Kemanusiaan dalam Dimensi Religius dan Dimensi Sosial

Penulis memahami kemanusiaan dalam sosiologi agama sebagai dua dimensi dunia, yaitu dimensi dunia religius dan dimensi dunia sosial. Kemanusiaan terdiri dari dua ruang lingkup dan dua sisi. Pemisahan dunia religius dan dunia sosial bertujuan memahami karakteristik kemanusiaan dari kedua sudut pandang. Prinsip Agama dan masyarakat bahwa agama dalam masyarakat adalah fakta sosial, dan nilai-nilai keagamaan mempengaruhi eksistensi masyarakat. Dua bentuk diskursus sosiologi agama adalah normatif dan empiris. Normatif mengikuti teori-teori sosial seperti contoh teori Karl Marx, Emile Dhurkeim, Max Weber, dan empiris dipahami melalui fakta sosial, ekspresi agama, praktis agama, implikasi, inter-relasi pendekatan geografik, tematik, demografi, dan motivasi keagamaan. Relasi antara edukasi dan agama adalah signifikan dalam sosiologi agama: “ the connection between education and religious preferences and choices is of continuing importa nce for sociologists of religion ” . 2

2.2.1. Kemanusiaan dalam Dimensi Religius dan Dimensi Sosial

Metode pendekatan memahami kemanusiaan dalam dunia keagamaan melalui jalur fenomenologi agama. Penelitian fenomenologi agama menyelidiki tradisi keagamaan. Hasil penyelidikan mencatat tradisi keagamaan adalah plural. Realitas plural keagamaan melalui dialektika fenomenologi, dan berfungsi untuk memahami perbedaan dimensi setiap keagamaan dalam pandangan dunia agama. Penulis mengikuti pendapat Ninian Smart dalam tujuh dimensi agama: “ 1 the ritual or practical dimension, 2 the doctrinal or philosophical dimension, 3 the mythic or narrative dimension, 4 the experiential or emotional dimension, 2 Ole Preben Rii s, “Methodology in Sociology of Religion” dalam The Oxford Handbook of The Sociology of Religion, Peter B. Clarke ed. Oxford: Oxford University Press, 2009, 231. 5 the ethical or legal dimension, 6 the organizational or socia l component, 7 the material or artistic dimension ”. 3 Pertama, ritual sebagai dimensi praktis berada dalam kegiatan seperti penyembahan, meditasi, ziarah, pengorbanan, ritus, sakramen, dan aktivitas penyembuhan. Kedua, doktrin sebagai dimensi filosofi berfungsi membantu individu memahami ajaran agama, dan eksistensi doktrin. Contoh doktrin kefanaan dalam tradisi Buddha. Ketiga, mite sebagai dimensi naratif melalui cerita agama, dan histori tradisi agama. Contoh cerita kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam iman Kristen. Keempat, pengalaman sebagai dimensi emosional adalah signifikan dalam sejarah agama, karena pengalaman bersifat visioner dan meditatif. Contoh pencerahan dalam Buddha, visi nabi Muhammad dalam Islam, dan konversi Paulus dalam Kristen. Kelima, etika sebagai dimensi legal dalam bentuk imperatif seperti contoh perintah taurat dalam Yahudi ortodoks, dan syariat dalam Islam. Perkembangan etika sebagai dimensi legal dalam nasional modern terdapat dalam norma sipil dan aturan di sekolah. Keenam, organisasi sebagai komponen sosial dalam spesialis agama seperti para imam, guru, rabi. Ketujuh, material sebagai dimensi artistik berada dalam paham seni bangunan ibadah seperti gereja, dan masjid. Pendapat Armin W. Geertz perihal studi agama: “ The study of religion is a theoretical project, exploring an academic construction called „religion‟, which is informed by empirical evidence perceived in terms of a whole range of ideas and assumptions. Religious ideas are connected to human emotional systems. Religious ideas are primarily a function of the social mind. Religion is not a cognitive illusion as such ”. 