POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

A. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan dari orang, kejadian atau sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran 2006:121). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Seluruh data untuk mengembangkan model-model penelitian merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan (annual report) .

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi untuk diteliti (Sekaran 2006:123). Syarat utama dalam pengambilan sampel suatu populasi adalah bahwa sampel harus mewakili populasi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2010.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling . Teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan kriteria

commit to user

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Hartono, 2005). Kriteria sampel yang diambil yaitu:

a. Perusahaan manufaktur. b. Menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. c. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dengan tanggal 31 Desember . d. Tidak de-listing selama tahun 2008-2010. e. Memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan tipe penelitian hypothesis testing. Melalui penelitian ini peneliti akan menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit independen terhadap manajemen laba.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS for Windows versi 16.0. Periode penelitian adalah tahun 2008-2010.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk melakukan pengujian dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif dan berupa data sekunder. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh sesorang, dan bukan peneliti

commit to user

yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut berupa data internal atau eksternal organisasi dan di akses melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi (Sekaran, 2006). Data diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang didapat dari situs IDX (http:// www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Earnings management merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa

manajemen dapat memilih kebijakan akuntansi (discretionary) sesuai suatu standar. Discretionary revenue digunakan untuk menghindari pelaporan kejutan negatif pendapatan dan menemukan bukti bahwa manajer menggunakan kebijaksanaan pendapatan yang mempengaruhi baik akun piutang dan pendapatan ditangguhkan untuk melaporkan kejutan positif laba (Stubben 2010). Menurut Stubben (2010) manajemen laba tersebut dapat diproxikan dengan menggunakan discretionary revenue . Dengan menggunakan persamaan berikut ini:

Dimana ∆AR merupakan perubahan dari piutang dagang dalam satu tahun dibagi total asset, ∆S adalah perubahan pendapatan dari penjualan

∆AR it = α + β∆S it +ε it

commit to user

dalam satu tahun dibagi total asset. Sedangkan discretionary revenue adalah nilai residual dari persamaan regresi tersebut.

2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini ada 5 variabel, yaitu:

a. Kepemilikan Institutional

Kepemilikan Institusional adalah salah satu proksi dalam pengukuran corporate governance . Adanya kepemilikan institusional yang cukup

besar dalam perusahaan akan menyebabkan keputusan yang diambil lebih objektif dan tidak hanya fokus pada kepentingan pihak manajemen. Semakin besar porsi kepemilikan institusional dalam keseluruhan saham perusahaan maka semakin besar pengaruhnya dalam sistem monitoring. Kepemilikan institusional adalah prosentase saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Kepemilikan

institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi (Beiner et al, 2003). Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

commit to user

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Variabel ini diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki oleh manajemen dari total saham yang beredar (Vinola, 2007)

c. Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) Dewan Komisaris Independen merupakan salah satu proksi pengukuran corporate governance . Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan Dewan Komisaris Independen menjadi hal yang sangat penting dalam komposisi dewan komisaris secara keseluruhan, karena berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil oleh dewan komisaris dapat lebih objektif dan independen apabila terdapat komisaris independen dalam perusahaan. Proporsi Dewan Komisaris Independen diukur dengan menggunakan

commit to user

indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. Variabel Dewan Komisaris Independen merupakan persentase jumlah dewan komisaris Independen terhadap jumlah total dewan komisaris. Pengukuran Dewan Komisaris dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

d. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner et al, 2003). Dewan komisaris bertanggung jawab dan

berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris (KNKG,

2004). Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.

e. Komite Audit Independen

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu Board of Director ( Dewan Komisaris ) dalam rangka pengawasan terhadap tanggung jawab pihak manajemen seperti mengawasi proses penyusunan dan pelaporan keuangan dan kemudian

commit to user

tugasnya didelegasikan kepada komite audit melalui informasi dari internal auditor perusahaan. Variabel komite audit independen diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan.

D. METODE ANALISIS DATA

1. Analisis Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang distribusi data dalam penelitian ini. Statistik deskriptif meliputi mean, minimum , maximum serta standardeviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel penelitian.

2. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Penulis

menggunakan uji Kolmogorov-Semirnov untuk menguji normalitas data. Kriteria pengujiannya adalah apabila angka signifikansi (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal, apabila angka signifikansi (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3. Uji Asumsi Klasik

commit to user

a. Uji Multikolinieritas

Ghozali (2005) menyatakan multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan Tolerance Value dan Varians Inflating Factor (VIF). Tolerance mengukur veriabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Apabila nilai Tolerance di atas 0,10 dan VIF dibawah 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebuah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pengganggu pada perioda t-1. Jika terjadi korelasi nama dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1.) Jika 0 < d < d 1 , maka terjadi autokorelasi positif

commit to user

2.) Jika d 1 <d<d u , maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu) 3.) Jika 4-d 1 < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatif

4.) Jika 4-d u < d < 4-d 1 , maka tidak ada kepastian apakah terjadi

autokorelasi atau tidak (ragu-ragu) 5.) Jika d u < d < 4-d u , maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau

negatif. c. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas dalam penelitian

ini diuji dengan menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi

commit to user

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang telah dan titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Hipotesis Dari hipotesis yang diajukan, maka model penelitian dapat disusun sebagai berikut:

D Rev = α + β 1 KI + β 2 KM + β 3 PDKI +β 4 UDK +β 5 KAI + e

Keterangan : DRev = Discretionary Revenue.

