Jasa Laundry 1.Pengertian Jasa Laundry

4. Jasa Laundry 4.1.Pengertian Jasa Laundry

Pengertian jasa (service) adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi

jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. 73 Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output

selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak

berwujud bagi pembeli pertamanya. 74

73 Oka A. Yoeti, Psikology Pelayanan Wisata, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal. 107.

74 N.H.T. Siahaan, Op.Cit., hal.69.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Suatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen;

b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik;

c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan;

d. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan penggunaan jasa. Jasa merupakan suatu fenomena yang rumit. Kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu hanya berupa layanan dari seseorang kepada orang lain, bisa juga diartikan sebagai mulai dari pelayanan yang diberikan oleh manusia, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat, yang hanya bisa dirasakan sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam perjanjian jasa dan benda-benda lainnya.

Menurut Richard Sihite dalam bukunya Laundry and Dry Cleaning mengartikan Laundry yaitu proses pencucian menggunakan media pembasahannya dengan air, dalam arti bahwa teksit tersebut akan

basah terkena air. 75 Istilah laundry sendiri merupakan alih bahasa dari Inggris yang

artinya penatu, binatu, pakaian kotor, cucian. Sementara terdapat istilah lain

75 Richard Sihite, Laundry and Dry Cleaning, PT. SIC, Surabaya, 2000, hal. 20.

seperti, Launder; mencuci, Laundered; menyuruh mencuci, Laudress; tukang cuci.

Jasa Laundry merupakan salah satu pelayanan jasa di bidang cuci mencuci pakaian, boneka, selimut, dan lain-lain. Pelanggan bisa memakai jasa tersebut dengan memilih jenis cucian yang telah ditetapkan harga oleh pihak penyedia jasa dan waktu lama cucian biasanya ditentukan oleh penyedia dengan batas minimal dan maksimal selesainya cucian yang dipesan oleh pelanggan.

4.2. Jenis Laundry

Jenis-jenis laundry ada 7 macam yaitu: 76

a. Jasa Laundry Kiloan (perorangan/keluarga) :

Paket laundry kiloan ini terdiri dari pelayan lengkap (cuci & setrika), Hanya cuci (tanpa diseterika),Hanya setrika dan Hanya megeringkan cucian.

b. Jasa Laundry Bulanan (perorangan/keluarga)

Paket cuci laundri ini merupakan paket yang lebih ekonomis, usaha laundry yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu Pelayanan lengkap (cuci & seterika), Hanya cuci dan Hanya seterika.

c. Jasa Pencucian Karpet & Bed Cover

d. Jasa Bisnis Laundry Seragam untuk Perusahaan

Beberapa perusahaan membutuhkan tambahan persediaan seragam untuk karyawan kontrak, dengan cara mencuci ulang seragam karyawan yang dikembalikan karena sudah habis masa kontraknya. Pelayanan cuci laundri bisa juga dengan menyediakan jasa pencucian seragam layak pakai sekaligus melakukan perbaikan berupa penggantian resluiting atau kancing yang lepas hingga 10 % dari jumlah barang.

e. Jasa Laundry untuk Karyawan Perusahaan

Misalnya menyediakan jasa laundry untuk para karyawan dengan harga yang lebih murah dibandingkan jika menggunakan jasa laundry hotel.

f. Dry Cleaning untuk Jas, Kebaya dll

Bisnis laundry menggunakan Steam dengan high pressure untuk melakukan proses dry cleaning Jas, kebaya dll

76 macam-jenis-laundry.html (diakses tanggal 21 Februari 2013) 76 macam-jenis-laundry.html (diakses tanggal 21 Februari 2013)

Beberapa hotel / SPA mengalami kehabisan stock linen pada saat weekend/holiday karena regular laundry mereka mengalami penumpukan jumlah cucian sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan linen bersih dari hotel / SPA.

4.3. Penyelenggaraan Laundry

Jasa Laundry mengenal beberapa tahapan atau proses dalam penyelengaraan laundry itu sendiri yaitu: 77

1. Terima pakaian, Timbang, Hitung jumlah Potong.

2. Periksa, Tanyakan dan Konfirmasi kondisi pakaian kepada pemilik:

a. Apakah ada yang luntur.

b. Konfirmasi jika ada kerusakan permanen; robek, bolong,dll.

c. Konfirmasi jika ada noda berat: luntur, tinta, minyak,dll.