4 3 Ninian Smart, Dimensions of Sacred: An Anatomy of the World‟s Beliefs California: University of California Press, 1996, 10-11. 4 Armin W. Geertz,, “Cognitive Approaches to Study of Religion” dalam New Approa ches to The Study of Religion, Peter Antes ed. Berlin: Walter de Gruyter, 2004, 347. Aspek fundamental kognisi manusia adalah kesadaran, representasi, simbol, bahasa dan . emosi. Lima tema kognisi dalam studi sosiologi agama adalah pertama, origins dan evolutions ; kedua, kesadaran dan pribadi; ketiga, naratif, kognisi, dan budaya; keempat, linguistik kognisi; dan kelima, ritual dan kognisi. Orisinal dan evolusi adalah evolusi kognisi dan budaya manusia sebagai contoh penelitian Merlin Donald dalam Origins of Modern Mind adalah tiga fase transisi Homo Erectus repsentasi mimetik ritual menari, dan gestur drama; Homo Sapiens : bahasa, budaya mite myth ; mistik ke teori; evolusi biologi manusia. Penelitian Terrence W. Deacon mengenai neurobiologi adalah seksual reproduksi; seleksi seksual dan ritualisasi, perkawinan sebagai komunikasi simbolik. Demonstrasi simbol sebagai fungsi agama adalah menjelaskan dunia jahat dan penderitaan; ancaman kematian; keteraturan sosial moral masyarakat; ilusi. Kesadaran dan pribadi: neural mapping : pikiran, pribadi, memori, sejarah, dan dunia. Agama dalam fase masyarakat nomadik: agama berintegrasi dalam kelompok kekerabatan kinship . Ciri-ciri Agama fase nomadik adalah kekuatan simbol-simbol. 5 Agama dalam fase masyarakat agraris: Ciri-ciri kepercayaan masyarakat agraris adalah pemahaman konsep supernatural. Mitologi sebagai nilai dan moral berasal dari supernatural. Konsep Panteisme ajaran menyamakan Tuhan dengan kekuatan dan hukum alam; penyembahan kepada semua Dewa dari berbagai kepercayaan. Ritual masyarakat agraris berdasar kalender, dan klerus golongan rohaniwan sebagai kontrol ekonomi ritualisasi. 6 Keagamaan masyarakat agraris terdiri dari kelompok sosial. kelompok sosial merupakan sejumlah orang hidup bersama dalam suatu area tertentu secara permanen memiliki seperangkat tatanan norma, nilai, dan harapan sama dan secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Berikut pernyataan Pippa Norris: “ in the agrarian societies, religiosity was strong and broadly 5 Jonathan H. Turner, Theoretical Principles of Sociology vol.1 New York: Springer, 2010, 231. 6 Jonathan H. Turner Alexandra Maryanski, On The Otigin of Societies by Natural Selection New York: Paradigm Publishers, 2008, 233. distributed across most social groups by gender, age, work status, income, and marital status ”. 7 Agama dalam fase masyarakat Industri: ciri-ciri agama fase industri adalah pemisahan antara supernatural dan natural. Agama bersifat universal, dan sekularisasi menciptakan ideologi- ideologi baru seperti: agama masyarakat “ civil religions ”, nasionalisme, kapitalisme, dan humanisme. 8 Dimensi dunia sosial: kultur sebagai konstitusi subjektif dan tindakan manusia, seperti kultur agraris. Di satu sisi, kultur adalah pemahaman umum seperti hukum pernikahan, dan doktrin agama dalam sebuah masyarakat. Kultur dalam pikiran kolektif sosial berada pada bahasa, kepercayaan, dan nilai suatu komunitas. John Scott memahami kultur sebagai mentalitas kolektif: culture as collective mentality . 9 2.3. Kemanusiaan dalam Multi-Definisi 2.3.1. Terminologi Kemanusiaan