proses belajar peserta didik. Bukan sekedar menekankan pengetahuan kognitif pada peserta didik.
- Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah: Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasinya pembelajaran berbasis masalah adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Kedua, aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesakan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilaukan dengan mengunaan pendekatan berpikir secara ilmiah.
- Peranan partisipan dalam pelaksanaan PBL terdiri dibedakan atas peran guru, ketua kelompok, anggota kelompok, dan pencatat.
- Kelebihan pembelajaran model PBL bagi peserta didik antara lain: 1 mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 2 belajar berbagai
peran orang dewasa, dan 3 menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. - Sedangkan kelemahan dalam PBL diantaranya: 1 ada peserta didik yang
engga mencoba memecahkan masalah, 2 waktu persiapan cukup lama, 3 terjadi permasalahan internal kelompok.
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu setrategi pembelajaran yang dapat membawa siswa pada pembentukan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Dengan pendekatan ini memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan
autentik. Pembelajaran berbasis masalah dilakukan secara benar sesuai dengan
prinsip dan karakteristik pembelajaran, maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh siswa setelah pembelajaran berbasis
masalah diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu: 1. Keterampilan
melakukan penelitianpenyelidikan
sebagai dasar
pemecahan masalah secara ilmiah. 2. Perilaku dan keterampilan sosial.
3. Keterampilan belajar mandiri.
Untuk penerapan model pembelajaran PBL mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, hingga penilaian dan evaluasinya
akan dibahas lebih lanjut dalam Kegiatan Pembelajaran-2.
Kegiatan Pembelajaran-2 Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
A. Tujuan
Setelah selesai mempelajari materi yang disajikan di dalam kegiatan pembelajaran-2 ini, diharapkan Anda dapat menjelaskan tahapan-tahapn
dalam melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning, serta menerapkan strategi yang tepat dalam melaksakan PBL terutama yang
diintegrasikan dengan pemanfaatan TIK.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah Anda mempelajari dalam kegiatan pembelajaran-1 ini diharapkan dapat:
1. menjelaskan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan PBL 2. menjelaskan proses persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi PBL
3. menerapkan pelaksanaan PBL terintegrasi pemanfaatan TIK
C. Uraian Materi
Pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah memuat langkah- langkah yang koheren dengan proses pemecahan masalah. Telah dibahas
sebelumnya empat tahap strategi pemecahan masalah dikemukakan Polya 1981 yaitu yaitu: 1 memahami masalah, 2 menyusun rencana
pemecahan, 3 menjalankan rencana pemecahan, 4 menguji kembali penyelesaian yang diperoleh.
PBL
Analyze scenario
List hypotheses
List the known
List the unknown
List what needs to
be done Develop
problem statement
Gather information
Present findings
Reflect
Gambar 2.x. Alur Siklus Problem Based Learning sumber: www.niu.edufacdev
Tahapan Dalam Pelaksanaan Problem Based Learning
Menurut Fogarty, dalam Satyasa 2008 proses pembelajaran dengan pendekatan PBL dijalankan dengan 8 langkah, seperti berikut.
1. Menemukan masalah Peserta didik diberikan masalah yang tidak terdefinisikan secara jelas
ill-defined yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang
pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan
peluang pada peserta didik untuk melakukan penyelidikan. Peserta didik menggunakan kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling
memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji.
2. Mendefinisikan masalah Peserta didik mendefinisikan masalah menggunakan kalimatnya
sendiri. Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Peserta didik membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang
perlu disediakan. Pada langkah ini, peserta didik melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki dalam
memahami dan mendefinisikan masalah. 3. Mengumpulkan fakta-fakta
Peserta didik membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Peserta didik
melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, peserta
didik mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah “apa yang diketahui know”, “apa yang dibutuhkan need to
know”, dan “apa yang dilakukan need to do” untuk menganalisis permasalahan
dan fakta-fakta
yang berhubungan
dengan permasalahan.
