Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Majalengka

Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2014

Nov Dese 2014 Janu Febr Mar

emb mbe ari uari et

April Mei Juni Juli

Sumber : BMG, Jatiwangi Tahun 2015.

Penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini sangat diperlukan, baik untuk memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.

Tabel 2.4. Perkembangan Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2013

Tahun (Ha) No.

Penggunaan Lahan

Lahan Sawah 1. Irigasi Teknis

Tahun (Ha) No.

Penggunaan Lahan

2. Irigasi ½ Teknis

7.950 3. Irigasi Sederhana Milik PU

5.458 4. Irigasi Non PU

7.988 5. Tadah Hujan

12.167 14.449 6. Polder dan sawah lainnya

Luas Lahan Sawah

Lahan Bukan Sawah 1. Pekarangan/bangunan

12.260 13.030 2. Tegal/Kebun

26.855 23.499 3. Ladang/Huma

- - 4. Pengembalaan/Padang

5. Sementara tdk diusahakan 28 28 28 28 6. Ditanami pohon/Hutan

7. Hutan Negara

370 739 9. Lahan lainnya

- - 12. Kolam/empang

Luas Lahan Bukan Sawah

68.996 69.462 Luas Lahan Keseluruhan

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.

Berdasarkan data sekunder, penggunaan lahan Kabupaten Majalengka sampai dengan tahun 2013 didominasi lahan non sawah, yaitu seluas 69.462 Ha, dengan sub sektor yang dominan pada penggunaan untuk tegal/kebun seluas 23.499 Ha, serta lahan Hutan Negara mengingat Kabupaten Majalengka termasuk dalam kawasan TNGC seluas 17.203 Ha. Luas lahan sawah pada tahun 2013 seluas 50.962 Ha menunjukkan dominasi sektor kerja penduduk Kabupaten Majalengka masih pada sektor pertanian.

B. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah terkait dengan kawasan budidaya telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011 -2031. Berdasarkan Perda dimaksud, kawasan budidaya Kabupaten Majalengka terdiri atas :

1. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi;

2. Kawasan Peruntukkan Pertanian;

3. Kawasan Peruntukkan Perikanan;

4. Kawasan Peruntukkan Pertambangan;

5. Kawasan Peruntukkan Industri;

6. Kawasan Peruntukkan Pariwisata;

7. Kawasan Peruntukkan Permukiman; dan

8. Kawasan Peruntukkan Lainnya. Kawasan peruntukkan hutan produksi, kawasan peruntukkan

hutan produksi terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 12.934 hektar. Kawasan peruntukkan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 10.779 Ha, meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Rajagaluh; dan Kecamatan Bantarujeg.

Kawasan peruntukkan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 2.135 Ha hektar, meliputi: Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Talaga; Kecamatan Cingambul; dan Kecamatan Lemahsugih.

Kawasan peruntukkan pertanian, kawasan peruntukkan pertanian seluas 43.946 Ha terdiri atas :

1. Kawasan Peruntukkan Pertanian Tanaman Pangan;

2. Kawasan Peruntukkan Hortikultura;

3. Kawasan Peruntukkan Perkebunan; dan

4. Kawasan Peruntukkan Peternakan.

kawasan peruntukkan pertanian lahan basah dan kawasan peruntukkan pertanian lahan kering. Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 39.190 hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas:

1. Sawah Irigasi Teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Sindang; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan Bantarujeg;dan Kecamatan Lemahsugih.

2. Sawah Irigasi Setengah Teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan

Palasah; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan DawuanKecamatan KasokandelKecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Malausma; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg.

3. Sawah Tadah Hujan meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Malausma; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cingambul.

hektar berada di seluruh kecamatan. Kawasan peruntukkan hortikultura seluas kurang lebih 1.465 hektar

berada di seluruh kecamatan dan tidak terdapat di Kecamatan Kadipaten. Kawasan peruntukkan perkebunan seluas 1.881 hektar, meliputi: kawasan peruntukkan perkebunan rakyat seluas kurang lebih 1.357 hektar berada di seluruh kecamatan; dan kawasan peruntukkan perkebunan dengan fungsi lindung seluas kurang lebih 524 hektar berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut meliputi: Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Malausma; Kecamatan Argapura; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Sindang.

Kawasan peruntukkan peternakan seluas kurang lebih 784 hektar meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Maja; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Lemahsugih; dan Kecamatan Panyingkiran.

Kawasan peruntukkan perikanan, kawasan peruntukkan perikanan seluas 1.717 hektar, terdiri atas:

1. Peruntukkan kawasan perikanan tangkap, sungai sepanjang 536 km meliputi kecamatan Jatitujuh, Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Kadipaten dan situ dan rawa seluas 266 Ha dengan prioritas pengembangan meliputi Kecamatan Kertajti dan Kecamatan Jatitujuh;

2. Peruntukkan kawasan perikanan budidaya, meliputi : 1) kolam air tenang seluas 696 hektar dan kolam air deras seluas 35 hektar dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; dan Kecamatan Jatitujuh; 2) sungai sepanjang kurang lebih 536 kilometer dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Kertajati; dan Kecamatan Kadipaten 3) situ dan rawa dengan luas kurang lebih 266 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; dan Kecamatan Rajagaluh dan 4) Sawah atau mina padi seluas kurang lebih 219 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan

Sindangwangi.

3. Pengembangan pengolahan perikanan. Kawasan peruntukkan pertambangan, kawasan peruntukkan

pertambangan seluas kurang lebih 1.724 hektar meliputi :

1. Kawasan peruntukkan mineral dan batuan terdiri atas : 1) Logam berupa emas meliputi: Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Argapura; 2) Non Logam, terdiri atas: a) Batu gamping, meliputi: Kecamatan Dawuan; dan Kecamatan Cigasong; b) Lempung, meliputi: Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Sindang; Kecamatan Maja;Kecamatan Banjaran; Kecamatan Leuwimunding; 3) Batuan, terdiri atas: a) Batuan beku, meliputi: Kecamatan Argapura;Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Majalengka; b) Batu pasir, meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka; c) Pasir endapan sungai purba, meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Panyingkiran; d) Pasir endapan alluvial meliputi: Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Ligung; e) Sirtu, meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kasokandel;

2. kawasan peruntukkan minyak dan gas bumi, meliputi : Desa Bongas berada di Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Maja; dan Desa Kodasari

berada di Kecamatan Ligung; dan

3. Kawasan peruntukkan panas bumi berada di Kecamatan Cikijing.

seluas kurang lebih 1.324 hektar terdiri atas :

1. Kawasan peruntukkan industri besar, meliputi : Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah;

2. Kawasan peruntukkan industri menengah, meliputi : 1) sebaran lokasi kawasan peruntukkan industri menengah berada di : Kecamatan

Jatitujuh; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah; 2)pengembangan klaster industri kecil menengah (IKM) berupa mebel dan konveksi; dan 3) pengembangan agroindustry;

3. Kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro, berada di seluruh kecamatan pengembangan klaster Industri dan kerajinan etnik meliputi:

wisata industri; dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan;

4. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Terpadu berada di Kecamatan Kertajati.

Kawasan peruntukkan pariwisata, kawasan peruntukkan pariwisata terdiri atas :

1. Pariwisata Budaya, meliputi : Jatiwangi Festival Budaya Kreatif Tradisional (Jatiwangi Art Factory) berada di Kecamatan Jatiwangi;

Kuliner Nusantara Kecap Majalengka berada di Kecamatan Majalengka; Petilasan Prabu Siliwangi Lestari berada di Kecamatan Rajagaluh; dan Situ Sangiang Eko-religi berada di Kecamatan Banjaran;

2. Pariwisata Alam, meliputi : Bendung Rentang Water Festival berada di Kecamatan Jatitujuh; Curug Muara Jaya berada di Kecamatan Argapura; Agrowisata Gedong Gincu Panyingkiran berada di Kecamatan Panyingkiran; dan Agrowisata Sadarehe berada di Kecamatan Rajagaluh;

Sindangwangi Mina Wisata berada di Kecamatan Sindangwangi; dan

3. Pariwisata Buatan, meliputi : Majalengka Spektakuler berada di Kelurahan Majalengka Wetan Kecamatan Majalengka; Jabar Edu Park berada di Kecamatan Sindangwangi; Jurassic Park Lemah Putih berada di Kecamatan Lemahsugih; Gagaraji Internasional Sircuit berada di Kecamatan Jatitujuh; Galery Bola Majalengka berada di Kecamatan Kadipaten; dan Sang Raja Child Competition berada di Kecamatan Cigasong.

Kawasan peruntukkan permukiman, kawasan peruntukkan permukiman seluas kurang lebih 13.455 hektar terdiri atas:

1. Permukiman perkotaan seluas kurang lebih 9.480 hektar meliputi: permukiman perkotaan PKW; permukiman perkotaan PKL; dan permukiman perkotaan PPK termasuk Pembangunan Kawasan Permukiman di Kertajati Aerocity; dan

2. Permukiman perdesaan seluas kurang lebih 3.975 hektar meliputi : permukiman perdesaan PPL; dan permukiman desa.

Kawasan peruntukkan lainnya, kawasan peruntukkan lainnya terdiri atas :

1. Kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa, meliputi : pengembangan perdagangan dan jasa pada pusat kegiatan PKW dan PKL; peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan internasional apabila dikaitkan dengan pembangunan BIJB, Jalan Tol, dan Jalur Kereta Api; peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif dan efisien; peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri; dan penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor;

2. Kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan 2. Kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan

3. Kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan, meliputi : Batalyon Infanteri 321 di Kecamatan Cigasong; Komando Distrik Militer (Kodim) 0617 di Kecamatan Majalengka; Pangkalan Udara S.Sukani di Kecamatan Ligung; dan Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh wilayah kabupaten.

Secara administrasi Kabupaten Majalengka terbagi dalam 26 kecamatan, dengan karakteristik wilayah yang berbeda menimbulkan keberagaman; baik potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan maupun kegiatan sosial ekonomi. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya kebijakan yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya. Dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana struktur ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Majalengka. Tujuannya untuk mengoptimalkan masing-masing wilayah, sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya, dan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan ke depan dalam kurun waktu perencanaan 20 tahun.

Sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan di Kabupaten Majalengka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Perkotaan :

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kondisi ini terjadi di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional) yang a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kondisi ini terjadi di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional) yang

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan. PKL diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap kabupaten dan atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya PKL. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PKL adalah Perkotaan Majalengka, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing dan Talaga.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PPK adalah Perkotaan Kasokandel, Leuwimunding, Palasah, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Sindangwangi, Sukahaji, Lemahsugih, Bantarujeg, Maja, Argapura dan Banjaran.

2. Pusat Kegiatan Perdesaan :

Pusat Kegiatan Perdesaan meliputi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu kawasan permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, yang terdiri dari PPL Sindang, PPL Cingambul, dan PPL Malausma.

Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta fungsinya di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.5.

Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Majalengka

No. Pusat Kegiatan

Fungsi Pelayanan A. Pusat Kegiatan Perkotaan 1. Pusat Kegiatan Wilayah

Kecamatan

a. PKW Kadipaten

Kadipaten,

Sebagai simpul transportasi regional,

Dawuan

pusat komersial, pusat pelayanan sosial, serta pendukung kegiatan industri.

2. Pusat Kegiatan Lokal

pemerintahan, pusat Majalengka

a. Perkotaan

pendidikan, pelayanan sosial, komersial,

Panyingkiran

industri,

pengembangan perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.

Sebagai kawasan komersial dan jasa, Kertajati

b. Perkotaan

Kertajati,

Jatitujuh,

kawasan industri terpadu, kawasan BIJB,

Ligung

pengembangan

kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian.

Sebagai kawasan pengembangan industri, Jatiwangi

c. Perkotaan

Jatiwangi,

Kasokandel,

kawasan komersial, pelayanan sosial

Sumberjaya,

termasuk pengembangan perumahan dan

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Rajagaluh

d. Perkotaan

pengembangan kawasan

Sindang,

perkotaan,

komersial, industri,

Sindangwangi

pengembangan

pariwisata, terminal

regional,

pertanian, perikanan dan

peternakan.

e. Perkotaan Cikijing

Cikijing,

Sebagai pusat pelayanan sosial dan

Cingambul,

umum, pengembangan pertanian dan

Banjaran,

peternakan, komersial, pengembangan

Argapura

pengembangan kawasan perkotaan, terminal regional dan industri kecil.

pariwisata,

f. Perkotaan Talaga

Talaga, Maja,

Sebagai pusat pelayanan sosial dan

Bantarujeg,

umum,

pengembangan pertanian,

Lemahsugih,

pengembangan

kawasan perkotaan,

Malausma

komersial,

industri, pengembangan pariwisata dan terminal regional.

3. Pusat Pelayanan Kawasan

kawasan pengembangan Kasokandel

a. Perkotaan

Kasokandel

Sebagai

perumahan, pelayanan sosial dan jasa,

industri dan kawasan perdagangan dan

No. Pusat Kegiatan

Kecamatan

Fungsi Pelayanan

pertanian.

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Leuwimunding

b. Perkotaan

Leuwimunding

umum,

pengembangan pertanian,

pengembangan

kawasan perkotaan,

industri

dan

pendukung kawasan

perumahan.

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Palasah

c. Perkotaan

Palasah

umum,

pengembangan perkotaan, industri, pendukung kawasan perumahan dan pertanian.

kawasan pengembangan Jatitujuh

c. Perkotaan

Jatitujuh

Sebagai

perumahan, jasa, industri, pendukung komersial dan pertanian.

e. Perkotaan Ligung

Ligung

Sebagai kawasan pertahanan keamanan, pengembangan industri, pelayanan sosial dan pertanian.

Sebagai kawasan pengembangan industri, Sumberjaya

f. Perkotaan

Sumberjaya

kawasan perdagangan, pelayanan sosial dan pertanian.

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Sindangwangi

g. Perkotaan

Sindangwangi

umum,

komersial, pengembangan

pariwisata

sarana pendukung pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.

dan

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Sukahaji

h. Perkotaan

Sukahaji

umum, komersial, pendukung kawasan perumahan

dan pengembangan

pariwisata,

serta

pertanian, dan

peternakan.

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Lemahsugih

i. Perkotaan

Lemahsugih

komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), serta pengembangan pariwisata.

umum,

j. Perkotaan

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Bantarujeg

Bantarujeg

umum,

komersial, pengembangan pertanian, dan pengembangan pariwisata.

k. Perkotaan Maja

Maja

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,

komersial, pengembangan

pertanian,

perikanan, pengembangan pariwisata dan terminal regional.

l. Perkotaan

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Argapura

Argapura

umum,

komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.

No. Pusat Kegiatan

Kecamatan

Fungsi Pelayanan

m. Perkotaan

Sebagai pusat pelayanan sosial dan Banjaran

Banjaran

umum,

komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.

B. Pusat Kegiatan Perdesaan 1. Pusat Pelayanan Lingkungan

a. PPL Sindang

Sindang

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan

dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, perikanan dan peternakan.

b. PPL Malausma

Malausma

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,

komersial, pengembangan

pertanian,

pengembangan kawasan

perbatasan.

c. PPL Cingambul

Cingambul

Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,

komersial, pengembangan pertanian, pariwisata, dan industri kecil.

Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun 2011 – 2031.

