. Lebih dari 50% nelayan berasal dari kecamatan Pangandaran.
Tabel 5. 10 Jumlah Nelayan di Pangandaran Raya Per Tahun 2015
Sumber: Ciamis dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014 dan Hasil analisis 2014
Hingga saat ini, para nelayan di daerah Pangandaran Raya mampu menghasilkan jumlah produksi yang besar meskipun dengan menggunakan peralatan penangkapan yang minim dan belum berteknologi canggih. Sebagian besar nelayan menggunakan mesin motor tempel 2 GT untuk menangkap ikan karena biaya operasional yang dibutuhkan lebih terjangkau dibandingkan dengan penggunaan kapal yang berkapasitas lebih besar. Adapun jumlah armada penangkapan ikan yang ada di daerah Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.11.
Dalam rangka menganalisis potensi yang ada di kawasan Pangandaran Raya dalam sektor kelautan dan perikanan, kita perlu melihat nilai dan hasil produksi existing terlebih dahulu. Jumlah dan nilai produksi dari sektor kelautan dan perikanan dibagi menjadi 2 sub bab yaitu nilai dari hasil tangkapan di laut dan budidaya.
Tabel 5. 11 Jumlah Perahu, Motor Tempel dan Kapal Motor Per Kecamatan Tahun 2014-2015
No Kecamatan Armada Penangkapan Ikan Tahun 2015 < 5 GT
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
5.2.1 Tangkapan
Nilai produksi ikan terbanyak dari hasil tangkapan tahun 2015 berada di wilayah Kecamatan Pangandaran. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, penangkapan hasil laut di kecamatan Pangandaran mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 1,881,080.40 kg menjadi 1,447,556.00 kg karena pengaruh kekeringan yang terjadi pada tahun tersebut. Namun, secara nilai keseluruhan hasil penangkapan ikan di Pangandaran Raya mengalami peningkatan.
Tabel 5. 12 Nilai Produksi Ikan Laut Menurut Tempat PeIelangan Ikan
Kecamatan
TAHUN 2015 Volume (Kg) Nilai (Juta Rp.) Volume (Kg)
TAHUN 2014
Nilai (Juta Rp.) Cijulang
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Penangkapan hasil perikanan laut menjadi primadona di wilayah Pangandaran Raya dengan kecamatan Pangandaran sebagai daerah penghasil perikanan laut terbanyak. Adapun produk ikan unggulan di kawasan Pangandaran Raya adalah udang, kakap merah, kakap putih, kerapu, cucut, bawal hitam, bawal putih, tenggiri, layur dan tongkol. Dari ke 10 produk unggulan penangkapan di laut, jumlah produksi terbanyak adalah ikan layur mencapai 691.46 ton. Ikan layur menjadi ikan yang jumlah produksinya terbanyak dari tahun 2007 hingga tahun
2015 kecuali pada tahun 2013. Pada tahun 2013, udang menjadi produk dengan jumlah produksi tangkapan terbanyak di kawasan Pangandaran Raya hingga 674.35 ton. Untuk rincian data yang lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 5.13
Tabel 5. 13 Jumlah Produksi Unggulan Penangkapan di laut di Kab.Pangandaran Tahun 2007 – 2015
No Jenis Ikan
Tahun (Ton)
9.21 23.89 15.77 14.62 12.89 6.27 14.63 10.28 Merah 3 Kerapu
2.91 10.54 7.08 8.67 7.64 5.21 12.92 6.64 4 Kakap
10.05 21.42 15.08 10.96 11.86 6.50 13.31 17.43 Putih 5 Cucut
7.95 8.91 21.08 4.22 5.38 5.56 7.88 4.1 6 Bawal
35.37 30.47 33.45 7.14 4.22 5.58 5.16 1.54 Hitam 7 Bawal
62.16 65.31 32.29 4.80 2.59 77.86 109.89 33.52 Putih 8 Tenggiri
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
LAPORAN AKHIR
Pada tahun 2015, udang menjadi produk hasil tangkapan laut terbanyak kedua setelah ikan layur. Adapun jumlah produksi udang adalah sekitar 54% lebih banyak apabila dibandingkan dengan hasil tangkapan ikan layur. Untuk data yang lebih jelas mengenai hasil tangkapan di laut pada tahun 2015 dapat kita lihat pada gambar 5.3.
60
50
40
30
20
10
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Gambar 5. 4 Grafik Jumlah Produksi Unggulan Penangkapan di laut
di Kab. Pangandaran Tahun 2015
5.2.2 Budidaya
Selain dari hasil tangkapan laut, produksi ikan juga diperoleh dari hasil budidaya seperti tambak dan kolam. Tabel 5.14 menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan terbanyak dengan tambak dan kolam adalah masing-masing di Kecamatan Cijulang dan Parigi sebesar 366.74 ton dan 419.36 ton. Sedangkan produksi ikan dari sawah hanya dihasilkan dari Kecamatan Cijulang sebanyak 3.62 ton. Peta sebaran produksi kelautan Pangandaran Raya dapat dilihat pada Gambar 5.6
Gambar 5. 5 Peta Sebaran Produksi Kelautan Pangandaran Raya
Tabel 5.14 menyajikan jumlah produksi ikan menurut tempat pemeliharaan pada tahun 2014 di Pangandaran Raya.
Tabel 5. 14 Jumlah Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan Pada Tahun 2014
Kecamatan
Tempat Pemeliharaan ( Ton )
Perikanan
Tambak
Kolam
Sawah
Laut
3.62 Parigi
Cijulang
- Sidamulih
Pangandaran
94.35 - Kalipucang
- Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Kawasan Pangandaran Raya belum memiliki budidaya perikanan laut. Budidaya yang saat ini berjalan adalah budidaya air tawar dan budidaya air payau. Budidaya air tawar meliputi beberapa jenis ikan seperti ikan mas, tawes, nila, gurame, udang galah, patin dan jenis ikan lain. Jumlah produksi ikan terbanyak dalam budidaya air tawar pada tahun 2015 adalah ikan nila dengan nilai 225 juta. Rincian lebih jelas dari nilai produksi ikan budidaya air tawar dapat dilihat pada tabel 5.15.
Tabel 5. 15 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Pada Tahun 2015
No
Jenis Ikan
Produksi (Kg)
Nilai (Rp)
1 Ikan Mas
5 Udang Galah
7 Ikan Lainnya
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Produksi ikan nila mencapai 34.88% dari total hasil produksi budidaya air tawar. Adapun jumlah produksi budidaya air tawar terbanyak kedua adalah ikan gurame sebanyak 31.01% dari total produksi. Adapun persentase gambaran jumlah produksi ikan pada budidaya air tawar dapat dilihat pada gambar 5.5.
Ikan Mas
Gurame Udang Galah Patin
Tawes
Nila
Lainnya
Sumber : Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Gambar 5. 6 Persentase Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Pada Tahun 2015
Berbeda dengan budidaya air tawar yang terdiri dari berbagai jenis ikan, budidaya air payau saat ini hanya dilakukan pada udang vaname. Nilai produksi ikan udang vaname pada tahun 2015 mencapai 6 miliar rupiah. Adapun jumlah dan nilai produksi ikan budidaya air payau dapat dilihat pada tabel 5.16.
Tabel 5. 16 Jumlah Nilai Produksi Ikan Budidaya Air Payau Pada Tahun 2015
No
Jenis Ikan
Produksi (Kg)
Nilai (Rp)
1 Udang Vaname
Sumber: Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
Berdasarkan Rencana Induk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, luas lahan yang cocok dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya adalah seluas 41.497 hektare. Sedangkan hingga tahun 2015, luas areal tempat penangkapan yang digunakan untuk budidaya seperti Berdasarkan Rencana Induk Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, luas lahan yang cocok dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya adalah seluas 41.497 hektare. Sedangkan hingga tahun 2015, luas areal tempat penangkapan yang digunakan untuk budidaya seperti
Tabel 5. 17 Luas Areal Tempat Penangkapan Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas Areal Tempat Pemeliharaan
Tambak (Ha)
Kolam (Ha)
Minapadi (Ha)
Kolam Air Deras (unit)
Sumbe : Bidang Kelautan dan Perikanan DKPK Kabupaten Pangandaran
5.2.3 Analisis SWOT Sektor Kelautan dan Perikanan
Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternative investasi yang maksimal. Analisis SWOT untuk bidang kelautan dan perikanan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut.
Tabel 5. 18 Analisis SWOT Bidang Kelautan dan Perikanan
Strength
1. Terdapat himpunan profesi nelayan yang solid
2. Koordinasi yang baik antara himpunan nelayan, lembaga masyarakat dan pemerintahan setempat
3. Masa transisi memungkinkan pemerintah lebih mudah mengambil kebijakan
Weakness
1. Pengadaan armada penangkapan kapal > 30 GT dapat mengurangi produksi hasil tangkapan rumah tangga perikanan nelayan kecil
2. Pangkalan Pendaratan Ikan belum optimal sehingga pendaratan ikan belum maksimal
Opportunity
1. Belum terdapat budidaya perikanan laut
2. Perikanan budidaya darat belum banyak dikembangkan
3. Pengembangan hasil tangkapan ikan bernilai ekonomis tinggi seperti bawal putih dan produk ikan layur untuk komersial ekspor
4. Pengembangan perikanan tangkap dengan armada 5 GT dan 10 GT (perairan lepas pantai)
5. Budidaya Ikan Sidat
6. Penangkapan ikan pelagis besar (tuna, cakalang)
7. Konservasi Penyu
8. Pengolahan ikan masih terbatas pada ikan asin sehingga memungkinkan untuk diversifikasi produk
Threat
1. Musim kemarau sangat mempengaruhi produktivitas
2. Pengadaan armada penangkapan kapal > 30 GT dapat menimbulkan konflik karena mengurangi produksi hasil tangkapan rumah tangga perikanan para nelayan kecil
3. Pengadaan armada kapal lebih dari 10 GT membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi atau kurang terjangkau oleh para nelayan
Sumber: Hasil Analisis, 2016
5.3 Agrobisnis Kabupaten Pangandaran
Sektor Agribisnis di Kabupaten Pangandaran menjadi salah satu penggerak roda perekonomian, cakupan sektor Agrobisnis ini meliputi Pertanian tanaman pangan, Perikanan Air Tawar, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan.
5.3.1 Pertanian Tanaman Pangan
Selain potensi pariwisata ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Luas sawah di Kabupaten Ciamis berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis pada Tahun 2012 tercatat 51.903 Ha dan 26 persen ada di Kabupaten Pangandaran atau sekitar 13 ribu Ha dengan sawah irigasi dan tadah hujan.