3. Pemisahan pakaian:

a. Pakaian dengan warna dasar putih.

b. Pakaian berwarna.

c. Pakaian bernoda sedang berat.

d. Pakaian luntur.

4. Tagging / Pengkodean pakaian Kami menggunakan Tag Gun pada setiap pakaian, agar tidak tertukar

dengan pakaian customer lainnya.

5. Spotting Noda/Pembersihan Noda ( Prewash Manual ).

pengucekan, pembilasan, pelembutan),dengan pengelompokan:

a. Mesin 1 : Pakaian Noda berat ( yang sudah di spotting ) dan pakaian berwarna.

b. Mesin 2 : Pakaian dengan warna dasar putih.

77 Prosedur Laundry, http://rumahlaundry.com/index.php/prosedur-laundry (diakses pada tanggal 21 Februari 2013) 77 Prosedur Laundry, http://rumahlaundry.com/index.php/prosedur-laundry (diakses pada tanggal 21 Februari 2013)

7. Pengecekan hasil cucian, jika kurang maximal, lakukan pengulangan prosedur Pencucian ( Prosedur 5 ( Spotting/Pembersihan Noda )).

8. Pengeringan/Drying.

9. Kami memastikan ulang pakaian kering 100%, jika tidak kami ulang prosesPengeringan ( Prosedur 8 ( Pengeringan/Drying )).

10. Pelipatan/Setrika. Cium pakaian yang akan disetrika, jika:

a. Bau Apek lakukan bilasan ulang dan pengeringan ulang

b. Ada noda: Lakukan proses Spotting Dry Cleaning.

c. Lepaskan Tagging

11. Pengepakan/Packaging.

4.4. Hubungan Hukum Antara Konsumen Dengan Pelaku Usaha Jasa Laundry

Secara teoritik hubungan pelaku usaha dengan konsumen dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 78

a. Contractual liability

Dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contract) antara pelaku usaha dengan konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada Contractual Liability, yaitu tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/ kontrak dari pelaku usaha (barang/ jasa), atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikannya.

b. Product Liability

Dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian (no privity of contract) antara pelaku usaha (produsen barang) dengan konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada pertanggungjawaban produk, yaitu tanggung jawab perdata secara langsung (strictliability) dari pelaku

78 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, 2007, hal.38.

usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan.

c. Profesional Liability

Dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contract) antara pelaku usaha (pemberi jasa) dengan konsumen, tetapi prestasi pemberi jasa tersebut tidak terukur sehingga merupakan perjanjian ikhtiar (inspanningsverbintenis) dan tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada pertanggungjawaban profesional yang menggunakan tanggung jawab perdata secara langsung (strictliability) dari pelaku usaha (pemberi jasa) atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikan.

Dengan demikian, jika dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contract ), dan prestasi memberi jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian hasil (resultaatsverbintenis), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada profesional liability yang merupakan tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/kontrak (contractual liability) dari pelaku usaha (pemberi jasa) atas kerugian yang dialami konsumen.

Konsumen sebagai pengguna yang terdiri dari orang pribadi (manusia alami), keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan. Konsumen dalam hal ini pengguna jasa laundry, sebelum memberikan kesepakatan atau persetujuan kontrak atas pembelian atau pemanfaatan jasa laundry, pengguna jasa tersebut harus memperoleh hak-haknya dan dapat melakukan kewajiban-kewajibannya sehingga dalam mengkonsumsi dan/atau memanfaatkan jasa laundry dapat memberikan kenyamanan, keamanan dan keselamatan bagi konsumen tersebut atas jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha jasa laundry, mengingat kepentingan konsumen adalah juga merupakan kepentingan masyarakat luas.

4.4.1 Perjanjian untuk Melakukan Jasa-Jasa Tertentu

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak disebutkan adanya perjanjian laundry, tetapi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku ke III tentang perikatan Titel VIIA mengatur tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan oleh karena itu perjanjian usaha jasa laundry termasuk dalam perjanjian bernama yaitu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1601 Bab VII Buku III KUHPerdata menyatakan bahwa :

Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat- syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah; perjanjian perburuhan dan pemborongan pekerjaan.

