Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2014
Nov Dese 2014 Janu Febr Mar
emb mbe ari uari et
April Mei Juni Juli
Sumber : BMG, Jatiwangi Tahun 2015.
Penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini sangat diperlukan, baik untuk memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.
Tabel 2.4. Perkembangan Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2013
Tahun (Ha) No.
Penggunaan Lahan
Lahan Sawah 1. Irigasi Teknis
Tahun (Ha) No.
Penggunaan Lahan
2. Irigasi ½ Teknis
7.950 3. Irigasi Sederhana Milik PU
5.458 4. Irigasi Non PU
7.988 5. Tadah Hujan
12.167 14.449 6. Polder dan sawah lainnya
Luas Lahan Sawah
Lahan Bukan Sawah 1. Pekarangan/bangunan
12.260 13.030 2. Tegal/Kebun
26.855 23.499 3. Ladang/Huma
- - 4. Pengembalaan/Padang
5. Sementara tdk diusahakan 28 28 28 28 6. Ditanami pohon/Hutan
7. Hutan Negara
370 739 9. Lahan lainnya
- - 12. Kolam/empang
Luas Lahan Bukan Sawah
68.996 69.462 Luas Lahan Keseluruhan
Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.
Berdasarkan data sekunder, penggunaan lahan Kabupaten Majalengka sampai dengan tahun 2013 didominasi lahan non sawah, yaitu seluas 69.462 Ha, dengan sub sektor yang dominan pada penggunaan untuk tegal/kebun seluas 23.499 Ha, serta lahan Hutan Negara mengingat Kabupaten Majalengka termasuk dalam kawasan TNGC seluas 17.203 Ha. Luas lahan sawah pada tahun 2013 seluas 50.962 Ha menunjukkan dominasi sektor kerja penduduk Kabupaten Majalengka masih pada sektor pertanian.
B. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah terkait dengan kawasan budidaya telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011 -2031. Berdasarkan Perda dimaksud, kawasan budidaya Kabupaten Majalengka terdiri atas :
1. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi;
2. Kawasan Peruntukkan Pertanian;
3. Kawasan Peruntukkan Perikanan;
4. Kawasan Peruntukkan Pertambangan;
5. Kawasan Peruntukkan Industri;
6. Kawasan Peruntukkan Pariwisata;
7. Kawasan Peruntukkan Permukiman; dan
8. Kawasan Peruntukkan Lainnya. Kawasan peruntukkan hutan produksi, kawasan peruntukkan
hutan produksi terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 12.934 hektar. Kawasan peruntukkan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 10.779 Ha, meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Rajagaluh; dan Kecamatan Bantarujeg.
Kawasan peruntukkan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 2.135 Ha hektar, meliputi: Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Talaga; Kecamatan Cingambul; dan Kecamatan Lemahsugih.
Kawasan peruntukkan pertanian, kawasan peruntukkan pertanian seluas 43.946 Ha terdiri atas :
1. Kawasan Peruntukkan Pertanian Tanaman Pangan;
2. Kawasan Peruntukkan Hortikultura;
3. Kawasan Peruntukkan Perkebunan; dan
4. Kawasan Peruntukkan Peternakan.
kawasan peruntukkan pertanian lahan basah dan kawasan peruntukkan pertanian lahan kering. Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 39.190 hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas:
1. Sawah Irigasi Teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Sindang; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan Bantarujeg;dan Kecamatan Lemahsugih.
2. Sawah Irigasi Setengah Teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan
Palasah; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan DawuanKecamatan KasokandelKecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Malausma; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg.
3. Sawah Tadah Hujan meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Malausma; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cingambul.
hektar berada di seluruh kecamatan. Kawasan peruntukkan hortikultura seluas kurang lebih 1.465 hektar
berada di seluruh kecamatan dan tidak terdapat di Kecamatan Kadipaten. Kawasan peruntukkan perkebunan seluas 1.881 hektar, meliputi: kawasan peruntukkan perkebunan rakyat seluas kurang lebih 1.357 hektar berada di seluruh kecamatan; dan kawasan peruntukkan perkebunan dengan fungsi lindung seluas kurang lebih 524 hektar berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut meliputi: Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Malausma; Kecamatan Argapura; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Sindang.
Kawasan peruntukkan peternakan seluas kurang lebih 784 hektar meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Maja; Kecamatan Banjaran; Kecamatan Lemahsugih; dan Kecamatan Panyingkiran.
Kawasan peruntukkan perikanan, kawasan peruntukkan perikanan seluas 1.717 hektar, terdiri atas:
1. Peruntukkan kawasan perikanan tangkap, sungai sepanjang 536 km meliputi kecamatan Jatitujuh, Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Kadipaten dan situ dan rawa seluas 266 Ha dengan prioritas pengembangan meliputi Kecamatan Kertajti dan Kecamatan Jatitujuh;
2. Peruntukkan kawasan perikanan budidaya, meliputi : 1) kolam air tenang seluas 696 hektar dan kolam air deras seluas 35 hektar dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; dan Kecamatan Jatitujuh; 2) sungai sepanjang kurang lebih 536 kilometer dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Kertajati; dan Kecamatan Kadipaten 3) situ dan rawa dengan luas kurang lebih 266 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; dan Kecamatan Rajagaluh dan 4) Sawah atau mina padi seluas kurang lebih 219 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan
Sindangwangi.
3. Pengembangan pengolahan perikanan. Kawasan peruntukkan pertambangan, kawasan peruntukkan
pertambangan seluas kurang lebih 1.724 hektar meliputi :
1. Kawasan peruntukkan mineral dan batuan terdiri atas : 1) Logam berupa emas meliputi: Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Argapura; 2) Non Logam, terdiri atas: a) Batu gamping, meliputi: Kecamatan Dawuan; dan Kecamatan Cigasong; b) Lempung, meliputi: Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Sindang; Kecamatan Maja;Kecamatan Banjaran; Kecamatan Leuwimunding; 3) Batuan, terdiri atas: a) Batuan beku, meliputi: Kecamatan Argapura;Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Majalengka; b) Batu pasir, meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka; c) Pasir endapan sungai purba, meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Panyingkiran; d) Pasir endapan alluvial meliputi: Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Ligung; e) Sirtu, meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kasokandel;
2. kawasan peruntukkan minyak dan gas bumi, meliputi : Desa Bongas berada di Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Maja; dan Desa Kodasari
berada di Kecamatan Ligung; dan
3. Kawasan peruntukkan panas bumi berada di Kecamatan Cikijing.
seluas kurang lebih 1.324 hektar terdiri atas :
1. Kawasan peruntukkan industri besar, meliputi : Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah;
2. Kawasan peruntukkan industri menengah, meliputi : 1) sebaran lokasi kawasan peruntukkan industri menengah berada di : Kecamatan
Jatitujuh; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah; 2)pengembangan klaster industri kecil menengah (IKM) berupa mebel dan konveksi; dan 3) pengembangan agroindustry;
3. Kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro, berada di seluruh kecamatan pengembangan klaster Industri dan kerajinan etnik meliputi:
wisata industri; dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan;
4. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Terpadu berada di Kecamatan Kertajati.
Kawasan peruntukkan pariwisata, kawasan peruntukkan pariwisata terdiri atas :
1. Pariwisata Budaya, meliputi : Jatiwangi Festival Budaya Kreatif Tradisional (Jatiwangi Art Factory) berada di Kecamatan Jatiwangi;
Kuliner Nusantara Kecap Majalengka berada di Kecamatan Majalengka; Petilasan Prabu Siliwangi Lestari berada di Kecamatan Rajagaluh; dan Situ Sangiang Eko-religi berada di Kecamatan Banjaran;
2. Pariwisata Alam, meliputi : Bendung Rentang Water Festival berada di Kecamatan Jatitujuh; Curug Muara Jaya berada di Kecamatan Argapura; Agrowisata Gedong Gincu Panyingkiran berada di Kecamatan Panyingkiran; dan Agrowisata Sadarehe berada di Kecamatan Rajagaluh;
Sindangwangi Mina Wisata berada di Kecamatan Sindangwangi; dan
3. Pariwisata Buatan, meliputi : Majalengka Spektakuler berada di Kelurahan Majalengka Wetan Kecamatan Majalengka; Jabar Edu Park berada di Kecamatan Sindangwangi; Jurassic Park Lemah Putih berada di Kecamatan Lemahsugih; Gagaraji Internasional Sircuit berada di Kecamatan Jatitujuh; Galery Bola Majalengka berada di Kecamatan Kadipaten; dan Sang Raja Child Competition berada di Kecamatan Cigasong.
Kawasan peruntukkan permukiman, kawasan peruntukkan permukiman seluas kurang lebih 13.455 hektar terdiri atas:
1. Permukiman perkotaan seluas kurang lebih 9.480 hektar meliputi: permukiman perkotaan PKW; permukiman perkotaan PKL; dan permukiman perkotaan PPK termasuk Pembangunan Kawasan Permukiman di Kertajati Aerocity; dan
2. Permukiman perdesaan seluas kurang lebih 3.975 hektar meliputi : permukiman perdesaan PPL; dan permukiman desa.
Kawasan peruntukkan lainnya, kawasan peruntukkan lainnya terdiri atas :
1. Kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa, meliputi : pengembangan perdagangan dan jasa pada pusat kegiatan PKW dan PKL; peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan internasional apabila dikaitkan dengan pembangunan BIJB, Jalan Tol, dan Jalur Kereta Api; peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif dan efisien; peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri; dan penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor;
2. Kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan 2. Kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan
3. Kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan, meliputi : Batalyon Infanteri 321 di Kecamatan Cigasong; Komando Distrik Militer (Kodim) 0617 di Kecamatan Majalengka; Pangkalan Udara S.Sukani di Kecamatan Ligung; dan Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh wilayah kabupaten.
Secara administrasi Kabupaten Majalengka terbagi dalam 26 kecamatan, dengan karakteristik wilayah yang berbeda menimbulkan keberagaman; baik potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan maupun kegiatan sosial ekonomi. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya kebijakan yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya. Dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana struktur ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Majalengka. Tujuannya untuk mengoptimalkan masing-masing wilayah, sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya, dan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan ke depan dalam kurun waktu perencanaan 20 tahun.
Sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan di Kabupaten Majalengka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :
1. Pusat Kegiatan Perkotaan :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kondisi ini terjadi di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional) yang a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kondisi ini terjadi di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional) yang
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan. PKL diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap kabupaten dan atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya PKL. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PKL adalah Perkotaan Majalengka, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing dan Talaga.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PPK adalah Perkotaan Kasokandel, Leuwimunding, Palasah, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Sindangwangi, Sukahaji, Lemahsugih, Bantarujeg, Maja, Argapura dan Banjaran.
2. Pusat Kegiatan Perdesaan :
Pusat Kegiatan Perdesaan meliputi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu kawasan permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, yang terdiri dari PPL Sindang, PPL Cingambul, dan PPL Malausma.
Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta fungsinya di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.5.
Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Majalengka
No. Pusat Kegiatan
Fungsi Pelayanan A. Pusat Kegiatan Perkotaan 1. Pusat Kegiatan Wilayah
Kecamatan
a. PKW Kadipaten
Kadipaten,
Sebagai simpul transportasi regional,
Dawuan
pusat komersial, pusat pelayanan sosial, serta pendukung kegiatan industri.
2. Pusat Kegiatan Lokal
pemerintahan, pusat Majalengka
a. Perkotaan
pendidikan, pelayanan sosial, komersial,
Panyingkiran
industri,
pengembangan perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.
Sebagai kawasan komersial dan jasa, Kertajati
b. Perkotaan
Kertajati,
Jatitujuh,
kawasan industri terpadu, kawasan BIJB,
Ligung
pengembangan
kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian.
Sebagai kawasan pengembangan industri, Jatiwangi
c. Perkotaan
Jatiwangi,
Kasokandel,
kawasan komersial, pelayanan sosial
Sumberjaya,
termasuk pengembangan perumahan dan
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Rajagaluh
d. Perkotaan
pengembangan kawasan
Sindang,
perkotaan,
komersial, industri,
Sindangwangi
pengembangan
pariwisata, terminal
regional,
pertanian, perikanan dan
peternakan.
e. Perkotaan Cikijing
Cikijing,
Sebagai pusat pelayanan sosial dan
Cingambul,
umum, pengembangan pertanian dan
Banjaran,
peternakan, komersial, pengembangan
Argapura
pengembangan kawasan perkotaan, terminal regional dan industri kecil.
pariwisata,
f. Perkotaan Talaga
Talaga, Maja,
Sebagai pusat pelayanan sosial dan
Bantarujeg,
umum,
pengembangan pertanian,
Lemahsugih,
pengembangan
kawasan perkotaan,
Malausma
komersial,
industri, pengembangan pariwisata dan terminal regional.
3. Pusat Pelayanan Kawasan
kawasan pengembangan Kasokandel
a. Perkotaan
Kasokandel
Sebagai
perumahan, pelayanan sosial dan jasa,
industri dan kawasan perdagangan dan
No. Pusat Kegiatan
Kecamatan
Fungsi Pelayanan
pertanian.
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Leuwimunding
b. Perkotaan
Leuwimunding
umum,
pengembangan pertanian,
pengembangan
kawasan perkotaan,
industri
dan
pendukung kawasan
perumahan.
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Palasah
c. Perkotaan
Palasah
umum,
pengembangan perkotaan, industri, pendukung kawasan perumahan dan pertanian.
kawasan pengembangan Jatitujuh
c. Perkotaan
Jatitujuh
Sebagai
perumahan, jasa, industri, pendukung komersial dan pertanian.
e. Perkotaan Ligung
Ligung
Sebagai kawasan pertahanan keamanan, pengembangan industri, pelayanan sosial dan pertanian.
Sebagai kawasan pengembangan industri, Sumberjaya
f. Perkotaan
Sumberjaya
kawasan perdagangan, pelayanan sosial dan pertanian.
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Sindangwangi
g. Perkotaan
Sindangwangi
umum,
komersial, pengembangan
pariwisata
sarana pendukung pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.
dan
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Sukahaji
h. Perkotaan
Sukahaji
umum, komersial, pendukung kawasan perumahan
dan pengembangan
pariwisata,
serta
pertanian, dan
peternakan.
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Lemahsugih
i. Perkotaan
Lemahsugih
komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), serta pengembangan pariwisata.
umum,
j. Perkotaan
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Bantarujeg
Bantarujeg
umum,
komersial, pengembangan pertanian, dan pengembangan pariwisata.
k. Perkotaan Maja
Maja
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,
komersial, pengembangan
pertanian,
perikanan, pengembangan pariwisata dan terminal regional.
l. Perkotaan
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Argapura
Argapura
umum,
komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.
No. Pusat Kegiatan
Kecamatan
Fungsi Pelayanan
m. Perkotaan
Sebagai pusat pelayanan sosial dan Banjaran
Banjaran
umum,
komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.
B. Pusat Kegiatan Perdesaan 1. Pusat Pelayanan Lingkungan
a. PPL Sindang
Sindang
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan
dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, perikanan dan peternakan.
b. PPL Malausma
Malausma
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,
komersial, pengembangan
pertanian,
pengembangan kawasan
perbatasan.
c. PPL Cingambul
Cingambul
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum,
komersial, pengembangan pertanian, pariwisata, dan industri kecil.
Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun 2011 – 2031.