Tabel 5. 19 Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Pangandaran
Kondisi Sektor Pertanian
Luas Sawah (ha)
16.376 Luas Perkebunan (ha)
40.247 Luas Kehutanan [*kesesuaian land cover terhadap rencana KL Hutan] (ha)
Sumber: Dinas KPK Kabupaten Pangandaran
Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor pertanian. Luas Panen padi sawah dan padi ladang di seluruh Kecamatan yang ada di Pangandaran Raya berjumlah 13.323 hektare. Dari keseluruhan jumlah tersebut kecamatan yang paling banyak memproduksi padi sawah maupun padi ladang yaitu Kecamatan Parigi, dengan jumlah produksi sebanyak 27.260 ton dengan luas panen 4.290 Ha. Sedangkan, kecamatan yang jumlah produksinya paling sedikit adalah Kecamatan Kalipucang dengan hasil produksi sebanyak 11.609 ton dengan luas panen 1.900 Ha. Untuk melihat data yang lebih rinci mengenai luas panen dan produksi panen di setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya dapat dilihat pada tabel 5.20.
Tabel 5. 20 Luas Panen dan Produksi Padi (Padi Sawah dan Padi Ladang) Menurut Kecamatan Di Pangandaran Raya Tahun 2013
No Kecamatan
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Total Pangandaran Raya
Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014 Produksi padi di atas terbagi kedalam komoditas pertanian dan ternak yang juga tersebar
pada setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya. Adapun komoditas tersebut diantaranya kayu sengon, karet, kelapa, dan keledai untuk komoditas pertanian, sedangkan untuk komoditas pada setiap kecamatan yang ada di Pangandaran Raya. Adapun komoditas tersebut diantaranya kayu sengon, karet, kelapa, dan keledai untuk komoditas pertanian, sedangkan untuk komoditas
Tabel 5. 21 Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Komoditas di Kecamatan di Pangandaran Raya
No. Kecamatan
Komoditas Pertanian
Ternak
Jumlah
Kayu Sengon,
Karet, Kelapa
Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015
Berdasarkan tabel 5.20 terlihat bahwa jumlah kelompok tani di Pangandaran Raya berjumlah 182 kelompok dan mayoritas adalah kelompok tani dengan jenis komoditas pertanian Kayu Sengon, Karet, Kelapa dengan jumlah 65 kelompok, sedangkan jumlah kelompok tani paling sedikit yaitu dengan komoditas sapi yang berjumlah 20 kelompok.
Berdasarkan jumlah pada setiap kecamatan, kelompok tani paling banyak terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Parigi yaitu dengan jumlah 45 kelompok. Sedangkan, kecamatan yang paling sedikit memiliki kelompok tani adalah Kecamatan Cijulang, yaitu dengan jumlah 24 kelompok.
5.3.2 Perkebunan
Lahan panen tanaman budidaya yang ada di Pangandaran Raya pada data Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan tahun 2015 didominasi oleh jenis tanaman kelapa, dimana luas lahan panen tanaman kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92 Ha. Dari jumlah luas lahan tersebut yang menjadi lokasi terluas berdasarkan kecamatan adalah Kecamatan Parigi yang memiliki luas 5.019,12 Ha.
Tabel 5. 22 Lokasi dan Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Salak, Karet, Kelapa, Kacang Tanah, Kedelai di Pangandaran Raya
NO Lokasi
Luas Lahan (Ha)
Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 7 Sebaran Tanaman Pangan kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
Penentuan rencana kebutuhan untuk investasi produk unggulan perlu didahului analisis existing yang menunjukkan produktivitas masing-masing produk. Produktivitas tanaman padi, palawija dan perkebunan di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2012-2013 menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan satu sama lain. Gambaran tingkat produktivitas tanaman padi, palawija dan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut.
Tabel 5. 23 Produktivitas Tanaman Padi, Palawija, dan Perkebunan di Growth Center
Kabupaten Pangandaran Tahun 2012-2013
Kecamat Jenis Tanaman
Produksi Produkti Luas Produks Produk Produk Palawija/
tivitas tivitas
(Ton) n
Perkebunan
(Ha)
(Ton/Ha)
(Ton)
(Ton/H (%)
(Ha)
a)
Padi Sawah 2.808 21.916,91 7,81 Padi
65 83.297 1,28 Ladang/Gogo
Jagung
Ubi kayu
Cijulang Ubi Jalar
25 162,7 6,51 Kacang Tanah
18 20,6 1,14 Kacang Kedelai
45 47,15 1,05 Kacang Hijau
Padi Sawah
476,00 4,76 (1,04) Ladang/Gogo
Ubi kayu
59 660,90 11,20 (52,32) Ubi Jalar
21 142,5 67,9 269,4 Kacang Tanah
Kacang Kedelai
66 0,6 Kacang Hijau
Padi Sawah
365 3,65 Ladang/Gogo
Ubi kayu
55 369,5 6,72 0,75 Sidamuli Kacang Tanah
Ubi Jalar
50 50,75 1,02 (7,27) Kacang Hijau
h Kacang Kedelai
Pisang Kelapa
butir/ha
butir butir/h btr/ha
Padi Sawah Padi
Ladang/Gogo
Jagung
Ubi kayu Pangand
aran Ubi Jalar
Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
Pisang Kelapa
Padi Sawah
765 3,4 Ladang/Gogo
44 426,8 9,7 Kalipuca Ubi Jalar
Ubi kayu
Kacang Tanah
8 10,16 1,27 Kacang Kedelai
87,5 0,7 Kacang Hijau
Pisang Kelapa
butir/ha
butir butir/h
kering Kakao
kering Cengkeh
Sumber: BPS, 2014
Berdasarkan Tabel 5.24 tanaman budidaya kelapa memiliki luas lahan tanaman budidaya yang paling besar. Luas lahan panen tanaman budidaya kelapa yang terbesar berada di Kecamatan Parigi. Sedangkan lahan panen tanaman budidaya kelapa yang paling besar berada di Kecamatan Parigi.
Tabel 5. 24 Luas Lahan Panen Tanaman Budidaya Kayu Sengon, Karet, Kelapa, Kedelai di Growth Center Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
NO Lokasi
Luas Lahan (Ha)
Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025
Adapun jumlah produksi tanaman budidaya di Kabupaten Pangandaran mengalami pertumbuhan dan penurunan setiap tahunnya, terlihat pada tahun 2014 jumlah produksi menurun drastis dengan persentase 99,9%, tetapi pada tahun 2015 jumlah produksi mengalami kenaikan sebesar 2,1 %.
Tabel 5. 25 Produksi Tanaman Budidaya di Kabupaten Pangandaran No. Jenis Komoditas
Produksi (TON)
1. Kayu Sengon
5. Kacang Tanah
Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025
5.3.3 Peternakan
Jumlah ternak di Kabupaten Pangandaran dari tahun 2013 hingga tahun 2015 terus mengalami pertumbuhan, baik untuk jenis ternak domba maupun sapi. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini bahwa jumlah ternak domba dan sapi mengalami pertumbuhan hampir tiap tahun. Adapun jumlah ternak domba tertinggi pada tahun 2015 berada di Kecamatan Sidamulih dengan jumlah ternak sebanyak 7.303 ekor. Sedangkan untuk ternak sapi, kecamatan yang paling mendominasi adalah Kecamatan Cijulang yaitu dengan jumlah ternak sebanyak 4.186 ekor.
Tabel 5. 26 Jumlah Ternak di Pangandaran Raya
No. Kecamatan
Domba (Ekor)
Sapi (Ekor)
Sumber: Dinas Kelautan, Pertanian, dan Kehutanan, 2015
Selain ternak domba dan sapi terdapat pula ternak unggas yang terdapat di Kabupaten Pangandaran. Adapun jenis unggas yang diternakkan oleh penduduk Kabupaten Pangandaran terdiri dari ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Berdasarkan jenis unggas tersebut mayoritas unggas yang terdapat di Pangandaran Raya adalah jenis ayam buras yang pada data tahun 2013 jumlahnya mencapai 319.034 ekor. Sedangkan unggas dengan jenis itik hanya berjumlah 21.879 ekor atau menjadi jenis unggas yang paling sedikit di Pangandaran Raya.
Tabel 5. 27 Jumlah Unggas Menurut Jenisnya dan Kecamatan Tahun 2013
No Kecamatan
Ayam
Ayam Ras
Ayam Ras Itik
21879 Pangandaran Raya
Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 8 Sebaran Jumlah Ternak Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
5.3.4 Kehutanan
Berdasarkan Data Utama Kabupaten Pangandaran tahun 2014 luas hutan Kabupaten Pangandaran tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Pangandaran (Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur, Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28 Ha yang tersebar di Kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas Berdasarkan Data Utama Kabupaten Pangandaran tahun 2014 luas hutan Kabupaten Pangandaran tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Pangandaran (Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran (Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, Cigugur, Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28 Ha yang tersebar di Kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas
Tabel 5. 28 Luas Hutan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013
No
Kecamatan
Luas (Ha)
Total Pangandaran Raya
Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014
Selain hutan rakyat terdapat pula kawasan pelestarian alam yang terdapat di Kabupaten Pangandaran. Adapun nama dari kawasan pelestarian alam tersebut adalah Taman Wisata Alam Pangandaran yang memiliki luas 34.321 Ha dengan panjang batas 2.834,69 Km yang memiliki tipe ekosistem hutan pantai.
Tabel 5. 29 Luas Kawasan Pelestarian Alam di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013
Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014
Selain memiliki potensi sumber daya alam laut dan pantai, Wilayah Pangandaran Raya juga memiliki potensi sumber daya alam yang berasal dari hutan rakyat. Salah satu produksi dari hutan rakyat diantaranya kayu. Berdasarkan pada data dalam tabel di bawah terlihat bahwa
jumlah produksi kayu pada tahun 2013 mencapai 79.075.528 m 3 yang terdiri dari jenis kayu mahoni, jati, ricam, dan albasia. Dari keempat jenis kayu tersebut yang paling tinggi produksinya jumlah produksi kayu pada tahun 2013 mencapai 79.075.528 m 3 yang terdiri dari jenis kayu mahoni, jati, ricam, dan albasia. Dari keempat jenis kayu tersebut yang paling tinggi produksinya
memiliki total produksi kayu paling rendah yaitu sebesar 3.293.616 m 3 .