Menurut Subekti, berdasarkan pasal tersebut pembuat Undang-undang membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam tiga macam yaitu : 79

a. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu: Adalah perjanjian dimana satu pihak menghendaki dari pihak lainnya dilakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan, untuk mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali tergantung pada pihak lainnya.

b. Perjanjian kerja / perburuhan Adalah perjanjian dimana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lainnya yaitu si majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

c. Perjanjian pemborongan pekerjaan Adalah perjanjian dimana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

79 Subekti, Op.Cit., hal.57.

Dari ketiga jenis “Perjanjian untuk melakukan pekerjaan” tersebut, KUH Perdata yang mengatur Perjanjian kerja/perburuhan dan Perjanjian

pemborongan-pekerjaan, sedangkan Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu oleh undang-undang tidak diatur lebih lanjut.

Menurut Subekti , tidak diaturnya “perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu” dalam Buku III KUH Perdata sebagai suatu bentuk “perjanjian khusus” adalah didasarkan alasan bahwa “perjanjian untuk melakukan jasa- jasa tertentu” sudah diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus untuk

itu, yaitu dalam perjanjian pemberian perintah (kuasa) dan oleh syarat- syarat yang diperjanjikan oleh kebiasaan. 80

Berdasarkan pendapat dari Subekti yakni perjanjian pemberian perintah (kuasa) masuk dalam salah satu ketentuan yang ada dalam perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu. Dalam Pasal 1792 KUHPerdata, disebutkan pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Dalam pasal tersebut yang dimaksud “menyelenggarakan suatu urusan” adalah melakukan suatu “perbuatan hukum”, yaitu suatu perbuatan yang mempunyai akibat hukum. Dalam prakteknya konsumen memberikan kuasa kepada pelaku usaha laundry untuk menyelenggarakan pekerjaan laundry pakaiannya tersebut. Orang yang telah diberikan kuasa (jurukuasa/kuasa) melakukan perbuatan hukum tersebut “atas nama” orang yang memberikan kuasa atau juga dapat dikatakan bahwa ia “mewakili” si pemberi kuasa.

Posisi pelaku usaha laundry yaitu sebagai kuasa dan konsumen menduduki posisi pemberi kuasa.

80 Subekti, Op.Cit., hal.58.

Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya satu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa. Untuk melakukan perbuatan- perbuatan tertentu, diperlukan pemberian kuasa khusus yang menyebutkan perbuatan yang harus dilakukan. Pemberian suatu kuasa umum hanya memberi kewenangan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan pengurusan. 81 Dilihat dari obyeknya, perjanjian melakukan jasa mirip dengan

perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian pemborongan bangunan, yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak yang satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan pihak lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah bahwa pada perjanjian melakukan jasa tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan yang tugasnya secara mandiri. Perjanjian kerja dan pada pemborongan bangunan terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan antara buruh dengan majikan.

Bentuk perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu pada asasnya adalah bebas dalam arti untuk adanya perjanjian ini tidak terikat pada bentuk- bentuk tertentu, kecuali ada ketentuan-ketentuan khusus tersebut mengharuskan bentuk tertentu. Jadi perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu boleh diadakan dalam bentuk lisan atau tertulis.

Sedangkan menurut Vollmar dalam bukunya Pengantar Studi Hukum Perdata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, perjanjian untuk melakukan sesuatu merupakan perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk melakukan jasa-jasa tertentu untuk kepentingan pihak lainnya, tetapi tanpa di dalamnya ada suatu hubungan dinas atau hubungan dibawahkan. Orang yang mengikatkan dirinya untuk melakukan jasa-jasa tertentu didalam melaksanakan prestasi mempunyai sejumlah kebebasan, meskipun ia disitu akan memperhitungkan juga kehendak-kehendak dan harapan-harapan dari pihak untuk kepentingan mana dan atas perintah mana jasa-jasa itu

81 Subekti, Op.Cit., hal.143.

diperbuat. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu pada intinya yaitu mengenai prestasi kerja intelektual meskipun perjanjiannya juga mengenai kerja dengan tangan, misalnya pekerja yang mengantarkan koper-koper ke stasiun atau tukang potong rambut yang memotong

rambut seseorang. 82

Setelah menjabarkan dua pendapat sarjana tersebut dapat disimpulkan bahwa melihat dari praktek laundry ada pihak yang meminta agar bajunya dicuci dan dilain pihak bersedia mencuci pakaian yang dilimpahkan kepadanya maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang melandasi jasa laundry tersebut adalah perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu.