Selain adanya sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta fungsinya sebagaimana dijelaskan di atas, dalam RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031 juga direncanakan penetapan Kawasan Strategis, sebagai berikut :
1. Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan. Penetapan KSP Jawa Barat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kepentingan, kriteria, dan arahan penanganan di masing-masing KSP yang ditetapkan. Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Majalengka adalah :
a. KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity
Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat
1) Mengembangkan kawasan Bandara dengan menganut keserasian antara prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;
2) Mengembangkan bandara;
3) Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah di sekitarnya;
4) Kerjasama dengan pihak swasta;
5) Mengembangkan dan memberdayakan potensi Bandara.
b. KSP Koridor Bandung-Cirebon
Kawasan Koridor Bandung-Cirebon disusun sebagai alat untuk memadukan pengembangan Wilayah Jawa Barat yang terkait dengan Wilayah Kabupaten Majalengka. Kawasan koridor Bandung-Cirebon didefinisikan sebagai kawasan yang membentuk koridor sepanjang jalan Bandung-Cirebon. Kawasan tersebut memiliki keterkaitan fungsional meliputi keterkaitan fisik secara langsung, dan memiliki orientasi (ekonomi, pergerakan dan sosial budaya) sangat kuat dari dan ke jalur jalan tersebut pada kabupaten/kota terkait. Pengembangan kawasan diarahkan pada pertumbuhan wilayah yang efektif, sumber daya mengalir ke seluruh wilayah secara efisien dan menstimulasi perkembangan daerah di kawasan koridor. Arahan pemanfatan ruang pada kawasan pengembangan koridor Bandung- Cirebon meliputi upaya untuk :
1) Meningkatkan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal, regional, nasional;
2) Mendorong peran kawasan-kawasan andalan sebagai penggerak pengembangan ekonomi;
3) Mengembangkan kawasan budidaya secara berkelanjutan;
4) Menjaga kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan kritis;
5) Membangun pusat pengembangan wilayah di kawasan kepadatan rendah untuk menyeimbangkan distribusi penduduk dan kegiatan;
6) Meningkatkan kerjasama antara instansi pemerintah terkait dalam rangka pembangunan koridor dan penanganan permasalahan;
7) Memfasilitasi kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Kota/Kabupaten;
8) Mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan Kabupaten;
9) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan koridor secara selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai;
10) Mengembangkan kawasan agroindustri;
11) Memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan olahan industri yang dikembangkan.
2. Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, serta dapat berperan sebagai “motor penggerak” pembangunan wilayah di sekitarnya demi keseimbangan pembangunan antara pusat-pusat distrik dengan kawasan perdesaan.
Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar- Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar-
a. Kawasan Potensial Tumbuh
Kawasan potensial tumbuh meliputi :
1) Sekitar jalan tembus Majalengka - Lemahsugih meliputi Kecamatan Majalengka, Maja, Bantarujeg dan Lemahsugih;
2) Sekitar Jalan Lingkar Luar Kota Majalengka meliputi Kecamatan Panyingkiran, Cigasong dan Majalengka.
b. Kawasan Agropolitan
Kawasan agropolitan adalah kawasan pengembangan agropolitan yang berada Kecamatan Ligung dan Kecamatan Lemahsugih.
c. Kawasan Wisata Sindangwangi
Kawasan wisata Sindangwangi adalah kawasan wisata terintegrasi yang berada di wilayah Kecamatan Sindangwangi.
C. Wilayah Rawan Bencana
Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan terjal dengan ketinggian 400 - 500 m diatas permukaan laut dan berbahwa relatif panas.
Berdasarkan posisi tersebut di atas, maka hampir seluruh Kabupaten Majalengka mempunyai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi setiap saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana persisnya bencana tersebut akan terjadi. Kabupaten Majelengka termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti halnya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi geologisnya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat perbukitan dan aliran sungai yang cukup besar.
Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka yang kondisi geologisnya terdiri dari pegunungan dan perbukitan sangat berpotensi terjadinya longsor
Vulkanologi dan Mitigasi Jawa Barat. Sedangkan wilayah utara yang merupakan dataran rendah sangat berpotensi terjadinya bencana banjir, dan abrasi sungai, hal ini sebagai konsekwensi adanya beberapa aliran sungai yang cukup besar serta banyaknya sungai – sungai kecil yang bermuara di sungai – sungai besar. Curah hujan yang cukup tinggi menjadi penyebab utama timbulnya bencana abrasi dan banjir.
Selain hal tersebut di atas Kabupaten Majalengka mendapat julukan Kota Angin karena sepanjang tahun hembusan angin yang cukup kencang sering terjadi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya puting beliung yang melanda Kabupaten Majalengka dan sering menimbulkan kerugian harta bencana masyarakat.
Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari tetapi yang dapat kita lakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda maupun lingkungan. Banyaknya korban jiwa maupun harta benda peristiwa bencana yang selama ini terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan bencana serta upaya mitigasinya. Mengamati fenomena – fenomena diatas, Kabupaten Majalengka yang relative tidak aman dari bencana, namun demikian harus tetap waspada agar dampak negatifnya berupa korban jiwa dan harta benda dapat diminimalisir.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut :
Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka
BENCANA
NO. KECAMATAN
DESA
LONGSOR
TEKTONIK VULKANIK
1. Argapura
Cikaracak
Longsor bahan
Potensi terlanda
rombakan
hujan abu dan lontaran batu KRB I
Cibunut
Longsor bahan rombakan
Gunungwangi
Longsor bahan rombakan
Argamukti
Longsor bahan
Potensi aliran awan
rombakan
panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Argalingga
Longsor bahan
Potensi aliran awan
rombakan
panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Haurseah
Longsor bahan rombakan
Mekarwangi
Longsor bahan
Potensi aliran awan
rombakan
panas,lava,lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Tejamulya
Longsor bahan rombakan
Gunungwangi
Nendatan
Potensi aliran awan panas,lava,lahar
(KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Sukasari Kidul
Longsor bahan rombakan
Sukamanah
Potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I
Sukadana
Longsor bahan rombakan
NO. KECAMATAN
DESA
LONGSOR
TEKTONIK VULKANIK
2. Bantarujeg
Sukamenak
Longsor bahan rombakan
3. Banjaran
Sangiang
Longsor bahan rombakan
Cimeong
Longsor bahan rombakan
4. Cingambul
Sedaraja
Longsor bahan
Potensi terlanda
rombakan
hujan abu dan lontaran batu KRB I
Cikondang
Longsor bahan rombakan
Nagara
Longsor bahan
Longsor bahan rombakan
Cintaasih
Longsor bahan rombakan
Rawa
Longsor bahan rombakan
Sukamukti
Longsor bahan rombakan
5. Cikijing
Cipulus
Longsor bahan rombakan
6. Lemahsugih
Kalapadua
Longsor bahan rombakan
Sukajadi
Longsor bahan rombakan
Lemahputih
Longsor bahan rombakan
Sadawangi
Longsor bahan rombakan
7. Maja
Anggrawati
Longsor bahan rombakan
Cengal
Longsor bahan
Longsor bahan
Longsor bahan
Nendatan dan Retakan
Buninagara
Longsor bahan rombakan
Cimuncang
Longsor bahan rombakan, nendatan,retakan
Lebakwangi
Nendatan dan Retakan
NO. KECAMATAN
Longsor bahan rombakan, Retakan
12. Sindangwangi
Ujungberung
Longsor bahan rombakan
Bantaragung
Longsor bahan rombakan
Lengkong Kulon
potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)
14. Talaga
Gunungmanik
potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)
Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
Potensi bencana lainnya di wilayah Kabupaten Majalengka disebabkan oleh adanya abrasi, adapun wilayah yang termasuk kedalam bencana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.7.
Data Potensi Bencana Akibat Abrasi di Wilayah
Kabupaten Majalengka
NO KECAMATAN
DESA / KELURAHAN
Kelurahan Cigasong
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Kelurahan Cicurug
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres dan Sungai Cijurey
Kelurahan Tonjong
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Kelurahan Tarikolot
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Kelurahan Cijati
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Kelurahan Babakan Jawa
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey
Kelurahan Munjul
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey
Desa Cibodas
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey
Desa Kulur
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Sungai Cideres 2 PANYINGKIRAN
Kelurahan Sindangkasih
Pengikisan Tanah
Desa Pasirmuncang
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey
Desa Bonang
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey dan Sungai Cilitung
Desa Jatipamor
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Desa Panyingkiran
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
Desa Bantrangsana
Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey
Desa Leuwiseeng
Pengikisan Tanah
Sungai Cideres
3 KERTAJATI
Desa Pakubeureum
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Sukawana
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Kertajati
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
NO KECAMATAN
DESA / KELURAHAN
ABRASI
KETERANGAN 1 2 3 4 5
Desa Bantarjati
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Palasah
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Kertawinangun
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Babakan
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Pasiripis
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Mekarjaya
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Syahbandar
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Sukamulya
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
4 LIGUNG
Desa Ligung Lor
Pengikisan Tanah
Sungai Cikeruh
Desa Ligung
Pengikisan Tanah
Sungai Cikeruh
Desa Bantarwaru
Pengikisan Tanah
Sungai Cilutung
Desa Leuweunghapi
Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi
Desa Sukawera
Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi
Desa Wanasalam
Pengikisan Tanah
Sungai Cilutung
5 JATITUJUH
Desa Jatitujuh
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Randegan Wetan
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Randegan Kulon
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Panongan
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
Desa Panyidangan
Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk
6 SUMBERJAYA
Desa Loji Kobong
Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi
Desa Pancasuji
Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi,Cibugang
Desa Panjalin Kidul
Pengikisan Tanah
Sungai Cikadongdong
Desa Banjaran
Pengikisan Tanah
Sungai Cikadongdong
Desa Gelokmulya
Pengikisan Tanah
Sungai Cikadongdong
Desa Sumberjaya
Pengikisan Tanah
Sungai Cibugang
Desa Rancaputat
Pengikisan Tanah
Sungai Cikadongdong
Desa Bongas Wetan
Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi
Desa Garawangi
Pengikisan Tanah
Sungai Cibungang
Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
Untuk data banjir berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031, daerah yang rawan terkena bencana banjir, sebarannya adalah di sepanjang tanggul di Desa Pakubeureum (S. Cimanuk) sampai Bendung Rentang, diantaranya melalui wilayah Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh dikarenakan jebolnya tanggung di Sungai tersebut.
D. Demografi
Sumber daya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten Majalengka mencakup data jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk dan sebarannya, kecenderungan konsentrasi penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian serta tingkat angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mencapai 1.185.450 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,4%. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut melebihi target capaian yang tertuang pada RPJMD 2014-2018 dan RPJPD Kabupaten Majalengka yaitu pada tingkat LPP 0,80%. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk, LPP, dan Kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel 2.8., sebagai berikut :
Tabel 2.8.
Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Indikator
1.180.774 1.185.450 Penduduk (Jiwa)
Laki-laki (Jiwa)
981 984 (jiwa/km 2 )
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Karateristik Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk.
Tabel 2.9.
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
di Kabupaten Majalengka Tahun 2013
Jenis Kelamin
No. Kecamatan Sex Ratio
Laki-laki
Perempuan
1. Lemahsugih
99,97 2. Bantarujeg
No. Kecamatan Sex Ratio
103,28 Kabupaten Majalengka
99,88 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka Tahun 2014.
3. Kepadatan dan Distribusi Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Majalengka adalah 1.185.450 jiwa yang menempati luas wilayah 1.024,24 km2 sehingga kepadatan penduduk Majalengka mencapai 984 jiwa/km2.
Kecamatan Jatiwangi merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 2.164 jiwa/Km2 dengan kecamatan terpadat kedua yaitu Kadipaten sebesar 2.121 jiwa/Km2, adapun kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kertajati yaitu 325
jiwa/km 2 hal ini dikarenakan Kertajati merupakan kecamatan yang jiwa/km 2 hal ini dikarenakan Kertajati merupakan kecamatan yang
4. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Karakteristik penduduk Kabupaten Majalengka dilihat dari struktur
penduduk (usia 15 tahun ke atas) menurut mata pencaharian pada tahun 2013 masih dominan bekerja pada sektor pertanian sebesar 34,40%, dengan kata lain bahwa sektor pertanian masih menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian penduduk Kabupaten Majalengka. Sektor kedua yang menjadi sumber mata pencaharian adalah perdagangan, yaitu sebesar 25,01 %. Persentase penduduk Kabupaten Majalengka berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10.
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
Kegiatan Sektor
Tahun
No. Usaha
34,40 32,84 2. Pertambangan dan
0,81 0,28 3. Industri Pengolahan
15,16 12,09 4. Listrik, Gas dan Air
25,01 21,03 7. Angkutan dan
0,58 1,64 9. Jasa-jasa/Lainnya
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Data Estimasi
5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama
Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Majalengka tahun 2013, yaitu mesjid sebanyak 6.681 buah, gereja 12 buah dan vihara 3 buah. Jumlah penduduk agama Islam pada tahun 2013 sebanyak 1.177.079, katolik sebanyak 1.819, Protestan sebanyak 1.610, Hindu sebanyak 133, Budha sebanyak 127 orang, dan pemeluk agama lainnya sebanyak 6 orang.
Tabel 2.11.
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Majalengka Tahun 2013
Kristen
No. Kecamatan
Islam
Hindu
Budha Jumlah
3 - 34.613 12. Sukahaji
9 2 2 - 46.093 18. Jatiwangi
14 39 83.540 19. Dawuan
2 45.215 20. Kasokandel
- 46.642 21. Panyingkiran
6 10 1 - 29.968
No. Kecamatan
Islam
Hindu
Budha Jumlah
- 57.353 Kab. Majalengka
Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.
6. Karateristik Penduduk berdasarkan Pendidikan Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah
adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka melalui jalur pendidikan Pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk melalui berbagai program. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf, artinya dengan rendahnya tingkat buta huruf menunjukan keberhasilan program pengentasan buta huruf dan untuk mencapai program tersebut harus didukung oleh sarana pendidikan yang memadai, berikut jumlah penduduk di Kabupaten Majalengka berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014.