Selain adanya sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta fungsinya sebagaimana dijelaskan di atas, dalam RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031 juga direncanakan penetapan Kawasan Strategis, sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan. Penetapan KSP Jawa Barat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kepentingan, kriteria, dan arahan penanganan di masing-masing KSP yang ditetapkan. Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Majalengka adalah :

a. KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity

Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat

1) Mengembangkan kawasan Bandara dengan menganut keserasian antara prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;

2) Mengembangkan bandara;

3) Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah di sekitarnya;

4) Kerjasama dengan pihak swasta;

5) Mengembangkan dan memberdayakan potensi Bandara.

b. KSP Koridor Bandung-Cirebon

Kawasan Koridor Bandung-Cirebon disusun sebagai alat untuk memadukan pengembangan Wilayah Jawa Barat yang terkait dengan Wilayah Kabupaten Majalengka. Kawasan koridor Bandung-Cirebon didefinisikan sebagai kawasan yang membentuk koridor sepanjang jalan Bandung-Cirebon. Kawasan tersebut memiliki keterkaitan fungsional meliputi keterkaitan fisik secara langsung, dan memiliki orientasi (ekonomi, pergerakan dan sosial budaya) sangat kuat dari dan ke jalur jalan tersebut pada kabupaten/kota terkait. Pengembangan kawasan diarahkan pada pertumbuhan wilayah yang efektif, sumber daya mengalir ke seluruh wilayah secara efisien dan menstimulasi perkembangan daerah di kawasan koridor. Arahan pemanfatan ruang pada kawasan pengembangan koridor Bandung- Cirebon meliputi upaya untuk :

1) Meningkatkan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal, regional, nasional;

2) Mendorong peran kawasan-kawasan andalan sebagai penggerak pengembangan ekonomi;

3) Mengembangkan kawasan budidaya secara berkelanjutan;

4) Menjaga kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan kritis;

5) Membangun pusat pengembangan wilayah di kawasan kepadatan rendah untuk menyeimbangkan distribusi penduduk dan kegiatan;

6) Meningkatkan kerjasama antara instansi pemerintah terkait dalam rangka pembangunan koridor dan penanganan permasalahan;

7) Memfasilitasi kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Kota/Kabupaten;

8) Mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan Kabupaten;

9) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan koridor secara selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai;

10) Mengembangkan kawasan agroindustri;

11) Memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan olahan industri yang dikembangkan.

2. Kawasan Strategis Kabupaten

Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, serta dapat berperan sebagai “motor penggerak” pembangunan wilayah di sekitarnya demi keseimbangan pembangunan antara pusat-pusat distrik dengan kawasan perdesaan.

Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar- Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar-

a. Kawasan Potensial Tumbuh

Kawasan potensial tumbuh meliputi :

1) Sekitar jalan tembus Majalengka - Lemahsugih meliputi Kecamatan Majalengka, Maja, Bantarujeg dan Lemahsugih;

2) Sekitar Jalan Lingkar Luar Kota Majalengka meliputi Kecamatan Panyingkiran, Cigasong dan Majalengka.

b. Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan adalah kawasan pengembangan agropolitan yang berada Kecamatan Ligung dan Kecamatan Lemahsugih.

c. Kawasan Wisata Sindangwangi

Kawasan wisata Sindangwangi adalah kawasan wisata terintegrasi yang berada di wilayah Kecamatan Sindangwangi.

C. Wilayah Rawan Bencana

Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan terjal dengan ketinggian 400 - 500 m diatas permukaan laut dan berbahwa relatif panas.

Berdasarkan posisi tersebut di atas, maka hampir seluruh Kabupaten Majalengka mempunyai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi setiap saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana persisnya bencana tersebut akan terjadi. Kabupaten Majelengka termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti halnya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi geologisnya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat perbukitan dan aliran sungai yang cukup besar.

Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka yang kondisi geologisnya terdiri dari pegunungan dan perbukitan sangat berpotensi terjadinya longsor

Vulkanologi dan Mitigasi Jawa Barat. Sedangkan wilayah utara yang merupakan dataran rendah sangat berpotensi terjadinya bencana banjir, dan abrasi sungai, hal ini sebagai konsekwensi adanya beberapa aliran sungai yang cukup besar serta banyaknya sungai – sungai kecil yang bermuara di sungai – sungai besar. Curah hujan yang cukup tinggi menjadi penyebab utama timbulnya bencana abrasi dan banjir.

Selain hal tersebut di atas Kabupaten Majalengka mendapat julukan Kota Angin karena sepanjang tahun hembusan angin yang cukup kencang sering terjadi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya puting beliung yang melanda Kabupaten Majalengka dan sering menimbulkan kerugian harta bencana masyarakat.

Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari tetapi yang dapat kita lakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda maupun lingkungan. Banyaknya korban jiwa maupun harta benda peristiwa bencana yang selama ini terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan bencana serta upaya mitigasinya. Mengamati fenomena – fenomena diatas, Kabupaten Majalengka yang relative tidak aman dari bencana, namun demikian harus tetap waspada agar dampak negatifnya berupa korban jiwa dan harta benda dapat diminimalisir.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut :

Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka

BENCANA

NO. KECAMATAN

DESA

LONGSOR

TEKTONIK VULKANIK

1. Argapura

Cikaracak

Longsor bahan

Potensi terlanda

rombakan

hujan abu dan lontaran batu KRB I

Cibunut

Longsor bahan rombakan

Gunungwangi

Longsor bahan rombakan

Argamukti

Longsor bahan

Potensi aliran awan

rombakan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)

Argalingga

Longsor bahan

Potensi aliran awan

rombakan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)

Haurseah

Longsor bahan rombakan

Mekarwangi

Longsor bahan

Potensi aliran awan

rombakan

panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)

Tejamulya

Longsor bahan rombakan

Gunungwangi

Nendatan

Potensi aliran awan panas,lava,lahar

(KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)

Sukasari Kidul

Longsor bahan rombakan

Sukamanah

Potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I

Sukadana

Longsor bahan rombakan

NO. KECAMATAN

DESA

LONGSOR

TEKTONIK VULKANIK

2. Bantarujeg

Sukamenak

Longsor bahan rombakan

3. Banjaran

Sangiang

Longsor bahan rombakan

Cimeong

Longsor bahan rombakan

4. Cingambul

Sedaraja

Longsor bahan

Potensi terlanda

rombakan

hujan abu dan lontaran batu KRB I

Cikondang

Longsor bahan rombakan

Nagara

Longsor bahan

Longsor bahan rombakan

Cintaasih

Longsor bahan rombakan

Rawa

Longsor bahan rombakan

Sukamukti

Longsor bahan rombakan

5. Cikijing

Cipulus

Longsor bahan rombakan

6. Lemahsugih

Kalapadua

Longsor bahan rombakan

Sukajadi

Longsor bahan rombakan

Lemahputih

Longsor bahan rombakan

Sadawangi

Longsor bahan rombakan

7. Maja

Anggrawati

Longsor bahan rombakan

Cengal

Longsor bahan

Longsor bahan

Longsor bahan

Nendatan dan Retakan

Buninagara

Longsor bahan rombakan

Cimuncang

Longsor bahan rombakan, nendatan,retakan

Lebakwangi

Nendatan dan Retakan

NO. KECAMATAN

Longsor bahan rombakan, Retakan

12. Sindangwangi

Ujungberung

Longsor bahan rombakan

Bantaragung

Longsor bahan rombakan

Lengkong Kulon

potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)

14. Talaga

Gunungmanik

potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)

Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

Potensi bencana lainnya di wilayah Kabupaten Majalengka disebabkan oleh adanya abrasi, adapun wilayah yang termasuk kedalam bencana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7.

Data Potensi Bencana Akibat Abrasi di Wilayah

Kabupaten Majalengka

NO KECAMATAN

DESA / KELURAHAN

Kelurahan Cigasong

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Kelurahan Cicurug

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres dan Sungai Cijurey

Kelurahan Tonjong

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Kelurahan Tarikolot

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Kelurahan Cijati

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Kelurahan Babakan Jawa

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey

Kelurahan Munjul

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey

Desa Cibodas

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey

Desa Kulur

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Sungai Cideres 2 PANYINGKIRAN

Kelurahan Sindangkasih

Pengikisan Tanah

Desa Pasirmuncang

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey

Desa Bonang

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey dan Sungai Cilitung

Desa Jatipamor

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Desa Panyingkiran

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

Desa Bantrangsana

Pengikisan Tanah

Sungai Cijurey

Desa Leuwiseeng

Pengikisan Tanah

Sungai Cideres

3 KERTAJATI

Desa Pakubeureum

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Sukawana

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Kertajati

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

NO KECAMATAN

DESA / KELURAHAN

ABRASI

KETERANGAN 1 2 3 4 5

Desa Bantarjati

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Palasah

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Kertawinangun

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Babakan

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Pasiripis

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Mekarjaya

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Syahbandar

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Sukamulya

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

4 LIGUNG

Desa Ligung Lor

Pengikisan Tanah

Sungai Cikeruh

Desa Ligung

Pengikisan Tanah

Sungai Cikeruh

Desa Bantarwaru

Pengikisan Tanah

Sungai Cilutung

Desa Leuweunghapi

Pengikisan Tanah

Sungai Cikamangi

Desa Sukawera

Pengikisan Tanah

Sungai Cikamangi

Desa Wanasalam

Pengikisan Tanah

Sungai Cilutung

5 JATITUJUH

Desa Jatitujuh

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Randegan Wetan

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Randegan Kulon

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Panongan

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

Desa Panyidangan

Pengikisan Tanah

Sungai Cimanuk

6 SUMBERJAYA

Desa Loji Kobong

Pengikisan Tanah

Sungai Cikamangi

Desa Pancasuji

Pengikisan Tanah

Sungai Cikamangi,Cibugang

Desa Panjalin Kidul

Pengikisan Tanah

Sungai Cikadongdong

Desa Banjaran

Pengikisan Tanah

Sungai Cikadongdong

Desa Gelokmulya

Pengikisan Tanah

Sungai Cikadongdong

Desa Sumberjaya

Pengikisan Tanah

Sungai Cibugang

Desa Rancaputat

Pengikisan Tanah

Sungai Cikadongdong

Desa Bongas Wetan

Pengikisan Tanah

Sungai Cikamangi

Desa Garawangi

Pengikisan Tanah

Sungai Cibungang

Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

Untuk data banjir berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031, daerah yang rawan terkena bencana banjir, sebarannya adalah di sepanjang tanggul di Desa Pakubeureum (S. Cimanuk) sampai Bendung Rentang, diantaranya melalui wilayah Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh dikarenakan jebolnya tanggung di Sungai tersebut.

D. Demografi

Sumber daya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten Majalengka mencakup data jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk dan sebarannya, kecenderungan konsentrasi penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian serta tingkat angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.

1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mencapai 1.185.450 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,4%. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut melebihi target capaian yang tertuang pada RPJMD 2014-2018 dan RPJPD Kabupaten Majalengka yaitu pada tingkat LPP 0,80%. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk, LPP, dan Kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel 2.8., sebagai berikut :

Tabel 2.8.

Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Indikator

1.180.774 1.185.450 Penduduk (Jiwa)

Laki-laki (Jiwa)

981 984 (jiwa/km 2 )

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Karateristik Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk.

Tabel 2.9.

Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Majalengka Tahun 2013

Jenis Kelamin

No. Kecamatan Sex Ratio

Laki-laki

Perempuan

1. Lemahsugih

99,97 2. Bantarujeg

No. Kecamatan Sex Ratio

103,28 Kabupaten Majalengka

99,88 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka Tahun 2014.

3. Kepadatan dan Distribusi Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Majalengka adalah 1.185.450 jiwa yang menempati luas wilayah 1.024,24 km2 sehingga kepadatan penduduk Majalengka mencapai 984 jiwa/km2.

Kecamatan Jatiwangi merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 2.164 jiwa/Km2 dengan kecamatan terpadat kedua yaitu Kadipaten sebesar 2.121 jiwa/Km2, adapun kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kertajati yaitu 325

jiwa/km 2 hal ini dikarenakan Kertajati merupakan kecamatan yang jiwa/km 2 hal ini dikarenakan Kertajati merupakan kecamatan yang

4. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Karakteristik penduduk Kabupaten Majalengka dilihat dari struktur

penduduk (usia 15 tahun ke atas) menurut mata pencaharian pada tahun 2013 masih dominan bekerja pada sektor pertanian sebesar 34,40%, dengan kata lain bahwa sektor pertanian masih menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian penduduk Kabupaten Majalengka. Sektor kedua yang menjadi sumber mata pencaharian adalah perdagangan, yaitu sebesar 25,01 %. Persentase penduduk Kabupaten Majalengka berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2014

Kegiatan Sektor

Tahun

No. Usaha

34,40 32,84 2. Pertambangan dan

0,81 0,28 3. Industri Pengolahan

15,16 12,09 4. Listrik, Gas dan Air

25,01 21,03 7. Angkutan dan

0,58 1,64 9. Jasa-jasa/Lainnya

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Data Estimasi

5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama

Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Majalengka tahun 2013, yaitu mesjid sebanyak 6.681 buah, gereja 12 buah dan vihara 3 buah. Jumlah penduduk agama Islam pada tahun 2013 sebanyak 1.177.079, katolik sebanyak 1.819, Protestan sebanyak 1.610, Hindu sebanyak 133, Budha sebanyak 127 orang, dan pemeluk agama lainnya sebanyak 6 orang.

Tabel 2.11.

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Majalengka Tahun 2013

Kristen

No. Kecamatan

Islam

Hindu

Budha Jumlah

3 - 34.613 12. Sukahaji

9 2 2 - 46.093 18. Jatiwangi

14 39 83.540 19. Dawuan

2 45.215 20. Kasokandel

- 46.642 21. Panyingkiran

6 10 1 - 29.968

No. Kecamatan

Islam

Hindu

Budha Jumlah

- 57.353 Kab. Majalengka

Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.

6. Karateristik Penduduk berdasarkan Pendidikan Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah

adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka melalui jalur pendidikan Pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk melalui berbagai program. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf, artinya dengan rendahnya tingkat buta huruf menunjukan keberhasilan program pengentasan buta huruf dan untuk mencapai program tersebut harus didukung oleh sarana pendidikan yang memadai, berikut jumlah penduduk di Kabupaten Majalengka berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014.