Perjanjian usaha jasa laundry termasuk macam perjanjian sub a, pihak konsumen menghendaki dari pelaku usaha melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu tujuan yang ini merupakan hak dari konsumen, yang mana ia berkewajiban membayar upah atas pekerjaan yang sudah dilakukan oleh pelaku usaha. sedangkan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan ini adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif untuk jasanya itu. Upahnya biasanya dinamakan honorarium.

4.4.2 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Para Pihak dari Perjanjian Melakukan Jasa-Jasa Tertentu

Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus untuk itu, yaitu dalam perjanjian pemberian perintah (kuasa) dan oleh syarat-syarat yang

82 H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata (Inleiding tot de Studie van het Nederlands Burgelijk Recht), diterjemahkan oleh I.S. Adiwimarta, CV. Rajawali, Jakarta, 1984,

hlm. 339-340.

diperjanjikan oleh kebiasaan. KUHPerdata tidak memerinci hak-hak pemberi kuasa dan penerima kuasa, hanya mengenai kewajiban-kewajiban penerima kuasa dan pemberi kuasa (Pasal 1800-1803, Pasal 1805 dan Pasal 1807-1811 KUHPerdata). Namun demikian, dari ketentuan-ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban tersebut, mengandung pemahaman sebaliknya mengenai hak-hak pemberi kuasa dan penerima kuasa.

Hak dan Kewajiban Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan

kewajiban para pihak. Kewajiban penerima kuasa disajikan berikut ini : 83

a. Melaksanakan kuasanya dan bertanggung jawab atas segala biaya, kerugian, dan bunga yang timbul dari tidak dilaksanakannya kuasa itu.

b. Menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu pemberi kuasa meninggal dan dapat menimbulkan kerugian jika tidak segera diselesaikan.

c. Bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya.

d. Memberi laporan kepada pemberi kuasa tentang apa yang telah dilakukan, serta memberi perhitungan segala sesuatu yang diterimanya.

e. Bertanggung jawab atas orang lain yang ditunjuknya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya:

i. bila tidak diberikan kuasa untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya;

ii. bila kuasa itu diberikan tanpa menyebutkan orang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya ternyata orang yang tidak cakap atau tidak mampu (Pasal 1800 s.d. Pasal 1803 KUH Perdata).

Hak penerima kuasa adalah menerima jasa dari pemberi kuasa. Hak pemberi kuasa adalah menerima hasil atau jasa dari penerima kuasa. Kewajiban pemberi kuasa adalah :

a. memenuhi perjanjian yang telah dibuat antara penerima kuasa dengan pemberi kuasa;

b. mengembalikan persekot dan biaya yang telah dikeluarkan penerima kuasa;

c. membayar upah kepada penerima kuasa;

83 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 310-312 83 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 310-312

e. membayar bunga atas persekot yang telah dikeluarkan penerima kuasa terhitung mulai dikeluarkannya persekot tersebut (Pasal 1807 s.d. Pasal 1810 KUH Perdata).

4.4.3 Hapusnya Perjanjian dalam Perjanjian Melakukan Jasa Jasa Tertentu

Pasal 1813 KUHPerdata memberikan bermacam-macam cara berakhirnya pemberian kuasa, yaitu :

1. Dengan ditariknya kembali kuasanya si jurukuasa;

2. Dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si juru kuasa;

3. Dengan meninggalnya, pengampuannya atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si penerima kuasa;

4. Dengan perkawinan si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa. Pada sub d dari pasal 1813 KUH Perdata di atas, sejak dikeluarkannya

Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1963 kedudukan seorang perempuan bersuami dinyatakan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum dengan tanpa ijin atau didampingi oleh suaminya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25