Tabel 2.12.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki
Tahun 2010-2014
Tahun (%)
Jenjang Pendidikan
Tidak/Belum Punya Ijazah SD
11,39 12,46 D1/D3
2,35 2,75 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
*) Data Estimasi
A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, selama lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan, yaitu dari Rp 4.427 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 5,300 triliun pada tahun 2014. Peningkatan PDRB tersebut menunjukkan meningkatnya secara riil kondisi kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Majalengka. Namun demikian Laju PDRB tahun 2014 menurun dibandingkan laju di tahun 2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.13. PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Uraian
1. PDRB (miliar rupiah)
4,87 4,11 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Laju PDRB (%)
Secara sektoral, selama kurun waktu 2010-2014, seluruh sektor perekonomian mengalami peningkatan. Ini berarti kegiatan seluruh sektor perekonomian daerah telah tumbuh secara positif. Terdapat 4 sektor yang cukup dominan dalam kegiatan perekonomian daerah, yaitu sekor pertanian, Industri, perdagangan, hotel restoran dan dan sektor jasa, dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan, masing masing sebesar Rp.1,206 triliun, Rp.751 miliar, Rp.913 miliar dan Rp.598 miliar pada tahun 2010, meningkat menjadi Rp.1,353 triliun, Rp. 900 miliar, Rp. 1,196 triliun dan Rp. 688 miliar pada tahun 2014. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB ke 4 sektor tersebut masing- masing Rp. 3,405 triliun, Rp. 1,582 triliun, Rp. 1,831 triliun, dan Rp. 1,518 triliun pada tahun 2010, meningkat menjadi Rp. 4,690 triliun, Rp. 2,211 triliun, Rp. 2,866 triliun, dan Rp. 2,168 triliun pada tahun 2014.
ja P
k m e Pertambangan dan
e Pengangkutan
Perdagangan,
Listrik, gas dan
dan komunikasi hotel dan restoran
air bersih
477.145,18 d 56.478,23 3.609.687,29 a .2
644.646,98
1.712.658,00
BA
339.899,06
1.196.487,16
316.045,01
40.855,99
900.694,50
148.545,45
1.353.472,65
850.150,44
2.865.766,02
712.673,90
90.967,31
2.211.895,10
318.335,35
4.690.549,86
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Struktur perekonomian daerah dapat dilihat dari konstribusi setiap sektor usaha terhadap PDRB. Selama periode 2010-2014, sektor Pertanian yang merupakan penyumbang terbesar, sektor Perdagangan terbesar kedua, Sektor Indusri terbesar ketiga, dan sektor jasa terbesar ke empat. Namun kondisi ini selalu dinamis. Selama kurun waktu 2010-2014, terjadi kecenderungan menurunnya konstribusi sektor pertanian, yang diiringi dengan meningkatnya konstribusi sektor perdagangan yang cukup signifikan, ini menunjukkan adanya kecenderungan peralihan kegiatan perekonomian daerah dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, dapat dilihat pada tabel 2.15. sebagai berikut :
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d. 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Majalengka
7 1 1 1 2 7 2 1 0 Pertambangan dan 9
8 7 8 8 3 3 0 2 9 4 3. Industri pengolahan
Listrik,gas dan air 0 1 1 3 2 5 5 7 7 3
Perdagangan, hotel, 3 2 4 7 7 0 2 2 7 4
,1 ,0 ,5 ,7 dan restoran
Pengangkutan dan 8 9 6 3 0 5 8 1 1 6
5 6 5 6 5 6 5 6 6 5 Keuangan, sewa, dan
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Laju Inflasi tingkat Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2010-2014, rata-rata inflasi selama periode tahun tersebut sebesar 5,55 %, dengan angka terendahnya adalah 3,10 % pada tahun 2011 dan inflasi tertinggi Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2010-2014, rata-rata inflasi selama periode tahun tersebut sebesar 5,55 %, dengan angka terendahnya adalah 3,10 % pada tahun 2011 dan inflasi tertinggi
Tabel 2.16.
Laju Inflasi Jawa Barat Tahun 2010-2014
9,15 5,16 Sumber : BPS Jawa Barat, Tahun 2015.
3. PDRB Per Kapita Dengan asumsi bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir ke luar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka nilai pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai PDRB. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.17. sebagai berikut :
Tabel 2.17.
PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga No.
Tahun Konstan (Rp)
4.506.360 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Dari tabel di atas, terlihat pendapatan per kapita atas dasar harga konstan selama periode tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 pendapatan per kapitanya sebesar Rp 3.839.651 naik menjadi Rp 4.506.360 pada tahun 2014. Data ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Majalengka secara riil selalu meningkat setiap tahunnya.
4. Gini Ratio Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat pemerataan pendapatan masyarakat. Tingkat pemertaan pendapatan antara lain dihitung dengan Gini Ratio. Makin besar angkanya, maka makin tidak merata sebaran pendapatan. Data Gini ratio di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Perkembangan Gini Ratio
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
Gini ratio
0,322 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Gini ratio 0,289
Data di atas menunjukan bahwa pada tahun 2013 angka Gini Ratio adalah sebesar 0,322 menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 0,41. Hal ini juga menghentikan trend kenaikan angka Gini Ratio yang terus meningkat antara tahun 2009-2013.
5. Kemiskinan Selama kurun waktu 2010-2013, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terus menurun yaitu 181.061 jiwa atau 15,52% pada tahun 2010 menjadi 164.900 jiwa atau 14,11 % pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan angka kemiskinan berada pada kisaran 12,03-13,26% dimana target yang tertuang dalam RPJMD adalah 12%. Hal ini menunjukan bahwa program-pogram penanggulangan kemiskinan 5. Kemiskinan Selama kurun waktu 2010-2013, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terus menurun yaitu 181.061 jiwa atau 15,52% pada tahun 2010 menjadi 164.900 jiwa atau 14,11 % pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan angka kemiskinan berada pada kisaran 12,03-13,26% dimana target yang tertuang dalam RPJMD adalah 12%. Hal ini menunjukan bahwa program-pogram penanggulangan kemiskinan
Tabel 2.18.
Angka Kemiskinan Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
Jumlah Penduduk
164.900 153.634 Miskin (Jiwa)
Jumlah Penduduk
14,11 12,96 Penduduk Miskin (%)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Angka estimasi
6. Angka Kriminalitas Salah satu ukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah
dengan memperhatikan angka-angka kriminalitas. Semakin banyak terjadi tindakan kriminalitas disuatu daerah menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi diantara penduduknya. Data kriminalitas Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.19.
Tabel 2.19.
Angka Kriminalitas Kabupaten Majalengka
Tahun 2014
Jumlah Kasus No.
Jenis Kasus
Jumlah Kasus
Tertangani
1. Kasus Narkoba 33 33 2. Kasus Pembunuhan
0 0 3. Kasus Seksual
18 18 4. Kasus Penganiayaan
29 29 5. Kasus Pencurian
185 6. Kasus Penipuan
32 32 7. Kasus Pemalsuan Uang
Sumber : Satpol PP Kabupaten Majalengka, 2015 Sumber : Satpol PP Kabupaten Majalengka, 2015
B. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf (AMH)
Salah satu kualitas penduduk dicerminkan dengan kemampuan untuk mengakses pengetahuan untuk dapat memperluas cakrawala ilmu dan wawasan berpikir. Modal dasar suatu masyarakat untuk dapat mengakses pengetahuan antara lain dicerminkan dengan kemampuan baca-tulis yang dihitung dengan Angka Melek Huruf (AMH). Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Perkembangan AMH
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Selama periode tahun 2010-2014, AMH Kabupaten Majalengka selalu meningkat, yaitu 95,09% pada tahun 2010, meningkat menjadi 96,68% pada tahun 2014.. Apabila dibandingkan dengan target yang Selama periode tahun 2010-2014, AMH Kabupaten Majalengka selalu meningkat, yaitu 95,09% pada tahun 2010, meningkat menjadi 96,68% pada tahun 2014.. Apabila dibandingkan dengan target yang
b. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Rata-rata Lama Sekolah (means years schooling) adalah rata-rata jumlah tahun yang ditempuh oleh setiap penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah tersebut untuk mendapatkan pendidikan formal. Perkembangan RLS Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Perkembangan RLS
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Perkembangan RLS tahun 2010-2014 menunjukkan grafik yang menanjak yaitu dari 6,84 tahun pada tahun 2010 menjadi 7,27 tahun pada 2013. Sedangkan pada tahun 2014 capaian RLS sebesar 7,49 tahun. Apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014-2018, capaian tersebut masih dibawah proyeksi yang telah ditetapkan yaitu 7,77 tahun.
Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APK Kabupaten Majalengka tahun 2013 dan 2014 menunjukkan trend positif dan dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6. Perkembangan APK
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
apk sd/mi
a la
d apk smp/mts
20 apk sma/ma
2014 apk sd/mi
104,29 apk smp/mts
98,89 apk sma/ma
65,08 Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
d. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Angka Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator keberhasilan di bidang pendidikan. Dari data di atas terlihat bahwa penduduk yang tidak punya ijasah berkurang dari 21,94% pada tahun 2010 menjadi 19,36% pada tahun 2013, adapun angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 ada yang mengalami peningkatan dan adapula yang mengalami penurunan yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (%) Jenjang Pendidikan
Tidak/Belum Punya Ijazah SD
12,04 11,39 12,46 D1/D3
2,83 2,35 2,75 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
*) Data estimasi
e. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikut- sertaan mayarakat dalam menempuh pendidikan. Perkembangan APM Kabupaten Majalengka 2013 dan 2014 memperlihatkan trend positif, dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 2.7. Perkembangan APM
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
apm sd/mi
apm smp/mts
m la
a apm sma/ma D
2014 apm sd/mi
96,12 apm smp/mts 84,55
88,13 apm sma/ma
51,64 Sumber : Disdik dan Disdukcapil Kabupaten Majalengka, 2015
2. Kesehatan
a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor- faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka untuk menekan angka kematian neo-natal perlu dikembangkan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan untuk menekan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita perlu dikembangkan program imunisasi, dan program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (per 1.000 kelahiran) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
b. Angka Harapan Hidup
Tujuan utama pembangunan manusia dalam aspek kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, sehingga dapat hidup sehat dan berumur panjang. Pengukuran taraf kesehatan tersebut adalah dengan menghitung angka harapan hidup saat lahir (e0). Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang akan ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu banyaknya anak lahir hidup dan banyaknya anak masih hidup. Perkembangan AHH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.22.
Tabel 2.22.
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No.
Tahun
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015. *) Angka Sementara
Pada tahun 2010-2014 AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus meningkat dari 66,35 tahun pada tahun 2010 menjadi 67,38 pada Pada tahun 2010-2014 AHH penduduk Kabupaten Majalengka terus meningkat dari 66,35 tahun pada tahun 2010 menjadi 67,38 pada
c. Persentase Balita Gizi Buruk
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :
a. Rendah
= di bawah 10 %
b. Sedang
= 10-19 %
c. Tinggi
= 20-29 %
d. Sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Persentase balita gizi buruk di Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun mengalami penurunan, data terakhir tahun 2013
10% dapat dikatakan rendah. Perkembangan persentase gizi buruk dapat dilihat tabel 2.23.
Tabel 2.23.
Perkembangan Persentase Gizi Buruk
Kabupaten Majalengka
No.
Tahun
Persentase Balita Gizi Buruk
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
3. Pertanahan
Kontributor PDRB terbesar di Kabupaten Majalengka masih disandang oleh sektor pertanian karena mayoritas penduduk Majalengka yang mayoritas masih berprofesi sebagai petani. Berdasarkan data hasil sensus pertanian tahun 2013 dari 156.649 rumah tangga pemilik lahan tercatat bahwa golongan terbanyak adalah yang memiliki luas lahan 2.000-4.999 m2, yaitu berjumlah 53.632 rumah tangga.
Tabel 2.24.
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
Menurut Golongan Luas Lahan Yang Dikuasai
No. 2 Golongan Luas Lahan (m ) Jumlah Rumah Tangga Pemilik Lahan
Sumber: BPS - Sensus Pertanian 2013
Rasio penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bekerja terhadap seluruh angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Majalengka selama kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2010 rasio penduduk yang bekerja memperlihatkan angka yang paling tinggi (94,18%) dibandingkan dengan capaian tahun 2009 dan rentang tahun 2011-2013. Kondisi rasio penduduk yang bekerja tersebut dapat kami gambaran sebagai berikut :
Gambar 2.8. Rasio Penduduk Yang Bekerja
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
be kerja
Penduduk yang
bekerja
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari aktivitas kesenian dan keolahragaan yang ada di masyarakat. Perkembangan seni, budaya dan olahraga selama kurun waktu tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel dibawah.
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
No. Capaian Pembangunan
1. Jumlah grup kesenian per 10.000
2. Jumlah gedung kesenian per
3. Jumlah klub olahraga per 10.000
4. Jumlah gedung olahraga per
0,002 0,002 10.000 penduduk. Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum
A. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
Pendidikan Dasar, Pendidikan diarahkan kepada upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan hak setiap warga negara dan di dalamnya mengandung satu tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan harus dilakukan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan, mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk antara usia muda dengan ukuran pertumbuhan jumlah murid yang ditampung pada setiap jenjang sekolah. Peningkatan jumlah usia sekolah harus diimbangi dengan penambahan infrastruktur sekolah dan peningkatan akses masuk sekolah. Adapun APS di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.9. berikut ini :
Perkembangan APS SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
APS SD/MI a 85
APS SD/MI
101,26 APS SMP/MTS 88,05
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
APS SD/MI dan APS SMP/MTS dalam tiga tahun terakhir terus meningkat, tentunya hal ini sesuai dengan kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun.
Ketersediaan Sekolah, Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Datanya dapat terlihat pada tabel 2.26. sebagai berikut :
Tabel 2.26.
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. Jenjang Pendidikan
2013 2014 1. SD/MI
872 873 jumlah penduduk kelompok
1.1. Jumlah gedung sekolah
124.019 121.597 usia 7-12 tahun
2. SMP/MTs
No. Jenjang Pendidikan
174 178 jumlah penduduk kelompok
2.1. Jumlah gedung sekolah
63.559 63.573 usia 13-15 tahun
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Guru, Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.27. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
Jenjang No.
1. SD/MI
7.781 5.672 1.2. Jumlah Murid
1.1. Jumlah Guru
2. SMP/MTs
2.740 4.322 2.2. Jumlah Murid
2.1. Jumlah Guru
1 : 14 1 : 15 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Pendidikan Menengah, pendidikan menengah yang diselenggarakan di Kabupaten Majalengka meliputi SMA, SMK, dan MA.
Angka Partisipasi Sekolah (APS), APS SMA/SMK/MA mengidikasikan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan menengah. Data perkembangan APS SMA/SMK/MA dapat dilihat
pada
gambar
2.12 sebagai
berikut :
Perkembangan APS SMA/SMK/MA
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
APS SMA/SMK/MA
APS SMA/SMK/MA 50,36 48,52 58,06 53,91 61,47 Sumber : Inkesra Kabupaten Majalengka Tahun 2014
Ketersediaan Sekolah, jumlah gedung sekolah pada jenjang pendidikan menengah selama periode 2010-2014 meningkat yaitu dari
79 unit pada tahun 2010, menjadi 96 unit pada tahun 2014. Data ketersediaan sekolah pada jenjang SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel 2.28.
Tabel 2.28.
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. Jenjang Pendidikan
2012 2013 2014 1. SMA/SMK/MA
1.1. Jumlah gedung sekolah 79 78 87 91 96 1.2. jumlah penduduk kelompok
64.395 64.799 52.362 58.451 usia 16-19 tahun
1 : 740 1 :745 1 : 575 1 : 609 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
1.3. Rasio
Guru, Seiring dengan meningkatnya jumlah murid dan jumlah sekolah, jumlah guru SMA/SMK/MA pun terus meningkat. Data jumlah guru dan murid pada jenjang SMA/SMK/MA dapat dilihat pada tabel di bawah.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
Jenjang No.
1. SMA/SMK/MA
1.1. Jumlah Guru
2.502 1.800 1.2. Jumlah Murid
1 : 12 1 : 24 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Angka Melek Huruf . Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu pesentase penduduk usia > 15 tahun yang bisa baca tulus huruf latin. Capaian AMH dari tahun 2010 sampai 2014 trend-nya terus meningkat terutama di tahun 2014 yang mencapai 96,68%. Perkembangan AMH Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada gambar 2.11. sebagai berikut :
Gambar 2.11. Perkembangan AMH
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Fasilitas Pendidikan, Salah satu tugas pemerintahan di bidang pendidikan adalah menyediakan Gedung Sekolah yang representatif
Kondisi Bangunan Sekolah pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
2.30. sebagai berikut :
Tabel 2.30.