Tabel 5. 30 Produksi Kayu dari Areal Hutan Rakyat di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013
No. Kecamatan
Jenis Kayu (m 3 )
Albasia Total
Sumber: Data Utama Kab. Pangandaran, 2014
5.3.5 Analisis SWOT Sektor Agrobisnis
Investasi merupakan motor pertumbuhan ekonomi, yang sekaligus menjadi motor modernisasi pertanian. Dalam kajian investasi sektor agrobisnis ini akan dilihat dari kondisi, prospek dan arah pengembangan agrobisnis, sebagai informasi bagi para pemangku kepentingan tentang peluang investasi dari hulu hingga hilir dari sektor agribisnis maupun aktivitas bisnis penunjangnya.
Untuk melihat investasi agrobisnis di kawasan pertumbuhan Pangandaran raya maka akan dilihat dari analisis SWOT pada Tabel 3.10
Tabel 5. 31 Analisis SWOT Agrobisnis
• Agribisnis di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya komoditas terbesar dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu; 1) Tanaman pangan (Padi, Kayu, Sengon, dan Kelapa, 2) Peternakan yaitu Domba, dan Sapi
• Semua Komoditas Agribisnis terdapat di seluruh kecamatan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran raya dengan produksi yang sangat luas dan merata hal ini terlihat dari jumlah kelompok tani semua komoditas yang ada di semua kecamatan.
• Untuk Tanaman Pangan Komoditas Tanaman Kelapa mempunyai jumlah dan produksi yang sangat dominan dimana luas lahan panen Tanaman Kelapa di Kabupaten Pangandaran berjumlah 20.394,92
Ha. • Untuk peternakan, komoditas yang dominan adalah domba dan sapi dengan tren pertumbuhan yang selalu naik terbukti dari jumlah ternak dari tahun 2013 sampai 2015 yang selalu naik signifikan.
Weakness
• Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak pada lemahnya keterkaitan antar sub-sistem. Apa yang terjadi di lapangan adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri.
• Masih minimnya SMK Pertanian Terpadu, sehingga kurangnya tenaga dan kapasitas SDM pertanian menjadi kendala karena terbatasnya penduduk usia muda yang mau terjun ke sektor pertanian, apalagi dengan pemahaman pertanian modern di sekitar Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.
• Sebagian besar skala usaha pertanian yang dilakukan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya masih belum optimal seperti halnya untuk pertanian tanaman pangan dimana pengadaan sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan lainnya masih minim.
• Dalam bidang peternakan belum adanya laboratorium kesehatan hewan khususnya dalam memberikan pelayanan laboratorium dan diagnosa penyakit hewan secara benar dan akurat sesuai standar nasional.
• Meningkatnya jumlah ternak yang signifikan belum diikuti dengan adanya pabrik pakan yang bisa menyuplai kebutuhan pakan ternak di Pusat pertumbuhan pangandaran raya terutama pakan untuk peternakan sapi.
Opportunity
• Beberapa komoditas Agribisnis yang ada di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya seperti Kelapa mempunyai potensi pasar yang sangat luas dengan turunan pengolahan yang sangat beragam
• Sebagai komoditas pangan terbesar di Pangandaran Raya, kelapa bisa menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dll); proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas penunjangnya (keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dll).
• Daya saing produk kelapa di Pangandaran Raya potensi saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, dimana nilai tambah dalam negeri yang potensial pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi baik untuk usaha kecil, menengah, maupun besar. Pada gilirannya industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.
• Kelapa sebagai komoditas unggulan agrobisnis di Pangandaran Raya mempunyai potensi yang besar dimana permintaan pasar ekspor produk olahan kelapa umumnya menunjukkan trend yang meningkat. Sebagai contoh, pangsa pasar Kelapa parut Indonesia terhadap ekspor dunia cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Kecenderungan yang sama terjadi pada hasil olahan lain.
• Dalam sektor peternakan potensi terbesar adalah pada Peternakan Sapi dimana saat ini kebutuhan daging sapi di Indonesia yang terus menerus meningkat dan belum terpenuhi secara optimal
• Wilayah Pangandaran dengan luasan perkebunan yang sangat luas mempunyai potensi untuk pengembangan peternakan Sapi di Kawasan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya.
• Mengacu kepada karakteristik usaha ternak sapi dan kondisi riil yang dihadapi, maka strategi yang dinilai tepat adalah mendorong peran swasta, tetapi tetap memberi peran dan keterlibatan masyarakat peternak.
• Meningkatnya jumlah ternak yang signifikan dari tahun ke tahun memerlukan fasilitas kandang dengan kapasitas besar di masa yang akan datang sehingga peternakan bisa lebih luas.
Threat
• Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk usaha tani masih banyak menemui kendala seperti penyediaan kredit modal untuk intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan; pembinaan teknis dan kelembagaan produksi; penyediaan informasi teknologi dan pasar; peningkatan status hukum atas kepemilikan lahan usaha; dan pengembangan infrastruktur.
• Dukungan kebijakan industri pengolahan saat ini belum banyak membantu antara lain penyederhanaan birokrasi perizinan usaha dan investasi; pembukaan akses pembiayaan dengan pemberian skim kredit khusus untuk berbagai skala usaha; promosi kegiatan penelitian dan pengembangan komoditas kelapa dalam pengolahan dan pemasaran.
Sumber : Hasil Analisis, 2016
5.4 Agroindustri
Sebagaimana umumnya pertanian yang berada di pesisir daerah tropis, Pangandaran Raya juga dipenuhi oleh beragam usaha penduduk dalam mengolah hasil pertanian setempat. Tabel
5.31 merupakan pengolahan hasil pertanian (produksi) yang ada di Pangandaran Raya tepatnya di lima kecamatan yaitu Kecamatan Cijulang, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Parigi, Pangandaran, dan Kalipucang. Gambar 5.8 disajikan peta sebaran Agroindustri Pangandaran Raya.
Tabel 5. 32 Rekapitulasi Jumlah Agroindustri di Pangandaran Raya No
Jenis
Kecamatan
Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
1 Olahan Minyak Sawit
2 Olahan Minyak Kelapa
3 Olahan Minyak VCO
4 Kopra
5 Tepung Tapioka
6 Roti Sopia
7 Gula Kelapa
8 Nata De Coco
9 Pengolahan Kelapa
10 Ikan Asin
11 Pembekuan Ikan/Udang
12 Udang Beku
13 Udang dan Ikan Asin
14 Industri Tempe
15 Industri Tahu
16 Kembang Tahu
17 Industri Kecap
No Jenis
Kecamatan
Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
18 Industri Kerupuk
19 Kerupuk Singkong
20 Makanan Ringan
25 Sale Pisang
26 Kue
27 Kue Lapis
28 Kue Kering
29 Rengginang
30 Aneka Kue
31 Kue Kaldu
32 Telor Asin
33 Sekoteng
34 Opak Singkong
4 --
35 Cimpring Singkong
36 Kerupuk Selondok
37 Kerupuk Ikan
38 Semprong
39 Opak Bolu
44 Kue Basah
47 Kripik Pisang
48 Terasi
49 Opak Bakar
50 Opak Oven
51 Mie Jepang
52 Air Minum Isi Ulang
53 Jamu Godok
54 Industri Es Balok
55 Minuman Limun
56 Es Sitrun
No Jenis
Kecamatan
Industri Cijulang Sidamulih Parigi Pangandaran Kalipucang
57 Industri Gula Merah
59 Penggergajian Kayu
47 25 141
22 39
60 Industri Meubel
14 2
61 Industri Ijuk
10
62 Industri Sapu Ijuk
67 Meubel/Ukiran Kayu
68 Pengolahan Sabut Kelapa
69 Pengrajin Sabut Kelapa
70 Pabrik Sabut Kelapa
71 Tambang Batu
72 Industri Batako
73 Pemasok dan Jasa
74 Anyaman Sapu Lidi
75 Anyaman Bambu
76 Anyaman
77 Sangkar Burung
80 Kusen Cor
Sumber: Rakor Pangandaran, 2016
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. 9 Peta Sebaran Agroindustri Pangandaran Raya
5.4.1 Industri Makanan dan Minuman
Usaha makanan dan minuman yang tersedia di Kabupaten Pangandaran berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Perindagkop dan UMKM pada tahun 2013 berjumlah 97unit yang terdiri dari jenis rumah makan, restoran, kafe, dan kantin. Adapun lokasi usaha tersebut tersebar di 6 (enam) kecamatan yang ada, diantaranya di Kecamatan Pangandaran, Padaherang, Mangunjaya,
Sidamulih, Kalipucang, dan Cijulang. Dari keenam kecamatan tersebut yang paling banyak terdapat jasa usaha makanan dan minuman yaitu Kecamatan Pangandaran dengan mayoritas usaha rumah makan yang berjumlah 39 unit.
Tabel 5. 33 Jumlah dan Jenis Usaha Makanan dan Minuman di Kab. Pangandaran Th. 2013
No Jenis Usaha Makanan dan Minuman
Kecamatan
Pangandaran Padaherang Mangunjaya Sidamulih Kalipucang Cijulang
1 Rumah Makan 39 1 0 0 0 11 2 Restoran
Jumlah 61 10 3 5 7 11 Total
Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025
1. Industri Rumahan Jus Honje Bu ooy
Merupakan sebuah industri rumahan yang dimiliki oleh Ibu Hj. Ooy memproduksi jus honje, dikarenakan sulitnya pasokan buah honje membuat pengunjung yang datang ke tempat ini sementara ini belum dapat menyaksikan dan ikut mengolah buah honje hingga akhirnya menjadi jus honje, melainkan baru hanya dapat membeli jus honje yang memiliki berbagai macam khasiat untuk kesehatan.
Berada di daerah Desa Mangunjaya, tempat ini digerakkan oleh ibu-ibu PKK yang terwadahi oleh koperasi serba usaha. Tempat ini memiliki letak koordinat S7 29.684 E108 41.966. Seluruh bentuk pengelolaan masih dengan metode tradisional guna mempertahankan kealamian dari jus honje tersebut namun rumah produksi jus honje Bu Ooy ini masih banyak sekali memiliki kekurangan dikarenakan promosi, fasilitas pendukung kegiatan pariwisata masih belum tersedia serta tempat ini juga harus dilakukan penataan ulang.
