PEMBERIAN GANTI KERUGIAN TERHADAP MASYARAKAT

masyarakat kapitalistik. Banyak masyarakat Indonesia, baik petani maupun bangsawan, memaknai tanah sebagai simbol status sosial. Untuk mendapatkan nilai kompensasi yang ideal dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, maka tim penilai ahli yang independen dan kompeten perlu memperhitungkan secara detail dan jelas, baik fisik maupun nonfisik dengan standar perhitungan yang baku.

C. PEMBERIAN GANTI KERUGIAN TERHADAP MASYARAKAT

ATAS PENGADAAN TANAH Pembangunan Nasional khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum, memerlukan bidang tanah yang cukup luas dan untuk itu pelaksanaannya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah. Pelaksanaan pengadaan tanah berarti harus mengakhiri hak atas tanah. Berakhirnya hak atas tanah salah satunya melalui pembebasan dan pelepasan hak atas tanah. Upaya pelepasah hak atas tanah ini tentunya harus dilandasi oleh kesepakatan dengan masyarakat sebagai pemilik tanah. Masyarakat menyerahkan tanahnya kepada pemerintah demi pembangunan nasional dengan syarat bahwa pemerintah harus memberikan ganti rugi yang sepadan kepada masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU Nomor 2 Tahun 2012, yang dimaksud dengan ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Masalah ganti kerugian menjadi komponen yang paling sensitif dalam proses pengadaan tanah. Pembebasan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian sering kali menjadi proses yang panjang dan berlarut- larut time consuming akibat tidak adanya kesepakatan di antara para pihak yang bersangkutan. Bentuk ganti kerugian yang ditawarkan seharusnya tidak hanya ganti kerugian fisik yang hilang, tetapi juga harus menghitung ganti kerugian non fisik seperti pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dipindahkan kelokasi yang baru. Sepatutnya pemberian ganti kerugian tersebut harus tidak membawa dampak kerugian kepada pemegang hak atas tanah yang kehilangan haknya tersebut melainkan membawa dampak pada tingkat kehidupan yang lebih baik atau minimal sama pada waktu sebelum terjadinya kegiatan pembangunan. 60 Sebelum penentuan pemberian ganti kerugian para pihak akan melakukan musyawarah tentang penetapan ganti kerugian. Musyawarah akan dilakukan paling lama selama 30 tiga puluh hari kerja dengan mengikutsertakan instansi yang memerlukan tanah. Apabila pihak yang berhak berhalangan hadir dalam musyawarah, dapat memberikan kuasa kepada : a. Seorang dengan hubungan darah ke atas, ke bawah atau ke samping sampai derajat kedua atau suamiistri bagi pihak yang berhak berstatus perorangan; b. Seseorang yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan anggaran dasar bagi pihak yang berhak berstatus badan hukum; atau 60 Ibid., hal. 173. c. Pihak yang berhak lainnya. Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak yang dituangkan dalam berita acara kesepakatan yang memuat: a. Pihak yang berhak yang hadir atau kuasanya, yang setuju beserta bentuk ganti kerugian yang disepakati; b. Pihak yang berhak yang hadir atau kuasanya, yang tidak setuju, dan c. Pihak yang berhak yang tidak hadir dan tidak memberikan kuasa. Berita acara tersebut ditandatangani oleh Pelaksana Pengadaan Tanah dan Pihak yang Berhak atau kuasanya. Dalam hal tidak terdapat kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja sejak ditandatanganinya berita acara hasil musyawarah. Hal yang sama juga diatur dalam UU No. 2 tahun 2012 yang mana pengadilan akan memutus bentuk danatau besarnya ganti kerugian yang akan diberikan. Sesuai dengan ketentuan UU No. 2 tahun 2012 maupun Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk : a. Uang; b. Tanah pengganti; c. Permukiman kembali; d. Kepemilikan saham; atau e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Bentuk ganti kerugian ini baik berdiri sendiri maupun gabungan dari beberapa bentuk ganti kerugian, diberikan sesuai dengan nilai ganti kerugian yang nominalnya sama dengan nilai yang ditetapkan oleh penilai. Dalam setiap musyawarah penetuan ganti kerugian yang dilakukan oleh para pihak, pemberian ganti rugi lebih mengutamakan pemberian ganti rugi dalam bentuk uang. Pada saat pemerian ganti kerugian pihak yang berhak menerima ganti kerugian wajib untuk melakukan pelepasan hak dan menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah melalui lembaga pertanahan. Pemberian ganti kerugian dalam bentuk uang dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah berdasarkan validasi dari ketua pelaksana pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk. Pemberian ganti kerugian ini dilaksanakan bersamaan dengan pelepasan hak oleh pihak yang berhak dalam waktu paling lama 7 tujuh hari kerja sejak penetapan bentuk ganti kerugian oleh Pelaksana Pengadaan Tanah. 