Perkembangan Kondisi Bangunan Sekolah
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Jenjang Pendidikan
2013 2014 1. SD/MI
5.174 5.122 Jumlah Bangunan Kondisi
1.1. Jumlah Bangunan
Persentase Kondisi
85,23 80,98 Bangunan Baik
2. SMP/MTs
1.761 2.043 Jumlah Bangunan Kondisi
1.1. Jumlah Bangunan
1.3. Persentase Bangunan Kondisi Baik
3. SMA/SMK/MA
732 1.269 2.2. Jumlah Bangunan Kondisi
2.1. Jumlah Bangunan
2.3. Persentase Bangunan
85,93% 79,59% Kondisi Baik
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
a. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
b. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Data perkembangan PAUD di Kabupaten Majalengka disajikan pada tabel 2.31. sebagai berikut :
Tabel 2.31. Penyelenggaraan PAUD
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. Uraian
33.992 35.070 1.2. Jumlah anak usia
1.1. Jumlah Siswa
55.615 55.717 4-6 tahun
61,12 62,94 Sumber : Dinas Pendidikan, Tahun 2015.
1.3. Rasio/APK
Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah, salah satu indikator mutu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian Angka Kelulusan para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar masimal bangi indikator ini adalah 100% siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan selama periode 2010-2014 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kulitas para pengajar, yang terus meningkat, yang Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah, salah satu indikator mutu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian Angka Kelulusan para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar masimal bangi indikator ini adalah 100% siswa lulus. Berdasarkan data, angka kelulusan selama periode 2010-2014 setiap tahunnya terus meningkat, bahkan untuk tingkat SMA/SMK/MA, angka ini telah mencapai 100%. Peningkatan ini tentunya juga dipengaruhi oleh kulitas para pengajar, yang terus meningkat, yang
Tabel 2.32.
Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah
dan Kualifikasi Guru
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Uraian
1.1. AL SD/MI
100 100 1.2. AL SMP/MTS
100 100 1.3. AL SMA/SMK/MK
99,39 100 2.1. AM SD/MI KE SMP/MTS
92,75 97,13 AM SMP/MTS KE
67,32 61,91 SMA/MA/SMK
GURU YANG MEMENUHI
58,18 76,60 KUALIFIKASI S1/DIV
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Kesehatan
Posyandu, yaitu suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Tujuan penyelenggaraan posyandu:
a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas).
b. Membudayakan NKKBS.
c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada posyandu.
Karena posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.
Terkait dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan.
Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Data rasio posyandu dapat dilihat pada tabel 2.33. sebagai berikut :
Perkembangan Rasio Posyandu
di Kabupaten Majalengka
Rasio Posyandu Per No.
Jumlah
Jumlah Balita
14,08 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
Rumah Sakit, Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres, serta 32 Puskesmas dan 72 Pustu yang tersebar di 26 kecamatan.
Tabel 2.34.
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan Pustu
Tahun 2014
Jumlah
No. Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Pustu
1. Lemahsugih
2 5 2. Bantarujeg
1 3 3. Malausma
1 4 4. Cikijing
Jumlah
No. Kecamatan
Rumah Sakit
1 - 16. Leuwimunding
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur berdasarkan indikator kinerja aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu persatuan penduduk. Data tersebut dalam kurun waktu 2010-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.35.
Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu
Tahun No.
Aspek Indikator
1. Rasio puskesmas, poliklinik,
0,26 0,26 pustu per satuan penduduk
3. Cakupan puskesmas
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka *) Angka Estimasi
Sementara itu, untuk pemenuhan tenaga medik di Kabupaten Majalengka per satuan penduduk, sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 rasionya masih tetap sebesar 0,10 persen. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan dokter gigi di pelayanan primer sangat berpengaruh pula terhadap pemenuhan SDM kesehatan yang dipersyaratkan oleh BPJS, sehingga berdampak pada besarnya kapitasi yang diterima oleh setiap puskesmas. Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka lebih terfokus pada pemenuhan dokter spesialis dibeberapa spesifikasi.
Tabel 2.36.
Rasio Tenaga Medik
Tahun No.
Aspek Indikator
1. Rasio dokter per satuan
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka
*) Angka Estimasi
Jumah dokter umum dan dokter gigi yang tersebar di 32 Puskesmas dirinci pada tabel di bawah.
Tabel 2.37.
Jumlah Dokter Umum dan Dokter Gigi
Menurut Kecamatan Tahun 2014
No. Kecamatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
1. Lemahsugih 5 - 2. Bantarujeg
2 - 3. Malausma
2 - 4. Cikijing
2 1 5. Cingambul
2 - 6. Talaga
3 1 7. Banjaran
No. Kecamatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
8. Argapura 2 - 9. Maja
4 - 13. Rajagaluh
4 1 14. Sindangwangi
2 - 15. Sindang
2 - 16. Leuwimunding
3 - 20. Kasokandel
4 - 24. Jatitujuh
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Komplikasi Kebidanan yang ditangani, perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan. Berdasarkan data Komplikasi Kebidanan yang ditangani, perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah satunya berusaha memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang harus ditangani. Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan. Berdasarkan data
Tabel 2.38.
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Cakupan Komplikasi Kebidanan No.
Tahun Yang Ditangani (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Data menunjukkan bahwa cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani memperlihatkan trend peningkatan. Target SPM sebesar 80% telah terlampaui semenjak tahun 2011. Target capaian tahun 2014 sebesar 100% pun telah dapat dilampaui.
Pertolongan Persalinan, Guna meningkatkan IPM, khususnya yang terkait erat dengan indeks kesehatan diantaranya perlu perhatian terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, capainnya sebagaimana pada Tabel 2.39. berikut:
Tabel 2.39.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga No.
Tahun Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan (%)
Sumber : Dinasl Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Majalengka terealisasi sebesar 87,66% dari target 90% sehingga perlu upaya yang lebih besar lagi pada tahun 2015 agar target yang telah ditetapkan bisa terpenuhi.
Cakupan Universal Child Imunization (UCI). Pemerintah Kabupaten Majalengka secara berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan imunisasi. Kegiatan imunisasi tersebut bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak masyarakat atau orang tua yang belum memahami secara utuh tetang pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih adanya pandangan di masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik jika diimunisasi atau mitos lainnya. Manfaat dari imunisasi bagi bayi untuk mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia.
Tabel 2.40.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child No.
Tahun Imunization (UCI) (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) selama periode 2010-2014 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat. Namun demikian masih diperlukan upaya lebih agar target Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) selama periode 2010-2014 cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan imunisasi semakin meningkat. Namun demikian masih diperlukan upaya lebih agar target
membutuhkan asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh karena itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk harus dilakukan secara kontinyu. Balita yang mengalami gizi buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan usia balita yang wajar. Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya jauh dari berat ideal, selain itu ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala membesar dan perut buncit, badan terlihat kurus, kering, dan tulangnya kelihatan ( stunting) yang disebabkan tubuh tidak menerima asupan gizi seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 telah mencapai 100% sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah. Jejak rekam cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam tabel 2.41. berikut :
Tabel 2.41.
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat No.
Tahun Perawatan (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Taun 2015.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC
BTA, Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Indonesia BTA, Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Indonesia
Tabel 2.42.
Cakupan Penemuan dan Pengobatan
Penderita Penyakit TBC
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Indikator
1. Cakupan penemuan baru
2. Pengobatan penderita
1.267 1.440 penyakit TBC (Jiwa)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD.
Penyebab kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam berdarah (DBD). Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah. Tingkat pencegahan agar tidak timbulnya penyakit DBD telah banyak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Adapun data penanganan penderita DBD di Kabupaten Majalengka tertuang dalam tabel berikut :
Cakupan Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit DBD
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014 Cakupan Penemuan dan Penanganan
No. Tahun Penderita Penyakit DBD (%)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2010 sampai dengan 2014 mencapai 100%.
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin, selain melayani pasien umum, pelayanan kesehatan rujukan juga menangani pasen dari keluarga miskin. Selama periode 2010-2013, persentase keluarga miskin yang ditangani dapat dilihat pada tabel 2.44. sebagai berikut :
Tabel 2.44.
Persentase Pasien Miskin yang Ditangani
Kabupaten Majalengka
Pesentase Penanganan Pasien Keluarga No.
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2015
Kunjungan Bayi. Kunjungan bayi di Kabupaten Majalengka pada Puskesmas-puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Majalengka angkanya cenderung naik turun. Namun demikian pada
Secara rinci data tersebut dapat kami sampaikan pada tabel berikut:
Tabel 2.45. Cakupan Kunjungan Bayi
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Cakupan Kunjungan Bayi (%)
Sumber : Dinasl Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
3. Pekerjaan Umum
Sarana dan prasarana umum merupakan salah satu kebutuhan pendukung pembangunan daerah yang pemenuhannya akan sangat berdampak pada kinerja pembangunan, baik di bidang ekonomi, sosial budaya maupun pemerintahan.
a. Kondisi Jalan Berdasarkan data terbaru proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Majalengka tahun 2014 adalah 543.750 Km, data selengkapnya bisa dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.46.
Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
Tahun
No. Indikator
(Km) (Km)
1. Proporsi
719,408 543,750 jaringan jalan dalam kondisi baik
2. Panjang Jalan dilalui 1,281,919 1,281,919 1,281,919 1,281,919 1,281,919 roda 4 (empat)
337,880 337,880 Ibukota Kecamatan ke kawasan Permukiman penduduk
3. Jalan Penghubung dari
dilalui roda 4) 4. Panjang
jalan
No. Indikator
(Km) (Km)
kabupaten
dalam
kondisi baik (> 40 Km/jam)
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
b. Kondisi Jaringan Irigasi Kondisi bangunan air di Kabupaten Majalengka terdiri dari Bendung, Bangunan Air, Saluran, Bangunan Pelengkap dan Bangunan Fasilitas. Jumlah dan Kondisi Bangunan Air pada Jaringan Irigasi di Kabupaten majalengka selama kurun waktu 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.47.
Jumlah dan Kondisi Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi di bawah 1.000 Ha di Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2013
Rusak Rusak No.
Ringan Berat
TAHUN 2010
Areal Fungsional
393 Daerah Irigasi 1. Bendung -
Suplesi 24 Bh 7 7 10 -
103 105 2. Bangunan Air -
Pengambilan Bebas
Bh 126
Bagi 1 Bh 0 1 0 -
Bagi Sadap 7 Bh 2 2 3 -
4,00 0,25 4. Bangunan Pelengkap -
Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 -
Penguras 6 Bh 4 1 1 -
Terjun 40 Bh 13 14 13 -
Syphon 4 Bh 0 2 2 -
Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 -
Got Miring 7 Bh 2 2 3 -
Talang 14 Bh 7 4 3
No. Uraian
Ringan Berat
- Jembatan 33 Bh 22 3 8 -
Pelimpah 65 Bh 31 17 17 -
Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 -
Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -
Suplesi 14 Bh 4 7 3 -
Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -
Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -
Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 -
Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -
Jalan Inspeksi
Areal Fungsional
393 Daerah Irigasi 1. Bendung -
Suplesi 24 Bh 7 7 10 -
110 105 2. Bangunan Air -
Pengambilan Bebas
Bh 119
Bagi 1 Bh 0 1 0 -
Bagi Sadap 7 Bh 1 1 5 -
3,00 3,00 4. Bangunan Pelengkap -
Kantong Lumpur 3 Bh 0 3 0 -
Penguras 6 Bh 0 4 2 -
Terjun 40 Bh 0 30 10 -
Syphon 4 Bh 0 2 2 -
Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 -
Got Miring 7 Bh 2 2 3 -
Talang 14 Bh 10 4 0 -
Jembatan 33 Bh 10 23 0 -
Pelimpah 65 Bh 25 30 10 -
Tangga Cucin 7 Bh 1 4 2 -
Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -
Suplesi 14 Bh 2 9 3 -
Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -
Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -
Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 -
Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -
Jalan Inspeksi
Areal Fungsional
No. Uraian
Ringan Berat
393 Daerah Irigasi 1. Bendung -
Suplesi 24 Bh 7 7 10 -
103 105 2. Bangunan Air -
Pengambilan Bebas
Bh 126
Bagi 1 Bh 0 1 0 -
Bagi Sadap 7 Bh 1 3 3 -
4,00 0,25 4. Bangunan Pelengkap -
Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 -
Penguras 6 Bh 4 1 1 -
Terjun 40 Bh 13 14 13 -
Syphon 4 Bh 0 2 2 -
Gorong – gorong 59 Bh 30 12 17 -
Got Miring 7 Bh 2 2 3 -
Talang 14 Bh 7 4 3 -
Jembatan 33 Bh 22 3 8 -
Pelimpah 65 Bh 31 17 17 -
Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 -
Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 -
Suplesi 14 Bh 4 7 3 -
Lain – lain 81 Bh 25 30 26 5. Bangunan Fasilitas -
Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 -
Rumah PPA 5 Bh 0 2 3 -
Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 -
Jalan Inspeksi
Areal Fungsional
393 Daerah Irigasi
- Suplesi 24 Bh 5 9 10
- Pengambilan Bebas
2. Bangunan Air
- Bagi 1 Bh 0 1 0
- Bagi Sadap 7 Bh 1 3 3
- Sadap
Bh 250
3. Saluran
- Induk
Km
- Sekunder
Km
- Tersier
Km
- Suplesi
Km
- Pembuang
Km
No. Uraian
Ringan Berat
4. Bangunan Pelengkap
- Kantong Lumpur 3 Bh 1 1 1
- Penguras 6 Bh 4 1 1
- Terjun 40 Bh 13 14 13
- Syphon 4 Bh 0 2 2
- Gorong – gorong 59 Bh 20 30 9
- Got Miring 7 Bh 2 2 3
- Talang 14 Bh 7 4 3
- Jembatan 33 Bh 22 3 8
- Pelimpah 65 Bh 31 17 17
- Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0
- Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0
- Suplesi 14 Bh 4 7 3
- Lain – lain 81 Bh 25 30 26
5. Bangunan Fasilitas
- Rumah PPB 2 Bh 0 1 1
- Rumah PPA 5 Bh 0 2 3
- Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0
- Jalan Inspeksi
Areal Fungsional
393 Daerah Irigasi
- Suplesi 24 Bh 7 17 0
- Pengambilan Bebas
2. Bangunan Air
- Bagi 1 Bh 1 0 0
- Bagi Sadap 7 Bh 3 4 0
4. Bangunan Pelengkap
- Kantong Lumpur 3 Bh 1 1 1
- Penguras 6 Bh 4 1 1
- Terjun 40 Bh 13 14 13
- Syphon 4 Bh 0 2 2
- Gorong – gorong 59 Bh 20 30 9
- Got Miring 7 Bh 2 2 3
- Talang 14 Bh 7 4 3
- Jembatan 33 Bh 22 3 8
- Pelimpah 65 Bh 31 17 17
- Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0
- Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0
- Suplesi 14 Bh 4 7 3
- Lain – lain 81 Bh 25 30 26
5. Bangunan Fasilitas
No. Uraian
Ringan Berat
- Rumah PPB 2 Bh 0 1 1
- Rumah PPA 5 Bh 0 2 3
- Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0
- Jalan Inspeksi
Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.48. Jaringan Irigasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
67,00 68,80 2. Rasio Jaringan Irigasi (Km/ha)
1. Luas irigasi Kab. kondisi baik (%)
2,99 2,99 Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Data realisasi luas jaringan irigasi dalam kondisi baik dan rasio jaringan irigasi menunjukan bahwa realisasinya telah memenuhi target yang ditetapkan pada tahun 2014.
4. Perumahan
a. Kondisi Perumahan Kondisi rumah tinggal dan rumah tangga di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel. Data menunjukan bahwa realiasi tahun
2014 untuk jumlah Rumah tangga pengguna air bersih dan Rumah tangga pengguna listrik belum memenuhi target sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2014-2018.