Jus Honje Bu Ooy (Honjeku)
Kondisi Lingkungan 3,13
Daya Tarik dan Aktivitas Informasi DTW Wisata
Sarana dan Fasilitas Dukungan Masyarakat 3,93 Wisata
Sumber: Ripparda Kabupaten Pangandaran 2016-2025
Gambar 5. 10 Daya Tarik Wisata Kuliner Jus Honje
Daya tarik wisata Kuliner Jus Honje memiliki bobot nilai tertinggi pada aspek kondisi prasarana yaitu dengan bobot nilai 4,09, sedangkan untuk bobot nilai terendah berada pada aspek sarana dan fasilitas yang memiliki bobot nilai 1,50. Dimana dengan perolehan bobot nilai tersebut terlihat bahwa daya tarik wisata Kuliner Jus Honje dari aspek prasarana sudah baik, tetapi masih perlu dilakukan pembangunan terhadap sarana dan fasilitas wisata untuk menunjang aktivitas wisata di kawasan ini. Namun, pengembangan agroindustri honje masih menghadapi kendala sangat mendasar yakni, sangat sulit dalam membudidayakan honje tersebut. Oleh karena itu perlu bantuan riset dan pengembangan untuk pembudidayaan honje bahan juice tersebut.
2. Pengolahan Keripik pisang Tabel 5. 34 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Keripik Pisang di Growth Center
Kabupaten Pangandaran
Jumlah Jumlah
Biaya Rata-
Rata-Rata
Daerah Kecamatan
Jumlah
Rata-Rata
Rata Produksi Penjualan
(per hr/kg)
(per
(per hr/kg) hr/kg)
Kalipucang
5.426 Dalam Negeri Cijulang
5.426 Rp 28.800.000
104 Dalam Negeri Parigi
Rp 1.950.000
664 Dalam Negeri Pangandaran
83 664 Rp 12.450.000
- Sidamulih
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
3. Pengolahan Kopra Tabel 5. 35 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Kopra di Growth Center Kabupaten
Biaya Rata-
Jumlah
Daerah
Pemasaran Kecamatan
(per hr/kg)
(per hr/kg)
(per hr/kg)
Kalipucang
1.200 Dalam Cijulang Negeri
2 1.200 Rp 5.900.000
600 Dalam Parigi Negeri
1 600 Rp 2.950.000
500 Dalam Pangandaran Negeri
1 500 Rp 2.500.000
Sidamulih
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
4. Gula Kelapa Tabel 5. 36 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Gula Kelapa di Growth Center
Kabupaten Pangandaran
Jumlah
Jumlah
Biaya Rata-
Jumlah
Daerah
Pemasaran Kecamatan
Industri
Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata
Produksi
(per hr/kg)
Penjualan
(per hr/kg)
(per hr/kg)
5.426 Dalam Kalipucang Negeri
104 Dalam Cijulang Negeri
Rp 1.950.000
664 Dalam Parigi Negeri
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
5. Pengolahan Ikan Asin Tabel 5. 37 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Ikan Asin di Growth Center
Kabupaten Pangandaran
Jumlah
Daerah Industri
Jumlah
Biaya Rata-
Jumlah
Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata Pemasaran Kecamatan
Produksi
(per hr/kg)
Penjualan
(per hr/kg)
(per hr/kg)
Kalipucang
350 Dalam Cijulang Negeri
Rp 17.500.000
240 Dalam Parigi Negeri
Rp 7.700.000
840 Dalam Pangandaran Negeri
28 840 Rp 26.700.000
Sidamulih
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
6. Pengolahan Pembekuan Ikan/Udang Tabel 5. 38 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Pembekuan Ikan/Udang di Growth
Center Kabupaten Pangandaran
Jumlah
Jumlah
Biaya Rata-
Jumlah
Daerah
Pemasaran Kecamatan
Industri
Rata-Rata Rata Produksi Rata-Rata
Produksi
(per hr/kg)
Penjualan
(per hr/kg)
(per hr/kg)
1.500 Dalam Pangandaran
4 1.500 Rp 225.150.000
Daerah/Luar Negeri
Sidamulih
Sumber: Disparperindagkop dan UMKM Kab. Pangandaran, 2016
5.4.2 Industri Penggergajian Kayu
Industri penggergajian kayu merupakan salah satu industri yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di wilayah Pangandaran Raya. Pada tahun 2013 hasil hutan di wilayah Pangandaran Raya terdiri dari beberapa jenis kayu yaitu kayu albazia dengan jumlah produksi mencapai 104.962, 915 M, kayu mahoni dengan jumlah produksi mencapai 17.436 M, kayu jati dengan jumlah produksi 11.264,790 M dan jenis kayu lainnya dengan jumlah produksi 5.442, 716 M. Sementara itu jumlah hutan yang memproduksi kayu juga cukup besar yaitu mencapai 27.269, 47 Ha. Kondisi ini cukup menunjang untuk pengembangan industri penggergajian kayu. Menurut humas Sekretariat daerah Kabupaten Pangandaran, industri penggergajian kayu merupakan salah satu industri yang cukup menonjol nilai investasinya, namun masih kurang berkembang di Kabupaten Pangandaran .
5.4.3 Analisis SWOT Sektor Agroindustri
Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternatif Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan strategi sebuah usaha. Penerapan analisis SWOT sebelum menilai investasi diharapkan mampu menghasilkan penilaian kebutuhan investasi yang strategis dan akurat sehingga mencapai pemilihan alternatif
Tabel 5. 39 Analisis SWOT Agroindustri
1. Pangandaran Raya termasuk kedalam rencana pengembangan sektor agroindustri wilayah jawa barat bagian selatan tahun 2010-2035.
2. Tanaman kelapa, padi dan pisang menjadi komoditas andalan yang dapat diolah menjadi berbagai varian produk.
3. Hasil tangkapan laut yang melimpah dapat dijadikan aneka produk olahan.
Weaknes
1. Kurangnya kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil pertanian dan perikanan.
2. Tidak memiliki gastronomi (makanan khas Pangandaran)
3. Kondisi terkini aksesibilitas masih rendah.
4. Adanya keterbatasan IPTEK untuk mengolah hasil pertanian.
Opportunity
1. Pangadaran banyak dikunjungi oleh wisatawan sehingga produk agroindustri berpeluang dibeli oleh wisatawan.
2. Target pemerintah dalam melakukan akselerasi sektor pariwisata membuka peluang bagi berkembangan industri hasil olahan makanan dan minuman.
3. Pangandaran memiliki kesempatan untuk dibangun Bandara, Pelabuhan, Rel Kereta Api dan Jalan Nasional.
4. Perkembangan teknologi dapat membuka peluang pasar yang semakin luas.
5. Semakin terbukanya pasar global
Threat
1. Agroindustri yang ada di pangandaran merupakan hasil yang umum diproduksi oleh daerah lain di pesisir.
2. Alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan ke bentuk pembangunan properti.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
---agisu---
BAB 6 RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
Bab 6 ini menyajikan rencana kebutuhan investasi untuk setiap sektor yang dielaborasi. Berkenaan dengan penyusunan rencana investasi tersebut, digunakan asumsi umum untuk semua sektor, dan asumsi dasar untuk setiap sektor yang berbeda-beda. Berikut ini asumsi umum yang dijadikan dasar dalam perencanaan investasi:
1. Menjadikan grand design Pembangunan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat sebagai acuan dalam membuat rencana kebutuhan investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (Bappeda, 2014)
2. Menggunakan Renip (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (Bappeda, 2016)
3. Kondisi sosial budaya, ekonomi dan politik stabil
4. Tanpa adanya gangguan bencana alam
5. Semua fasilitas transportasi darat, laut dan udara telah terbangun (Renip Pangandaran Raya, 2016)
a. Bandara Nusawiru sudah dapat digunakan untuk pesawat berbadan lebar
b. Pelabuhan Nusawiru sudah menjadi Pelabuhan Samudera dan sudah dapat digunakan
c. Pelabuhan Bojongsalawe sudah dapat digunakan
d. Reaktivasi transportasi kereta api dari banjar ke Cijulang
e. Jalan darat pantai selatan menjadi jalan nasional lintas pantai selatan
6. Perhitungan rencana kebutuhan investasi tidak didasarkan pada hasil feasibility study bisnis yang bersangkutan
6.1 Kepariwisataan
Investasi pada sektor Kepariwisataan mempunyai potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Tren perkembangan wisata yang akan datang adalah sustainable tourism. Pada Tabel 6.1 disajikan rencana kebutuhan investasi sektor pariwisata
Tabel 6. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata
Su mber: Hasil Analisis, 2016
No Komponen
Keterangan Kepariwisataan
Investasi (Juta Rp)
1 Atraksi Wisata
Wisata alam Masyarakat Desa Kertayasa
Body rafting, camping
Desa
Setempat
ground, off road, cross
Kertayasa
country, flying fox, dll.
Wisata alam Masyarakat Desa Selasari
Body rafting, camping
Desa
Setempat
ground, off road, cross
Selasari
country, flying fox, dll
Wisata Seni Masyarakat Pangandaran
Pelatihan, costume,
promosi, dll.
@1M)
Wisata
Masyarakat Pangandaran
Diving, climbing,
hiking, parasailing, kite
Khusus
festival, banana boat, snorkeling, dll.
2 Aksesibilitas
Bis khusus Swasta
bis*2.7M)
Masyarakat Desa kertayasa
Masing – masing
Homestay
lokal
dan Selasari
daerah wisata didirikan
20 unit eco-homestay yang dirancang dengan arsitektur adat.
sentra
Masyarakat Pangandaran
Setiap kecamatan
didirikan satu sentra
(Food and
kuliner untuk memacu
community) Convention swasta
Kecamatan
Kapasitas 1000 orang:
Hall
Cijulang
Lahan, gedung (MICE) (bangunan)
Hotel dekat dengan
Pengelolaan pemerintah Pangandaran
Penyediaan fasilitas
kepariwisat
Raya (5 kec) perkantoran, pelatihan,
aan
6.2 Kelautan dan Perikanan
Investasi sektor kelautan dan perikanan meliputi investasi untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan laut dan juga budidaya. Budidaya selain ikan laut cocok dilakukan di Kecamatan Sidamulih. Sedangkan budidaya perikanan hasil laut cocok dilakukan di Kecamatan Pangandaran dan Cijulang. Disamping itu, investasi ini juga mempertimbangkan kondisi, lokasi dan sarana prasarana untuk pengembangan aktivitas bisnis penunjangnya. Nilai investasi untuk sektor kelautan dan perikanan akan disajikan dalam tabel 6.2.
Tabel 6. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan
Nilai Aktor
No Jenis Investasi
investasi (juta Rp)
Berdasarkan hasil Apung ( KJA )
1 Keramba Jaring
digunakan untuk 10
untuk
orang nelayan maka
pembibitan
Kecamatan Pangandaran
atau budidaya
dengan jumlah nelayan
ikan laut di
2395 jiwa membutuhkan
perairan yang
240 KJA. Harga KJA
tenang/tahan
modern yaitu 325
ombak)
juta/unit.
2 Pengadaan sarana Pemerintah
85 Sarana prasarana prasarana produksi
Kecamatan
dibutuhkan untuk perikanan (tempat
Cijulang, Parigi,
melengkapi 5 TPI. Harga ikan, blong, cool
Sidamulih,
Pangandaran,
sarpras produksi
box) dan Kecamatan
perikanan per TPI adalah
Kalipucang
5 juta untuk tempat ikan dan 6 juta untuk blong. Selain itu, dibutuhkan 30 coolbox dengan kapasitas
1 kuintal dengan total 30 juta
untuk semua kecamatan.
(asumsi produksi ikan terbanyak hampir 3000 ton)
3 Armada kapal 10 Pemerintah
Armada kapal GT
diperuntukkan bagi
(mempertimba
nelayan dalam KUB.
ngkan
lokasi
Terdapat 13 KUB di
pelabuhan)
Kecamatan Pangandaran yang berarti asumsi untuk kecamatan lain bahwa 1 KUB dikelola oleh hampir 200 nelayan maka jumlah 4.101 nelayan (dikurangi oleh Kecamatan Sidamulih yang lebih cocok untuk budidaya) dibagi 200 adalah 21 KUB. Harga satuan kapal 10 GT adalah 735 juta
4 Armada kapal 30 Pemerintah
Pengelolaan kapal 30 GT GT
diperuntukkan bagi 30
(mempertimba
orang nelayan/unit.
ngkan
lokasi
Jumlah nelayan di pelabuhan) Pangandaran
Raya adalah
4.141 orang. Sehingga
dibutuhkan 139 kapal. Harga satuan kapal adalah 1,5 miliar rupiah.
5 Pembangunan atau Swasta
Persyaratan Tempat renovasi Tempat
Kecamatan
Pelelangan Ikan diatur Pelelangan Ikan
Cijulang, Parigi,
Pangandaran
dalam No.
dan Kecamatan
KEP.01/MEN/2007 Kalipucang (DKP 2007). Anggaran untuk tempat pelelangan ikan yaitu sebesar 100 miliar.
Gambar diatas adalah contoh
tempat pelelangan
ikan di Tsukiji Market di Jepang
6 Pabrik es curah
Jumlah produksi es yang
Cijulang,
telah ditetapkan adalah
Pangandaran,
maksimal 10 ton/hari.
Kecamatan
Harga analisis usaha per
Sidamulih,
unit adalah 1,5 Miliar
Kalipucang,
(Alumniaps.com) dikali
Parigi
dengan 5 kecamatan.
7 Mesin Potong Ikan Swasta
Kecamatan
Harga mesin otomatis
Cijulang, Parigi,
untuk potong ikan
Pangandaran
adalah sekitar 4000 US
dan Kecamatan
(Alibaba.com). Asumsi
Kalipucang
nilai
tukar rupiah terhadap dolar adalah 13.000.
Mesin ini Digunakan untuk 5 TPI. Berikut adalah contoh mesin potong ikan di Tsukiji Market, Jepang.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
6.3 Agrobisnis
Dalam investasi Agribisnis terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam pengembangan agribisnis yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis SWOT maka pengembangan investasi di bidang agribisnis akan dijabarkan melalui berbagai aspek seperti jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih lengkap akan dijabarkan dalam Tabel 6.3.
Tabel 6. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agribisnis Nilai
Tahun No Jenis Investasi
(juta Rp)
A. Tanaman Pangan
1 Pengadaan
Pemerinta Kecamatan
pengadaan sarana tahun (bibit,
sarana produksi h Cijulang,
pestisida, dll) Sidamulih,
pertanian antara
Pangandara
lain terdiri dari
makanan ternak,
Kalipucang
pupuk
, obat pemberantas hama
dan
penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat- penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-
B. Peterna kan
1 Pembangunan
Meliputi sarana 2018 laboratorium
Pemerinta Kecamatan
dan prasarana kesehatan
h Cijulang
Bangunan Utama hewan,
atau
Kecamatan
dan Penunjang
Parigi
seperti Laboratorium- laboratorium, Ruang Sterilisasi, Ruang data, Ruang Staf, Mushala, Ruang Parkir dan sebagainya.
2 Pabrik Pakan
&Bangunan: Rp.
adalah yang
7.0 M
berdekatan
3. Mesin: Rp.
dengan
8.5 M
sentra usaha
Rp. 4.7 M (Bahan
sentra bahan baku utama, selain
itu
aksesibilitas lokasi serta kondisi lingkungan sekitar Pabrik menjadi pertimbanga aksesibilitas lokasi serta kondisi lingkungan sekitar Pabrik menjadi pertimbanga
yang memenuhi aspek
ini
adalah
Kecamatan Cijulang
3 Penyediaan sapi Swasta
Jenis Sapi Limosin 2018 /tiap calon
Kecamatan
200 x 20 juta tahun dengan
induk
Cijulang,
(ekor) = 4 miliar kapasitas
ekor/tahun
Pangandara
(Jenis Sapi
n, dan
Limosin)
Kecamatan Kalipucang
4 Fasilitas
Asumsi kandang 2018, 2019, kandang
seluas 100 m2 2020 dengan
Cijulang,
atau berukuran kapasitas 1000
Kecamatan
10m, ekor
Sidamulih
10m
jumlah sapi ideal atau
paling banyak mencapai
25 ekor (4m 2 x 25 ekor = 100m 2 )
Sumber : Hasil Analisis, 2016
6.4 Agroindustri
Dalam investasi Agroindustri terdapat tiga aktor pelaku investasi dalam pengembangan agroindustri yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Berdasarkan analisis SWOT maka pengembangan investasi di bidang agroindustri akan dijabarkan melalui berbagai aspek seperti jenis investasi, nilai investasi maupun lokasi investasi. Untuk lebih lengkap akan dijabarkan dalam Tabel 6.4.
Tabel 6. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri
Nilai Aktor
No Jenis Investasi
investasi (juta Rp)
A. Industri Pengolahan Kelapa
1 Produksi Minyak
7.986 1. Perizinan Rp 300.000 Kelapa VCO
Masyarakat Kecamatan
Setempat
Cijulang,
2. Lahan dan Bangunan
3. Peralatan dan Mesin
Kecamatan
Produksi Rp
Kalipucang
109.570.000 @3 Paket Rp 328.710.000
Perizinan Rp Minuman Sari
Masyarakat Kecamatan
3.300.000 Kelapa Nata De
2. Lahan dan Bangunan
Coco Parigi,
1 Ha. Rp 7 M
Kecamatan
3. Peralatan dan Mesin
Kalipucang
Produksi Rp 224.570.000 @3 Paket Rp 673.710.000
@3 Kecamatan
Rp 2.021.130.000
21.597 1. Perizinan : Rp. Semut
3 Produksi Gula
Masyarakat Kecamatan
Setempat Cijulang,
3.300.000 Jt.
Kecamatan
2. Investasi Tanah
Parigi,
(1Ha) &Bangunan: Rp.
Kecamatan
7.0 M. satu paket mesin
Kalipucang
produksi terdiri dari: mesin/alat
pencacah gula merah-gula aren, mesin pemasak gula semut, oven, mesin penepung,
mesin pengayak seharga Rp.
66 Jt. (diasumsikan untuk setiap kegiatan produksi memerlukan masing-masing 3 unit 66 Jt. (diasumsikan untuk setiap kegiatan produksi memerlukan masing-masing 3 unit
4 Produksi Coco
Perizinan Rp Vinegar
Masyarakat Kecamatan
Setempat Cijulang,
Kecamatan
2. lahan dan bangunan 1
3. Peralatan produksi ;
Kalipucang
Nampan plastik 5000 pcs @Rp5000, Drum plastik (200 lt) 100 buah @Rp2.000.000, Jerigen plastik
100 buah @Rp300.000,
Ember plastik (50 lt) 50 pcs @Rp200.000, botol sirup (630ml)
1000 buah @Rp2.500, Timbangan 1000 gram 5 buah @Rp100.000, Rak 50 buah @Rp350.000
1 Produksi Sale Masyarakat Kecamatan 1.380 Meliputi pelatihan dan Pisang
Setempat
Cijulang,
pengembangan SDM,
Kecamatan
sarana dan prasarana
Parigi,
bangunan pabrik, serta
Kecamatan
peralatan dan mesin
Kalipucang
produksi
132 Waring, Keranjang, Pengolahan Ikan Setempat
2 Industri
Masyarakat Kecamatan
Terpal, Timbangan, Kering
Pangandaran,
Parigi
Sekop, Plastik, Bak dan Karung Rp 3.307.476. diasumsikan satu kecamatan terdapat 20 Home Industry.