Tabel 2.12.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki

Tahun 2010-2014

Tahun (%)

Jenjang Pendidikan

Tidak/Belum Punya Ijazah SD

11,39 12,46 D1/D3

2,35 2,75 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

*) Data Estimasi

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Pertumbuhan PDRB PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, selama lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan, yaitu dari Rp 4.427 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 5,300 triliun pada tahun 2014. Peningkatan PDRB tersebut menunjukkan meningkatnya secara riil kondisi kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Majalengka. Namun demikian Laju PDRB tahun 2014 menurun dibandingkan laju di tahun 2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.13. PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Uraian

1. PDRB (miliar rupiah)

4,87 4,11 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Laju PDRB (%)

Secara sektoral, selama kurun waktu 2010-2014, seluruh sektor perekonomian mengalami peningkatan. Ini berarti kegiatan seluruh sektor perekonomian daerah telah tumbuh secara positif. Terdapat 4 sektor yang cukup dominan dalam kegiatan perekonomian daerah, yaitu sekor pertanian, Industri, perdagangan, hotel restoran dan dan sektor jasa, dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan, masing masing sebesar Rp.1,206 triliun, Rp.751 miliar, Rp.913 miliar dan Rp.598 miliar pada tahun 2010, meningkat menjadi Rp.1,353 triliun, Rp. 900 miliar, Rp. 1,196 triliun dan Rp. 688 miliar pada tahun 2014. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB ke 4 sektor tersebut masing- masing Rp. 3,405 triliun, Rp. 1,582 triliun, Rp. 1,831 triliun, dan Rp. 1,518 triliun pada tahun 2010, meningkat menjadi Rp. 4,690 triliun, Rp. 2,211 triliun, Rp. 2,866 triliun, dan Rp. 2,168 triliun pada tahun 2014.

ja P

k m e Pertambangan dan

e Pengangkutan

Perdagangan,

Listrik, gas dan

dan komunikasi hotel dan restoran

air bersih

477.145,18 d 56.478,23 3.609.687,29 a .2

644.646,98

1.712.658,00

BA

339.899,06

1.196.487,16

316.045,01

40.855,99

900.694,50

148.545,45

1.353.472,65

850.150,44

2.865.766,02

712.673,90

90.967,31

2.211.895,10

318.335,35

4.690.549,86

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Struktur perekonomian daerah dapat dilihat dari konstribusi setiap sektor usaha terhadap PDRB. Selama periode 2010-2014, sektor Pertanian yang merupakan penyumbang terbesar, sektor Perdagangan terbesar kedua, Sektor Indusri terbesar ketiga, dan sektor jasa terbesar ke empat. Namun kondisi ini selalu dinamis. Selama kurun waktu 2010-2014, terjadi kecenderungan menurunnya konstribusi sektor pertanian, yang diiringi dengan meningkatnya konstribusi sektor perdagangan yang cukup signifikan, ini menunjukkan adanya kecenderungan peralihan kegiatan perekonomian daerah dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, dapat dilihat pada tabel 2.15. sebagai berikut :

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d. 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Majalengka

7 1 1 1 2 7 2 1 0 Pertambangan dan 9

8 7 8 8 3 3 0 2 9 4 3. Industri pengolahan

Listrik,gas dan air 0 1 1 3 2 5 5 7 7 3

Perdagangan, hotel, 3 2 4 7 7 0 2 2 7 4

,1 ,0 ,5 ,7 dan restoran

Pengangkutan dan 8 9 6 3 0 5 8 1 1 6

5 6 5 6 5 6 5 6 6 5 Keuangan, sewa, dan

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Laju Inflasi tingkat Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2010-2014, rata-rata inflasi selama periode tahun tersebut sebesar 5,55 %, dengan angka terendahnya adalah 3,10 % pada tahun 2011 dan inflasi tertinggi Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2010-2014, rata-rata inflasi selama periode tahun tersebut sebesar 5,55 %, dengan angka terendahnya adalah 3,10 % pada tahun 2011 dan inflasi tertinggi

Tabel 2.16.

Laju Inflasi Jawa Barat Tahun 2010-2014

9,15 5,16 Sumber : BPS Jawa Barat, Tahun 2015.

3. PDRB Per Kapita Dengan asumsi bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir ke luar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka nilai pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai PDRB. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.17. sebagai berikut :

Tabel 2.17.

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga No.

Tahun Konstan (Rp)

4.506.360 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Dari tabel di atas, terlihat pendapatan per kapita atas dasar harga konstan selama periode tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 pendapatan per kapitanya sebesar Rp 3.839.651 naik menjadi Rp 4.506.360 pada tahun 2014. Data ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Majalengka secara riil selalu meningkat setiap tahunnya.

4. Gini Ratio Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat pemerataan pendapatan masyarakat. Tingkat pemertaan pendapatan antara lain dihitung dengan Gini Ratio. Makin besar angkanya, maka makin tidak merata sebaran pendapatan. Data Gini ratio di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Perkembangan Gini Ratio

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

Gini ratio

0,322 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Gini ratio 0,289

Data di atas menunjukan bahwa pada tahun 2013 angka Gini Ratio adalah sebesar 0,322 menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 0,41. Hal ini juga menghentikan trend kenaikan angka Gini Ratio yang terus meningkat antara tahun 2009-2013.

5. Kemiskinan Selama kurun waktu 2010-2013, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terus menurun yaitu 181.061 jiwa atau 15,52% pada tahun 2010 menjadi 164.900 jiwa atau 14,11 % pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan angka kemiskinan berada pada kisaran 12,03-13,26% dimana target yang tertuang dalam RPJMD adalah 12%. Hal ini menunjukan bahwa program-pogram penanggulangan kemiskinan 5. Kemiskinan Selama kurun waktu 2010-2013, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terus menurun yaitu 181.061 jiwa atau 15,52% pada tahun 2010 menjadi 164.900 jiwa atau 14,11 % pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan angka kemiskinan berada pada kisaran 12,03-13,26% dimana target yang tertuang dalam RPJMD adalah 12%. Hal ini menunjukan bahwa program-pogram penanggulangan kemiskinan

Tabel 2.18.

Angka Kemiskinan Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2014

Jumlah Penduduk

164.900 153.634 Miskin (Jiwa)

Jumlah Penduduk

14,11 12,96 Penduduk Miskin (%)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Angka estimasi

6. Angka Kriminalitas Salah satu ukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah

dengan memperhatikan angka-angka kriminalitas. Semakin banyak terjadi tindakan kriminalitas disuatu daerah menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi diantara penduduknya. Data kriminalitas Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.19.

Tabel 2.19.

Angka Kriminalitas Kabupaten Majalengka

Tahun 2014

Jumlah Kasus No.

Jenis Kasus

Jumlah Kasus

Tertangani

1. Kasus Narkoba 33 33 2. Kasus Pembunuhan

0 0 3. Kasus Seksual

18 18 4. Kasus Penganiayaan

29 29 5. Kasus Pencurian

185 6. Kasus Penipuan

32 32 7. Kasus Pemalsuan Uang

Sumber : Satpol PP Kabupaten Majalengka, 2015 Sumber : Satpol PP Kabupaten Majalengka, 2015

B. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH)

Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan wawasan berpikir. Modal dasar suatu masyarakat untuk dapat mengakses pengetahuan antara lain dicerminkan dengan kemampuan baca-tulis yang dihitung dengan Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Perkembangan AMH

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Selama periode tahun 2010-2014, AMH Kabupaten Majalengka selalu meningkat, yaitu 95,09% pada tahun 2010, meningkat menjadi 96,68% pada tahun 2014.. Apabila dibandingkan dengan target yang Selama periode tahun 2010-2014, AMH Kabupaten Majalengka selalu meningkat, yaitu 95,09% pada tahun 2010, meningkat menjadi 96,68% pada tahun 2014.. Apabila dibandingkan dengan target yang

b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata jumlah tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Perkembangan RLS Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Perkembangan RLS

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Perkembangan RLS tahun 2010-2014 menunjukkan grafik yang menanjak yaitu dari 6,84 tahun pada tahun 2010 menjadi 7,27 tahun pada 2013. Sedangkan pada tahun 2014 capaian RLS sebesar 7,49 tahun. Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014-2018, capaian tersebut masih dibawah proyeksi yang telah ditetapkan yaitu 7,77 tahun.

Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APK Kabupaten Majalengka tahun 2013 dan 2014 menunjukkan trend positif dan dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Perkembangan APK

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

apk sd/mi

a la

d apk smp/mts

20 apk sma/ma

2014 apk sd/mi

104,29 apk smp/mts

98,89 apk sma/ma

65,08 Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

d. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Angka Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator keberhasilan di bidang pendidikan. Dari data di atas terlihat bahwa penduduk yang tidak punya ijasah berkurang dari 21,94% pada tahun 2010 menjadi 19,36% pada tahun 2013, adapun angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 ada yang mengalami peningkatan dan adapula yang mengalami penurunan yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (%) Jenjang Pendidikan

Tidak/Belum Punya Ijazah SD

12,04 11,39 12,46 D1/D3

2,83 2,35 2,75 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

*) Data estimasi

e. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikut- sertaan mayarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APM Kabupaten Majalengka 2013 dan 2014 memperlihatkan trend positif, dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.7. Perkembangan APM

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

apm sd/mi

apm smp/mts

m la

a apm sma/ma D

2014 apm sd/mi

96,12 apm smp/mts 84,55

88,13 apm sma/ma

51,64 Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, 2015

2. Kesehatan

a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor- faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka untuk menekan angka kematian neo-natal perlu dikembangkan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan untuk menekan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita perlu dikembangkan program imunisasi, dan program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2015.

b. Angka Harapan Hidup

Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan berumur panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.22.

Tabel 2.22.

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No.

Tahun

Angka Harapan Hidup (Tahun)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Angka Sementara

Pada tahun 2010-2014 AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus meningkat dari 66,35 tahun pada tahun 2010 menjadi 67,38 pada Pada tahun 2010-2014 AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus meningkat dari 66,35 tahun pada tahun 2010 menjadi 67,38 pada

c. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a. Rendah

= di bawah 10 %

b. Sedang

= 10-19 %

c. Tinggi

= 20-29 %

d. Sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui

dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir tahun 2013

10% dapat dikatakan rendah. Perkembangan persentase gizi buruk dapat dilihat tabel 2.23.

Tabel 2.23.

Perkembangan Persentase Gizi Buruk

Kabupaten Majalengka

No.

Tahun

Persentase Balita Gizi Buruk

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

3. Pertanahan

Kontributor PDRB terbesar di Kabupaten Majalengka masih disandang oleh sektor pertanian karena mayoritas penduduk Majalengka yang mayoritas masih berprofesi sebagai petani. Berdasarkan data hasil sensus pertanian tahun 2013 dari 156.649 rumah tangga pemilik lahan tercatat bahwa golongan terbanyak adalah yang memiliki luas lahan 2.000-4.999 m2, yaitu berjumlah 53.632 rumah tangga.

Tabel 2.24.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian

Menurut Golongan Luas Lahan Yang Dikuasai

No. 2 Golongan Luas Lahan (m ) Jumlah Rumah Tangga Pemilik Lahan

Sumber: BPS - Sensus Pertanian 2013

Rasio penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bekerja terhadap seluruh angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Majalengka selama kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2010 rasio penduduk yang bekerja memperlihatkan angka yang paling tinggi (94,18%) dibandingkan dengan capaian tahun 2009 dan rentang tahun 2011-2013. Kondisi rasio penduduk yang bekerja tersebut dapat kami gambaran sebagai berikut :

Gambar 2.8. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

be kerja

Penduduk yang

bekerja

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari aktivitas kesenian dan keolahragaan yang ada di masyarakat. Perkembangan seni, budaya dan olahraga selama kurun waktu tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

No. Capaian Pembangunan

1. Jumlah grup kesenian per 10.000

2. Jumlah gedung kesenian per

3. Jumlah klub olahraga per 10.000

4. Jumlah gedung olahraga per

0,002 0,002 10.000 penduduk. Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

A. Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

Pendidikan Dasar, Pendidikan diarahkan kepada upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan hak setiap warga negara dan di dalamnya mengandung satu tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan harus dilakukan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan, mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut

memperhitungkan adanya perubahan penduduk antara usia muda dengan ukuran pertumbuhan jumlah murid yang ditampung pada setiap jenjang sekolah. Peningkatan jumlah usia sekolah harus diimbangi dengan penambahan infrastruktur sekolah dan peningkatan akses masuk sekolah. Adapun APS di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.9. berikut ini :

Perkembangan APS SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

APS SD/MI a 85

APS SD/MI

101,26 APS SMP/MTS 88,05

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

APS SD/MI dan APS SMP/MTS dalam tiga tahun terakhir terus meningkat, tentunya hal ini sesuai dengan kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun.

Ketersediaan Sekolah, Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Datanya dapat terlihat pada tabel 2.26. sebagai berikut :

Tabel 2.26.

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. Jenjang Pendidikan

2013 2014 1. SD/MI

872 873 jumlah penduduk kelompok

1.1. Jumlah gedung sekolah

124.019 121.597 usia 7-12 tahun

2. SMP/MTs

No. Jenjang Pendidikan

174 178 jumlah penduduk kelompok

2.1. Jumlah gedung sekolah

63.559 63.573 usia 13-15 tahun

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Guru, Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.27. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

Jenjang No.

1. SD/MI

7.781 5.672 1.2. Jumlah Murid

1.1. Jumlah Guru

2. SMP/MTs

2.740 4.322 2.2. Jumlah Murid

2.1. Jumlah Guru

1 : 14 1 : 15 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Pendidikan Menengah, pendidikan menengah yang diselenggarakan di Kabupaten Majalengka meliputi SMA, SMK, dan MA.

Angka Partisipasi Sekolah (APS), APS SMA/SMK/MA mengidikasikan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan menengah. Data perkembangan APS SMA/SMK/MA dapat dilihat

pada

gambar

2.12 sebagai

berikut :

Perkembangan APS SMA/SMK/MA

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

APS SMA/SMK/MA

APS SMA/SMK/MA 50,36 48,52 58,06 53,91 61,47 Sumber : Inkesra Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Ketersediaan Sekolah, jumlah gedung sekolah pada jenjang pendidikan menengah selama periode 2010-2014 meningkat yaitu dari

79 unit pada tahun 2010, menjadi 96 unit pada tahun 2014. Data ketersediaan sekolah pada jenjang SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.28.

Tabel 2.28.

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. Jenjang Pendidikan

2012 2013 2014 1. SMA/SMK/MA

1.1. Jumlah gedung sekolah 79 78 87 91 96 1.2. jumlah penduduk kelompok

64.395 64.799 52.362 58.451 usia 16-19 tahun

1 : 740 1 :745 1 : 575 1 : 609 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

1.3. Rasio

Guru, Seiring dengan meningkatnya jumlah murid dan jumlah sekolah, jumlah guru SMA/SMK/MA pun terus meningkat. Data jumlah guru dan murid pada jenjang SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel di bawah.

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

Jenjang No.

1. SMA/SMK/MA

1.1. Jumlah Guru

2.502 1.800 1.2. Jumlah Murid

1 : 12 1 : 24 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Angka Melek Huruf . Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu pesentase penduduk usia > 15 tahun yang bisa baca tulus huruf latin. Capaian AMH dari tahun 2010 sampai 2014 trend-nya terus meningkat terutama di tahun 2014 yang mencapai 96,68%. Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.11. sebagai berikut :

Gambar 2.11. Perkembangan AMH

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Fasilitas Pendidikan, Salah satu tugas pemerintahan di bidang pendidikan adalah menyediakan Gedung Sekolah yang representatif

Kondisi Bangunan Sekolah pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel

2.30. sebagai berikut :

Tabel 2.30.

Perkembangan Kondisi Bangunan Sekolah

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Jenjang Pendidikan

2013 2014 1. SD/MI

5.174 5.122 Jumlah Bangunan Kondisi

1.1. Jumlah Bangunan

Persentase Kondisi

85,23 80,98 Bangunan Baik

2. SMP/MTs

1.761 2.043 Jumlah Bangunan Kondisi

1.1. Jumlah Bangunan

1.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik

3. SMA/SMK/MA

732 1.269 2.2. Jumlah Bangunan Kondisi

2.1. Jumlah Bangunan

2.3. Persentase Bangunan

85,93% 79,59% Kondisi Baik

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

a. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

b. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Data perkembangan PAUD di Kabupaten Majalengka disajikan pada tabel 2.31. sebagai berikut :

Tabel 2.31. Penyelenggaraan PAUD

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. Uraian

33.992 35.070 1.2. Jumlah anak usia

1.1. Jumlah Siswa

55.615 55.717 4-6 tahun

61,12 62,94 Sumber : Dinas Pendidikan, Tahun 2015.