Tabel 2.49. Kondisi Perumahan (Rumah Tangga)
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Indikator
1. Rumah tinggal bersanitasi (%)
64,58 65,09 2. Rumah tangga bersanitasi (KK)
249.699 250.418 251.169 246,662 248,568 3. Rumah tangga pengguna air
346.032 347.717 349.097 311,191 313,565 bersih (KK)
4. Rumah tangga pengguna listrik 316.650 316.221 318.512 320.352 322.352 (KK)
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
b. Rumah Layak Huni Tahun 2014 jumlah rumah layak huni sebanyak 312.422 buah
dengan rasio 98,32 %. Angka ini menunjukan bahwa target RPJMD telah terlampaui. Lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.50.
Kondisi Rumah Layak Huni di Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
1. Rumah Layak Huni (unit)
313.494 309.131 312.422 2. Rasio Rumah Layak Huni
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
5. Penataan Ruang
Untuk menilai capaian pembangunan pada bidang penataan ruang, antara lain adalah tersedianya dokumen RDTR dan RTBL, serta rasio bangunan ber IMB. Realisasi kinerja pembangunan di bidang penataan ruang dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.51. Kondisi Pemanfaatan Ruang
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. CAPAIAN PEMBANGUNAN
Tersedianya Dokumen RDTR
25,00 58,33 dan RTBL
Rasio bangunan ber- IMB per
5,10% 1,58% satuan bangunan
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
6. Perencanaan Pembangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas: RPJPD, RPJMD, Renstra OPD, RKPD, dan Renja OPD.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Majalengka dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025 yang ditetapkan pada tanggal 25 September 2008. RPJMD Kabupaten Majalengka tahun 2014- 2018 ditetapkan dengan Perda Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018.
Selanjutnya setiap tahun disusun perencanaan tahunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD dalam hal ini merupakan penjabaran RPJMD dalam kaitannya dengan perumusan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Renja OPD, RKA OPD, dan RAPBD.
7. Perhubungan
Saat ini Kabupaten Majalengka memiliki 7 (tujuh) terminal bis, yaitu di Kecamatan Cikijing, Cigasong, Rajagaluh, Kadipaten, Maja, Talaga dan Bnatarujeg. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati akan memerlukan pembangunan terminal terpadu untuk menjamin aksesibilitas angkutan umum dari kota-kota di sekitarnya ke Bandara. Untuk mewujudkan itu perlu disusun kajian terpadu dengan tetap mengacu kepada master plan kebandaraan, RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 dan RDTR.
kabupaten majalengka akan dibahas pada tabel dibawah ini sebagai capaian pembangunan urusan perhubungan.
Tabel 2.52. Kondisi Perhubungan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
Capaian No.
1. Rasio ijin trayek
1 : 1053 1 : 954 Jumlah uji kir angkutan
Kepemilikan KIR
1.525 1.590 angkutan umum
Pemasangan Rambu-
Jumlah arus penumpang 11.107.571 11.255.761 11.473.241 11.702.705 11.925.056 5. angkutan umum
Orang Orang Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.
Pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum dilaksanakan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Terkait dengan durasi waktu atau lamanya proses pengujian kendaraan tersebut, dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki dan dijalankan oleh DISHUBKOMINFO Kabupaten Majalengka, maka lamanya waktu yang diperlukan dalam pengujian dimaksud adalah 15 menit, dimulai dari proses pendaftaran, pelaksanaan pengujian dan penyampaian hasil uji kendaraan.
Biaya pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum pada DISHUBKOMINFO Kabupaten Majalengka mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka No. 11 Tahun 2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Majalengka, sebagai berikut :
Struktur dan Besaran Tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Di Kabupaten Majalengka
No.
Jenis Pelayanan
Tarif
A. Pengujian Berkala Pertama 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Traktor head
Rp. 150.000,- Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta
2. Rp. 100.000,- Tempelan
B. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Orang 1. Angkutan Pedesaan (9 seat)
Rp. 60.000,- 2. Angkutan Kota (10 seat)
Rp. 60.000,- 3. Bus Mini (11-15 seat)
Rp. 75.000,- 4. Bus Sedang (16-25 seat)
Rp. 75.000,- 5. Bus Besar
Rp. 80.000,- C. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Barang
1. Pick Up (JBB = 0-3.500 Kg) Rp. 60.000,- 2. Truck (JBB = 3.550-10.000 Kg)
Rp. 75.000,- 3. Truck (JBB = 10.050-15.000 Kg)
Rp. 80.000,- 4. Truck (JBB = lebih dari 15.050 Kg)
Rp. 95.000,- D. Penilaian Teknis Kendaraan 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Mobil Penumpang
Rp. 100.000,- 2. Sepeda Motor
Rp. 50.000,- Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka Tahun 2015.
Tabel 2.54.
Jumlah Kendaraan Angkutan Darat di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Jumlah
No. Tahun
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.
Berdasarkan data tahun terakhir yaitu 2013-2014 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di tahun 2013 adalah 1 : 5,86 dan tahun 2014 masih
1 : 5,86. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum tahun 2013 adalah 10.160.215 orang sedangkan tahun 2014 adalah 11.160.215 1 : 5,86. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum tahun 2013 adalah 10.160.215 orang sedangkan tahun 2014 adalah 11.160.215
Tabel 2.55.
Indikator Perhubungan di Kabupaten Majalengka
Tahun No.
Indikator Perhubungan
Satuan
1. Rasio panjang jalan per jumlah
1 : 5,86 1 : 5,86 kendaraan
Poin
2. Jumlah orang/ barang yang Orang 10.160.215 11.160.215 terangkut angkutan umum
3. Jumlah orang/barang melalui
2.245.118 2.250.120 dermaga/bandara/ terminal per tahun
Orang
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, Tahun 2015.
8. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan dilengkapi oleh Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Saat ini otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Saat ini menurunnya kualitas lingkungan hidup telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Perlindungan dan pengelolaan hukum lingkungan meliputi Saat ini menurunnya kualitas lingkungan hidup telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Perlindungan dan pengelolaan hukum lingkungan meliputi
lingkungan, diantaranya yaitu pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Kegiatan atau usaha di Kabupaten Majalengka telah membuat dokumen lingkungan sesuai dengan yang diwajibkan, namun dalam pelaksanaannya belum semua usaha atau kegiatan memiliki dokumen lingkungan.
Sampai saat ini di Kabupaten Majalengka belum ada usaha atau kegiatan yang mendapat sanksi berat karena melanggar hukum lingkungan. Pembinaan dan sosialisasi peraturan terus dilaksanakan agar pelaku kegiatan atau usaha dapat melaksanakan kegiatan atau usahanya tapi tetap menjaga kualitas dan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya. Sehingga ekonomi hijau dapat terlaksana.
Capaian pembangaunan lingkungan hidup dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.56. Kondisi Lingkungan Hidup
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
No. Capaian Pembangunan 2010*)
1. Persentase penanganan 45 49 53 20 27,92 sampah 2. Persentase Penduduk
83,51 85 berakses airminum 3. Persentase Luas
11 15 16 0,62 0,68 pemukiman yang tertata 4. Persentase Pencemaran
20 20 80 90 100 status mutu air
No. Capaian Pembangunan 2010*)
5. Cakupan penghijauan
331 331 331 wilayah rawan longsor
buah buah
buah
dan Sumber Mata Air 6. Cakupan pengawasan
12 UKL- 32 UKL- 19 UKL- terhadap pelaksanaan
8 UKL-
7 UKL-
UPL 60 UPL 86 UPL 90 UPL-UKL/SPPL
SPPL SPPL
3 TPS 21 TPS 29 TPS sampah (TPS) per satuan penduduk
7. Tempat pembuangan
3 TPS
3 TPS
Sumber : BPLH Kabupaten Majalengka Tahun 2015. *) Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010
9. Pertanahan
Berdasarkan data dari Satpol PP Kabupaten Majalengka, pada tahun 2014 terdaftar kasus sengketa pertanahan sebanyak 22 kasus dan yang telah diselesaikan sebanyak 5 kasus melalui Pengadilan Negeri Majalengka.
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Penataan dalam kependudukan dan pencacatan sipil sering dengan waktu mengalami kemajuan baik dalam hal manajemen dan pelaksanaan secara teknis. Dalam urusan kependudukan dan cacatan sipil sudah sangat memasyarakat dengan istilah Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik lndonesia. Dalam KTP terdapat Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor tersebut sifatnya unik atau khas tunggal dan melekat pada seseorang. Kemudian dokumen kependudukan lainnya berupa Akte Lahir dan Kartu Keluarga yang kedudukannya sama pentingnya dengan KTP, jadi seluruh warga masyarakat sudah seharusnya mengindahkan dokumen-dokumen tersebut.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2010 - 2014
Tahun
No. Indikator Kinerja
1. Cakupan Penerbitan Kartu
Keluarga (%) 2. Cakupan Kepemilikan Kartu
83,35 92,30 tanda Penduduk (%)
3. Cakupan Penerbitan Kartu
4. Cakupan Kepemilikan Kartu
83,35 92,30 Tanda Penduduk (%)
796.600 840.306 satuan penduduk (poin)
5. Ratio Penduduk ber-KTP per
6. Penerapan KTP berbasis NIK
7. Cakupan Penerbitan Kutipan
61 62,84 63,20 Akta Kelahiran (%)
61 62,84 63,20 per 1000 penduduk (permil)
8. Kepemilikan Akte Kelahiran
9. Ratio Bayi ber-Akte Kelahiran
- - - 95,2
10. Cakupan penerbitan Kutipan
Akta Kematian (%)
11. Ketersediaan data base
Ada Ada kependudukan skala kabupaten
- - Ada
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Majalengka, Tahun 2015.
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan perempuan sebagai pejabat terpilih baik dalam ranah pelayanan publik, departemen, komisi- komisi nasional dan peradilan. Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Kabupaten Majalengka tahun 2014 mencapai 46,42%. Pengalaman menunjukkan bahwa partisipasi perempuan yang rendah di bidang politik dan pemerintah akan mempengaruhi a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan perempuan sebagai pejabat terpilih baik dalam ranah pelayanan publik, departemen, komisi- komisi nasional dan peradilan. Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Kabupaten Majalengka tahun 2014 mencapai 46,42%. Pengalaman menunjukkan bahwa partisipasi perempuan yang rendah di bidang politik dan pemerintah akan mempengaruhi
b. Rasio KDRT Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Rasio kekerasan rumah tangga di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebesar 1000:1.
Selain KDRT, hal lain yang diperhatkan adalah penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan . Upaya yang dilakukan dalam menangani tindak kekerasan terhadap perempuan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, unsur medis, penyadaran masyarakat, kerjasama dengan pihak lain (Kepolisian, LSM, Ormas). Sedangkan proses penanganan terhadap kasus tindak kekerasan perempuan secara garis besar meliputi penerimaan laporan atau pengaduan dari korban, pembuatan berita acara kronologis kejadian, upaya konseling dilakukan dengan memberikan pembinaan antara pihak yang bertikai sebagai alternatif pemecahan masalah. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebanyak 33 kasus yang telah diselesaikan. Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan
100% pada tahun 2014.
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
a. Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka mencatat rata-rata jumlah anak per keluarga sebesar 1,21% pada tahun 2014, angka itu sudah tergolong baik dikarenakan masyarakat kini mulai paham bahwa program KB itu bukan semata untuk membatasi jumlah anak, tapi mengatur jarak kelahiran bayi.
b. Rasio Akseptor KB Program KB memiliki dampak positif dalam membantu penurunan angka kematian ibu, epidemi HIV/AIDS, meningkatkan mutu gender, dan mempromosikan pendayagunaan kaum muda. Akses yang lebih baik untuk metode kontrasepsi yang aman dan terjangkau akan mempercepat pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Oleh karena itu sejak 2005 masalah kesehatan reproduksi dimasukkan menjadi salah satu indikator pencapaian MDGs. Jika tiap keluarga mempunyai anak dua atau tiga orang, berarti program KB sudah berhasil. Rasio akseptor KB pada Tahun 2014 sebesar 75,11%.
Tabel 2.58.
Data Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. Capaian Pembangunan
Rata-rata jumlah anak per
2. Rasio akseptor KB
77,69 75,35 75,11 3. Cakupan peserta KB aktif
77,69 75,35 75,11 Keluarga Pra Sejahtera dan
33,08 33,61 33,66 Keluarga Sejahtera I
Sumber : BPMDPKB Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
Secara lengkap data penanganan masalah sosial di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.59.
Data Penanganan Masalah Sosial
Kabupaten Majalengka
No. Uraian
1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan
40 45 45 45 42 panti rehabilitasi (unit) 2. PMKS yg memperoleh
22 33 35,36 bantuan sosial (%)
3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan
22 33 35,36 sosial (%) Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2015.
a. Angka Sengketa Pengusaha Pekerja Per Tahun Penyelesaian sengketa pengusaha dan pekerja diatur dalam Undang- undang No. 2 Tahun 2004, tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Dalam Undang-undang ditentukan, perselisihan hubungan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha (atau gabungan pengusaha) dengan pekerja (atau serikat pekerja) yang penyebabnya biasanya dikarenakan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK), ataupun perselisihan antar serikat pekerja di dalam satu perusahaan.
b. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap penduduk usia kerja b. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap penduduk usia kerja
d. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Sebagian negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Majalengka tahun 2013 adalah 7,35%, dan pada tahun 2014 diperkirakan menurun pada kisaran 4,47-5,00%, sedangkan target TPT dalam RPJMD 2014-2018 adalah 6,74%. Penurunan TPT salahsatunya dipicu oleh terbukanya kesempatan usaha karena masuknya investasi yang cukup besar di Kabupaten Majalengka.
e. Keselamatan dan Perlindungan. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keharusan bagi perusahaan yang diwajibkan oleh Pemerintah melalui peraturan perudang-udangan. Dalam melaksanakan program proteksi, banyak perusahaan bekerja sama dengan perusahan asuransi yang memberikan peranggunan terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, masalah finansial atau masalah lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan kelurganya di kemudian hari. Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama diantara masing-masing pekerja, tergantung dari kedudukan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Kepedulian atas keselamatan dan perlindungan pekerja oleh perusahaan di Kabupaten Majalengka dicerminkan dengan tingkat persentase perusahan yang telah menerapkan K3. Data situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka secara lengkap bisa dilihat pada tabel di bawah.
Data Situasi Ketenagakerjaan
Kabupaten Majalengka
No. Capaian Pembangunan
1. Angka sengketa pengusaha-pekerja per
17 10 8 20 6 tahun
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja*
68.01 n/a 3. Pencari kerja yang
3.943 4.359 2.955 4. Tingkat Pengangguran
7,35 4,47-5,00 5. Keselamatan dan
320 350 Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2015
*) BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015
15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
a. Koperasi Jumlah koperasi pada tahun 2014 sebanyak 670 buah dengan rincian dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.61.
Jumlah Koperasi Yang Masih Aktif
Jumlah
Jumlah No.
Tahun Koperasi
(Buah) Aktif
670 271 Sumber: Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Data menunjukan bahwa dari 670 buah koperasi ternyata yang masih aktif hanya 271 buah sehingga diperlukan upaya untuk mengaktifkan kembali koperasi yang sudah terbentuk.
b. Usaha Mikro dan Kecil Jumlah UMKM di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 tercatat berjumlah 23.187 unit, meningkat menjadi 25.437 unit pada tahun 2013 dan menjadi 25.978 unit pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut cakupan pembinaan UMKM pada tahun 2014 mencapai angka 2,13%. Oleh karena itu masih sangat perlu diupayakan pembinaan kepada kelompok UMKM di Kabupaten Majalengka.
c. Usaha Kecil dan Menengah Non BPR/LKM UKM Dalam perekonomian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan
kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar, selain itu kelompok usaha ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Jumlah pelaku usaha kecil dan menengah di Kabupaten Majalengka sebanyak 25.978 orang.
d. Jumlah BPR Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak 14 buah dan pada tahun 2014 sebanyak 15 buah.