Sumber: Hasil Analisis 2016
6 .5 Sektor Pendukung Lainnya
Sektor pendukung merpakan sektor penunjang dan sektor yang mendukung segala investasi dari keempat sektor yaitu meliputi sektor pariwisata, perikanan dan kelautan, Sektor pendukung merpakan sektor penunjang dan sektor yang mendukung segala investasi dari keempat sektor yaitu meliputi sektor pariwisata, perikanan dan kelautan,
Nilai Aktor
No Jenis Investasi
investasi (juta Rp)
Pendidikan
1 Pembangunan
1.600 Jurusan meliputi SMK terpadu dan
Pemerintah
Kecamatan
pariwisata, perikanan, Politeknik
parigi/
Kecamatan
kelautan dan pertanian
sidamulih/ Kecamatan Kalipucang
Transportasi
1 Pelebaran
7.500 Ruas Jalan Kabupaten yang tidak sesuai
jalan Pemerintah
Pusat
Pertumbuhan
dengan kelas dan
Moda pada rute
Pangandaran
yang dibutuhkan
Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang
3 Reaktivasi
150.000 Banjar-Cijulang (83 km) kereta
jalur Pemerintah
Pusat
Pertumbuhan Pangandaran Raya
Runway Nusawiru
Nusawiru menjadi pelabuhan samudera
6 Pembangunan
Pemerintah
Jalur Cileunyi-
jalan tol
Nagreg-
Tasikmalaya- Ciamis-Banjar
Jaringan Utilitas
1 Pengembangan
700.000 Penambahan kapasitas, ketenagalistrikan
penyaluran listrik,
Pangandaran
pembangunan prasarana
Raya
listrik tenaga angin arus bawah laut, penerangan jalan umum
1.422 Pemisahan limbah, sanitasi
perbaikan dan perawatan lingkungan
Pertumbuhan
Pangandaran
saluran, penyediaan
Raya
sumur resapan, penyediaan unit pengolahan tinja
3 Pengelolaan
10.000 Penyediaan lahan TPS3R, sampah terpadu
container, bak sampah,
Pangandaran
sosialisasi teknologi
Raya
pengelolaan sampah
4 Penyediaan
700.550,5 Distribusi air bersih, bersih
air Pemerintah
Pusat
Pertumbuhan
Pembangunan waduk &
pembangunan SPAM, baik penampungan dan kran umum
5 Pengembangan
30.000 Penempatan menara jaringan
Pemerintah
Pusat
bersama, pembangunan komunikasi
Pertumbuhan
Pangandaran
jaringan fiber optik,
Raya
fasilitas komunikasi umum,
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 6. 1 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Pariwisata
LAPORAN AKHIR
161
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 6. 2 Pemetaan Pertumbuhan Pangadaran Raya Sektor Kelautan dan Perikanan LAPORAN AKHIR
162
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 6. 3 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Agrobisnis LAPORAN AKHIR
163
Sumber: Hasil Analisis 2016
Gambar 6. 4 Pemetaan Pertumbuhan Pangandaran Raya Sektor Agroindustri LAPORAN AKHIR
BAB 7 MATRIKS KEBUTUHAN INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
Sektor yang dikaji dalam hal kebutuhan investasi meliputi 4 sektor yakni kepariwisataan, kelautan dan perikanan, agrobisnis, agroindustri yang terletak di 5 kecamatan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya. Kelima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan dimaksud adalah Cijulang, Parigi, Pangandaran, Kalipucang, dan Sidamulih.
Dalam sektor pariwisata, kebutuhan investasi berdasar pada komponen pariwisata meliputi atraksi wisata, aksesibilitas, ansilari dan amenity. Untuk sektor kelautan dan perikanan rencana investasi yang dibutuhkan meliputi keramba jaring apung, tempat ikan, blong, cool box, armada kapal, pembangunan/renovasi tempat pelelangan ikan, pabrik es curah dan mesin potong ikan. Sektor agrobisnis membutuhkan investasi pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dll), laboratorium kesehatan hewan, pabrik pakan, penyedia sapi calon induk dengan kapasitas 200 ekor/tahun dan fasilitas kandang dengan kapasitas 1000 ekor. Sektor terakhir adalah sektor agroindustri dimana sektor ini membutuhkan investasi dalam hal industri pengolahan kelapa dan industri pengolahan pisang.
Untuk lebih rinci mengenai tempat perencanaan investasi, tahun rencana, prospek investor, strategi dan total investasi dapat dilihat pada tabel 7.1 sampai dengan tabel 7.5.
7.1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata
Tabel 7.1 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor pariwisata.
Tabel 7. 1 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Pariwisata INVESTOR TOTAL KOMPON
E g G INVEST EN
T NO
g h li
g PARIWIS aran d 8 9 0 1 can 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 tah n
ASI
RA T (Juta ATA
DESA KERTAYA SA
Body
a Rafting
c Off Road
Cross
Country
e Flying Fox
LAPORAN AKHIR
INVESTOR TOTAL KOMPON
g G INVEST EN
k T NO PARIWIS
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 T (Juta
c Off Road
e Flying Fox
a Khusus
Wisata
3 Ameniti Eco
Homestay 20,000 Centra
Kuliner 5,000 Convention
LAPORAN AKHIR
INVESTOR TOTAL KOMPON
G INVEST EN
k T NO PARIWIS
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 T (Juta
Pengelolaa n Kepariwisa taan
a (Penyediaa
10,000 n fasilitas perkantora n, dan pelatihan)
Sumber: Hasil Analisis, 2016
LAPORAN AKHIR
7.2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan
Tabel 7.2 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor kelautan dan perikanan.
Tabel 7. 2 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan
I TOTAL
INVESTOR
h g KOMPONEN E G g INVEST
ASI O
li u
g aran d can
T (Juta
II Kelautan
Keramba Jaring
Apung
78,000 Tempat Ikan,
2 Blong, Cool Box
85 Armada Kapal 10
15,435 Armada Kapal 30
GT Pembangunan/Re
5 novasi Tempat
500,00 Pelelangan Ikan
6 Pabrik Es Curah
7 Mesin Potong Ikan
Sumber: Hasil Analisis, 2016
LAPORAN AKHIR
7.3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agrobisnis
Tabel 7.3 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor agrobisnis.
Tabel 7. 3 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agrobisnis
I TOTAL
INVESTOR
g E G INVEST KOMPONEN
k T NO
g h li
i g aran
S T (Juta
I Agrobisnis
Pengadaan Sarana
1 Produksi (bibit,
2,000 pupuk, pestisida dll) Laboratorium
10,000 Kesehatan Hewan
3 Pabrik Pakan
20,500 Penyedia Sapi calon Induk Dengan
Ekor/Tahun Fasilitas Kandang
5 Dengan Kapasitas
Sumber: Hasil Analisis, 2016
LAPORAN AKHIR
7.4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri
Tabel 7.4 menyajikan rencana kebutuhan investasi sektor agroindutri.
Tabel 7. 4 Rencana Kebutuhan Investasi Sektor Agroindustri PROSPEK
KECAMATAN
TAHUN
I TOTAL
INVESTOR
g INVEST KOMPONEN
g aran
T (Juta
V Agroindustri
Industri
1 Pengolahan Kelapa Produksi
a Minyak Kelapa
7,986 VCO Produksi Minuman Sari
9,024 Kelapa Nata De
Coco Produksi Gula
Produksi Coco
LAPORAN AKHIR
I TOTAL
INVESTOR
G KOMPONEN
h g E g INVEST
k T PARIWISATA
li
NO i g aran
a Produksi Sale
b Pengolahan
132 Ikan Kering
Sumber: Hasil Analisis, 2016
LAPORAN AKHIR
7.5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya
Tabel 7.5 adalah rekapitulasi matriks pencana kebutuhan investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya untuk setiap kecamatan dalam setiap sektor masing-masing.
Tabel 7. 5 Rekapitulasi Matriks Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya INVESTOR TOTAL
INVEST JENIS
E (Juta
T RA S Komponen
1 Atraksi Wisata DESA KERTAYASA
a Body Rafting
b camping Ground
c Off Road 5,500
d Cross Country
e Flying Fox
DESA SELASARI
a Body Rafting
b camping Ground
c Off Road
d Cross Country
LAPORAN AKHIR
INVESTOR TOTAL
INVEST JENIS
li
tah k
NO KOMPONEN
g d aran
E (Juta
e Flying Fox
a Bus Khusus Wisata 135,000
3 Ameniti
a Eco Homestay
b Centra Kuliner
c Convention Hall
d Hotel Bintang 5
4 Ansileri Pengelolaan Kepariwisataan
a (Penyediaan fasilitas 10,000 perkantoran, dan pelatihan)
Komponen Sektor Kelautan dan
Perikanan
Keramba Jaring
Apung
78,000 Tempat Ikan, Blong,
2 Cool Box
LAPORAN AKHIR
INVESTOR TOTAL INVEST JENIS
ASI KOMPONEN
u li
NO i g aran
T E (Juta
Armada Kapal 10
GT
15,435 Armada Kapal 30
208,500 Pembangunan/Ren
5 ovasi Tempat
Pelelangan Ikan 500,000
6 Pabrik Es Curah
7 Mesin Potong Ikan
Kompone n sektor
Agrobisni s
Pengadaan Sarana
1 Produksi (bibit,
2,000 pupk, pestisida dll)
Laboratorium
10,000 Kesehatan Hewan
3 Pabrik Pakan
20,500 Penyedia Sapi calon
Induk Dengan
4,000 Kapasitas 200
Ekor/Tahun
LAPORAN AKHIR
INVESTOR TOTAL
NO i u g aran
E G ju (Juta
Fasilitas Kandang
2,000 1000 ekor
5 Dengan Kapasitas
Komponen Sektor Agroindustri
Industri Pengolahan
1 Kelapa
Produksi Minyak
7,986 Kelapa VCO
Produksi Minuman
b Sari Kelapa Nata De
9,024 Coco Produksi Gula
Produksi Coco
Industri Pengolahan
2 Pisang
a Produksi Sale
132 Kering Sumber: Hasil Analisis, 201
b Pengolahan Ikan
LAPORAN AKHIR
BAB 8 KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT RENCANA INVESTASI PUSAT PERTUMBUHAN PANGANDARAN RAYA
8.1 Kesimpulan
Secara umum kondisi 4 sektor yang dielaborasi yakni 1) kepariwisataan, 2) kelautan dan perikanan, 3) agrobisnis, serta 4) agroindustri di 5 kecamatan Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya memasuki siklus awal pengenalan atau “introduksi” investasi. Kelima kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan dimaksud adalah 1) Cijulang, 2) Parigi, 3) Pangandaran, 4) Kalipucang, dan 5) Sidamulih. Berikut ini kesimpulan gambaran kondisi investasi terkini dan rencana investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya:
1. Kondisi 4 sektor strategis terkini di Pangandaran Raya:
a. Kepariwisataan di Pangandaran Raya telah memiliki komponen kepariwisataan baik atraksi wisata, aksesibilitas, ameniti maupun ansilari khususnya untuk wisatawan domestik. Keseluruhan komponen tersebut masih sangat terbatas untuk menyambut kedatangan wisatawan mancanegara. Kepariwisataan telah menjadi tumpuan kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Atraksi wisata yang jadi andalan adalah pariwisata pantai, sungai, dan panorama alam pedesaan. Pangandaran Raya masih memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata lokal, domestik dan mancanegara. Namun demikian, perlu penataan fasilitas yang telah tersedia, dan perlu pengembangan potensi yang ada.
b. Agrobisnis yang menjadi pencaharian masyarakat adalah bercocok tanaman rakyat sebagaimana umumnya di daerah pesisir (tipikal). Pertanian rakyat yang dijalankan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, peternakan dan perikanan masyarakat setempat, namun sebagian besar masih bersifat subsisten (gurem).
c. Kelautan dan perikanan yang menjadi andalan masyarakat setempat adalah ikan laut tangkapan dan tambak, serta perikanan air tawar milik penduduk setempat. Budidaya c. Kelautan dan perikanan yang menjadi andalan masyarakat setempat adalah ikan laut tangkapan dan tambak, serta perikanan air tawar milik penduduk setempat. Budidaya
d. Agrobisnis yang menjadi unggulan di Pangandaran Raya adalah hasil budidaya kelapa, padi dan pisang. Budidaya dan hasil tanaman tersebut merupakan produk yang serupa dan tipikal untuk daerah pesisir sebagaimana dihasilkan daerah lainnya di Indonesia sebagai negara tropis. Budidaya produk pertanian dikembangkan oleh masyarakat lokal dan masih bersifat budidaya subsisten (gurem).
e. Agroindustri yang jadi pencaharian masyarakat berupa pengolahan hasil pertanian setempat dan masih berskala kecil;
f. Agroindustri yang jadi andalan penduduk lokal adalah pengolahan hasil pertanian dari kelapa, pisang dan padi untuk makanan dan minuman. Skala usaha di Pangandaran Raya tersebut masih berupa industri rumahan (home industry). Namun demikian produk- produk yang dihasilkan tersebut bukan berupa gastronomi (makanan khas daerah setempat). Penduduk di Pangandaran Raya juga mengolah produk aneka industri rumahan.