4. Menyusun dugaan sementara
Peserta didik menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical.
Peserta didik juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat
hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis.
5. Menyelidiki Peserta didik melakukan penyelidikan terhadap data-data dan
informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Peserta didik melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam
memahami dan
memaknai informasi
dan faktafakta
yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami multiple ways of knowing and understanding dunia
mereka. 6. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan
Peserta didik menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya melalui gambaran nyata yang mereka pahami.
Peserta didik melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah sedapat mungkin menggunakan kata
yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi
yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.
7. Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif Peserta didik berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang
relevan dengan permasalahan. Setiap anggota kelompok secara kolaboratif mulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahan dari
berbagai sudut pandang. Pada tahap ini proses pemecahan masalah berada pada tahap menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan yang
dihasilkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi menjadi mediasi untuk menghimpun
sejumlah alternatif
pemecahan masalah
yang menghasilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara
individual.
8. Menguji solusi permasalahan Peserta didik menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan
permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensif antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik.
Peserta didik menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis,
debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.
Tahap-tahap atau Langkah-langkah PBL Sebagai model pembelajaran, Arends dalam Wardhani 2006:7 mengemukakan ada lima tahap
pembelajaran pada PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang sering juga sering disebut sintaks dari PBL. Lama waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan. Berikut tahapan yang perlu
Anda lakukan apabila menerapkan PBL di kelas:
Tahap Kegiatan
Yang Dilakukan Guru
1. Orientasi peserta didik
pada situasi masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
dibutuhkan untuk menyelesaiakan tugas, memotivasi peserta didik
agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. 2.
Mengorganisasi peserta didik untuk
belajar Membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun
kelompok Mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya
berupa laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya 5.
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
tempuh atau gunakan
Pemanfaatan TIK dalam PBL
Mengapa Anda memilih untuk menerapkan PBL dalam pembelajaran di kelas Anda?
Jawaban Anda biasanya diawali dengan kalimat: karena pembelajaran dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar sudah tidak sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Tentu saja hal tersebut benar. Kemudian ditambah lagi dengan penjelasan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan zaman maka guru harus bisa menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kreatif agar kemampuan peserta didik lebih
berkembang. Salah satu katalisator dalam mencapai tujuan belajar yang lebih baik
tersebut adalah pemanfaatan TIK. Anda perlu mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. TIK menjadi bagian dari strategi pembelajaran. Bukankan
peran guru sekarang ini menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar? Serta dapat memberikan pilihan dan
tanggung jawab yang besar kepada peserta didik untuk mengalami peristiwa belajar Division of Higher Education UNESCO, 2002.
TIK sangat memungkinkan untuk diintegrasikan dalam PBL. Bahkan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada peserta didik. Tentu
saja mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan prinsip berikut ini:
1. Aktif; memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
2. Konstruktif; memungkinkan peserta didik dapat menggabungkan ide- ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk
memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3. Kolaboratif; memungkinkan peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau
pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4. Antusiastik; memungkinkan peserta didik dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana peserta didik memperoleh
keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
6. Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna real-world
melalui pendekatan ”problem- based atau case-based learning
” 7. Reflektif; memungkinkan peserta didik dapat menyadari apa yang telah
ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. Jonassen 1995, dikutip oleh
Norton et al 2001. 8. Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk
berbagai modalitas belajar multisensory, baik audio, visual, maupun kinestetik dePorter et al, 2000.
9. High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti problem solving,
pengambilan keputusan, dll. serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT media literacy” Fryer, 2001.
Berdasarkan karakteristik PBL yaitu: 1 pengajuan pertanyaan atau masalah, 2 berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, 3 penyelidikan
autentik, 4 menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya, dan 5 kolaborasi, maka pelaksanaan PBL akan lebih menarik dan efektif apabila
diintegrasikan dengan TIK. Langkah-langkah dalam PBL dapat melibatkan TIK saat dilaksanakan.