61 Ganti kerugian dalam bentuk tanah pengganti diberikan oleh instansi yang memerlukan melalui Pelaksana Pengadaan Tanah setelah mendapat permintaan tertulis dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Tanah pengganti tersebut diberikan untuk dan atas nama pihak yang berhak. Penyediaan terhadap tanah pengganti ini dilakukan melalui jual beli atau cara lain yang telah disepakati 61 Perpres No. 712012 Pasal 76 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan ganti kerugian dengan memberikan tanah pengganti dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak oleh pihak yang berhak tanpa menunggu tersedianya tanah pengganti dan selama proses penyediaan tanah pengganti dana penyediaan tanah pengganti, dititipkan pada bank oleh dan atas nama instansi yang memerlukan tanah. Pelaksanaan penyediaan tanah pengganti ini dilakukan paling lama 6 enam bulan sejak penetapan bentuk ganti kerugian oleh Pelaksana Pengadaan Tanah. 62 Pemberian ganti kerugian dalam bentuk permukiman kembali dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah setelah mendapat permintaan tertulis dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dan diberikan untuk dan atas nama pihak yang berhak. Pemberian ganti kerugian ini dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak atas tanah oleh pihak yang berhak tanpa menunggu selesainya pembangunan permukiman kembali. Selama proses pemberian ganti kerugian dalam bentuk permukiman kembali ini dana penyediaan permukiman kembali dititipkan kepada bank oleh dan atas nama instansi yang memerlukan tanah dan pelaksanaannya dilakukan paling lama 1 satu tahun sejak penetapan ganti kerugian. 63 Pemberian ganti kerugian dalam bentuk kepemilikan saham diberikan oleh Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perusahaan terbuka dan mendapat penugasan khusus dari pemerintah. Kepemilikan saham dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak yang berhak dengan Badan Usaha Milik Negara dan 62 Ibid, Pasal 77 63 Ibid, Pasal 78 pemberian ganti kerugiannya dilakukan bersamaan dengan pelepasan hak oleh pihak yang berhak. 64 Ganti kerugian tidak diberikan terhadap pelepasan hak objek pengadaan tanah yang dimiliki dikuasai Pemerintah Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Daerah kecuali: 65 a. Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan; b. Objek pengadaan tanah yang dimilikidikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Daerah; danatau c. Objek pengadaan tanah kas desa. Setiap bentuk pemberian ganti kerugian harus dibuat dalam berita acara pemberian ganti kerugian dan dilampiri dengan daftar pihak yang berhak penerima ganti kerugian, bentuk dan besarnya ganti kerugian yang telah diberikan, daftar dan bukti pembayaran kwitansi, dan berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah. Dalam suatu keadaan yang khusus, Pasal 84 Perpres Nomor 71 Tahun 2012 pihak yang berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada instansi yang memerlukan tanah dan pengalihan hak atas tanah ini terhitung sejak ditetapkannya lokasi pembangunan untuk kepentingan umum sampai ditetapkannya nilai ganti kerugian oleh tim penilai. Dalam hal pihak yang berhak 64 Ibid, Pasal 80 65 Ibid, Pasal 82 memerlukan ganti kerugian dalam keadaan yang mendesak pelaksana pengadaan tanah memprioritaskan pemberian ganti kerugian sebesar maksimal 25 dua puluh lima persen dari perkiraan ganti kerugian yang didasarkan atas Nilai Jual Objek Pajak tahun sebelumnya dan sisanya akan diberikan setelah ditetapkannya hasil penilaian dari penilai atau nilai yang sudah ditetapkan oleh putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Penitipan ganti kerugian dalam pelaksanaan pengadaan tanah, instansi yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penitipan ganti kerugian kepada Ketua Pengadilan Negeri pada wilayah lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Penitipan ganti kerugian ini dilakukan dalam hal: a. Pihak yang berhak menolak bentuk danatau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengajukan keberatan ke pengadilan; b. Pihak yang berhak menolak bentuk danatau besarnya ganti kerugian berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Mahkamah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; c. Pihak yang berhak tidak diketahui keberadaannya; atau d. Objek pengadaan tanah yang diberikan ganti kerugian berupa : 1 Sedang menjadi objek perkara di Pengadilan; 2 Masih dipersengketakan kepemilikannya; 3 Diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau 4 Menjadi jaminan di bank. Akan tetapi apabila pihak yang berhak menolak bentuk danatau besarnya ganti kerugian dan tidak mengajukan keberatan, maka ganti kerugian dapat dilakukan dengan diambil oleh pihak yang berhak setiap saat dengan surat pengantar dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Dan apabila pihak yang berhak tidak diketahui keberadaannya, maka pelaksana pengadaan tanah memberitahukan kepada kepada caman dan lurahkepala desa atau nama lainnya secara tertulis. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN