Berdasarkan dari analisa yang sudah diolah di atas, baik karakteristik umur, pendidikan dan pekerjaan sudah di paparkan dengan
transparan, sedang nama dan alamat tidak dapat dipaparkan secara transparan, sebab menyangkut harga diri dan martabat responden, namun
pada data mentah kuesioner dijamin ada.
3. Alasan tidak tercatat sebagai perkawinan poligami
Berdasarkan data-data dari hasil penelitian, baik jawaban dari responden sendiri maupun dari informasi, secara keseluruhannya
menyatakan bahwa sejumlah jawaban dari responden dan informen setelah dibagi rata-rata dari 5 Kecamatan, 87 Desa, 13 Kelurahan
terdapat 195 kepala keluarga poligami KKP bahkan lebih, namun yang dipercayakan hanya pada data responden, dan informen, dalam
melakukan observasi, peneliti melakukan observasi langsung. Kemudian dari jumlah populasi 195 kepala keluarga poligami
KKP juga terdapat di dalamnya 28 kepala keluarga poligami KKP yang tercatat sebagai perkawinan poligami artinya diketahui oleh semua pihak
yang terkait dan ada ijin dari isterinya, sedangkan 167 KKP lagi tidak tercatat sebagai perkawinan poligami tetapi pada waktu pelaksanaan
pernikahannya, si suami menggunakan status jejaka dalam surat keterangan lurah, dalam hal ini terjadi manipulasi administrasi di
Kelurahan. Hal ini disebabkan karena mudahnya untuk membuat KTP di Desa tanpa adanya kejelasan status perkawinan, asalkan seseorang
tersebut mempunyai keluarga dekat atau kenal baik dengan salah satu
Perangkat Desa.
109
Sehingga perkawinan yang dilangsungkan sebagai perkawinan monogami, tetapi perkawinannya sah dan legal atau
administrasinya tercatat secara resmi. Kemudian di dalam praktek, perkawinan tersebut benar-benar
nyata terbukti perkawinan poligami, hal ini dikarenakan ada beberapa alasan berpoligami yang antara lain sebagai berikut :
a. Tabu atau pantang, maksudnya tradisi di Wonosobo secara umum sangat tabu pantang, bagi laki-laki untuk kawin lebih dari satu
isteri dan anak, maka akan menjadi bahan cemoohan. b. Merupakan aib, maksudnya bagi wanita yang sudah bersuami akan
merasa malu dan sedih bila diketahui suaminya menikah lagi, dan merupakan aib di mata masyarakat umum.
c. Secara psychology, alasannya wanita tidak mau dimadu, karena kebanyakan wanita tidak mau tersaingi baik cinta, kasih maupun
sayang. Dengan demikian, perkawinan poligami yang ditemukan, bukan
tidak tercatat atau tidak resmi, tetapi diawali dengan manipulasi administrasi, supaya tujuan untuk menikah tercapai, sehingga secara
umum diketahui namun secara khusus dirahasiakan oleh suami yang berpoligami kepada isteri dan keluarganya. Namun ada juga isteri kedua
yang sudah mengetahui bahwa suaminya sudah mempunyai isteri dan anak, dan ada juga yang memang tidak mengetahui sama sakali.
109
Hasil wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Wonosobo Bp. Khozin tgl 6 Feb 2006
Menurut H.M. Hidayat,
110
Wakil Ketua Pengadilan Agama Wonosobo bahwa apabila isteri pertama atau isteri kedua keberatan
untuk dipoligami, maka dia bisa melakukan pembatalan perkawinan, sesuai dengan Pasal 71 Kompilasi Hukum Islam yaitu suatu perkawinan
dapat dibatalkan apabila, seorang suami melakukan poligami tanpa ijin pengadilan agama dan ijin isteri pertama manipulasi administrasi di
Kelurahan ke Pengadilan Negeri untuk dijatuhi pidana, hal ini diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan UU no 1
Tahun 1974. Penghulu di Kabupaten Wonosobo tidak akan mau untuk
menikahkan poligami yang tanpa ijin dari isteri pertama, kecuali penghulu tersebut tertipu dengan manipulasi administrasi di Kelurahan dengan
status perjaka. Oleh sebab itu untuk mendapatkan jawaban berikutnya dikaji sebab-sebab
terjadinya poligami di Kabupaten Wonosobo.
110
Hasil wawancara dengan wakil ketua Pengadilan Agama Wonosobo HM. Hidayat SH, MH tgl 14 Sep 2005
4. Sebab-sebab terjadinya perkawinan poligami.