Misalnya untuk pendahuluan di mana guru mengenalkan masalah maka penggunaan TIK akan lebih memberikan pengalaman nyata kepada
peserta didik misalnya melalui tayangan video dibandingkan dengan guru menyampaikan masalah melalui ceramah saja. Kesuksesan PBL
tergantung kemampuan guru dalam menghadapkan peserta didik dengan masalah-masalah realistis sehingga peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan mandiri self directed.
Dalam proses pelaksanaan PBL, penggunaan TIK dapat membantu menyajikan masalah-masalah yang lebih rumit dunia nyata. Misalnya
melalui program simulasi yang berbasis komputer di mana di dalamnya terdapat program berisi masalah yang sengaja dibuat kompleks dan
dibiarkan tidak jelas supaya peserta didik bisa berlatih menyortir informasi yang penting untuk memecahkan masalah dan mengabaikan informasi
yang tidak penting. Pengerjaan simulasi ini bisa dilakukan secara berkelompok.
Gambar 2.x. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran berkelompok sumber:
www.understood.org
Contoh yang dipaparkan di atas adalah pemanfaatan TIK sebagai fasilitas dominan dalam PBL. TIK dapat dimanfaatkan dalam beragam cara untuk
pelaksanaan PBL. Misalnya untuk memfasilitasi proses pencarian referensi pemecahan masalah, menjadi alat bantu mempermudah komunikasi
dengan sesama anggota kelompok, dan sebagainya. TIK dapat digunakan untuk proses belajar mandiri maupun untuk pembelajaran kolaboratif,
Selanjutnya pada tahap penyajian hasil pemecahan masalah, TIK dapat memberikan hasil lebih. Contoh paling mudah adalah penggunaan aplikasi
presentasi.
Gambar 2.x. Peserta didik mempresentasikan hasil tugas kelompoknya sumber:
www.ethicsed.org Sekarang Anda menjadi lebih memiliki gambaran yang lebih jelas untuk
menerapkan PBL di kelas, bukan? Selanjutnya
Anda perlu
mempersiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran
RPP untuk
model pembelajaran
PBL yang
mengintegrasikan TIK. Pendekatan Anda dalam mengintegrasikan TIK ke dalam RPP ada dua macam, yaitu:
1. Pendekatan Idealis Langkah penyusunan RPP dengan pendekatan idealis adalah dengan
cara: a. menentukan topik;
b. menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan c. menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK
seperti modul, LKS, program audio, VCDDVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan
asinkronous lainnya yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
2. Pendekatan Pragmatis Sedangkan langkah penyusunan RPP dengan pendekatan pragmatis
adalah dengan cara berikut: a. mengidentifikasi TIK seperti buku, modul, LKS, program audio,
VCDDVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya yang ada atau
mungkin bisa dilakukan atau digunakan. b. memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK
tersebut. c. merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk
mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.
Sepertinya pendekatan yang tepat untuk menyusun RPP model PBL adalah dengan pendekatan idealis. Karena Anda sudah idak perlu
menetapkan strategi pembelajaran. Anda sudah menetapkan akan menggunakan model PBL, jadi pendekatan yang lebih tepat adalah dengan
menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran kemudian diikuti dengan aktivitas pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai untuk kebutuhan
pemecahan massalah. Pengintegrasian TIK dapat dimasukkan dalam kegiatan awal pembuka, kegiatan inti, hingga kegiatan penutup termasuk
untuk penilaian dan evaluasi. Bagaimana, apakah Anda setuju atau Anda memiliki ide lain?