16. Penanaman Modal
Selama periode 2010-2014, realisasi investasi di Kabupaten Majalengka meningkat cukup signifikan, yaitu dari Rp.194,731 miliar pada tahun 2010, menjadi Rp.844,795 miliar pada tahun 2014. Begitu pula jumlah pelaku usaha yang melakukan investasi meningkat dari 1.049 unit menjadi 1.308 unit.
Tabel 2.62.
Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)
No. Kategori
n/a n/a 2. Perusahaan Kecil
1. Perusahaan Mikro
40.812.999.808 71.707.342.296 4. Perusahaan Besar
Jumlah 194.731.502.502 316.787.177.768 338.179.345.500 451.011.105.060 844.795.747.296 Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.63.
Data Kategori Perusahaan di Kabupaten Majalengka
1. Perusahaan Mikro
2. Perusahaan Kecil
Menengah 4. Perusahaan Besar
1.308 Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Berkaitan dengan investasi, nilai realisasi PMDN tahun 2013 adalah sebesar 451,011 Miliar Rupiah dan Tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 844,795 Miliar Rupiah sehingga capaian kinerja mengalami kenaikan sebesar 87,31%.
17. Kebudayaan
Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan
Selama 2010-2014, setiap tahunnya dilaksanakan Festival Seni dan Budaya yang diharapkan dapat melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari khasanah budaya Indonesia. Selain itu, dilaksanakan pula pelestarian benda dan situs budaya sebagaimana pada tabel 2.64.
Tabel 2.64. Kegiatan Bidang Kebudayaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
Penyelenggaraan festival seni 1. 1 2 1 1 1 dan budaya
Benda, Situs dan Kawasan 2. 4 4 14 14 14 Cagar Budaya yang dilestarikan
Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Kendala yang masih dihadapi Kabupaten Majalengka dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni dan budaya adalah belum ditunjang dengan adanya sarana penyelenggaraan seni dan budaya yang representatif.
18. Kepemudaan dan Olahraga
Dalam konteks pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan
melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan. Demikian halnya dengan olahraga, pembinaan dan pengembangan keolahragaan dapat menjamin pemerataan akses terhadap olah raga, peningkatan kesehatan dan kebugaran, peningkatan prestasi, dan manajemen keolahragaan yang mampu menghadapi tantangan serta tuntutan perubahan kehidupan nasional dan global.
potensi
dan
perannya
Perkembangan Data Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
No. Capaian Pembangunan
1. Jumlah organisasi pemuda 54 54 54 54 54 2. Jumlah organisasi olahraga
23 23 24 24 25 3. Jumlah kegiatan kepemudaan
4 3 5 5 7 4. Jumlah kegiatan olahraga
12 10 12 12 12 5. Lapangan olahraga milik
23 23 118 134 1 pemerintah
6. Gelanggang / balai remaja 2 1 1 1 - (selain milik swasta)
Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Selama 2010-2014, berdasarkan data Kantor Kesbangpol Kabupaten Majalengka tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Majalengka selalu menyelenggarakan pembinaan politik daerah, dan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP.
Tabel 2.66.
Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 - 2014
Kegiatan pembinaan terhadap 1. 1 1 1 3 3 LSM, Ormas dan OKP
Kegiatan pembinaan politik 2. 1 1 2 3 3 daerah
Sumber : Kantor Kesbangpol Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Perkembangan capaian pelaksanaan urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dapat dilihat pada tabel berikut :
Indikator Pelaksanaan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
Rasio jumlah Polisi Pamong
0,007 0,007 0,007 Praja per 10.000 penduduk
1. 0,006
0,006
Jumlah Linmas per Jumlah
Rasio Pos Siskamling per 3. 5 5 5 5 - jumlah desa/kelurahan
4. Pertumbuhan ekonomi
14,44 14,07 12,96 Sistem informasi Pelayanan
15,52
14,98
6. Perijinan dan adiministrasi
1 1 - - pemerintah
- 7 7 Cakupan patroli petugas
7. Penegakan PERDA
3 kec 3 kec 5 kec Satpol PP
8. 3 kec
3 kec
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,
100% 100% 100% ketentraman, keindahan) di
9. 100%
100%
Kabupaten Petugas Perlindungan
10. Masyarakat (Linmas) di
Cakupan pelayanan bencana 11. 51 89 133
- - kebakaran kabupaten
Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah
12. 41 65 89 - - layanan Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK) Cakupan sarana prasarana
13. perkantoran pemerintahan 52 desa 57 desa 69 desa - - desa yang baik
Sistim Informasi Manajemen
- - - Pemda
14. 7 -
Indeks Kepuasan Layanan
33 OPD 29 OPD - - Masyarakat
15. 18 OPD
Sumber : BPS, Sekretariat Daerah, Satpol PP, dan BPBD Kab. Majalengka, Tahun 2015.
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus menjadi pilar utama hak azasi manusia, selain itu ketahanan pangan merupakan bagian sangat penting dari ketahan nasional. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga mampu mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadi ketergantungan kepada pihak manapun. Dalam hal ini petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan, karena petani adalah produsen pangan sekaligus sebagai kelompok konsumen yang terbesar. Pertanian sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan, karena pangan merupakan kebutuhan yang bersifat mendasar bagi setiap manusia. Setiap negara atau daerah selalu termotivasi untuk memiliki stok bahan pangan pokok dalam jumlah relatif aman untuk kebutuhan rakyatnya dalam jangka waktu tertentu. Ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Majalengka ditentukan 4 (empat) jenis pelayanan dasar yaitu :
a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan Ketersediaan dan Cadangan Pangan meliputi 2 (dua) indikator kinerja, yaitu:
1) Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita Ketersediaan Pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan/atau sumber lain. Ketersediaan pangan berfungsi sebagai penjamin pasokan pangan untuk memnuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamananya. Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 telah sanggup memenuhi persediaan energi dan protein sebesar 350,14%.
2) Penguatan Cadangan Pangan Cadangan pangan merupakan ketersediaan pangan yang digunakan sebagai cadangan, baik yang ada di Pemerintah
Majalengka belum memiliki Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
b. Distribusi dan Akses Pangan Sub sistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh penduduk dan rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga terjangkau. Kondisi ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di Kabupaten Majalengka untuk tahun 2014 dapat mencapai 98,29%, sedangkan untuk Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan untuk tahun 2014 sebesar 100%.
c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan Indikator kinerja daerah dalam urusan ketahanan pangan yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Majalengka 2014-2018 adalah mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita, cadangan pangan pemerintah, dan ketersediaan pangan (LPM). Target yang ditetapkan pada tahun 2014 yaitu mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita 90%, cadangan pangan pemerintah 0 ton, dan ketersediaan pangan (LPM) 20%. Adapun realisasinya di akhir tahun 2014 yaitu mempertahankan ketersediaan energi dan protein perkapita 350,14%, cadangan pangan pemerintah 0 ton, dan ketersediaan pangan (LPM) 20 unit.
d. Penanganan Kerawanan Pangan Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akselerasi peningkatan IPM tahun 2014, bahwa pada tahun 2013 terdapat 164.900 orang miskin di Kabupaten Majalengka diindikasikan mereka penduduk rawan pangan karena rawan daya d. Penanganan Kerawanan Pangan Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data akselerasi peningkatan IPM tahun 2014, bahwa pada tahun 2013 terdapat 164.900 orang miskin di Kabupaten Majalengka diindikasikan mereka penduduk rawan pangan karena rawan daya
Dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka ditengah pesatnya pembangunan industri yang memerlukan lahan sangat luas sementara luas wilayah Kabupaten Majalengka tidak mengalami pertambahan sehingga untuk pembangunan tersebut menggunakan lahan pertanian, dengan demikian secara otomatif lahan pertanian sebagai penopang ketahan pangan akan mengalami penyusutan, untuk itu pemerintah Kabupaten Majalengka mengantisipasi dengan membuat strategi pembangunan lahan sawah pertanian berkelanjutan dengan kebijakan pemberian insentif dan disinsentif bagi lahan-lahan pertanian yang masuk pada kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sampai tahun 2018.
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Salah satu lembaga pelayanan masyarakat yang terdekat dengan masyarakat adalah posyandu. Keaktifan pelayanan yang dilaksanakan oleh posyandu akan memberikan tingkat kepuasan terhadap layanan pemerintah secara umum. Pada tahun 2013 berdasarkan data BPMDPKB Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan bahwa Posyandu aktif di Kabupaten Majalengka adalah 1.444 posyandu, angka tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat sehingga salah satu kebutuhan masyarakat mendapat pelayanan dari pemerintah dapat ditangani dengan baik. Sebagai langkah nyata Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam meningkatkan kapasitas motor penggerak (para kader) pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan untuk melatih dan mengasah serta menguatkan wawasan dan kemampuan untuk menjadi
Pemerintah Desa dan masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan pembedayaan masyarakat secara hakiki.
23. Statistik
Salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten adalah statistik. Indikator keberhasilan pelaksanaan urusan statistik adalah tersedianya buku “Kabupaten dalam angka” dan “PDRB kabupaten” yang selama ini telah berhasil terpenuhi.
Tabel 2.68.
Ketersediaan Dokumen Statistik Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
No. Capaian Pembangunan
Buku ”kabupaten dalam 1. angka”
Ada ada ada 2. Buku ”PDRB kabupaten”
ada
ada
Ada ada ada Sumber : Bappeda Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Kinerja pengelolaan arsip daerah dapat diukur dari capaian realisasi atas target yang telah ditetapkan. Jumlah OPD dan kecamatan yang telah dibina dalam Kegiatan Pembinaan Tata Kearsipan pada tahun 2014 mencapai 16 OPD dan kecamatan sehingga berhasil melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2014-2018, selanjutnya peningkatan SDM pengelola arsip pun telah berhasil mencapai target. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.69.
Tabel 2.69. Data Kinerja Kearsipan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
No. Capaian Pembangunan
Pembinaan Tata Kearsipan ke 1. 17 17 19 3 16 OPD dan Kecamatan
Peningkatan SDM pengelola 2. 21 14 16 37 42 arsip
Sumber : Kantor Arsip Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Pada tahun 2014 pemerintah daerah memiliki 14 website sehingga berhasil melampaui target yang telah ditetapkan. Data-data komunikasi dan informasi secara lengkap disajikan pada tabel dibawah.
Tabel 2.70.
Data Komunikasi dan Informatika Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Indikator
1 : 684 1 : 727 1: 2003 1 : 5082 1 : 5010 terhadap penduduk
wartel/warnet
2. Jumlah
31 38 36 36 36 radio/TV local
penyiaran
3. Web Site milik pemerintah 3 5 13 14 14 daerah
Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.71. Jumlah Tower Telekomunikasi
di Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2014
Jumlah (Unit) No.
Nama Provider
1. Telkomsel 62 62 62 2. TBG
4 5 5 8. Java Indoku
3 3 3 9. Reka Cipta
2 - - 10. STP, WMI, dll
222 222 Sumber : Dishubkominfo Kab. Majalengka, Tahun 2015.
Total
Tabel 2.72. Pelaksanaan Pameran/Expo
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Pameran/Expo
Sumber : Dinas KUKM perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
26. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan suatu wadah atau tempat yang di dalamnya terdapat bahan pustaka untuk masyarakat yang disusun menurut sistem tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat serta sebagai penunjang kelangsungan pendidikan.
Tabel 2.73. Data Perpustakaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010 – 2014
No. Uraian
1. Jumlah perpustakaan
831 863 Jumlah pengunjung
22.338 19.901 perpustakaan per tahun
Koleksi buku yang 3. tersedia di perpustakaan
6.446 6.446 daerah Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Selama tahun 2010-2014, jumlah perpustakaan di Kabupaten Majalengka meningkat, dari 481 unit pada tahun 2010 menjadi 863 unit pada tahun 2014, namun belum dapat memenuhi target sebagaimana tertuang dalam RPJMD.
1. Pertanian
Luas Kabupaten Majalengka adalah 120.424 Ha, terdiri atas lahan sawah 50.334 Ha, lahan bukan sawah 48.589 Ha, dan lahan bukan pertanian 21.501 Ha. Berdasarkan data tersebut, pertanian merupakan sektor yang dominan dalam pemanfaatan lahan di Kabupaten Majalengka.
1) Tanaman Pangan dan Hortikultura Komoditas unggulan tanaman pangan selama tahun 2010-2014
terdiri atas:
a. Padi, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 102.596 hektar meningkat menjadi 115.423 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 103.396 hektar meningkat menjadi 105.242 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 614.390
ton pada tahun 2010 menjadi 675.712 ton pada tahun 2014. Sentra padi tersebar di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,
Dawuan, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Kasokandel, dan Lemahsugih.
Palasah,
Jatiwangi,
b. Jagung, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 18.938 hektar meningkat menjadi 17.708 hektar pada tahun 2014, luas panen
pada tahun 2010 sebesar 18.575 hektar meningkat menjadi 15.910 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 113.028 ton pada tahun 2010 menjadi 119.335 ton pada tahun 2014. Sentra tanaman jagung tersebar di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing, Maja, Bantarujeg, Lemahsugih, Majalengka, dan Malausma.
c. Kedelai, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 2.350 hektar menurun menjadi 1.393 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.348 menjadi 1.339 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 2.775 ton pada tahun 2010 menjadi 1.938 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini, disebabkan antara lain karena minat c. Kedelai, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 2.350 hektar menurun menjadi 1.393 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.348 menjadi 1.339 hektar pada tahun 2014 dan produksi sebesar 2.775 ton pada tahun 2010 menjadi 1.938 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini, disebabkan antara lain karena minat
Tabel 2.74.
Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha) No. Komoditas
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.75.
Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha) No.
503 1.339 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Produksi Komoditas Tanaman Pangan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton) No.
814 1.938 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
a. Bawang Merah, luas tanam pada tahun 2010 seluas 2.541 hektar turun menjadi 2.491 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 seluas 2.504 ha naik menjadi 2.522 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 22.879 ton naik menjadi sebesar 30.290 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran sehingga menyebabkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu dan busuk. Selain itu adanya lonjakan harga benih yang tidak seimbang dengan harga jual bawang merah sayur sehingga banyak petani yang tidak menanam bawang merah juga ada petani yang memilih bertanam komoditas sayuran lainnya. Sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Ligung, Kertajati, Jatitujuh dan Majalengka.
b. Cabai Besar, luas tanam pada tahun 2010 seluas 1.185 ha, turun menjadi 682 hektar pada tahun 2014, luas panen sebesar 1.282 hektar pada tahun 2010 turun menjadi 756 hektar pada tahun 2014, sedangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 4.246 ton naik menjadi sebesar 5.296 ton pada tahun 2014. Penurunan luas tanam antara lain disebabkan karena cuaca kurang yang mendukung mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran, dimana tanaman cabai sangat rentan terhadap curah hujan dan kelembaban yang tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu, busuk dan rontok buah. Sentra cabai tersebar di Kecamatan Kertajati, Ligung, Lemahsugih, Bantarujeg dan Banjaran.
c. Kentang, pada tahun 2010 luas tanam 838 hektar turun menjadi 497 hektar pada tahun 2014, dengan luas panen tahun 2010 sebesar 929 hektar turun menjadi 375 hektar pada tahun 2014, dengan produksi pada tahun 2010 sebesar 11.864 ton turun menjadi 5.178 ton pada tahun 2014. Penurunan ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung yaitu curah hujan dan kelembaban yang tinggi, terutama di daerah pegunungan sering terjadi kabut tebal. Cuaca yang buruk tersebut mempercepat perkembangbiakan hama dan penyakit yaitu penyakit busuk daun dan umbi, serta fusarium (jamur). Sentra kentang di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Lemahsugih dan Cikijing.
Tabel 2.77.
Luas Tanam Komoditas Tanaman Hortikultura
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha) No.
1. Bawang Merah
1.901 1.820 2.263 2.491 2. Cabai Besar
818 487 497 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.78.
Luas Panen Komoditas Tanaman Hortikultura Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha) No.
1.847 2.150 2.522 2. Cabai Besar
1. Bawang Merah
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Produksi Komoditas Tanaman Hortikultura
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton) No.
1. Bawang Merah 22.879 17.868 22.312 23.683 30.290 2. Cabai Besar
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015. Sedangkan komoditas unggulan buah-buahan terdiri atas :
a. Mangga, luas tanam pada tahun 2010 sebesar 10.362 hektar, meningkat pada tahun 2014 menjadi 10.880,52 hektar, luas
panen pada tahun 2010 sebesar 2.617 hektar, meningkat menjadi 7.502,90 hektar pada tahun 2014 dan produksi pada tahun 2010 sebesar 16.431 ton menjadi 51.508,90 ton pada tahun 2014. Sentra mangga berada di Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Ligung dan Kertajati.
b. Durian, pada tahun 2010 luas tanam 1.795 hektar, meningkat pada tahun 2014 menjadi 2.200,79 hektar, luas panen pada
tahun 2010 seluas 203 hektar, meningkat menjadi 1.565,76 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 993 ton meningkat menjadi 5.198,30 ton pada tahun 2014. Sentra durian di Kecamatan Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding dan Sindang.
c. Jambu Biji, pada tahun 2010 luas tanam 431 hektar meningkat menjadi 611,25 hektar pada tahun 2014, luas panen pada tahun 2010 seluas 412 hektar meningkat menjadi 458,55 hektar pada tahun 2014, dan produksi pada tahun 2010 sebesar 2.817 ton meningkat menjadi 4.255,60 ton pada tahun 2014.
Luas Tanam Komoditas Tanaman Buah-Buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha)
No. Komoditas
1. Mangga 10.361,51 10.495,86 10.716,35 10.845,59 10.880,52 2. Durian
2.164 2.194,50 2.200,79 3. Jambu Biji
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015
Tabel 2.81.
Luas Panen Komoditas Tanaman Buah-buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha)
No. Komoditas
1. Mangga 2.616,56 5.419,31 7.515,58 7.142,94 7.502,90 2. Durian
203,44 1.031,16 1.617,38 1.569,98 1.565,76 3. Jambu Biji
379,99 458,55 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.82.
Produksi Komoditas Tanaman Buah-buahan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton)
No. Komoditas
1. Mangga 16.431 43.279,70 48.220,30 10.242,70 51.508,90 2. Durian
3.196,10 5.198,30 3. Jambu Biji
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Peternakan, komoditas unggulan peternakan diantaranya adalah ternak ayam ras pedaging, domba dan sapi potong. Pada tahun 2010 populasi ayam ras pedaging sebanyak 7.988.266 ekor meningkat menjadi 17.066.169 ekor pada tahun 2014, dengan produksi daging pada tahun 2010 mencapai 11.982,40 ton meningkat menjadi 25.599,25 ton pada Peternakan, komoditas unggulan peternakan diantaranya adalah ternak ayam ras pedaging, domba dan sapi potong. Pada tahun 2010 populasi ayam ras pedaging sebanyak 7.988.266 ekor meningkat menjadi 17.066.169 ekor pada tahun 2014, dengan produksi daging pada tahun 2010 mencapai 11.982,40 ton meningkat menjadi 25.599,25 ton pada
Tabel 2.83. Populasi Peternakan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ekor)
No. Jenis
1. Ayam Ras 7.988.266 8.068.185 8.406.965 15.011.898 17.066.169 Pedaging
586.413 645.063 3. Sapi Potong
Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.84. Produksi Peternakan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton)
No. Jenis
1. Ayam Ras 11.982,40
22.517,85 25.599,25 Pedaging
578,72 1.026,77 3. Sapi Potong
Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Perkebunan, komoditas unggulan perkebunan diantaranya adalah Teh, Tembakau, Kopi, Cengkeh, dan tebu, sebagai berikut : Perkebunan, komoditas unggulan perkebunan diantaranya adalah Teh, Tembakau, Kopi, Cengkeh, dan tebu, sebagai berikut :
b. Tembakau, pada tahun 2010 luas tanam 1.092,95 hektar dengan produksi berupa daun sebesar 4.532,14 ton dan rajangan sebesar 906,29 ton; pada tahun 2014 luas tanam 1.452,05 hektar dengan produksi berupa daun sebesar 6.820,99 ton dan rajangan sebesar 1.285,43 ton, dengan sentra di Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih.
c. Kopi, pada tahun 2010 luas tanam 801,87 hektar dan produksi sebesar 1.401,78 ton, pada tahun 2014 luas tanam menjadi 863,38 hektar dan produksi 231,43 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih dan Argapura.
d. Cengkeh, pada tahun 2010 luas tanam 1.631,35 hektar, dengan produksi olahan berupa bunga basah 1.448 ton dan minyak cengkeh 69,34 ton; pada tahun 2014 luas tanam menjadi 2.088,06 hektar, dengan produksi olahan berupa bunga basah 2.926,04 ton dan minyak cengkeh 351,30 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih, Argapura Bantarujeg dan Maja.
e. Tebu, pada tahun 2010 luas tanam 1.195,84 hektar dengan produksi olahan dalam bentuk gula putih 5.354,89 ton; pada tahun 2014 luas
tanam menjadi 1.006,96 hektar dengan produksi olahan dalam bentuk gula putih 3.243,78 ton, dengan sentra di Kecamatan Kertajati, Ligung dan Leuwimunding.
Luas Tanam Komoditas Tanaman Perkebunan Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ha)
No. Komoditas
Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan, Tahun 2015.
Tabel 2.86.
Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton)
No. Komoditas
1. Teh hijau
201,20 216,33 2. Tembakau - Daun
3.884,67 6.820,99 - Rajangan
1.365,53 231,43 4. Cengkeh - Bunga basah
2.986,04 2.986,04 - Minyak cengkeh
Sumber : Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB, dalam Perhitungan PDRB, Sektor Pertanian teridiri dari 5 sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan urusan pertanian menyangkut 3 sub sektor usaha yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dirinci berdasarkan sub sektor selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah.
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Uraian
33,02 32,31 2. Sub Sekor Tanaman Bhn
1. Sektor Pertanian
3. Sub Sektor Tanaman
2,92 2,72 5. Sub Sektor Kehutanan
4. Sub Sektor Peternakan
0,12 0,12 6. Sub Sektor Perikanan
0,48 0,53 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.
Cakupan Bina Kelompok Petani, Kabupaten Majalengka sebagai kabupaten agribisnis sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan baku dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi penentu daya saing produk agribisnis. Dari kedua komponen tersebut sumber daya manusia menjadi kunci kesuksesan atau keberhasilan pemerintah yang potensinya sebagian besar didapat dari pertanian, oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Majalengka setiap tahunnya selalu mengalokasikan kegiatan yang berbasis pada peningkatan sumber daya manusia khususnya pembinaan kelompok tani seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.88. Cakupan Bina Kelompok Petani
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Cakupan Bina Kelompok No.
Sumber : BP4K Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Kehutanan
Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki multifungsi bagi kehidupan manusia. Fungsi hutan sebagai penyangga air dan udara bagi ekosistem dipersyaratkan minimal 30% dari total hamparan darat (UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Luas hutan rakyat pada tahun 2010 adalah 9.622 Ha dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 12.108 Ha. Sedangkan luas lahan kritis pada tahun 2010 seluas 18.320 Ha pada tahun 2014 berkurang menjadi 9.663,69 Ha.
Komoditas unggulan kehutanan antara lain aneka kayu, dan lebah madu. Produksi kayu pada tahun 2010 tercatat 9.683,19 meter kubik turun menjadi 6.038,16 meter kubik pada tahun 2014, penurunan potensi kayu rakyat siap tebang disebabkan masa daur tanaman kayu (umur panen) yang belum mencukupi. Produksi madu pada tahun 2010 tercatat sebesar 11.564 kilogram meningkat menjadi 10.739 kilogram pada tahun 2014. Sentra kayu berada di Kecamatan Kertajati, Sukahaji, Cigasong dan Talaga, sedangkan sentra lebah madu di Kecamatan Lemahsugih, Banjaran dan Argapura.
Tabel 2.89.
Produksi Kehutanan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun
No. Jenis
1. 3 Aneka Kayu (m )
6.938,55 6.038,16 2. Lebah Madu (kg)
10.803 10.739 Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan jumlah areal hutan produksi yang terus berkurang dan belum mampunya masyarakat mengolah bahan baku kayu menjadi bahan jadi atau setengah jadi, selain itu umur tanaman Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan jumlah areal hutan produksi yang terus berkurang dan belum mampunya masyarakat mengolah bahan baku kayu menjadi bahan jadi atau setengah jadi, selain itu umur tanaman
Tabel 2.90.
Kontribusi Sub Sektor Kehutanan Terhadap PDRB
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Kontribusi Sektor Kehutanan No.
Tahun Terhadap PDRB (%)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
Salah satu tugas pemerintah daerah adalah memberikan ijin kepada pengusaha yang akan melaksanakan usahanya. Bidang pertambangan, masih terdapat lokasi-lokasi pertambangan yang belum berijin dan dalam dua tahun terakhir trendnya bertambah.
Tabel 2.91.
Data Luas Pertambangan Tanpa Ijin
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Uraian
1. Pertambangan tanpa ijin
Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, 2015
Kontribusi dari sektor pertambangan di tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan dikarenakan sumber daya alam pertambangan di Kabupaten Majalengka terbatas.
Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian
Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian No.
Tahun Terhadap PDRB (%)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
4. Pariwisata
Pariwisata Kabupaten Majalengka akan mengalami kemajuan seiring dibangunnya Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati. Untuk itu dilakukan terobosan pengembangan objek-objek wisata baru sebagai stimulator dan inspirasi geliat kompetitif objek-objek wisata lama yang bervariatif.
Sebaran dan potensi objek wisata di Kabupaten Majalengka antara lain :
a. Wisata Alam : Gunung Batu Tilu (Kecamatan Kasokandel), Panorama Cikebo
(Kecamatan Maja), Curug Tonjong (Kecamatan Rajagaluh), Situ Janawi (Kecamatan Rajagaluh), Situ Cipanten (Kecamatan Sukahaji), Situ Cikuda (Kecamatan Sindangwangi), Panorama Bukit Alam Hejo di Asromo (Kecamatan Sindang), Panorama Talaga Herang Sindangwangi (Kecamatan Sindangwangi), Curug Muara Jaya (Kecamatan Argapura), Curug Sawer (Kecamatan Argapura), Air Terjun Cibali (Kecamatan Cingambul), Curug Emas (Kecamatan Talaga), Situ Sangiang (Kecamatan Banjaran), Situ Batu (Kecamatan Malausma), Situ Resmi (Kecamatan Argapura), Curug Cipeuteuy (Kecamatan Sindangwangi).
b. Wisata Budaya/Wisata Sejarah : Rumah Adat Panjalin (Kecamatan Sumberjaya), Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi (Kecamatan Rajagaluh), Situ Sangiang (Kecamatan Banjaran), Museum Talaga Manggung (Kecamatan Talaga), Makam Keramat Sunan Parung (Kecamatan Banjaran), Sunan Wanaperih (Kecamatan Banjaran), dan Makam Keramat Pangeran Muhammad dan Mbah Badori/Siti Armilah (Kecamatan Majalengka).
c. Wisata Minat Khusus : Sirkuit Gagaraji (Kecamatan Jatitujuh), Bendungan Rentang (Kecamatan Jatitujuh), Situ Cijaura (Kecamatan Kertajati), Situ Anggrahan (Kecamatan Jatitujuh), Jatiwangi Art Factory (Kecamatan Jatiwangi), Kolam Renang Tirta Indah (Kecamatan Sindangwangi), Panorama Lemahputih (Kecamatan Lemahsugih), Bumi Perkemahan Cipanten (Kecamatan Argapura), dan Wisata Paralayang Desa Sidamukti (Kecamatan Majalengka).
d. Agrowisata : Perkebunan Mangga Gedong Gincu (Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Kertajati, Jatitujuh, Ligung), Wisata Agrobatu (Kecamatan Sindangwangi), Bibit-bibitan (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Majalengka), Kebun The Sadarehe Desa Payung (Kecamatan Rajagaluh), Durian Sinapeul (Kecamatan Sindangwangi), Kebun The Cipasung (Kecamatan Lemahsugih), Pisang Apuy (Kecamatan Argapura), dan Jagung (Kecamatan Argapura, Banjaran, Lemahsugih).
e. Ekowisata : Batu Luhur, Curug Baligo, Talaga Herang dan Talaga Loa
(Kecamatan Sindangwangi).
f. Wisata Belanja : Kerajinan Besi (Kecamatan Sumberjaya), Anyaman dan Renda (Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Sindangwangi, Sukahaji, Rajagaluh), Industri Rotan (Kecamatan Sumberjaya, Leuwimunding, Sindangwangi, Rajagaluh), Industri Bola (Kecamatan Kadipaten), Kecap (Kecamatan Kadipaten, Majalengka), Jeruk Sambal (Kecamatan Palasah), Kerajinan Batik (Kecamatan Palasah), Emping Melinjo (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Sindangwangi, Talaga), Batu Alam (Kecamatan Sindangwangi), Industri Jeans (Kecamatan Cikijing), Industri Keripik (Kecamatan Cingambul).
g. Wisata Kuliner : Depo Ikan Tawar (Kecamatan Argapura), Depo Ikan Lengkong Kulon
(Kecamatan Sindangwangi).
h. Desa Wisata : - Jeruk Sambal Desa Weragati (Kecamatan Palasah).
- Ekonomi Kreatif (JAF= Jatiwangi Art Factory) Desa Jatisura (Kecamatan Jatiwangi).
Berbagai promosi dan penataan objek wisata yang ada Kabupaten Majalengka telah dilakukan selama periode 2010-2014, hasilnya sudah mulai terlihat yaitu dengan meningkatnya kunjungan wisata.
Tabel 2.93.
Jumlah Kunjungan Wisata ke Kabupaten Majalengka
Tahun 2010-2014
No. Uraian
124.918 131.164 Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
1. Kunjungan wisata
5. Kelautan dan Perikanan
Komoditas unggulan perikanan tahun 2014, diantaranya adalah ikan mas, ikan nila, gurame, dan lele. Produksi ikan mas pada tahun 2010 sebesar 1.282,08 ton meningkat menjadi 7.479,98 ton pada tahun 2014.