1.3. Rasio/APK

Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah, salah satu indikator mutu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian Angka Kelulusan para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar masimal bangi indikator ini adalah 100% siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan selama periode 2010-2014 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kulitas para pengajar, yang terus meningkat, yang Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah, salah satu indikator mutu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian Angka Kelulusan para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar masimal bangi indikator ini adalah 100% siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan selama periode 2010-2014 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kulitas para pengajar, yang terus meningkat, yang

Tabel 2.32.

Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah

dan Kualifikasi Guru

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Uraian

1.1. AL SD/MI

100 100 1.2. AL SMP/MTS

100 100 1.3. AL SMA/SMK/MK

99,39 100 2.1. AM SD/MI KE SMP/MTS

92,75 97,13 AM SMP/MTS KE

67,32 61,91 SMA/MA/SMK

GURU YANG MEMENUHI

58,18 76,60 KUALIFIKASI S1/DIV

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Kesehatan

Posyandu, yaitu suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

Tujuan penyelenggaraan posyandu:

a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas).

b. Membudayakan NKKBS.

c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada posyandu.

Karena posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.

Terkait dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan.

Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Data rasio posyandu dapat dilihat pada tabel 2.33. sebagai berikut :

Perkembangan Rasio Posyandu

di Kabupaten Majalengka

Rasio Posyandu Per No.

Jumlah

Jumlah Balita

14,08 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

Rumah Sakit, Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres, serta 32 Puskesmas dan 72 Pustu yang tersebar di 26 kecamatan.

Tabel 2.34.

Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan Pustu

Tahun 2014

Jumlah

No. Kecamatan

Rumah Sakit

Puskesmas

Pustu

1. Lemahsugih

2 5 2. Bantarujeg

1 3 3. Malausma

1 4 4. Cikijing

Jumlah

No. Kecamatan

Rumah Sakit

1 - 16. Leuwimunding

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur berdasarkan indikator kinerja aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu persatuan penduduk. Data tersebut dalam kurun waktu 2010-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.35.

Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Tahun No.

Aspek Indikator

1. Rasio puskesmas, poliklinik,

0,26 0,26 pustu per satuan penduduk

3. Cakupan puskesmas

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka *) Angka Estimasi

Sementara itu, untuk pemenuhan tenaga medik di Kabupaten Majalengka per satuan penduduk, sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 rasionya masih tetap sebesar 0,10 persen. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan dokter gigi di pelayanan primer sangat berpengaruh pula terhadap pemenuhan SDM kesehatan yang dipersyaratkan oleh BPJS, sehingga berdampak pada besarnya kapitasi yang diterima oleh setiap puskesmas. Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka lebih terfokus pada pemenuhan dokter spesialis dibeberapa spesifikasi.

Tabel 2.36.

Rasio Tenaga Medik

Tahun No.

Aspek Indikator

1. Rasio dokter per satuan

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka

*) Angka Estimasi

Jumah dokter umum dan dokter gigi yang tersebar di 32 Puskesmas dirinci pada tabel di bawah.

Tabel 2.37.

Jumlah Dokter Umum dan Dokter Gigi

Menurut Kecamatan Tahun 2014

No. Kecamatan

Dokter Umum

Dokter Gigi

1. Lemahsugih 5 - 2. Bantarujeg

2 - 3. Malausma

2 - 4. Cikijing

2 1 5. Cingambul

2 - 6. Talaga

3 1 7. Banjaran

No. Kecamatan

Dokter Umum

Dokter Gigi

8. Argapura 2 - 9. Maja

4 - 13. Rajagaluh

4 1 14. Sindangwangi

2 - 15. Sindang

2 - 16. Leuwimunding

3 - 20. Kasokandel

4 - 24. Jatitujuh

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Komplikasi Kebidanan yang ditangani, perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan. Berdasarkan data Komplikasi Kebidanan yang ditangani, perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan. Berdasarkan data

Tabel 2.38.

Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Cakupan Komplikasi Kebidanan No.

Tahun Yang Ditangani (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Data menunjukkan bahwa cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani memperlihatkan trend peningkatan. Target SPM sebesar 80% telah terlampaui semenjak tahun 2011. Target capaian tahun 2014 sebesar 100% pun telah dapat dilampaui.

Pertolongan Persalinan, Guna meningkatkan IPM, khususnya yang terkait erat dengan indeks kesehatan diantaranya perlu perhatian terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, capainnya sebagaimana pada Tabel 2.39. berikut:

Tabel 2.39.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga No.

Tahun Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%)

Sumber : Dinasl Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Majalengka terealisasi sebesar 87,66% dari target 90% sehingga perlu upaya yang lebih besar lagi pada tahun 2015 agar target yang telah ditetapkan bisa terpenuhi.

Cakupan Universal Child Imunization (UCI). Pemerintah Kabupaten Majalengka secara berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan imunisasi. Kegiatan imunisasi tersebut bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak masyarakat atau orang tua yang belum memahami secara utuh tetang pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih adanya pandangan di masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik jika diimunisasi atau mitos lainnya. Manfaat dari imunisasi bagi bayi untuk mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia.

Tabel 2.40.

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child No.

Tahun Imunization (UCI) (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) selama periode 2010-2014 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat. Namun demikian masih diperlukan upaya lebih agar target Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) selama periode 2010-2014 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat. Namun demikian masih diperlukan upaya lebih agar target

membutuhkan asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh karena itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk harus dilakukan secara kontinyu. Balita yang mengalami gizi buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan usia balita yang wajar. Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya jauh dari berat ideal, selain itu ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala membesar dan perut buncit, badan terlihat kurus, kering, dan tulangnya kelihatan ( stunting) yang disebabkan tubuh tidak menerima asupan gizi seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 telah mencapai 100% sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah. Jejak rekam cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam tabel 2.41. berikut :

Tabel 2.41.

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat No.

Tahun Perawatan (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Taun 2015.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC

BTA, Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Indonesia BTA, Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Indonesia

Tabel 2.42.

Cakupan Penemuan dan Pengobatan

Penderita Penyakit TBC

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Indikator

1. Cakupan penemuan baru

2. Pengobatan penderita

1.267 1.440 penyakit TBC (Jiwa)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD.

Penyebab kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam berdarah (DBD). Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah. Tingkat pencegahan agar tidak timbulnya penyakit DBD telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Adapun data penanganan penderita DBD di Kabupaten Majalengka tertuang dalam tabel berikut :

Cakupan Penemuan dan Penanganan

Penderita Penyakit DBD

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014 Cakupan Penemuan dan Penanganan

No. Tahun Penderita Penyakit DBD (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2010 sampai dengan 2014 mencapai 100%.

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

miskin, selain melayani pasien umum, pelayanan kesehatan rujukan juga menangani pasen dari keluarga miskin. Selama periode 2010-2013, persentase keluarga miskin yang ditangani dapat dilihat pada tabel 2.44. sebagai berikut :

Tabel 2.44.

Persentase Pasien Miskin yang Ditangani

Kabupaten Majalengka

Pesentase Penanganan Pasien Keluarga No.

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2015

Kunjungan Bayi. Kunjungan bayi di Kabupaten Majalengka pada Puskesmas-puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Majalengka angkanya cenderung naik turun. Namun demikian pada

Secara rinci data tersebut dapat kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.45. Cakupan Kunjungan Bayi

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Cakupan Kunjungan Bayi (%)

Sumber : Dinasl Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

3. Pekerjaan Umum

Sarana dan prasarana umum merupakan salah satu kebutuhan pendukung pembangunan daerah yang pemenuhannya akan sangat berdampak pada kinerja pembangunan, baik di bidang ekonomi, sosial budaya maupun pemerintahan.

a. Kondisi Jalan Berdasarkan data terbaru proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Majalengka tahun 2014 adalah 543.750 Km, data selengkapnya bisa dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.46.

Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2014

Tahun

No. Indikator

(Km) (Km)

1. Proporsi

719,408 543,750 jaringan jalan dalam kondisi baik

2. Panjang Jalan dilalui 1,281,919 1,281,919 1,281,919 1,281,919 1,281,919 roda 4 (empat)

337,880 337,880 Ibukota Kecamatan ke kawasan Permukiman penduduk

3. Jalan Penghubung dari

dilalui roda 4) 4. Panjang

jalan

No. Indikator

(Km) (Km)

kabupaten

dalam

kondisi baik (> 40 Km/jam)

Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

b. Kondisi Jaringan Irigasi Kondisi bangunan air di Kabupaten Majalengka terdiri dari Bendung, Bangunan Air, Saluran, Bangunan Pelengkap dan Bangunan Fasilitas. Jumlah dan Kondisi Bangunan Air pada Jaringan Irigasi di Kabupaten majalengka selama kurun waktu 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.47.

Jumlah dan Kondisi Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi di bawah 1.000 Ha di Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2013

Rusak Rusak No.

Ringan Berat

TAHUN 2010

Areal Fungsional

393 Daerah Irigasi 1. Bendung -

Suplesi 24 Bh 7 7 10 -

103 105 2. Bangunan Air -

Pengambilan Bebas

Bh 126

Bagi 1 Bh 0 1 0 -

Bagi Sadap 7 Bh 2 2 3 -

4,00 0,25 4. Bangunan Pelengkap -

Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 -

Penguras 6 Bh 4 1 1 -

Terjun 40 Bh 13 14 13 -

Syphon 4 Bh 0 2 2 -

Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 -

Got Miring 7 Bh 2 2 3 -

Talang 14 Bh 7 4 3

No. Uraian

Ringan Berat

- Jembatan 33 Bh 22 3 8 -

Pelimpah 65 Bh 31 17 17 -

Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 -

Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -

Suplesi 14 Bh 4 7 3 -

Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -

Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -

Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 -

Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -

Jalan Inspeksi

Areal Fungsional

393 Daerah Irigasi 1. Bendung -

Suplesi 24 Bh 7 7 10 -

110 105 2. Bangunan Air -

Pengambilan Bebas

Bh 119

Bagi 1 Bh 0 1 0 -

Bagi Sadap 7 Bh 1 1 5 -

3,00 3,00 4. Bangunan Pelengkap -

Kantong Lumpur 3 Bh 0 3 0 -

Penguras 6 Bh 0 4 2 -

Terjun 40 Bh 0 30 10 -

Syphon 4 Bh 0 2 2 -

Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 -

Got Miring 7 Bh 2 2 3 -

Talang 14 Bh 10 4 0 -

Jembatan 33 Bh 10 23 0 -

Pelimpah 65 Bh 25 30 10 -

Tangga Cucin 7 Bh 1 4 2 -

Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -

Suplesi 14 Bh 2 9 3 -

Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -

Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -

Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 -

Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -

Jalan Inspeksi

Areal Fungsional

No. Uraian

Ringan Berat

393 Daerah Irigasi 1. Bendung -

Suplesi 24 Bh 7 7 10 -

103 105 2. Bangunan Air -

Pengambilan Bebas

Bh 126

Bagi 1 Bh 0 1 0 -

Bagi Sadap 7 Bh 1 3 3 -

4,00 0,25 4. Bangunan Pelengkap -

Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 -

Penguras 6 Bh 4 1 1 -

Terjun 40 Bh 13 14 13 -

Syphon 4 Bh 0 2 2 -

Gorong – gorong 59 Bh 30 12 17 -

Got Miring 7 Bh 2 2 3 -

Talang 14 Bh 7 4 3 -

Jembatan 33 Bh 22 3 8 -

Pelimpah 65 Bh 31 17 17 -

Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 -

Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -

Suplesi 14 Bh 4 7 3 -

Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -

Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -

Rumah PPA 5 Bh 0 2 3 -

Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -

Jalan Inspeksi

Areal Fungsional

393 Daerah Irigasi

- Suplesi 24 Bh 5 9 10

- Pengambilan Bebas

2. Bangunan Air

- Bagi 1 Bh 0 1 0

- Bagi Sadap 7 Bh 1 3 3

- Sadap

Bh 250

3. Saluran

- Induk

Km

- Sekunder

Km

- Tersier

Km

- Suplesi

Km

- Pembuang

Km

No. Uraian

Ringan Berat

4. Bangunan Pelengkap

- Kantong Lumpur 3 Bh 1 1 1

- Penguras 6 Bh 4 1 1

- Terjun 40 Bh 13 14 13

- Syphon 4 Bh 0 2 2

- Gorong – gorong 59 Bh 20 30 9

- Got Miring 7 Bh 2 2 3

- Talang 14 Bh 7 4 3

- Jembatan 33 Bh 22 3 8

- Pelimpah 65 Bh 31 17 17

- Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0

- Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0

- Suplesi 14 Bh 4 7 3

- Lain – lain 81 Bh 25 30 26

5. Bangunan Fasilitas

- Rumah PPB 2 Bh 0 1 1

- Rumah PPA 5 Bh 0 2 3

- Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0

- Jalan Inspeksi

Areal Fungsional

393 Daerah Irigasi

- Suplesi 24 Bh 7 17 0

- Pengambilan Bebas

2. Bangunan Air

- Bagi 1 Bh 1 0 0

- Bagi Sadap 7 Bh 3 4 0

4. Bangunan Pelengkap

- Kantong Lumpur 3 Bh 1 1 1

- Penguras 6 Bh 4 1 1

- Terjun 40 Bh 13 14 13

- Syphon 4 Bh 0 2 2

- Gorong – gorong 59 Bh 20 30 9

- Got Miring 7 Bh 2 2 3

- Talang 14 Bh 7 4 3

- Jembatan 33 Bh 22 3 8

- Pelimpah 65 Bh 31 17 17

- Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0

- Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0

- Suplesi 14 Bh 4 7 3

- Lain – lain 81 Bh 25 30 26

5. Bangunan Fasilitas

No. Uraian

Ringan Berat

- Rumah PPB 2 Bh 0 1 1

- Rumah PPA 5 Bh 0 2 3

- Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0

- Jalan Inspeksi

Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.48. Jaringan Irigasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

67,00 68,80 2. Rasio Jaringan Irigasi (Km/ha)

1. Luas irigasi Kab. kondisi baik (%)

2,99 2,99 Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Data realisasi luas jaringan irigasi dalam kondisi baik dan rasio jaringan irigasi menunjukan bahwa realisasinya telah memenuhi target yang ditetapkan pada tahun 2014.

4. Perumahan

a. Kondisi Perumahan Kondisi rumah tinggal dan rumah tangga di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel. Data menunjukan bahwa realiasi tahun

2014 untuk jumlah Rumah tangga pengguna air bersih dan Rumah tangga pengguna listrik belum memenuhi target sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2014-2018.

Tabel 2.49. Kondisi Perumahan (Rumah Tangga)

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Indikator

1. Rumah tinggal bersanitasi (%)

64,58 65,09 2. Rumah tangga bersanitasi (KK)

249.699 250.418 251.169 246,662 248,568 3. Rumah tangga pengguna air

346.032 347.717 349.097 311,191 313,565 bersih (KK)

4. Rumah tangga pengguna listrik 316.650 316.221 318.512 320.352 322.352 (KK)

Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

b. Rumah Layak Huni Tahun 2014 jumlah rumah layak huni sebanyak 312.422 buah

dengan rasio 98,32 %. Angka ini menunjukan bahwa target RPJMD telah terlampaui. Lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.50.

Kondisi Rumah Layak Huni di Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2014

1. Rumah Layak Huni (unit)

313.494 309.131 312.422 2. Rasio Rumah Layak Huni

Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

5. Penataan Ruang

Untuk menilai capaian pembangunan pada bidang penataan ruang, antara lain adalah tersedianya dokumen RDTR dan RTBL, serta rasio bangunan ber IMB. Realisasi kinerja pembangunan di bidang penataan ruang dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.51. Kondisi Pemanfaatan Ruang

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. CAPAIAN PEMBANGUNAN

Tersedianya Dokumen RDTR

25,00 58,33 dan RTBL

Rasio bangunan ber- IMB per

5,10% 1,58% satuan bangunan

Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

6. Perencanaan Pembangunan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas: RPJPD, RPJMD, Renstra OPD, RKPD, dan Renja OPD.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Majalengka dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025 yang ditetapkan pada tanggal 25 September 2008. RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014- 2018 ditetapkan dengan Perda Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018.

Selanjutnya setiap tahun disusun perencanaan tahunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD dalam hal ini merupakan penjabaran RPJMD dalam kaitannya dengan perumusan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Renja OPD, RKA OPD, dan RAPBD.

7. Perhubungan

Saat ini Kabupaten Majalengka memiliki 7 (tujuh) terminal bis, yaitu di Kecamatan Cikijing, Cigasong, Rajagaluh, Kadipaten, Maja, Talaga dan Bnatarujeg. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati akan memerlukan pembangunan terminal terpadu untuk menjamin aksesibilitas angkutan umum dari kota-kota di sekitarnya ke Bandara. Untuk mewujudkan itu perlu disusun kajian terpadu dengan tetap mengacu kepada master plan kebandaraan, RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 dan RDTR.

kabupaten majalengka akan dibahas pada tabel dibawah ini sebagai capaian pembangunan urusan perhubungan.

Tabel 2.52. Kondisi Perhubungan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

Capaian No.

1. Rasio ijin trayek

1 : 1053 1 : 954 Jumlah uji kir angkutan

Kepemilikan KIR

1.525 1.590 angkutan umum

Pemasangan Rambu-

Jumlah arus penumpang 11.107.571 11.255.761 11.473.241 11.702.705 11.925.056 5. angkutan umum

Orang Orang Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.

Pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum dilaksanakan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Terkait dengan durasi waktu atau lamanya proses pengujian kendaraan tersebut, dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki dan dijalankan oleh DISHUBKOMINFO Kabupaten Majalengka, maka lamanya waktu yang diperlukan dalam pengujian dimaksud adalah 15 menit, dimulai dari proses pendaftaran, pelaksanaan pengujian dan penyampaian hasil uji kendaraan.

Biaya pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum pada DISHUBKOMINFO Kabupaten Majalengka mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka No. 11 Tahun 2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Majalengka, sebagai berikut :

Struktur dan Besaran Tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Di Kabupaten Majalengka

No.

Jenis Pelayanan

Tarif

A. Pengujian Berkala Pertama 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Traktor head

Rp. 150.000,- Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta

2. Rp. 100.000,- Tempelan

B. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Orang 1. Angkutan Pedesaan (9 seat)

Rp. 60.000,- 2. Angkutan Kota (10 seat)

Rp. 60.000,- 3. Bus Mini (11-15 seat)

Rp. 75.000,- 4. Bus Sedang (16-25 seat)

Rp. 75.000,- 5. Bus Besar

Rp. 80.000,- C. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Barang

1. Pick Up (JBB = 0-3.500 Kg) Rp. 60.000,- 2. Truck (JBB = 3.550-10.000 Kg)

Rp. 75.000,- 3. Truck (JBB = 10.050-15.000 Kg)

Rp. 80.000,- 4. Truck (JBB = lebih dari 15.050 Kg)

Rp. 95.000,- D. Penilaian Teknis Kendaraan 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Mobil Penumpang

Rp. 100.000,- 2. Sepeda Motor

Rp. 50.000,- Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka Tahun 2015.

Tabel 2.54.

Jumlah Kendaraan Angkutan Darat di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Jumlah

No. Tahun

Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.

Berdasarkan data tahun terakhir yaitu 2013-2014 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di tahun 2013 adalah 1 : 5,86 dan tahun 2014 masih

1 : 5,86. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum tahun 2013 adalah 10.160.215 orang sedangkan tahun 2014 adalah 11.160.215 1 : 5,86. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum tahun 2013 adalah 10.160.215 orang sedangkan tahun 2014 adalah 11.160.215

Tabel 2.55.

Indikator Perhubungan di Kabupaten Majalengka

Tahun No.

Indikator Perhubungan

Satuan

1. Rasio panjang jalan per jumlah

1 : 5,86 1 : 5,86 kendaraan

Poin

2. Jumlah orang/ barang yang Orang 10.160.215 11.160.215 terangkut angkutan umum

3. Jumlah orang/barang melalui

2.245.118 2.250.120 dermaga/bandara/ terminal per tahun

Orang

Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.

8. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan dilengkapi oleh Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Saat ini otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Saat ini menurunnya kualitas lingkungan hidup telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Perlindungan dan pengelolaan hukum lingkungan meliputi Saat ini menurunnya kualitas lingkungan hidup telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Perlindungan dan pengelolaan hukum lingkungan meliputi

lingkungan, diantaranya yaitu pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Kegiatan atau usaha di Kabupaten Majalengka telah membuat dokumen lingkungan sesuai dengan yang diwajibkan, namun dalam pelaksanaannya belum semua usaha atau kegiatan memiliki dokumen lingkungan.

Sampai saat ini di Kabupaten Majalengka belum ada usaha atau kegiatan yang mendapat sanksi berat karena melanggar hukum lingkungan. Pembinaan dan sosialisasi peraturan terus dilaksanakan agar pelaku kegiatan atau usaha dapat melaksanakan kegiatan atau usahanya tapi tetap menjaga kualitas dan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya. Sehingga ekonomi hijau dapat terlaksana.

Capaian pembangaunan lingkungan hidup dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.56. Kondisi Lingkungan Hidup

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

No. Capaian Pembangunan 2010*)

1. Persentase penanganan 45 49 53 20 27,92 sampah 2. Persentase Penduduk

83,51 85 berakses airminum 3. Persentase Luas

11 15 16 0,62 0,68 pemukiman yang tertata 4. Persentase Pencemaran

20 20 80 90 100 status mutu air

No. Capaian Pembangunan 2010*)

5. Cakupan penghijauan

331 331 331 wilayah rawan longsor

buah buah

buah

dan Sumber Mata Air 6. Cakupan pengawasan

12 UKL- 32 UKL- 19 UKL- terhadap pelaksanaan

8 UKL-

7 UKL-

UPL 60 UPL 86 UPL 90 UPL-UKL/SPPL

SPPL SPPL

3 TPS 21 TPS 29 TPS sampah (TPS) per satuan penduduk

7. Tempat pembuangan

3 TPS

3 TPS

Sumber : BPLH Kabupaten Majalengka Tahun 2015. *) Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

9. Pertanahan

Berdasarkan data dari Satpol PP Kabupaten Majalengka, pada tahun 2014 terdaftar kasus sengketa pertanahan sebanyak 22 kasus dan yang telah diselesaikan sebanyak 5 kasus melalui Pengadilan Negeri Majalengka.

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

Penataan dalam kependudukan dan pencacatan sipil sering dengan waktu mengalami kemajuan baik dalam hal manajemen dan pelaksanaan secara teknis. Dalam urusan kependudukan dan cacatan sipil sudah sangat memasyarakat dengan istilah Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik lndonesia. Dalam KTP terdapat Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor tersebut sifatnya unik atau khas tunggal dan melekat pada seseorang. Kemudian dokumen kependudukan lainnya berupa Akte Lahir dan Kartu Keluarga yang kedudukannya sama pentingnya dengan KTP, jadi seluruh warga masyarakat sudah seharusnya mengindahkan dokumen-dokumen tersebut.

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2010 - 2014

Tahun

No. Indikator Kinerja

1. Cakupan Penerbitan Kartu

Keluarga (%) 2. Cakupan Kepemilikan Kartu

83,35 92,30 tanda Penduduk (%)

3. Cakupan Penerbitan Kartu

4. Cakupan Kepemilikan Kartu

83,35 92,30 Tanda Penduduk (%)

796.600 840.306 satuan penduduk (poin)

5. Ratio Penduduk ber-KTP per

6. Penerapan KTP berbasis NIK

7. Cakupan Penerbitan Kutipan

61 62,84 63,20 Akta Kelahiran (%)

61 62,84 63,20 per 1000 penduduk (permil)

8. Kepemilikan Akte Kelahiran

9. Ratio Bayi ber-Akte Kelahiran

- - - 95,2

10. Cakupan penerbitan Kutipan

Akta Kematian (%)

11. Ketersediaan data base

Ada Ada kependudukan skala kabupaten

- - Ada

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Majalengka, Tahun 2015.

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan perempuan sebagai pejabat terpilih baik dalam ranah pelayanan publik, departemen, komisi- komisi nasional dan peradilan. Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Kabupaten Majalengka tahun 2014 mencapai 46,42%. Pengalaman menunjukkan bahwa partisipasi perempuan yang rendah di bidang politik dan pemerintah akan mempengaruhi a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan perempuan sebagai pejabat terpilih baik dalam ranah pelayanan publik, departemen, komisi- komisi nasional dan peradilan. Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Kabupaten Majalengka tahun 2014 mencapai 46,42%. Pengalaman menunjukkan bahwa partisipasi perempuan yang rendah di bidang politik dan pemerintah akan mempengaruhi

b. Rasio KDRT Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Rasio kekerasan rumah tangga di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebesar 1000:1.

Selain KDRT, hal lain yang diperhatkan adalah penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan . Upaya yang dilakukan dalam menangani tindak kekerasan terhadap perempuan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, unsur medis, penyadaran masyarakat, kerjasama dengan pihak lain (Kepolisian, LSM, Ormas). Sedangkan proses penanganan terhadap kasus tindak kekerasan perempuan secara garis besar meliputi penerimaan laporan atau pengaduan dari korban, pembuatan berita acara kronologis kejadian, upaya konseling dilakukan dengan memberikan pembinaan antara pihak yang bertikai sebagai alternatif pemecahan masalah. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebanyak 33 kasus yang telah diselesaikan. Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan

100% pada tahun 2014.

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka mencatat rata-rata jumlah anak per keluarga sebesar 1,21% pada tahun 2014, angka itu sudah tergolong baik dikarenakan masyarakat kini mulai paham bahwa program KB itu bukan semata untuk membatasi jumlah anak, tapi mengatur jarak kelahiran bayi.

b. Rasio Akseptor KB Program KB memiliki dampak positif dalam membantu penurunan angka kematian ibu, epidemi HIV/AIDS, meningkatkan mutu gender, dan mempromosikan pendayagunaan kaum muda. Akses yang lebih baik untuk metode kontrasepsi yang aman dan terjangkau akan mempercepat pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Oleh karena itu sejak 2005 masalah kesehatan reproduksi dimasukkan menjadi salah satu indikator pencapaian MDGs. Jika tiap keluarga mempunyai anak dua atau tiga orang, berarti program KB sudah berhasil. Rasio akseptor KB pada Tahun 2014 sebesar 75,11%.

Tabel 2.58.

Data Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. Capaian Pembangunan

Rata-rata jumlah anak per

2. Rasio akseptor KB

77,69 75,35 75,11 3. Cakupan peserta KB aktif

77,69 75,35 75,11 Keluarga Pra Sejahtera dan

33,08 33,61 33,66 Keluarga Sejahtera I

Sumber : BPMDPKB Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

Secara lengkap data penanganan masalah sosial di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.59.

Data Penanganan Masalah Sosial

Kabupaten Majalengka

No. Uraian

1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan

40 45 45 45 42 panti rehabilitasi (unit) 2. PMKS yg memperoleh

22 33 35,36 bantuan sosial (%)

3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan

22 33 35,36 sosial (%) Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2015.

a. Angka Sengketa Pengusaha Pekerja Per Tahun Penyelesaian sengketa pengusaha dan pekerja diatur dalam Undang- undang No. 2 Tahun 2004, tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Dalam Undang-undang ditentukan, perselisihan hubungan

pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha (atau gabungan pengusaha) dengan pekerja (atau serikat pekerja) yang penyebabnya biasanya dikarenakan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK), ataupun perselisihan antar serikat pekerja di dalam satu perusahaan.

b. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap penduduk usia kerja b. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap penduduk usia kerja

d. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Sebagian negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :

1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Majalengka tahun 2013 adalah 7,35%, dan pada tahun 2014 diperkirakan menurun pada kisaran 4,47-5,00%, sedangkan target TPT dalam RPJMD 2014-2018 adalah 6,74%. Penurunan TPT salahsatunya dipicu oleh terbukanya kesempatan usaha karena masuknya investasi yang cukup besar di Kabupaten Majalengka.

e. Keselamatan dan Perlindungan. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keharusan bagi perusahaan yang diwajibkan oleh Pemerintah melalui peraturan perudang-udangan. Dalam melaksanakan program proteksi, banyak perusahaan bekerja sama dengan perusahan asuransi yang memberikan peranggunan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, masalah finansial atau masalah lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan kelurganya di kemudian hari. Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama diantara masing-masing pekerja, tergantung dari kedudukan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Kepedulian atas keselamatan dan perlindungan pekerja oleh perusahaan di Kabupaten Majalengka dicerminkan dengan tingkat persentase perusahan yang telah menerapkan K3. Data situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka secara lengkap bisa dilihat pada tabel di bawah.

Data Situasi Ketenagakerjaan

Kabupaten Majalengka

No. Capaian Pembangunan

1. Angka sengketa pengusaha-pekerja per

17 10 8 20 6 tahun

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja*

68.01 n/a 3. Pencari kerja yang

3.943 4.359 2.955 4. Tingkat Pengangguran

7,35 4,47-5,00 5. Keselamatan dan

320 350 Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2015

*) BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015

15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

a. Koperasi Jumlah koperasi pada tahun 2014 sebanyak 670 buah dengan rincian dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.61.

Jumlah Koperasi Yang Masih Aktif

Jumlah

Jumlah No.

Tahun Koperasi

(Buah) Aktif

670 271 Sumber: Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Data menunjukan bahwa dari 670 buah koperasi ternyata yang masih aktif hanya 271 buah sehingga diperlukan upaya untuk mengaktifkan kembali koperasi yang sudah terbentuk.

b. Usaha Mikro dan Kecil Jumlah UMKM di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 tercatat berjumlah 23.187 unit, meningkat menjadi 25.437 unit pada tahun 2013 dan menjadi 25.978 unit pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut cakupan pembinaan UMKM pada tahun 2014 mencapai angka 2,13%. Oleh karena itu masih sangat perlu diupayakan pembinaan kepada kelompok UMKM di Kabupaten Majalengka.

c. Usaha Kecil dan Menengah Non BPR/LKM UKM Dalam perekonomian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan

kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar, selain itu kelompok usaha ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Jumlah pelaku usaha kecil dan menengah di Kabupaten Majalengka sebanyak 25.978 orang.

d. Jumlah BPR Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 14 buah dan pada tahun 2014 sebanyak 15 buah.

16. Penanaman Modal

Selama periode 2010-2014, realisasi investasi di Kabupaten Majalengka meningkat cukup signifikan, yaitu dari Rp.194,731 miliar pada tahun 2010, menjadi Rp.844,795 miliar pada tahun 2014. Begitu pula jumlah pelaku usaha yang melakukan investasi meningkat dari 1.049 unit menjadi 1.308 unit.

Tabel 2.62.

Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)

No. Kategori

n/a n/a 2. Perusahaan Kecil

1. Perusahaan Mikro

40.812.999.808 71.707.342.296 4. Perusahaan Besar

Jumlah 194.731.502.502 316.787.177.768 338.179.345.500 451.011.105.060 844.795.747.296 Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.63.

Data Kategori Perusahaan di Kabupaten Majalengka

1. Perusahaan Mikro

2. Perusahaan Kecil

Menengah 4. Perusahaan Besar

1.308 Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Berkaitan dengan investasi, nilai realisasi PMDN tahun 2013 adalah sebesar 451,011 Miliar Rupiah dan Tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 844,795 Miliar Rupiah sehingga capaian kinerja mengalami kenaikan sebesar 87,31%.

17. Kebudayaan

Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan

Selama 2010-2014, setiap tahunnya dilaksanakan Festival Seni dan Budaya yang diharapkan dapat melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari khasanah budaya Indonesia. Selain itu, dilaksanakan pula pelestarian benda dan situs budaya sebagaimana pada tabel 2.64.

Tabel 2.64. Kegiatan Bidang Kebudayaan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

Penyelenggaraan festival seni 1. 1 2 1 1 1 dan budaya

Benda, Situs dan Kawasan 2. 4 4 14 14 14 Cagar Budaya yang dilestarikan

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Kendala yang masih dihadapi Kabupaten Majalengka dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya adalah belum ditunjang dengan adanya sarana penyelenggaraan seni dan budaya yang representatif.

18. Kepemudaan dan Olahraga

Dalam konteks pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan

melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan. Demikian halnya dengan olahraga, pembinaan dan pengembangan keolahragaan dapat menjamin pemerataan akses terhadap olah raga, peningkatan kesehatan dan kebugaran, peningkatan prestasi, dan manajemen keolahragaan yang mampu menghadapi tantangan serta tuntutan perubahan kehidupan nasional dan global.

potensi

dan

perannya

Perkembangan Data Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

No. Capaian Pembangunan

1. Jumlah organisasi pemuda 54 54 54 54 54 2. Jumlah organisasi olahraga

23 23 24 24 25 3. Jumlah kegiatan kepemudaan

4 3 5 5 7 4. Jumlah kegiatan olahraga

12 10 12 12 12 5. Lapangan olahraga milik

23 23 118 134 1 pemerintah

6. Gelanggang / balai remaja 2 1 1 1 - (selain milik swasta)

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Selama 2010-2014, berdasarkan data Kantor Kesbangpol Kabupaten Majalengka tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Majalengka selalu menyelenggarakan pembinaan politik daerah, dan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP.

Tabel 2.66.

Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014

Kegiatan pembinaan terhadap 1. 1 1 1 3 3 LSM, Ormas dan OKP

Kegiatan pembinaan politik 2. 1 1 2 3 3 daerah

Sumber : Kantor Kesbangpol Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Perkembangan capaian pelaksanaan urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dapat dilihat pada tabel berikut :

Indikator Pelaksanaan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

Rasio jumlah Polisi Pamong

0,007 0,007 0,007 Praja per 10.000 penduduk

1. 0,006

0,006

Jumlah Linmas per Jumlah

Rasio Pos Siskamling per 3. 5 5 5 5 - jumlah desa/kelurahan

4. Pertumbuhan ekonomi

14,44 14,07 12,96 Sistem informasi Pelayanan

15,52

14,98

6. Perijinan dan adiministrasi

1 1 - - pemerintah

- 7 7 Cakupan patroli petugas

7. Penegakan PERDA

3 kec 3 kec 5 kec Satpol PP

8. 3 kec

3 kec

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,

100% 100% 100% ketentraman, keindahan) di

9. 100%

100%

Kabupaten Petugas Perlindungan

10. Masyarakat (Linmas) di

Cakupan pelayanan bencana 11. 51 89 133

- - kebakaran kabupaten

Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah

12. 41 65 89 - - layanan Wilayah Manajemen

Kebakaran (WMK) Cakupan sarana prasarana

13. perkantoran pemerintahan 52 desa 57 desa 69 desa - - desa yang baik

Sistim Informasi Manajemen

- - - Pemda

14. 7 -

Indeks Kepuasan Layanan

33 OPD 29 OPD - - Masyarakat

15. 18 OPD

Sumber : BPS, Sekretariat Daerah, Satpol PP, dan BPBD Kab. Majalengka, Tahun 2015.

Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus menjadi pilar utama hak azasi manusia, selain itu ketahanan pangan merupakan bagian sangat penting dari ketahan nasional. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga mampu mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadi ketergantungan kepada pihak manapun. Dalam hal ini petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan, karena petani adalah produsen pangan sekaligus sebagai kelompok konsumen yang terbesar. Pertanian sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan, karena pangan merupakan kebutuhan yang bersifat mendasar bagi setiap manusia. Setiap negara atau daerah selalu termotivasi untuk memiliki stok bahan pangan pokok dalam jumlah relatif aman untuk kebutuhan rakyatnya dalam jangka waktu tertentu. Ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Majalengka ditentukan 4 (empat) jenis pelayanan dasar yaitu :

a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan meliputi 2 (dua) indikator kinerja, yaitu:

1) Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita Ketersediaan Pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan/atau sumber lain. Ketersediaan pangan berfungsi sebagai penjamin pasokan pangan untuk memnuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamananya. Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 telah sanggup memenuhi persediaan energi dan protein sebesar 350,14%.

2) Penguatan Cadangan Pangan Cadangan pangan merupakan ketersediaan pangan yang digunakan sebagai cadangan, baik yang ada di Pemerintah

Majalengka belum memiliki Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

b. Distribusi dan Akses Pangan Sub sistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh penduduk dan rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga terjangkau. Kondisi ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di Kabupaten Majalengka untuk tahun 2014 dapat mencapai 98,29%, sedangkan untuk Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan untuk tahun 2014 sebesar 100%.

c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan Indikator kinerja daerah dalam urusan ketahanan pangan yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Majalengka 2014-2018 adalah mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita, cadangan pangan pemerintah, dan ketersediaan pangan (LPM). Target yang ditetapkan pada tahun 2014 yaitu mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita 90%, cadangan pangan pemerintah 0 ton, dan ketersediaan pangan (LPM) 20%. Adapun realisasinya di akhir tahun 2014 yaitu mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita 350,14%, cadangan pangan pemerintah 0 ton, dan ketersediaan pangan (LPM) 20 unit.

d. Penanganan Kerawanan Pangan Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akselerasi peningkatan IPM tahun 2014, bahwa pada tahun 2013 terdapat 164.900 orang miskin di Kabupaten Majalengka diindikasikan mereka penduduk rawan pangan karena rawan daya d. Penanganan Kerawanan Pangan Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akselerasi peningkatan IPM tahun 2014, bahwa pada tahun 2013 terdapat 164.900 orang miskin di Kabupaten Majalengka diindikasikan mereka penduduk rawan pangan karena rawan daya

Dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka ditengah pesatnya pembangunan industri yang memerlukan lahan sangat luas sementara luas wilayah Kabupaten Majalengka tidak mengalami pertambahan sehingga untuk pembangunan tersebut menggunakan lahan pertanian, dengan demikian secara otomatif lahan pertanian sebagai penopang ketahan pangan akan mengalami penyusutan, untuk itu pemerintah Kabupaten Majalengka mengantisipasi dengan membuat strategi pembangunan lahan sawah pertanian berkelanjutan dengan kebijakan pemberian insentif dan disinsentif bagi lahan-lahan pertanian yang masuk pada kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sampai tahun 2018.

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Salah satu lembaga pelayanan masyarakat yang terdekat dengan masyarakat adalah posyandu. Keaktifan pelayanan yang dilaksanakan oleh posyandu akan memberikan tingkat kepuasan terhadap layanan pemerintah secara umum. Pada tahun 2013 berdasarkan data BPMDPKB Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan bahwa Posyandu aktif di Kabupaten Majalengka adalah 1.444 posyandu, angka tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat sehingga salah satu kebutuhan masyarakat mendapat pelayanan dari pemerintah dapat ditangani dengan baik. Sebagai langkah nyata Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam meningkatkan kapasitas motor penggerak (para kader) pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan untuk melatih dan mengasah serta menguatkan wawasan dan kemampuan untuk menjadi

Pemerintah Desa dan masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan pembedayaan masyarakat secara hakiki.

23. Statistik

Salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten adalah statistik. Indikator keberhasilan pelaksanaan urusan statistik adalah tersedianya buku “Kabupaten dalam angka” dan “PDRB kabupaten” yang selama ini telah berhasil terpenuhi.

Tabel 2.68.

Ketersediaan Dokumen Statistik Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

No. Capaian Pembangunan

Buku ”kabupaten dalam 1. angka”

Ada ada ada 2. Buku ”PDRB kabupaten”

ada

ada

Ada ada ada Sumber : Bappeda Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Kinerja pengelolaan arsip daerah dapat diukur dari capaian realisasi atas target yang telah ditetapkan. Jumlah OPD dan kecamatan yang telah dibina dalam Kegiatan Pembinaan Tata Kearsipan pada tahun 2014 mencapai 16 OPD dan kecamatan sehingga berhasil melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2014-2018, selanjutnya peningkatan SDM pengelola arsip pun telah berhasil mencapai target. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.69.

Tabel 2.69. Data Kinerja Kearsipan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

No. Capaian Pembangunan

Pembinaan Tata Kearsipan ke 1. 17 17 19 3 16 OPD dan Kecamatan

Peningkatan SDM pengelola 2. 21 14 16 37 42 arsip

Sumber : Kantor Arsip Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Pada tahun 2014 pemerintah daerah memiliki 14 website sehingga berhasil melampaui target yang telah ditetapkan. Data-data komunikasi dan informasi secara lengkap disajikan pada tabel dibawah.

Tabel 2.70.

Data Komunikasi dan Informatika Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Indikator

1 : 684 1 : 727 1: 2003 1 : 5082 1 : 5010 terhadap penduduk

wartel/warnet

2. Jumlah

31 38 36 36 36 radio/TV local

penyiaran

3. Web Site milik pemerintah 3 5 13 14 14 daerah

Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.71. Jumlah Tower Telekomunikasi

di Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2014

Jumlah (Unit) No.

Nama Provider

1. Telkomsel 62 62 62 2. TBG

4 5 5 8. Java Indoku

3 3 3 9. Reka Cipta

2 - - 10. STP, WMI, dll

222 222 Sumber : Dishubkominfo Kab. Majalengka, Tahun 2015.

Total

Tabel 2.72. Pelaksanaan Pameran/Expo

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Pameran/Expo

Sumber : Dinas KUKM perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

26. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan suatu wadah atau tempat yang di dalamnya terdapat bahan pustaka untuk masyarakat yang disusun menurut sistem tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat serta sebagai penunjang kelangsungan pendidikan.

Tabel 2.73. Data Perpustakaan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014

No. Uraian

1. Jumlah perpustakaan

831 863 Jumlah pengunjung

22.338 19.901 perpustakaan per tahun

Koleksi buku yang 3. tersedia di perpustakaan

6.446 6.446 daerah Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Selama tahun 2010-2014, jumlah perpustakaan di Kabupaten Majalengka meningkat, dari 481 unit pada tahun 2010 menjadi 863 unit pada tahun 2014, namun belum dapat memenuhi target sebagaimana tertuang dalam RPJMD.

1. Pertanian

Luas Kabupaten Majalengka adalah 120.424 Ha, terdiri atas lahan sawah 50.334 Ha, lahan bukan sawah 48.589 Ha, dan lahan bukan pertanian 21.501 Ha. Berdasarkan data tersebut, pertanian merupakan sektor yang dominan dalam pemanfaatan lahan di Kabupaten Majalengka.

1) Tanaman Pangan dan Hortikultura Komoditas unggulan tanaman pangan selama tahun 2010-2014

terdiri atas:

a. Padi, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 102.596 hektar meningkat menjadi 115.423 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 103.396 hektar meningkat menjadi 105.242 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 614.390

ton pada tahun 2010 menjadi 675.712 ton pada tahun 2014. Sentra padi tersebar di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,

Dawuan, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Kasokandel, dan Lemahsugih.

Palasah,

Jatiwangi,

b. Jagung, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 18.938 hektar meningkat menjadi 17.708 hektar pada tahun 2014, luas panen

pada tahun 2010 sebesar 18.575 hektar meningkat menjadi 15.910 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 113.028 ton pada tahun 2010 menjadi 119.335 ton pada tahun 2014. Sentra tanaman jagung tersebar di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing, Maja, Bantarujeg, Lemahsugih, Majalengka, dan Malausma.

c. Kedelai, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 2.350 hektar menurun menjadi 1.393 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.348 menjadi 1.339 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 2.775 ton pada tahun 2010 menjadi 1.938 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini, disebabkan antara lain karena minat c. Kedelai, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 2.350 hektar menurun menjadi 1.393 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.348 menjadi 1.339 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 2.775 ton pada tahun 2010 menjadi 1.938 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini, disebabkan antara lain karena minat

Tabel 2.74.

Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha) No. Komoditas

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.75.

Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha) No.

503 1.339 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Produksi Komoditas Tanaman Pangan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton) No.

814 1.938 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

a. Bawang Merah, luas tanam pada tahun 2010 seluas 2.541 hektar turun menjadi 2.491 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 seluas 2.504 ha naik menjadi 2.522 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 22.879 ton naik menjadi sebesar 30.290 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran sehingga menyebabkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu dan busuk. Selain itu adanya lonjakan harga benih yang tidak seimbang dengan harga jual bawang merah sayur sehingga banyak petani yang tidak menanam bawang merah juga ada petani yang memilih bertanam komoditas sayuran lainnya. Sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Ligung, Kertajati, Jatitujuh dan Majalengka.

b. Cabai Besar, luas tanam pada tahun 2010 seluas 1.185 ha, turun menjadi 682 hektar pada tahun 2014, luas panen sebesar 1.282 hektar pada tahun 2010 turun menjadi 756 hektar pada tahun 2014, sedangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 4.246 ton naik menjadi sebesar 5.296 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam antara lain disebabkan karena cuaca kurang yang mendukung mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran, dimana tanaman cabai sangat rentan terhadap curah hujan dan kelembaban yang tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu, busuk dan rontok buah. Sentra cabai tersebar di Kecamatan Kertajati, Ligung, Lemahsugih, Bantarujeg dan Banjaran.

c. Kentang, pada tahun 2010 luas tanam 838 hektar turun menjadi 497 hektar pada tahun 2014, dengan luas panen tahun 2010 sebesar 929 hektar turun menjadi 375 hektar pada tahun 2014, dengan produksi pada tahun 2010 sebesar 11.864 ton turun menjadi 5.178 ton pada tahun 2014. Penurunan ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung yaitu curah hujan dan kelembaban yang tinggi, terutama di daerah pegunungan sering terjadi kabut tebal. Cuaca yang buruk tersebut mempercepat perkembangbiakan hama dan penyakit yaitu penyakit busuk daun dan umbi, serta fusarium (jamur). Sentra kentang di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Lemahsugih dan Cikijing.

Tabel 2.77.

Luas Tanam Komoditas Tanaman Hortikultura

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha) No.

1. Bawang Merah

1.901 1.820 2.263 2.491 2. Cabai Besar

818 487 497 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.78.

Luas Panen Komoditas Tanaman Hortikultura Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha) No.

1.847 2.150 2.522 2. Cabai Besar

1. Bawang Merah

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Produksi Komoditas Tanaman Hortikultura

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton) No.

1. Bawang Merah 22.879 17.868 22.312 23.683 30.290 2. Cabai Besar

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015. Sedangkan komoditas unggulan buah-buahan terdiri atas :

a. Mangga, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 10.362 hektar, meningkat pada tahun 2014 menjadi 10.880,52 hektar, luas

panen pada tahun 2010 sebesar 2.617 hektar, meningkat menjadi 7.502,90 hektar pada tahun 2014 dan produksi pada tahun 2010 sebesar 16.431 ton menjadi 51.508,90 ton pada tahun 2014. Sentra mangga berada di Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Ligung dan Kertajati.

b. Durian, pada tahun 2010 luas tanam 1.795 hektar, meningkat pada tahun 2014 menjadi 2.200,79 hektar, luas panen pada

tahun 2010 seluas 203 hektar, meningkat menjadi 1.565,76 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 993 ton meningkat menjadi 5.198,30 ton pada tahun 2014. Sentra durian di Kecamatan Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding dan Sindang.

c. Jambu Biji, pada tahun 2010 luas tanam 431 hektar meningkat menjadi 611,25 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 seluas 412 hektar meningkat menjadi 458,55 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 2.817 ton meningkat menjadi 4.255,60 ton pada tahun 2014.

Luas Tanam Komoditas Tanaman Buah-Buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha)

No. Komoditas

1. Mangga 10.361,51 10.495,86 10.716,35 10.845,59 10.880,52 2. Durian

2.164 2.194,50 2.200,79 3. Jambu Biji

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015

Tabel 2.81.

Luas Panen Komoditas Tanaman Buah-buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha)

No. Komoditas

1. Mangga 2.616,56 5.419,31 7.515,58 7.142,94 7.502,90 2. Durian

203,44 1.031,16 1.617,38 1.569,98 1.565,76 3. Jambu Biji

379,99 458,55 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.82.

Produksi Komoditas Tanaman Buah-buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton)

No. Komoditas

1. Mangga 16.431 43.279,70 48.220,30 10.242,70 51.508,90 2. Durian

3.196,10 5.198,30 3. Jambu Biji

Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Peternakan, komoditas unggulan peternakan diantaranya adalah ternak ayam ras pedaging, domba dan sapi potong. Pada tahun 2010 populasi ayam ras pedaging sebanyak 7.988.266 ekor meningkat menjadi 17.066.169 ekor pada tahun 2014, dengan produksi daging pada tahun 2010 mencapai 11.982,40 ton meningkat menjadi 25.599,25 ton pada Peternakan, komoditas unggulan peternakan diantaranya adalah ternak ayam ras pedaging, domba dan sapi potong. Pada tahun 2010 populasi ayam ras pedaging sebanyak 7.988.266 ekor meningkat menjadi 17.066.169 ekor pada tahun 2014, dengan produksi daging pada tahun 2010 mencapai 11.982,40 ton meningkat menjadi 25.599,25 ton pada

Tabel 2.83. Populasi Peternakan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ekor)

No. Jenis

1. Ayam Ras 7.988.266 8.068.185 8.406.965 15.011.898 17.066.169 Pedaging

586.413 645.063 3. Sapi Potong

Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.84. Produksi Peternakan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton)

No. Jenis

1. Ayam Ras 11.982,40

22.517,85 25.599,25 Pedaging

578,72 1.026,77 3. Sapi Potong

Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Perkebunan, komoditas unggulan perkebunan diantaranya adalah Teh, Tembakau, Kopi, Cengkeh, dan tebu, sebagai berikut : Perkebunan, komoditas unggulan perkebunan diantaranya adalah Teh, Tembakau, Kopi, Cengkeh, dan tebu, sebagai berikut :

b. Tembakau, pada tahun 2010 luas tanam 1.092,95 hektar dengan produksi berupa daun sebesar 4.532,14 ton dan rajangan sebesar 906,29 ton; pada tahun 2014 luas tanam 1.452,05 hektar dengan produksi berupa daun sebesar 6.820,99 ton dan rajangan sebesar 1.285,43 ton, dengan sentra di Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih.

c. Kopi, pada tahun 2010 luas tanam 801,87 hektar dan produksi sebesar 1.401,78 ton, pada tahun 2014 luas tanam menjadi 863,38 hektar dan produksi 231,43 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih dan Argapura.

d. Cengkeh, pada tahun 2010 luas tanam 1.631,35 hektar, dengan produksi olahan berupa bunga basah 1.448 ton dan minyak cengkeh 69,34 ton; pada tahun 2014 luas tanam menjadi 2.088,06 hektar, dengan produksi olahan berupa bunga basah 2.926,04 ton dan minyak cengkeh 351,30 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih, Argapura Bantarujeg dan Maja.

e. Tebu, pada tahun 2010 luas tanam 1.195,84 hektar dengan produksi olahan dalam bentuk gula putih 5.354,89 ton; pada tahun 2014 luas

tanam menjadi 1.006,96 hektar dengan produksi olahan dalam bentuk gula putih 3.243,78 ton, dengan sentra di Kecamatan Kertajati, Ligung dan Leuwimunding.

Luas Tanam Komoditas Tanaman Perkebunan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ha)

No. Komoditas

Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan, Tahun 2015.

Tabel 2.86.

Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton)

No. Komoditas

1. Teh hijau

201,20 216,33 2. Tembakau - Daun

3.884,67 6.820,99 - Rajangan

1.365,53 231,43 4. Cengkeh - Bunga basah

2.986,04 2.986,04 - Minyak cengkeh

Sumber : Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB, dalam Perhitungan PDRB, Sektor Pertanian teridiri dari 5 sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan urusan pertanian menyangkut 3 sub sektor usaha yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dirinci berdasarkan sub sektor selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah.

Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB

atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Uraian

33,02 32,31 2. Sub Sekor Tanaman Bhn

1. Sektor Pertanian

3. Sub Sektor Tanaman

2,92 2,72 5. Sub Sektor Kehutanan

4. Sub Sektor Peternakan

0,12 0,12 6. Sub Sektor Perikanan

0,48 0,53 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.

Cakupan Bina Kelompok Petani, Kabupaten Majalengka sebagai kabupaten agribisnis sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan baku dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi penentu daya saing produk agribisnis. Dari kedua komponen tersebut sumber daya manusia menjadi kunci kesuksesan atau keberhasilan pemerintah yang potensinya sebagian besar didapat dari pertanian, oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Majalengka setiap tahunnya selalu mengalokasikan kegiatan yang berbasis pada peningkatan sumber daya manusia khususnya pembinaan kelompok tani seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.88. Cakupan Bina Kelompok Petani

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Cakupan Bina Kelompok No.

Sumber : BP4K Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Kehutanan

Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki multifungsi bagi kehidupan manusia. Fungsi hutan sebagai penyangga air dan udara bagi ekosistem dipersyaratkan minimal 30% dari total hamparan darat (UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Luas hutan rakyat pada tahun 2010 adalah 9.622 Ha dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 12.108 Ha. Sedangkan luas lahan kritis pada tahun 2010 seluas 18.320 Ha pada tahun 2014 berkurang menjadi 9.663,69 Ha.

Komoditas unggulan kehutanan antara lain aneka kayu, dan lebah madu. Produksi kayu pada tahun 2010 tercatat 9.683,19 meter kubik turun menjadi 6.038,16 meter kubik pada tahun 2014, penurunan potensi kayu rakyat siap tebang disebabkan masa daur tanaman kayu (umur panen) yang belum mencukupi. Produksi madu pada tahun 2010 tercatat sebesar 11.564 kilogram meningkat menjadi 10.739 kilogram pada tahun 2014. Sentra kayu berada di Kecamatan Kertajati, Sukahaji, Cigasong dan Talaga, sedangkan sentra lebah madu di Kecamatan Lemahsugih, Banjaran dan Argapura.

Tabel 2.89.

Produksi Kehutanan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun

No. Jenis

1. 3 Aneka Kayu (m )

6.938,55 6.038,16 2. Lebah Madu (kg)

10.803 10.739 Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan jumlah areal hutan produksi yang terus berkurang dan belum mampunya masyarakat mengolah bahan baku kayu menjadi bahan jadi atau setengah jadi, selain itu umur tanaman Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan jumlah areal hutan produksi yang terus berkurang dan belum mampunya masyarakat mengolah bahan baku kayu menjadi bahan jadi atau setengah jadi, selain itu umur tanaman

Tabel 2.90.

Kontribusi Sub Sektor Kehutanan Terhadap PDRB

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Kontribusi Sektor Kehutanan No.

Tahun Terhadap PDRB (%)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

3. Energi dan Sumber Daya Mineral

Salah satu tugas pemerintah daerah adalah memberikan ijin kepada pengusaha yang akan melaksanakan usahanya. Bidang pertambangan, masih terdapat lokasi-lokasi pertambangan yang belum berijin dan dalam dua tahun terakhir trendnya bertambah.

Tabel 2.91.

Data Luas Pertambangan Tanpa Ijin

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Uraian

1. Pertambangan tanpa ijin

Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, 2015

Kontribusi dari sektor pertambangan di tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan dikarenakan sumber daya alam pertambangan di Kabupaten Majalengka terbatas.

Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian

Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian No.

Tahun Terhadap PDRB (%)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

4. Pariwisata

Pariwisata Kabupaten Majalengka akan mengalami kemajuan seiring dibangunnya Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati. Untuk itu dilakukan terobosan pengembangan objek-objek wisata baru sebagai stimulator dan inspirasi geliat kompetitif objek-objek wisata lama yang bervariatif.

Sebaran dan potensi objek wisata di Kabupaten Majalengka antara lain :

a. Wisata Alam : Gunung Batu Tilu (Kecamatan Kasokandel), Panorama Cikebo

(Kecamatan Maja), Curug Tonjong (Kecamatan Rajagaluh), Situ Janawi (Kecamatan Rajagaluh), Situ Cipanten (Kecamatan Sukahaji), Situ Cikuda (Kecamatan Sindangwangi), Panorama Bukit Alam Hejo di Asromo (Kecamatan Sindang), Panorama Talaga Herang Sindangwangi (Kecamatan Sindangwangi), Curug Muara Jaya (Kecamatan Argapura), Curug Sawer (Kecamatan Argapura), Air Terjun Cibali (Kecamatan Cingambul), Curug Emas (Kecamatan Talaga), Situ Sangiang (Kecamatan Banjaran), Situ Batu (Kecamatan Malausma), Situ Resmi (Kecamatan Argapura), Curug Cipeuteuy (Kecamatan Sindangwangi).

b. Wisata Budaya/Wisata Sejarah : Rumah Adat Panjalin (Kecamatan Sumberjaya), Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi (Kecamatan Rajagaluh), Situ Sangiang (Kecamatan Banjaran), Museum Talaga Manggung (Kecamatan Talaga), Makam Keramat Sunan Parung (Kecamatan Banjaran), Sunan Wanaperih (Kecamatan Banjaran), dan Makam Keramat Pangeran Muhammad dan Mbah Badori/Siti Armilah (Kecamatan Majalengka).

c. Wisata Minat Khusus : Sirkuit Gagaraji (Kecamatan Jatitujuh), Bendungan Rentang (Kecamatan Jatitujuh), Situ Cijaura (Kecamatan Kertajati), Situ Anggrahan (Kecamatan Jatitujuh), Jatiwangi Art Factory (Kecamatan Jatiwangi), Kolam Renang Tirta Indah (Kecamatan Sindangwangi), Panorama Lemahputih (Kecamatan Lemahsugih), Bumi Perkemahan Cipanten (Kecamatan Argapura), dan Wisata Paralayang Desa Sidamukti (Kecamatan Majalengka).

d. Agrowisata : Perkebunan Mangga Gedong Gincu (Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Kertajati, Jatitujuh, Ligung), Wisata Agrobatu (Kecamatan Sindangwangi), Bibit-bibitan (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Majalengka), Kebun The Sadarehe Desa Payung (Kecamatan Rajagaluh), Durian Sinapeul (Kecamatan Sindangwangi), Kebun The Cipasung (Kecamatan Lemahsugih), Pisang Apuy (Kecamatan Argapura), dan Jagung (Kecamatan Argapura, Banjaran, Lemahsugih).

e. Ekowisata : Batu Luhur, Curug Baligo, Talaga Herang dan Talaga Loa

(Kecamatan Sindangwangi).

f. Wisata Belanja : Kerajinan Besi (Kecamatan Sumberjaya), Anyaman dan Renda (Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Sindangwangi, Sukahaji, Rajagaluh), Industri Rotan (Kecamatan Sumberjaya, Leuwimunding, Sindangwangi, Rajagaluh), Industri Bola (Kecamatan Kadipaten), Kecap (Kecamatan Kadipaten, Majalengka), Jeruk Sambal (Kecamatan Palasah), Kerajinan Batik (Kecamatan Palasah), Emping Melinjo (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Sindangwangi, Talaga), Batu Alam (Kecamatan Sindangwangi), Industri Jeans (Kecamatan Cikijing), Industri Keripik (Kecamatan Cingambul).

g. Wisata Kuliner : Depo Ikan Tawar (Kecamatan Argapura), Depo Ikan Lengkong Kulon

(Kecamatan Sindangwangi).

h. Desa Wisata : - Jeruk Sambal Desa Weragati (Kecamatan Palasah).

- Ekonomi Kreatif (JAF= Jatiwangi Art Factory) Desa Jatisura (Kecamatan Jatiwangi).

Berbagai promosi dan penataan objek wisata yang ada Kabupaten Majalengka telah dilakukan selama periode 2010-2014, hasilnya sudah mulai terlihat yaitu dengan meningkatnya kunjungan wisata.

Tabel 2.93.

Jumlah Kunjungan Wisata ke Kabupaten Majalengka

Tahun 2010-2014

No. Uraian

124.918 131.164 Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

1. Kunjungan wisata

5. Kelautan dan Perikanan

Komoditas unggulan perikanan tahun 2014, diantaranya adalah ikan mas, ikan nila, gurame, dan lele. Produksi ikan mas pada tahun 2010 sebesar 1.282,08 ton meningkat menjadi 7.479,98 ton pada tahun 2014.

Argapura dan Rajagaluh. Produksi ikan nila pada tahun 2010 sebesar 2.851,02 ton menurun menjadi 2.580,99 ton pada tahun 2014 dengan sentra produksi Kecamatan Bantarujeg, Cikijing, Cingambul, Talaga, Argapura, Maja, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi dan Leuwimunding. Produksi ikan gurame pada tahun 2010 sebesar 800,67 ton menurun menjadi 665,12 ton pada tahun 2014, dengan sentra produksi Kecamatan Sindangwangi, Leuwimunding dan Palasah. Produksi ikan lele pada tahun 2010 sebesar 1.001,86 ton meningkat menjadi 1.225,06 ton pada tahun 2014, dengan sentra produksi Kecamatan Jatiwangi, Kertajati, Jatitujuh dan Ligung.

Tabel 2.94. Produksi Ikan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Tahun (Ton)

No. Jenis

1. Ikan Mas

1.512,61 7.479,98 2. Ikan Nila

1.436,38 1.225,06 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.

Jumlah konsumsi ikan Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebesar 22,30 kg/kapita/tahun, Cakupan bina kelompok nelayan di Kabupaten Majalengka tahun 2014 adalah 127 kelompok, produksi perikanan kelompok perikanan budidaya pada tahun 2014 adalah 7.902,80 ton.

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya jumlah kolam.

Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Kontribusi Sektor Perikanan

No. Tahun

Terhadap PDRB (%)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

6. Perdagangan

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat selama tahun 2010-2014, fasilitas perdagangan di Kabupaten Majalengka mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, antara lain bisa dilihat dengan semakin banyaknya pasar/toko swalayan milik masyarakat yang berdiri. Fasilitas perdagangan lainnya yaitu pasar Pemda sebanyak 4 unit yang kondisi fisiknya semakin membaik, dan pasar desa tercatat 33 unit pada tahun 2010 menjadi 37 unit pada tahun 2014.

Dalam perdagangan luar negeri, selama periode 2010-2014, nilai ekspor bersih cenderung meningkat sejalan kondisi perekonomian global.

Tabel 2.96. Perkembangan Ekspor Bersih Perdagangan

Kabupaten Majalengka

Mata

No. Uang 2010

Sumber : Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 *) Angka Sementara Yang Terdata Pada Dinas KUKM Perindag Sumber : Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 *) Angka Sementara Yang Terdata Pada Dinas KUKM Perindag

Tabel 2.97. Kontribusi Sektor Perdagangan

Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB (%)

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

7. Perindustrian

Indikator pelayanan urusan pilihan dalam bidang perindustrian yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Majalengka 2014-2018 adalah cakupan bina kelompok pengrajin yang pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,96%. Target yang ditetapkan pada tahun 2014 adalah 6,26% dan hanya terealisasi sebesar 2,35%. Selanjutnya kontribusi dan pertumbuhan sektor industri dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.98.

Konstribusi dan Pertumbuhan Sektor Industri

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

15,53 15,10 15,24 Pengolahan terhadap PDRB (%)

1. Kontribusi sektor Industri

15,58

15,58

8,50 8,42 5,19 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Pertumbuhan Industri. (%)

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan

transmigrasi

kesatuan bangsa. Adapun sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Transmigrasi merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Pemerintah, sejak orde baru pelaksanaan transmigrasi lebih difokuskan pada provinsi yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya. Provinsi-provinsi tersebut sabagian besar yang berada di Pulau Jawa dan Bali dengan tujuan lokasi transmigrasi seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irianjaya (Papua). Seiring dengan perubahan dalam tatanan kenegaraan, sejak otonomi daerah diberlakukan dengan Undang-Undang yang telah beberapa kali direvisi terakhir dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, berdampak terhadap pengembangan pelaksanaan transmigrasi khususnya antar provinsi. Sesuai data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, di Kabupaten Majalengka terakhir kali adanya transmigrasi lokal Tahun 2002 yakni di Unit Pemukiman Transmigrasi Sukamaju di Desa Mekarjaya Kecamatan Kertajati.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, transmigrasi dilaksanakan dalam bentuk:

a. Transmigrasi Umum (TU);

b. Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB); dan

c. Transmigrasi Swakarsa Mandiri. Bentuk pelaksanaan trasmigrasi lainnya yang mungkin dapat dilakukan

oleh Pemerintah maupun Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Transmigrasi Pemukiman Lahan Kering (TPLK).

Penyelenggaraan transmigrasi antar pulau atau antar provinsi untuk penduduk Kabupaten Majalengka kurun waktu antara 2004 sampai Penyelenggaraan transmigrasi antar pulau atau antar provinsi untuk penduduk Kabupaten Majalengka kurun waktu antara 2004 sampai

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing ( competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

Kemampuan ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam beberapa tolok ukur, diantaranya sebagai berikut :

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk

Tabel 2.99.

Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita No.

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

2. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar

pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan menghitung persentase konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran.

Tabel 2.100.

Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Non Makanan Per Kapita

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Perkapita No.

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

B. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya ( availability) dalam Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya ( availability) dalam

Infrastrutur Jalan dan Jembatan, khusus infrastruktur jalan di Kabupaten Majalengka digolongkan dalam 3 kelompok yakni; Jalan Nasional (25,895 km), Jalan Provinsi (122,929 km), dan Jalan Kabupaten (715,600 km). Pada tahun 2014 kondisi infrastruktur jalan dan jembatan dalam kondisi baik terealisasi 76,08% dari target 87,13% dalam RPJMD, sedangkan penambahan infrastruktur jalan dan jembatan 0% sebagaimana target yang ditetapkan untuk tahun 2014 pun memang 0 %.

Perhubungan, saat ini di Kabupaten Majalengka sedang dilaksanakan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka yang akan menjadi sarana transportasi udara untuk mengakses wilayah Majalengka, Jawa Barat dan sekitarnya menuju wilayah seluruh nasional dan internasional. Bahkan dalam menunjang sarana infrastruktur transportasi darat yang ada, wilayah Kabupaten Majalengka akan dilalui dan dilayani oleh 2 (dua) buah jalan tol yaitu jalan tol Cileunyi – Sumedang – Kertajati (Cisumjati) yang sudah mulai dibangun pada tahun 2012, dan jalan tol Cikopo – Palimanan (Cikapali) yang juga telah selesai dilakukan pembebasan tanahnya dan sedang mulai dilaksanakan proses pembangunan fisiknya.

Irigasi, merupakan infrastruktur lain yang mendukung perekonomian, terutama sektor pertanian, karena akan menunjang ketersediaan pengairan di Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka terpetakan ke dalam 393 daerah irigasi dan telah mampu memenuhi kebutuhan air pada areal fungsional seluas 22.396 hektar.

masterplan sebagai pedoman khususnya bagi para calon investor, sudah tersedia. Dokumen Perencanaan Tata Ruang dapat dilihat pada tabel 2.104. sebagai berikut :

Tabel 2.101. Dokumen Perencanaan Tata Ruang

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2015

Dokumen

Tahun Penyusunan

NO. Perencanaan Keterangan

1 RTRW Kabupaten

Perda 11/2011 Majalengka

Tahun 2011-2031

2 RDTR Kecamatan

Belum Perda Kertajati

3 RDTR Kecamatan

√ Belum Perda Jatitujuh

4 RDTR Kecamatan

√ Belum Ligung

Perda/Sudah sesuai Perda

11/2011 5 RDTR

√ Belum Perda Kadipaten

Kecamatan

6 RDTR Kecamatan

√ Belum Perda Jatiwangi

7 RDTR Kecamatan

√ Belum Perda Majalengka

8 Rencana Rinci Tata

Belum Perda Ruang

Kawasan Lingkar

Luar Kota Majalengka 9 RRTR

√ Belum Perda Sindangwangi

KSK Wisata

10 RRTR KSK Potensial

Belum Perda Tumbuh

Belum Perbup Kecamatan Kadipaten

11 Revisi RDTR

12 Revisi RDTR

Belum Perda Kecamatan Jatiwangi

13 Revisi RDTR

Belum Perda Kecamatan Kertajati

14 RDTR Kecamatan

Belum Perda Dawuan

15 Revisi RDTR

Belum Perda Kecamatan Majalengka

16 RDTR Kecamatan

Belum Perda Cigasong

17 RDTR Kecamatan

Belum Perda Panyingkiran

NO. Dokumen Perencanaan

18 RDTR Kecamatan

Belum Perda Sindangwangi

19 RDTR Kecamatan

Belum Perda Talaga

20 RDTR Kecamatan

Belum Perda Sumberjaya

dan Palasah

Belum Perda Kasokandel

21 RDTR Kecamatan

22 RDTR Kecamatan

Belum Perda Jatitujuh dan Ligung

23 RDTR Kecamatan

Belum Perda Rajagaluh , Sukahaji dan Leuwimunding

24 RDTR Kecamatan Maja

Belum Perda 25 Raperda RDTR PKW

√ Prolegda Kadipaten dan Kecamatan Kasokandel

26 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Kertajati

27 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Majalengka

28 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Jatiwangi

29 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Jatiwangi (Palasah dan Sumberjaya)

30 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Maja

31 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Rajagaluh (Rajagaluh, Sukahaji dan Leuwimunding)

32 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Kertajati (Jatitujuh dan Ligung)

Sumber : Bappeda dan Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Berdasarkan data tahun terakhir (2014) dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Majalengka, data mengenai pengalihfungsian dari ruang publik yang berubah peruntukan menjadi lahan terbangun di Kabupaten Majalengka belum ada. Melalui kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang dengan melihat kondisi lapangan tidak ada/belum ada ruang publik yang berubah peruntukan, kondisi eksisting lahan yang berubah peruntukkan di dominasi oleh lahan sawah, tegalan atau kebun.

Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2013 yaitu ± 99 %, dengan luas wilayah produktif ± 57-58%, sedangkan luas wilayah industri diperkirakan ± 1% dengan penyediaan kawasan industri di tahun 2012-2013 ± 100-150 Ha. Persentase Luas wilayah perkotaan pada tahun 2012-2013 adalah ± 35- 36%.

Untuk wilayah kekeringan yang disebabkan musim kemarau yang panjang, lahan kering atau tidak adanya/kurang saluran irigasi, berdasarkan data dari Dinas Pertanian wilayah kekeringan yang dimaksud adalah Kecamatan Kertajati, Ligung dan Jatitujuh (wilayah utara).

Tabel 2.102.

Indikator Penataan Ruang di Kabupaten Majalengka

Tahun No.

Indikator Penataan Ruang

Satuan

1. Ketaatan terhadap RTRW

99 99 2. Luas wilayah produktif

58 58,5 3. Luas wilayah industri

1,1 1,2 4. Penyediaan kawasan industry

Ha 150 50 5. Luas wilayah kebanjiran

Ha 270 300 6. Luas wilayah kekeringan

- - 7. Luas wilayah perkotaan

Desa

36 37 Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Fasilitas Keuangan, Kabupaten Majalengka memiliki lembaga penunjang perekonomian berupa fasilitas perbankan yang terdiri atas bank umum yaitu Bank Jabar Banten, BRI, BNI, Bank Mandiri, BankPanin, Bank Danamon, Bank BCA, Bank BTPN, Bank OCBC NISP dan BPR. Perkembangan jumlah perbankan di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.103. Perkembangan Jumlah Bank

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Nama Bank

1. BJB 6 6 4 9 9 2. BRI

36 36 36 36 36 3. BNI

2 2 3 3 3 4. MANDIRI

1 1 2 4 6 5. PANIN

7. BCA 1 1 1 1 1 8. OCBC NISP

5 5 7 7 7 Sumber : BPPTPM Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Air bersih, Penggunaan air bersih di Kabupaten Majalengka saat ini berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Penyediaan air bersih dikelola oleh PDAM, pemerintah desa (air bersih pedesaan) dan perorangan (rumah tangga). Pelayanan Air Bersih/Air minum yang dilaksanakan oleH PDAM Majalengka baru mencapai 11 kecamatan, 67 Desa/kelurahan dengan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 108.630 jiwa (9,34 %). Sedangkan jumlah rumah tangga pengguna air bersih sampai dengan tahun 2014 sebesar 313,565 rumah tangga.

Tenaga Listrik, penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila listrik telah menjangkau suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melistriki masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.

Tabel 2.104. Penggunaan Listrik

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Persentase Rmah Tangga No.

Ketersediaan Daya

Tahun

Listrik

pengguna Listrik

91,84% Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Tabel 2.105. Penggunaan Telepon

di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Persentase Rumah Tangga pengguna HP/Telepon

Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Asuransi, Perusahaan asuransi di Kabupaten Majalengka berkembang dengan cukup pesat dengan jenis layanan diantaranya asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dana pensiun sampai asuransi karyawan.

Restoran, ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat daya tarik investasi suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Pengertian restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Sedangkan pengusahaan usaha restoran dan rumah makan adalah penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman kepada tamu sebagai usaha pokok. Walaupun data pastinya belum tersedia tapi secara fisik terlihat jelas bahwa di tahun 2014 banyak bermunculan restoran-restoran baru di wilayah Kabupaten Majalengka yang menunjukan hidupnya aktivitas perekonomian.

Ketersediaan penginapan, ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah,

Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel. Pada tahun 2013 berdasarkan data BPS di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat 9 penginapan.

C. Fokus Iklim Berinvestasi

Iklim investasi yang kondusif di suatu daerah merupakan salah satu daya saing bagi daerah tersebut untuk dapat meningkatkan investasi yang masuk ke daerah tersebut. Iklim investasi diukur antara lain dengan tindak kriminalitas, kemudahan perijinan, perkembangan desa.

Angka Kriminalitas. Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. Data dari Satpol PP Kabupaten Majalengka menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 298 kasus kriminalitas dan seluruhnya tertangani.

Lama Proses Perijinan, dalam rangka meningkatkan investasi Pemerintah Kabupaten Majalengka membuat kebijakan menyederhanakan pelayanan perizinan terpadu untuk memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, transparan, murah dan terjangkau. Dari tabel 2.106 dapat dilihat bahwa proses perijinan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 hanya membutuhkan waktu 7 hari, lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Lama Proses Perijinan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Lama Proses Perijinan (Hari)

Sumber : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 .

Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah. Jumlah pajak dan retribusi daerah pada tahun 2014, yaitu pajak sebanyak 11 macam dan retribusi sebanyak 28 macam dengan harapan pada tahun 2015 masih stabil.

Tabel 2.107. Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No. Tahun Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah

Pajak : 10 Retribusi : 25

Pajak : 10 Retribusi : 29

Pajak : 10 Retribusi : 29

Pajak : 11 Retribusi : 29

Pajak : 11 Retribusi : 29

Sumber : DPKAD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usah. Pada tahun 2014 jumlah Perda yang mendukung iklim usaha belum mengalami penambahan dari tahun-tahun sebelumnya.

Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Jumlah Perda Yang Mendukung No.

Tahun

Iklim Usaha

Sumber : Setda Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

D. Fokus Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu daerah, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal.

Tingkat Pendidikan Masyarakat, salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat kualitas SDM adalah dengan mengukur tingkat pendidikan masyarakat. Selama periode 2010-2013, hanya sebagian kecil yang berpendidikan Diploma dan Sarjana, walaupun demikian tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Majalengka terus meningkat.

Gambar 2.12. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Rasio Ketergantungan, rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Data perkembangan Rasio Ketergantungan/ Angka Beban Tanggungan dapat dilihat pada tabel 2.109. sebagi berikut :

Rasio Ketergantungan/Angka Beban Tanggungan

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013

No. Tahun Rasio Ketergantungan (%)

Sumber : Inkesra Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa trend angka rasio ketergantungan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.