Persiapan
Perencanaan yang dilakukan guru akan memudahkan pelaksanaan berbagai tahap kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan yang
diinginkan, antara lain sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan pembelajaran
Guru menetapkan tujuan pada saat perencanaan dan tujuan itu dikomunikasikan dengan jelas kepada peserta didik pada tahap
berinteraksi.
b. Merancang situasi masalah yang sesuai
Hal penting yang harus dilakukan guru adalah adalah merancang situasi masalah yang sesuai dan merencanakan cara-cara untuk
memberi kemudahan bagi peserta didik dalam melaksanakan proses perencanaan penyelesaian masalah. Situasi masalah yang baik
memenuhi lima kriteria, yaitu: 1 Masalah harus autentik, artinya masalah harus lebih berakar pada
dunia nyata daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu
2 Masalah seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan dapat menghadapkan peserta didik pada suatu makna misteri atau teka-
teki, hal tersebut akan mencegah jawaban sederhana dan dapat menimbulkan adanya alternatif pemecahan yang masing-masing
alternatif memiliki kekuatan dan kelemahan. 3 Masalah hendaknya bermakna bagi peserta didik dan sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektual mereka, artinya masalah yang diberikan terjangkau oleh pikiran peserta didik dan modal
dasar untuk menyelesaikan masalah sudah dimiliki peserta didik. 4 Masalah hendaknya cukup luas untuk memungkinkan guru
menggarap tujuan pembelajaran mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat layaknya pelajaran dalam waktu, tempat
dan sumber daya yang terbatas. 5 Masalah hendaknya efisien dan efektif bila diselesaikan secara
kelompok, artinya masalah itu memang layak dikerjakan dalam kelompok dan dengan dilaksanakan dalam kelompok akan lebih
lancar dibandingkan kalau dilaksanakan secara individu, bukan sebaliknya.
c. Mengorganisasi sumberdaya dan rencana logistik
Dalam hal ini tugas guru adalah mengorganisasi sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan peserta didik. Guru
bertanggung jawab dalam memasok bahan yang diperlukan dalam kegiatan. Bila bahan yang dibutuhkan tersedia di sekolah maka tugas
perencanaan yang utama oleh guru adalah mengumpulkan bahan- bahan tersebut dan menyediakan bahan tersebut untuk peserta didik.
d. Merancang teknik dan prosedur penilaian hasil belajar yang akan diterapkan
Teknik dan prosedur penilaian yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran ini tidak terlepas dari tujuan pembelajaran dan tuntutan
kemampuan dalam penyelesaian masalah yang tercermin pada materi masalah yang akan diselesaikan. Untuk itu, hal yang harus
diperhatikan adalah tentang teknik penilaian dalam PBL, teknik penilaian manakah yang relevan untuk diterapkan dalam PBL. Apakah
penilaian kinerja peserta didik? Apakah penilaian portofolio? Apakah penilaian potensi belajar? Apakah penilaian afektif atau sikap?
Ataukah penilaian usaha kelompok? Dalam pelaksanaannya, PBL merupakan bagian dari integrasi kurikulum
yang menggunakan pendekatan sistem. Sebuah pembelajaran dapat dirancang dengan dengan memasukkan metode pembelajaran termasuk
PBL untuk mencapai hasil belajar berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap.
PBL akan berhasil apabila Anda menyusun skenario yang baik. Skenario pembelajaran ini harus dapat memandu peserta didik untuk mengarah
pada area belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut ini panduan dalam menyusun skenario pembelajaran yang dapat
dituangkan dalam bentuk RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: a. Tujuan pembelajaran harus jelas dan konsisten dengan materi yang
akan disampaikan
b. Permasalahan harus
sesuai dengan
kurikulum dan
tingkat pemahaman peserta didik atau sesuai dengan kehidupan keseharian
mereka. c. Skenario harus berisi unsur intrinsic yang menarik bagi peserta didik
atau relevan bagi masa depannya d. Permasalahan harus bersifat terbuka sehingga tersedia beragam
alternatif penyelesaian e. Skenario harus menarik peserta didik untuk berpartisipasi dalam
mencari informasi dari beragam sumber belajar f.
Integrasikan pemanfaatan TIK dalam PBL baik untuk bahan apersepsi, maupun untuk digunakan peserta didik dalam mencari referensi
pemecahan masalah, atau untuk mempresentasikan hasil dari proses pencarian solusi.
Contoh-contoh materi untuk men-trigger peserta didik dalam skenario PBL: a. Data hasil percobaan
b. Foto-foto c. Video
d. Artikel koran e. Artikel dalam jurnal saintifik
f. Kasus nyata atau simulasi
Saat menentukan tujuan pembelajaran dalam PBL, Anda memiliki dua jenis tujuan pembelajaran, yaitu 1 tujuan pengetahuan kognitif terkait materi
yang dipelajari, dan 2 tujuan pengembangan keterampilan pemecahan masalah dan belajar mandiri. Kemampuan pemecahan masalah dan
pembelajaran mandiri adalah tujuan jangka panjang, dan peserta didik memerlukan pegalaman terus menerus untuk mencapai tujuan tersebut.
Mengatakan bahwa peserta didik yang terlibat dalam PBL memerlukan satu masalah untuk dipecahkan adalah seperti mengatakan bahwa atlet
memerlukan bola basket jika mereka ingin belajar bagaimana bermain bola
Dalam tahap Persiapan ini, tuangkan rencana pelaksanaan PBL Anda dalam bentuk RPP
basket. Akan tetapi, Anda tentu tahu bahwa sekedar memiliki bola basket tidak memastikan atlet menjadi pemain yang andal. Maka demikian juga
mendapatkan masalah tidak memastikan peserta didik akan menjadi pemecah masalah yang andal. Lalu masalah bagaimana yang sebaiknya
diberikan kepada peserta didik? Sebelum Anda memilih masalah yang akan diberikan, Anda perlu
mengenali karakteristik peserta didik Anda terlebih dulu. Kemudian utamakan untuk memilih masalah yang paling dekat dengan keseharian
peserta didik. Pastikan peserta didik Anda memiliki pengetahuan awal yang cukup terkait masalah tersebut.
Selanjutnya rencanakan pula mengenai akses materi. Ketersediaan bahan belajar untuk memecahkan masalah perlu dipersiapkan. Anda perlu
mengingat ada berapa kelompok yang Anda bentuk, ketersediaan waktu belajar, dan sebagainya. Setelah mengidentifikasi topik, menentukan tujuan
pembelajaran, memilih masalah, dan mengakses materi-materi yang diperlukan, Anda kini siap untuk menerapkan PBL di kelas Anda.
Penerapan
sumber: Modul Pembelajaran Berbasis Masalah di SD, PPPPTK Matematika Kemdiknas 2010
Seperti yang telah disebtkan di atas, penerapan PBL hadir dalam dua level yaitu: yang pertama peserta didik harus memecahkan satu masalah
spesifik dan memahami materi yang terkait, dan kedua peserta didik harus mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan menjadi peserta
didik yang mandiri. Untuk membantu peserta didik memenuhi tujuan-tujuan ini, pembelajaran dengan model PBL dilaksanakan dalam empat fase,
yaitu: 1. Fase mereview dan menyajikan masalah
Penerapan PBL dimulai saat Anda mereview pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan kemudian menyajikan
masalah itu sendiri. Sebagian besar pengalaman peserta didik biasanya berkutat pada masalah yang terdefinisikan dengan jelas well-
defined, yaitu masalah-masalah dengan satu solusi yang benar dan metode tertentu untuk menemukannya Mayer Wittrock, 2006.
Nyaris semua soal cerita yang dijumpai peserta didik di dalam buku matematika mereka sudah didefinisikan dengan jelas. Sedangkan
sebagian besar masalah yang kita jumpai di dunia nyata adalah masalah yang tidak terdefinisikan dengan jelas ill-defined, yaitu
masalah-masalah dengan lebih dari satu solusi, tujuan yang bercabang, dan tidak ada strategi pasti untuk mencapai solusi Mayer Wittrock,
2006. Untuk pelaksanaan PBL, akan lebih tepat bila menggunakan masalah
yang ill-defined. Pada fase ini Anda juga mulai membentuk kelompok peserta didik.