Argapura dan Rajagaluh. Produksi ikan nila pada tahun 2010 sebesar 2.851,02 ton menurun menjadi 2.580,99 ton pada tahun 2014 dengan sentra produksi Kecamatan Bantarujeg, Cikijing, Cingambul, Talaga, Argapura, Maja, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi dan Leuwimunding. Produksi ikan gurame pada tahun 2010 sebesar 800,67 ton menurun menjadi 665,12 ton pada tahun 2014, dengan sentra produksi Kecamatan Sindangwangi, Leuwimunding dan Palasah. Produksi ikan lele pada tahun 2010 sebesar 1.001,86 ton meningkat menjadi 1.225,06 ton pada tahun 2014, dengan sentra produksi Kecamatan Jatiwangi, Kertajati, Jatitujuh dan Ligung.
Tabel 2.94. Produksi Ikan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Tahun (Ton)
No. Jenis
1. Ikan Mas
1.512,61 7.479,98 2. Ikan Nila
1.436,38 1.225,06 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, Tahun 2015.
Jumlah konsumsi ikan Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebesar 22,30 kg/kapita/tahun, Cakupan bina kelompok nelayan di Kabupaten Majalengka tahun 2014 adalah 127 kelompok, produksi perikanan kelompok perikanan budidaya pada tahun 2014 adalah 7.902,80 ton.
Kontribusi sub sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya jumlah kolam.
Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Kontribusi Sektor Perikanan
No. Tahun
Terhadap PDRB (%)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
6. Perdagangan
Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat selama tahun 2010-2014, fasilitas perdagangan di Kabupaten Majalengka mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, antara lain bisa dilihat dengan semakin banyaknya pasar/toko swalayan milik masyarakat yang berdiri. Fasilitas perdagangan lainnya yaitu pasar Pemda sebanyak 4 unit yang kondisi fisiknya semakin membaik, dan pasar desa tercatat 33 unit pada tahun 2010 menjadi 37 unit pada tahun 2014.
Dalam perdagangan luar negeri, selama periode 2010-2014, nilai ekspor bersih cenderung meningkat sejalan kondisi perekonomian global.
Tabel 2.96. Perkembangan Ekspor Bersih Perdagangan
Kabupaten Majalengka
Mata
No. Uang 2010
Sumber : Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 *) Angka Sementara Yang Terdata Pada Dinas KUKM Perindag Sumber : Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 *) Angka Sementara Yang Terdata Pada Dinas KUKM Perindag
Tabel 2.97. Kontribusi Sektor Perdagangan
Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB (%)
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
7. Perindustrian
Indikator pelayanan urusan pilihan dalam bidang perindustrian yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Majalengka 2014-2018 adalah cakupan bina kelompok pengrajin yang pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,96%. Target yang ditetapkan pada tahun 2014 adalah 6,26% dan hanya terealisasi sebesar 2,35%. Selanjutnya kontribusi dan pertumbuhan sektor industri dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.98.
Konstribusi dan Pertumbuhan Sektor Industri
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
15,53 15,10 15,24 Pengolahan terhadap PDRB (%)
1. Kontribusi sektor Industri
15,58
15,58
8,50 8,42 5,19 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Pertumbuhan Industri. (%)
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan
transmigrasi
kesatuan bangsa. Adapun sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Transmigrasi merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Pemerintah, sejak orde baru pelaksanaan transmigrasi lebih difokuskan pada provinsi yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya. Provinsi-provinsi tersebut sabagian besar yang berada di Pulau Jawa dan Bali dengan tujuan lokasi transmigrasi seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irianjaya (Papua). Seiring dengan perubahan dalam tatanan kenegaraan, sejak otonomi daerah diberlakukan dengan Undang-Undang yang telah beberapa kali direvisi terakhir dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, berdampak terhadap pengembangan pelaksanaan transmigrasi khususnya antar provinsi. Sesuai data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, di Kabupaten Majalengka terakhir kali adanya transmigrasi lokal Tahun 2002 yakni di Unit Pemukiman Transmigrasi Sukamaju di Desa Mekarjaya Kecamatan Kertajati.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, transmigrasi dilaksanakan dalam bentuk:
a. Transmigrasi Umum (TU);
b. Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB); dan
c. Transmigrasi Swakarsa Mandiri. Bentuk pelaksanaan trasmigrasi lainnya yang mungkin dapat dilakukan
oleh Pemerintah maupun Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Transmigrasi Pemukiman Lahan Kering (TPLK).
Penyelenggaraan transmigrasi antar pulau atau antar provinsi untuk penduduk Kabupaten Majalengka kurun waktu antara 2004 sampai Penyelenggaraan transmigrasi antar pulau atau antar provinsi untuk penduduk Kabupaten Majalengka kurun waktu antara 2004 sampai
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing ( competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
Kemampuan ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam beberapa tolok ukur, diantaranya sebagai berikut :
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk
Tabel 2.99.
Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita No.
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
2. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar
pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan menghitung persentase konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran.
Tabel 2.100.
Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Non Makanan Per Kapita
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Perkapita No.
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
B. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya ( availability) dalam Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya ( availability) dalam
Infrastrutur Jalan dan Jembatan, khusus infrastruktur jalan di Kabupaten Majalengka digolongkan dalam 3 kelompok yakni; Jalan Nasional (25,895 km), Jalan Provinsi (122,929 km), dan Jalan Kabupaten (715,600 km). Pada tahun 2014 kondisi infrastruktur jalan dan jembatan dalam kondisi baik terealisasi 76,08% dari target 87,13% dalam RPJMD, sedangkan penambahan infrastruktur jalan dan jembatan 0% sebagaimana target yang ditetapkan untuk tahun 2014 pun memang 0 %.
Perhubungan, saat ini di Kabupaten Majalengka sedang dilaksanakan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka yang akan menjadi sarana transportasi udara untuk mengakses wilayah Majalengka, Jawa Barat dan sekitarnya menuju wilayah seluruh nasional dan internasional. Bahkan dalam menunjang sarana infrastruktur transportasi darat yang ada, wilayah Kabupaten Majalengka akan dilalui dan dilayani oleh 2 (dua) buah jalan tol yaitu jalan tol Cileunyi – Sumedang – Kertajati (Cisumjati) yang sudah mulai dibangun pada tahun 2012, dan jalan tol Cikopo – Palimanan (Cikapali) yang juga telah selesai dilakukan pembebasan tanahnya dan sedang mulai dilaksanakan proses pembangunan fisiknya.
Irigasi, merupakan infrastruktur lain yang mendukung perekonomian, terutama sektor pertanian, karena akan menunjang ketersediaan pengairan di Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2014 di Kabupaten Majalengka terpetakan ke dalam 393 daerah irigasi dan telah mampu memenuhi kebutuhan air pada areal fungsional seluas 22.396 hektar.
masterplan sebagai pedoman khususnya bagi para calon investor, sudah tersedia. Dokumen Perencanaan Tata Ruang dapat dilihat pada tabel 2.104. sebagai berikut :
Tabel 2.101. Dokumen Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2015
Dokumen
Tahun Penyusunan
NO. Perencanaan Keterangan
1 RTRW Kabupaten
Perda 11/2011 Majalengka
Tahun 2011-2031
2 RDTR Kecamatan
Belum Perda Kertajati
3 RDTR Kecamatan
√ Belum Perda Jatitujuh
4 RDTR Kecamatan
√ Belum Ligung
Perda/Sudah sesuai Perda
11/2011 5 RDTR
√ Belum Perda Kadipaten
Kecamatan
6 RDTR Kecamatan
√ Belum Perda Jatiwangi
7 RDTR Kecamatan
√ Belum Perda Majalengka
8 Rencana Rinci Tata
Belum Perda Ruang
Kawasan Lingkar
Luar Kota Majalengka 9 RRTR
√ Belum Perda Sindangwangi
KSK Wisata
10 RRTR KSK Potensial
Belum Perda Tumbuh
Belum Perbup Kecamatan Kadipaten
11 Revisi RDTR
12 Revisi RDTR
Belum Perda Kecamatan Jatiwangi
13 Revisi RDTR
Belum Perda Kecamatan Kertajati
14 RDTR Kecamatan
Belum Perda Dawuan
15 Revisi RDTR
Belum Perda Kecamatan Majalengka
16 RDTR Kecamatan
Belum Perda Cigasong
17 RDTR Kecamatan
Belum Perda Panyingkiran
NO. Dokumen Perencanaan
18 RDTR Kecamatan
Belum Perda Sindangwangi
19 RDTR Kecamatan
Belum Perda Talaga
20 RDTR Kecamatan
Belum Perda Sumberjaya
dan Palasah
Belum Perda Kasokandel
21 RDTR Kecamatan
22 RDTR Kecamatan
Belum Perda Jatitujuh dan Ligung
23 RDTR Kecamatan
Belum Perda Rajagaluh , Sukahaji dan Leuwimunding
24 RDTR Kecamatan Maja
Belum Perda 25 Raperda RDTR PKW
√ Prolegda Kadipaten dan Kecamatan Kasokandel
26 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Kertajati
27 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Majalengka
28 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Jatiwangi
29 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Jatiwangi (Palasah dan Sumberjaya)
30 Raperda RDTR √ Prolegda Kecamatan Maja
31 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Rajagaluh (Rajagaluh, Sukahaji dan Leuwimunding)
32 Raperda RDTR PKL √ Prolegda Kertajati (Jatitujuh dan Ligung)
Sumber : Bappeda dan Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Berdasarkan data tahun terakhir (2014) dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Majalengka, data mengenai pengalihfungsian dari ruang publik yang berubah peruntukan menjadi lahan terbangun di Kabupaten Majalengka belum ada. Melalui kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang dengan melihat kondisi lapangan tidak ada/belum ada ruang publik yang berubah peruntukan, kondisi eksisting lahan yang berubah peruntukkan di dominasi oleh lahan sawah, tegalan atau kebun.
Kabupaten Majalengka Tahun 2012-2013 yaitu ± 99 %, dengan luas wilayah produktif ± 57-58%, sedangkan luas wilayah industri diperkirakan ± 1% dengan penyediaan kawasan industri di tahun 2012-2013 ± 100-150 Ha. Persentase Luas wilayah perkotaan pada tahun 2012-2013 adalah ± 35- 36%.
Untuk wilayah kekeringan yang disebabkan musim kemarau yang panjang, lahan kering atau tidak adanya/kurang saluran irigasi, berdasarkan data dari Dinas Pertanian wilayah kekeringan yang dimaksud adalah Kecamatan Kertajati, Ligung dan Jatitujuh (wilayah utara).
Tabel 2.102.
Indikator Penataan Ruang di Kabupaten Majalengka
Tahun No.
Indikator Penataan Ruang
Satuan
1. Ketaatan terhadap RTRW
99 99 2. Luas wilayah produktif
58 58,5 3. Luas wilayah industri
1,1 1,2 4. Penyediaan kawasan industry
Ha 150 50 5. Luas wilayah kebanjiran
Ha 270 300 6. Luas wilayah kekeringan
- - 7. Luas wilayah perkotaan
Desa
36 37 Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Fasilitas Keuangan, Kabupaten Majalengka memiliki lembaga penunjang perekonomian berupa fasilitas perbankan yang terdiri atas bank umum yaitu Bank Jabar Banten, BRI, BNI, Bank Mandiri, BankPanin, Bank Danamon, Bank BCA, Bank BTPN, Bank OCBC NISP dan BPR. Perkembangan jumlah perbankan di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.103. Perkembangan Jumlah Bank
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Nama Bank
1. BJB 6 6 4 9 9 2. BRI
36 36 36 36 36 3. BNI
2 2 3 3 3 4. MANDIRI
1 1 2 4 6 5. PANIN
7. BCA 1 1 1 1 1 8. OCBC NISP
5 5 7 7 7 Sumber : BPPTPM Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Air bersih, Penggunaan air bersih di Kabupaten Majalengka saat ini berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Penyediaan air bersih dikelola oleh PDAM, pemerintah desa (air bersih pedesaan) dan perorangan (rumah tangga). Pelayanan Air Bersih/Air minum yang dilaksanakan oleH PDAM Majalengka baru mencapai 11 kecamatan, 67 Desa/kelurahan dengan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 108.630 jiwa (9,34 %). Sedangkan jumlah rumah tangga pengguna air bersih sampai dengan tahun 2014 sebesar 313,565 rumah tangga.
Tenaga Listrik, penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila listrik telah menjangkau suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melistriki masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
Tabel 2.104. Penggunaan Listrik
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Persentase Rmah Tangga No.
Ketersediaan Daya
Tahun
Listrik
pengguna Listrik
91,84% Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Tabel 2.105. Penggunaan Telepon
di Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Persentase Rumah Tangga pengguna HP/Telepon
Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Asuransi, Perusahaan asuransi di Kabupaten Majalengka berkembang dengan cukup pesat dengan jenis layanan diantaranya asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dana pensiun sampai asuransi karyawan.
Restoran, ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat daya tarik investasi suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Pengertian restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Sedangkan pengusahaan usaha restoran dan rumah makan adalah penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman kepada tamu sebagai usaha pokok. Walaupun data pastinya belum tersedia tapi secara fisik terlihat jelas bahwa di tahun 2014 banyak bermunculan restoran-restoran baru di wilayah Kabupaten Majalengka yang menunjukan hidupnya aktivitas perekonomian.
Ketersediaan penginapan, ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah,
Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel. Pada tahun 2013 berdasarkan data BPS di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat 9 penginapan.
C. Fokus Iklim Berinvestasi
Iklim investasi yang kondusif di suatu daerah merupakan salah satu daya saing bagi daerah tersebut untuk dapat meningkatkan investasi yang masuk ke daerah tersebut. Iklim investasi diukur antara lain dengan tindak kriminalitas, kemudahan perijinan, perkembangan desa.
Angka Kriminalitas. Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. Data dari Satpol PP Kabupaten Majalengka menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 298 kasus kriminalitas dan seluruhnya tertangani.
Lama Proses Perijinan, dalam rangka meningkatkan investasi Pemerintah Kabupaten Majalengka membuat kebijakan menyederhanakan pelayanan perizinan terpadu untuk memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, transparan, murah dan terjangkau. Dari tabel 2.106 dapat dilihat bahwa proses perijinan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 hanya membutuhkan waktu 7 hari, lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Lama Proses Perijinan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Lama Proses Perijinan (Hari)
Sumber : BPPTPM Kabupaten Majalengka, Tahun 2015 .
Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah. Jumlah pajak dan retribusi daerah pada tahun 2014, yaitu pajak sebanyak 11 macam dan retribusi sebanyak 28 macam dengan harapan pada tahun 2015 masih stabil.
Tabel 2.107. Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
No. Tahun Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah
Pajak : 10 Retribusi : 25
Pajak : 10 Retribusi : 29
Pajak : 10 Retribusi : 29
Pajak : 11 Retribusi : 29
Pajak : 11 Retribusi : 29
Sumber : DPKAD Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usah. Pada tahun 2014 jumlah Perda yang mendukung iklim usaha belum mengalami penambahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Jumlah Perda Yang Mendukung No.
Tahun
Iklim Usaha
Sumber : Setda Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
D. Fokus Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu daerah, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal.
Tingkat Pendidikan Masyarakat, salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat kualitas SDM adalah dengan mengukur tingkat pendidikan masyarakat. Selama periode 2010-2013, hanya sebagian kecil yang berpendidikan Diploma dan Sarjana, walaupun demikian tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Majalengka terus meningkat.
Gambar 2.12. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.
Rasio Ketergantungan, rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Data perkembangan Rasio Ketergantungan/ Angka Beban Tanggungan dapat dilihat pada tabel 2.109. sebagi berikut :
Rasio Ketergantungan/Angka Beban Tanggungan
Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2013
No. Tahun Rasio Ketergantungan (%)
Sumber : Inkesra Kabupaten Majalengka, Tahun 2014.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa trend angka rasio ketergantungan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.