2. Mengacu pada RENIP (Rencana Induk Pembangunan) Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya (2016) bahwa, Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya titik sentralnya adalah di Kecamatan Cijulang. Berdasarkan pemetaan pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan primer untuk pariwisata membentang sepanjang pantai di Pangandaran Raya. Adapun pusat pertumbuhan sekunder menyebar hingga ke ujung Pusat Pertumbuhan di tiap kecamatan di Pangandaran Raya. Demikian pula untuk sektor kelautan dan perikanan berpusat dari sepanjang pantai sebagaimana dalam kepariwisataan. Berbeda dengan sektor agrobisnis dan agroindustri, pusat pertumbuhan primer berada membentang di ujung daerah kecamatan di Pangandaran Raya, seterusnya disusul oleh pertumbuhan sekunder dan tersier, hingga mencapai bentangan pantai di Pangandaran Raya. Polarisasi pertumbuhan akan menyebar dari 5 kecamatan di Pangandaran Raya ke daerah lain di sekitarnya.
3. Rencana Investasi di Pangandaran Raya yang potensial dikembangkan sebagai berikut: 3. Rencana Investasi di Pangandaran Raya yang potensial dikembangkan sebagai berikut:
i. Pengembangan investasi kepariwisataan adalah kepariwisataan yang terpadu dan terintegrasi serta berkelanjutan berkelas dunia. Pengembangan kepariwisataan tersebut berbasis pada kolaborasi sebagaimana dalam Penta Helix Model yang dalam implikasinya dapat dikembangkan menjadi Hexa Helix Model.
ii. Rencana investasi untuk atraksi wisata yang jadi unggulan adalah wisata alam laut dan alam pedesaan. Wisata kelautan yang dikembangkan secara terintegrasi dengan pengembangan budidaya ikan laut dan wisata pantai. Adapun investasi untuk wisata alam dan budaya pedesaan adalah berupa pengembangan Desa wisata. Ada 2 desa wisata yang memasuki siklus introduksi yakni di Desa wisata Kertayasa dan Selasari. Beberapa potensi wisata alam lainnya yang masih dapat dikembangkan di antaranya goa, panorama dan alam pegunungan. Basis investasi tersebut dapat dikonsentrasikan kepada masyarakat lokal.
iii. Rencana investasi untuk aksesibilitas yang sangat berperan penting bagi kepariwisataan adalah peningkatan kapasitas Bandara Nusawiru, reaktivasi jalur Kereta Api dari Banjar ke Cijulang, dan jalan nasional jalur selatan yang melintasi Kabupaten Pangandaran.
iv. Rencana investasi layanan ameniti (akomodasi, transfer wisatawan, pemandu wisata) yang tepat di Pangandaran Raya adalah pengembangan potensi masyarakat lokal khususnya di daerah pedesaan. Beberapa layanan dimaksud adalah penyediaan makanan dan minuman untuk wisatawan, penginapan antara lain berupa homestay. Adapun untuk layanan transfer atau transportasi di lingkungan wisata Kabupaten Pangandaran dapat menyediakan bis pariwisata. Adapun investasi berskala besar adalah penyediaan hotel berbintang untuk layanan wisatawan berkelas dunia ditempatkan di “pantai yang terdekat ke Bandara Nusawiru.” iv. Rencana investasi layanan ameniti (akomodasi, transfer wisatawan, pemandu wisata) yang tepat di Pangandaran Raya adalah pengembangan potensi masyarakat lokal khususnya di daerah pedesaan. Beberapa layanan dimaksud adalah penyediaan makanan dan minuman untuk wisatawan, penginapan antara lain berupa homestay. Adapun untuk layanan transfer atau transportasi di lingkungan wisata Kabupaten Pangandaran dapat menyediakan bis pariwisata. Adapun investasi berskala besar adalah penyediaan hotel berbintang untuk layanan wisatawan berkelas dunia ditempatkan di “pantai yang terdekat ke Bandara Nusawiru.”
b. Rencana investasi untuk kelautan dan perikanan dapat dirancang sebagai berikut:
i. Budidaya ikan laut baik yang dikembangkan di laut dengan menggunakan KJAL (Keramba Jaring Apung Laut), maupun di dalam tambak. Satu di antara contoh budidaya ikan laut adalah di Gondol Kab. Buleleng Bali yang berada di bawah binaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Bali. Pembenihan dan pembesaran yang memungkinkan dikembangkan di Pangandaran Raya di antaranya udang, lobster, bandeng, kerapu, dan ikan tuna. Pengembangan investasi tersebut memerlukan investasi relatif besar, sehingga peran serta investor swasta berskala besar sangat penting. Pola investasi dan pengembangannya dapat mengadopsi program inti-plasma. Selain itu, ikan tangkap yang sebagai pencaharian nelayan masih tetap akan menjadi tumpuan sebagian masyarakat di Pangandaran Raya. Investasi paling penting adalah berupa penyediaan peralatan dan perlengkapan bagi nelayan. Selain itu untuk kelautan juga dapat mengembangkan budidaya rumput laut.
ii. Budidaya ikan tawar di Pangandaran Raya adalah ikan yang pada umumnya dikembangkan di tepat lain (tipikal) di Jawa Barat. Beberapa spesies ikan yang terus dibudidayakan dan jadi komoditas andalan masyarakat di antaranya ikan mas, nila, gurame dan budidaya ikan sawah. Investasi yang potensial di perikanan ini dapat diarahkan pada investasi yang berbasis untuk pengembangan ekonomi masyarakat.
c. Rencana investasi Agrobisnis yang potensial adalah investasi yang berbasis pada budidaya andalan masyarakat setempat yakni kelapa, padi, dan pisang. Budidaya yang ada saat ini masih dikembangkan dalam pola tradisional dan konvensional. Untuk itu, investasi yang dapat dikembangkan adalah menggali budidaya “tanaman unggulan” lainnya di antaranya budidaya tanaman langka yang menghasilkan gastronomi misal honje, dan hata.
d. Rencana investasi untuk agroindustri yang tepat diarahkan pada investasi yang berbasis pada pengembangan “kreasi dan inovasi” masyarakat setempat untuk mengolah bahan yang berasal dari hasil budidaya tanaman, dan kelautan di Pangandaran Raya. Beberapa potensi besar adalah pengolahan dalam industri hilir dari kelapa, padi, pisang, ikan laut, dan ikan tangkapan, serta pengolahan hasil panen budidaya ikan tawar.
8.2 Tindak Lanjut Bagi Investasi Pangandaran Raya
Rencana investasi di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat direalisasikan secara maksimal jika dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Perlu upaya merealisasi peningkatan kualitas dan kuantitas aksesibilitas ke Kabupaten Pangandaran:
a. Peningkatan kapasitas Bandara Nusawiru yang dapat digunakan sebagai landasan pesawat berbadan lebar.
b. Reaktivasi jalur kereta api dari Banjar hingga Cijulang
c. Optimasi jalan nasional jalur atau lintas selatan Pulau Jawa
d. Optimasi penggunaan dan pemanfaatan Pelabuhan Laut di Bojong Salawe
e. Realisasi jalan tol lanjutan CIGATAS (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) menjadi CIGATASBAPA (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran).
2. Menyiapkan sadar wisata dan umumnya sadar pembangunan Sosekbud bagi masyarakat setempat. Program yang dapat dilakukan di antaranya:
a. Memberikan pelatihan bagi masyarakat setempat khususnya untuk kewirausahaan dan keterampilan sektor pariwisata, kelautan dan perikanan, agrobisnis, dan agroindustri.
b. Kampanye dan propaganda sadar wisata khususnya dan dan sadar pembangunan Sosekbud bagi masyarakat setempat.
c. Menyediakan fasilitas pendidikan tingkat menengah atas dan perguruan tinggi berbasis vokasi yakni SMK, Politeknik dan Universitas Terapan antara lain yang berkonsentrasi pada bidang studi kepariwisataan, kelautan, agrobisnis dan agroindustri.
3. Membangun BUMD dan BUMDES, serta mengembangkan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam sebuah model antara lain penta helix model, yang berkenaan dengan 3. Membangun BUMD dan BUMDES, serta mengembangkan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam sebuah model antara lain penta helix model, yang berkenaan dengan
4. Mengadakan promosi potensi investasi pada prospek investor baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Berkenaan dengan upaya rencana investasi di Pangandaran Raya untuk empat sektor strategis, berikut ini gambaran Roadmap dan Kerangka Kerja rencana kebutuhan investasi pusat pengembangan Pangandaran Raya.