2. Fase menyusun strategi Dalam fase ini peserta didik menyusun strategi pemecahan masalah.
Anda juga harus siap memberikan bimbingan dengan tetap mempertimbangkan durasi waktu dan strategi pembimbingan sehingga
peserta didik lebih kreatif mencari pemecahan masalah. Setelah kelompok-kelompok menentukan strategi, Anda dapat segera
meminta mereka untuk berusaha memecahkan masalah. Atau, Anda
bisa mengumpulkan kembali seluruh kelas dan meminta masing- masing kelompok untuk melaporkan strategi mereka agar mendapatkan
umpan balik dari teman sekelas. 3. Fase menerapkan strategi
Pada fase ini, peserta didik menerapkan strategi kelompok mereka. Ada kalanya proses tidak berjalan lancar sehingga Anda harus
memberikan sokongan scaffolding, dukungan pembelajaran yang membantu peserta didik menyelesaikan tugas-tugas yang tidak mampu
mereka pecahkan sendiri Puntambekar Hubscher, 2005. Bentuk sokongan yang paling umum adalah memberikan pertanyaan yang
memandu. 4. Fase membahas dan mengevaluasi hasil
Dalam fase ini Anda meminta peserta didik untuk menilai kesahihan solusi mereka. Anda dapat meluruskan kekeliruan pengertian yang
mungkin terjadi. Namun Anda bukannya bersikap bahwa satu-satunya pemecahan solusi Anda-lah yang paling benar. Proses setiap individu
dan kelompok hingga menemukan solusi pemecahan masalah menjadi poin penting pembelajaran dengan model PBL.
Penilaian dan Evaluasi
Penilaian pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik merupakan bagian yang utuh dengan pembelajaran itu sendiri. Bertolak dari
pandangan ini dan mencermati tahapan yang harus dilalui peserta didik dalam belajar dengan model PBL, maka penilaian PBL dilaksanakan
secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Oleh karenanya, penilaian pem
belajaran dilaksanakan secara nyata dan autentik. O’Malley dan Pierce dalam Satyasa 2008, mendefinisikan authentic assesment
sebagai bentuk penilaian di kelas yang mencerminkan proses belajar, hasil belajar, motivasi, dan sikap terhadap kegiatan pembelajaran yang relevan.
Lebih lanjut dikemukakan tentang penilaian yang relevan dalam PBL antara lain:
a. Penilaian kinerja peserta didik
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu,
seperti: menulis
karangan, melakukan
suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
b. Portofolio peserta didik
Portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan- pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar
dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dengan portfolio dapat dipakai untuk penilaian
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri self-assessment dan
peer-assessment. Self-assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil
pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer-assessment adalah
penilaian dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya. Portofolio peserta didik adalah hasil karya peserta didik yang
didokumentasi secara sistematis. Hasil karya yang dapat dimasukkan sebagai portofolio peserta didik misalnya adalah contoh artefak, artikel
jurnal, refleksi yang mewakili apa yang telah dilakukan peserta didik pada setiap mata pelajaran. Portofolio tidak hanya berfungsi sebagai
alat penilaian tetapi juga sebagai alat untuk membantu peserta didik melakukan refleksi diri tentang apa yang telah dan belum berhasil
dipelajarinya.
c. Penilaian potensi belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik, yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan
bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju. Hal itu merupakan pengaruh dari ide Vigostsky tentang ZPD Zone Proximal
Development atau zona perkembangan terdekat, yaitu bahwa pada dasarnya peserta didik dapat mengerjakan tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu
. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan
masalah memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi dan kesiapan belajarnya.
d. Penilaian usaha kelompok
Menilai usaha kelompok seperti yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok
mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Contoh pelaksanaan pembelajaran model PBL:
Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan ini, guru melaksanakan tahap 1 model
PBL yaitu: mengorientasikan peserta didik pada situasi masalah.
Pada tahap ini yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut. a. Guru mengkomunikasikan tujuan belajar, yaitu peserta didik
dapat mendiskusikan masalah dan alternatif pemecahannya dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai oleh tiap peserta
didik, yaitu peserta didik akan dapat menjumlahkan 2 pecahan yang berpenyebut sama.
b. Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh, yaitu mendiskusikan masalah dan alternatif pemecahannya dan
presentasi laporan hasil pelaksanaan tugas. c. Guru mengingatkan hakekat tugas yang harus dilaksanakan oleh
tiap kelompok, yaitu menyajikan situasi masalah prosedur yang jelas dan melibatkan peserta didik dalam identifikasi masalah.
Kegiatan Inti Pada kegiatan inti ini, guru melaksanakan tahap 2, 3, dan 4 model
PBL. Pada tahap 2: Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut: a. Peserta didik dan guru membuat kesepakatan tentang
carateknik, waktu dan aturan penilaian dalam kegiatan
presentasi laporan. b. Mengembangkan keterampilan kolaborasi antar peserta didik
dalam kegiatan penyelidikan dengan kegiatan penyelidikan perlu dilakukan
secara bersama.
Untuk itu,
guru perlu
mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik.
c. Peserta didik
bekerja dalam
kelompok menyelesaikan
permasalahan yang diajukan guru. Guru perlu mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan
penyelidikan, dan semua penyelidikan akan menghasilkan penyelesaian masalah umum yang telah dipilih atau ditetapkan
oleh guru dan peserta didik. Jika tugas penyelidikan dirasa sulit bagi peserta didik, maka tugas guru adalah membantu peserta
didik menghubungkan tugas dan aktivitas penyelidikan.
Pada tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok. yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut: a. Teknik penyelidikan dalam rangka memecahkan masalah dapat
dilakukan secara kelompok kecil. Pada intinya kegiatan penyelidikan mencakup: pengumpulan data apa yang diketahui,
apa yang ditanyakan, dan bagaimana langkah pemecahannya. b. Guru memberi kesempatan luas kepada peserta didik untuk
berfikir dan bertindak menurut cara masing-masing dan guru berperan sebagai fasilitator.
c. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu peserta didik yang memerlukan bantuan.
Pada tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, hal
yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai berikut. a. Secara
kelompok peserta
didik mempresentasikan
hasil pelaksanaan tugas atau hasil pekerjaanpenyelesaian masalah
dan alasan atas jawaban permasalahan di depan kelas. Dengan bimbingan
guru, kelompok
lain menanggapi
atau
mengkomunikasikan tugas presentasi laporan atau hasil kerja kelompok yang mendapat tugas.
b. Guru memberi penguatan terhadap jawaban peserta didik, yaitu dengan mengacu pada jawaban peserta didik dan melalui tanya
jawab membahas penyelesaian masalah yang seharusnya.
Berikut ini akan dikemukakan alternatif jawaban peserta didik
dalam kelompok terkait dengan permasalahan yang diajukan guru.
c. Peserta didik dan guru menyimpulkan garis besar isi hasil pelaksanaan kegiatan tiap kelompok.
d. Mengacu pada penyelesaian jawaban peserta didik, guru dan peserta didik membuat penegasan atau kesimpulan cara. Pada
langkah ini,
peserta didik
dalam kelompok
disuruh mengumpulkan bentuk-bentuk informasi yang mendukung.
Penutup Pada kegiatan penutup ini, guru melaksanakan tahap 5 model PBL.
Pada tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yang perlu dilakukan guru adalah sebagai berikut:
a. Guru dan peserta didik membuat penegasan atau kesimpulan cara menentukan hasil.
b. Dengan bimbingan guru, secara kelompok peserta didik mengkomunikasikan pengalamannya dalam melaksanakan tugas
dan mengevaluasi kinerja masing-masing, sebagai refleksi selama mengikuti pembelajaran.
c. Peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
D. Latihan