1. Sektor Pariwisataan
Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pembangunan Dan Pengembangan Metropolitan Dan Pusat Pertumbuhan Di Jawa Barat, salah satu Pusat Pertumbuhan Pangandaran yaitu pusat pertumbuhan berbasis sektor pariwisata. Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya dimulai dari pengelolaan kepariwisataan yakni penyediaan fasilitas perkantoran, pelatihan, dan penyediaan bus khusus wisata. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menunjang kepariwisataan Pangandaran Raya. Penguatan Pusat Pertumbuhan Pariwisata Pangandaran Raya sebaiknya dilakukan pada tahun 2018-2020. Sasaran berikutnya adalah menjadi destinasi wisata berkelas internasional pada tahun 2021-2025. Menjadikan Pangandaran Raya sebagai destinasi wisata berkelas internasional perlu membangun produk pariwisata ameniti mulai dari Eco Homestay, Sentra Kuliner, Convention Hall, dan Hotel Bintang 5. Selain Ameniti, pendekatan pengembangan destinasi wisata berikutnya yaitu atraksi wisata. Atraksi wisata yang diperlukan adalah Body Rafting, Camping Ground, Off Road, Cross Country , dan Flying Fox. Sasaran berikutnya yaitu konektivitas pusat pertumbuhan Pangandaran Raya dengan Rancabuaya dan Pelabuhan Ratu. Pada tahun 2026-2030 merupakan target pencapaian kebutuhan produk pertanian khususnya untuk kebutuhan pangan yang di pasok dari Rancabuaya. Selanjutnya adalah penguatan positioning di pasar internasional yang perlu dilakukan melalui sustainable tourism (wisata kelautan dan perikanan yang berkelanjutan) sehingga dapat tercapai tujuan Destinasi Wisata Berkelas Internasional dengan Positioning Pariwisata dan Kelautan yang Berkelanjutan. Gambar 8.1 adalah roadmap investasi sektor Pariwisata.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 8. 1 Roadmap Investasi Sektor Pariwisata
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat, bahwa arah kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan Pangandaran Raya berfokus pada sektor pariwisata, kelautan dan perikanan. Pengembangan sektor kepariwisataan Pangandaran Raya perlu dilengkapi oleh komponen kepariwisataan yaitu atraksi wisata, aksesibilitas, ameniti dan ansileri. Diharapkan dengan bertumbuhnya pariwisata di Pangandaran Raya dapat memberikan dampak terhadap daerah lain, khususnya terhadap tiga pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada kerangka kerja Gambar
8.2 berikut ini
Tempat yang Prospektif dijadikan Kawasan dan
Satuan Kawasan Wisata
Aset alam Aset seni dan budaya
Konservasi alam Konservasi seni dan
budaya
Atraksi wisata
Pengembangan aset
Penyedia Atraksi
pemasaran aset
makanan dan
wisata Penyedia layanan
minuman
penginapan
Destinasi wisata sebagai pusat pertumbuhan
Polarisasi Dampak Kepariwisataan terhadap Daerah Lain
Dampak kepariwisataan
Ekonomi
Lingkungan fisik
Sosial & budaya
Pengendalian dampak
kepariwisataan
Sumber: Hasil Adaptasi Dari Kerangka Kerja Umum Pengembangan Desawisata dan Integrasi Pemasaran Berbasis Potensi Aset Kepariwisataan Masyarakat Setempat (Sugiama, 2014)
Gambar 8. 2 Kerangka Kerja Umum Pengembangan Rencana Kebutuhan Investasi Pusat
Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Pangandaran Raya
2. Sektor Kelautan dan Perikanan
Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu pusat pertumbuhan berbasis sektor kelautan dan perikanan. Penguatan sektor kelautan dan perikanan perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui persiapan kebijakan bidang kelautan dan perikanan, pengembangan sistem pengelolaan sanitasi dan mutu ikan, serta peningkatan fasilitas dan kualitas Sumber Daya Manusia. Sasaran pencapaian selanjutnya yaitu pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu dilakukan melalui sertifikasi hasil tangkap ikan, pengembangan unit pengolahan ikan, peningkatan kapasitas sistem peningkatan mutu sesuai standar internasional, pengembangan kerja sama dan diversifikasi pasar ekspor dengan capaian target dari tahun 2021- 2025. Capaian target berikutnya yaitu menjadi pusat pengembangan wisata bahari berkelas internasional pada tahun 2026-2030. Pengembangan wisata bahari berkelas internasional menjadi pendukung pusat pertumbuhan lainnya di Jawa Barat yakni wilayah mendukung pertumbuhan antara lain untuk di Pelabuhan Ratu. Sasaran berikutnya adalah peningkatan sumber daya perikanan dan kelautan dengan positioning kelautan dan perikanan berbasis lingkungan berkelas internasional dengan capaian target tahun 2031-2035. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai dukungan terhadap sustainable tourism (wisata kelautan dan perikanan yang berkelanjutan) sehingga dapat tercapai tujuan Pusat Perkembangan Wisata Bahari Berbasis Lingkungan Dan Berkelas Internasional. Gambar 8.3 merupakan penjelasan roadmap investasi sektor Kelautan dan Perikanan.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 8. 3 Roadmap Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan
Potensi pengembangan sektor kelautan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya dapat berupa hasil tangkapan laut dan budidaya. Potensi yang dihasilkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas infrastruktur serta sumberdaya perikanan dan kelautan jika ditunjang dengan penyediaan layanan transportasi dan sarana prasarana dengan beberapa program yaitu pengembangan SDM, pengelolaan sektor kelautan dan perikanan berbasis lingkungan dan pengembangan sistem pengelolaan dan sanitasi mutu ikan sehingga akan beralih mennjadi pusat pengembangan wisata bahari berkelas internasional. Untuk mengawasi keberlanjutan, maka perlu dilakukan pengendalian dampak pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya seperti yang dijelaskan dalam Gambar 8.6.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 8. 4 Kerangka Kerja Sektor Kelautan dan Perikanan
3. Sektor Agrobisnis
Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agrobisnis seperti halnya peternakan dan perkebunan yang merupakan penguat sektor agroindustri. Penguatan komoditas andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan sarana produksi dan pembangunan lab kesehatan hewan.
Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki komoditas unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pembangunan pabrik pakan, penyediaan calon induk dan fasilitas kandang kapasitas 1.000 ekor. Khusus terkait pembangunan pabrik pakan hal ini penting mengingat komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki komoditas unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pembangunan pabrik pakan, penyediaan calon induk dan fasilitas kandang kapasitas 1.000 ekor. Khusus terkait pembangunan pabrik pakan hal ini penting mengingat komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini
Sasaran berikutnya adalah agrobisnis Pangandaran Raya berbasis pada potensi masyarakat lokal dan memenuhi permintaan pasar pada tahun 2026-2030. Hal ini didukung dengan pengembangan budidaya ternak melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak khususnya pada pengembangan kapasitas besar memlalui penyediaan kapsistas 1000 ekor, karena dalam 10-
20 tahun mendatang diperkirakan ada tambahan permintaan yang sangat signifikan setiap tahunnya, baik untuk tujuan konsumsi, maupun kebutuhan tujuan ekspor. Pengembangan ternak ini diharapkan dapat menjawab permintaan khusus yang cukup potensil. Usaha untuk mendorong pengembangan ternak untuk tujuan ekspor merupakan salah satu alternatif yang harus dilakukan, dengan resiko pasokan di dalam negeri telah terpenuhi. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai pendukung pemenuhan kebutuhan agrobisnis di kawasan pertumbuhan Jawa Barat lainnya yakni khususnya untuk pertumbuhan di Rancabuaya.
Selanjutnya peningkatan kualitas agrobisnis dengan positioning agrobisnis berbasis masyarakat lokal tahun 2031-2035. Hal tersebut menjadi dukungan terhadap sustainable tourism dalam hal agrobisnis dengan berbasis masyarakat lokal sehingga tujuan Agrobisnis Berbasis Masyarakat Lokal dapat tercapai. Gambar 8.5 merupakan penjelasan roadmap investasi sektor Agrobisnis.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Di dalam kerangka kerja agrobisnis, langkah awal yaitu penentuan lokasi yang prospektif untuk pengembangan agrobisnis. Penentuan tersebut berdasarkan pada potensi alam dan masyarakat hingga sampai pada pengembangan sektor agrobisnis yang terdapat masukan berupa komoditas andalan. Dalam mendukung pengembangan sector agrobisnis tersebut perlu adanya penyediaan sarana prasarana sebagai pendukung meliputi sarana untuk pendidikan, pelatihan, laboratorium, sarana produksi, bibit dan calon anakan sehingga dapat menjadi komoditas unggulan yang berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat lokal. Untuk mengawasi keberlangsungan proses pengembangan sektor agrobisnis perlu dilakukan pengendalian dampak agrobisnis. Gambar 8.6 menjelaskan mengenai kerangka kerja untuk sektor agrobisnis.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 8. 6 Kerangka Kerja Sektor Agrobisnis
4. Sektor Agroindustri
Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agroindustri yang merupakan penguat sektor pariwisata. Penguatan produk andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan fasilitas produksi turunan kelapa, pisang, dan produksi pengolahan ikan. Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki produk unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pengolahan produk turunan kelapa meliputi minyak kelapa VCO, Nata De Coco, Gula Semut, Coco Vinegar dan pengolahan produk turunan pisang yaitu Sale serta Pengolahan Ikan. Sasaran berikutnya yaitu agroindustri Pangandaran Raya berbasis masyarakat lokal dan Pusat Pertumbuhan Pangandaran selanjutnya yaitu agroindustri yang merupakan penguat sektor pariwisata. Penguatan produk andalan di Pangandaran Raya perlu dilakukan pada tahun 2018-2020 melalui pelatihan, penyediaan fasilitas produksi turunan kelapa, pisang, dan produksi pengolahan ikan. Sasaran berikutnya Pangandaran Raya memiliki produk unggulan dengan capaian target tahun 2021-2025. Hal yang perlu dilakukan untuk memiliki komoditas unggulan adalah pengolahan produk turunan kelapa meliputi minyak kelapa VCO, Nata De Coco, Gula Semut, Coco Vinegar dan pengolahan produk turunan pisang yaitu Sale serta Pengolahan Ikan. Sasaran berikutnya yaitu agroindustri Pangandaran Raya berbasis masyarakat lokal dan
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Produk prospektif untuk pengembangan agroindustri didukung oleh hasil agrobisnis berupa industri pengolahan kelapa, pisang dan ikan juga didukung oleh aspek kepariwisataan yaitu pembangunan pusat oleh —oleh sebagai tindak lanjut hasil produksi agroindustri sehingga akan terjadi pengembangan pada sector agroindustri. Pengembangan tersebut juga didukung Produk prospektif untuk pengembangan agroindustri didukung oleh hasil agrobisnis berupa industri pengolahan kelapa, pisang dan ikan juga didukung oleh aspek kepariwisataan yaitu pembangunan pusat oleh —oleh sebagai tindak lanjut hasil produksi agroindustri sehingga akan terjadi pengembangan pada sector agroindustri. Pengembangan tersebut juga didukung
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Gambar 8. 8 Kerangka Kerja Sektor Agroindustri