= Konstanta.

= koefisien regresi.

KI

= Kepemilikan Institusional. KM = Kepemilikan Manajerial.

PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen. UDK = Ukuran Dewan Komisaris.

KAI = Komite Audit Independen.

e = Error. Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar tersebut maka

langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis, meliputi: (a) Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai

commit to user

koefisien determinasi (R 2 ) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda untuk variabel independen terhadap variabel dependennya.

Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R 2

(b) Nilai F

Nilai F merupakan pengujian simultan variabel independen yang dilakukan untuk melihat variabel independen secara simultan terhadap

variabel dependen.

(c) Nilai t

Nilai t merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai sig (p-value) di bawah 5%.

commit to user

55

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimensi waktu yang digunakan adalah cross sectional , dan penelitian ini dilakukan pada suatu periode tertentu yaitu tahun 2008 - 2010. Dalam penentuan sampel, penulis menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih representatif dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Model analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah regresi berganda dengan bantuan program SPSS 16 for Windows.

Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi beberapa kriteria tertentu yang sudah dijelaskan di Bab III. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur membutuhkan sumber dana panjang untuk membiayai operasi perusahaan salah satu caranya dengan investasi saham oleh para investor, hal ini akan

commit to user

membuat manajemen perusahaan meyakinkan investor akan mendapatkan keuntungan dengan cara penerapan prinsip dasar corporate governance.

Dari populasi perusahaan manufaktur tahun 2008- 2010 yang berjumlah 453, yang berarti hanya 151 sampel perusahaan manufaktur. Hanya

97 perusahaan yang menyampaikan laporan keuangannya selama tiga tahun berturut-turut. Terdapat 50 perusahaan yang tidak menampilkan data yang lengkap, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 47 perusahaan atau setara dengan 141 jumlah observasi sampel perusahaan selama periode 2008-2010, nama perusahaan sampel dapat dilihat pada Lampiran I.

Tabel IV.1 Kriteria Pengambilan Sampel

Jumlah observasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2010

151

Jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan lengkap selama 3 tahun berturut-turut

(54) Jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap selama 3 tahun berturut-turut

97 Jumlah perusahaan dengan data tidak lengkap

(50) Jumlah perusahaan yang menjadi sampel

47

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

2. Statistik Deskriptif

Pada tabel IV.1 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel dependen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:

commit to user

nilai minimum, maksimum, rerata (mean), dan standar deviasi yang dihitung dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS 16 for windows. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel IV.2. Statistik Deskriptif

Minimum Maximum

Mean Std. Deviation Drev

1 5 2.11 .939 Valid N

(listwise)

141

Keterangan : DREV = nilai discretionary revenue, KI = Kepemilikan institusional, KM= Kepemilkan manajerial, PDKI = Proporsi dewan komisaris independen, UDK = Ukuran dewan komisaris, KAI = Komite audit independen

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Tabel diatas menunjukkan bahwa Discretionary Revenue (DREV) memiliki nilai minimum sebesar -0,6198 yang diperoleh dari PT Mulia

commit to user

industrindo yang berarti perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dengan cara understate atau dengan meminimalkan nilai labanya, dan nilai maksimum sebesar 0,5108 yang diperoleh dari PT Smartfren, nilai tersebut menunjukkan manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan cara overstate atau dengan memaksimlkan nilai labanya.

Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai minimum 0,006 dan memiliki nilai maksimum 0,9820. Nilai rata-rata hitung KI adalah sebesar

0,5504468 dan standar deviasinya adalah 0,26940921. Nilai minimum KI sebesar 0,006 tersebut mengindikasikan bahwa ada perusahaan manufaktur di

Indonesia yang sahamnya sangat sedikit dimiliki oleh institusi tertentu, tetapi banyak dimiliki oleh manajemen dan publik.

Sedangkan nilai maksimum KI sebesar 0,9820 tersebut menandakan bahwa ada perusahaan manufaktur di Indonesia yang 98,20% sahamnya dimiliki oleh satu atau lebih institusi. Sedangkan nilai rata-rata hitung KI yang sebesar 0,5504468 menandakan bahwa lebih dari 50% perusahaan manufaktur di Indonesia sahamnya dimiliki oleh institusi tertentu.

Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,7. Nilai minimum KM tersebut menunjukkan bahwa ada perusahaan manufaktur di Indonesia yang manajemennya tidak memiliki saham di perusahaan tersebut. Sedangkan nilai maksimum KM sebesar 0,7 mengindikasikan bahwa ada juga perusahaan manufaktur di

commit to user

Indonesia yang memiliki lebih dari 50% saham di perusahaan tersebut, sedangkan saham lainnya dimiliki oleh institusi atau publik. Nilai rata-rata hitung sebesar 0,0735248 mengindikasikan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan manufaktur di Indonesia sangat kecil.

Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) memiliki nilai minimum 0,2. Sedangkan nilai maksimum PDKI adalah sebesar 0,8. Hal tersebut mendeskripsikan bahwa ada perusahaan manufaktur yang memiliki dewan komisaris bersifat independen dengan proporsi lebih sedikit. Namun secara umum, perusahaan manufaktur sudah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dengan membentuk komisaris independen sekurang- kurangnya 30% dari total jumlah dewan komisaris, sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta (mulai 1 Desember 2007 menjadi Bursa Efek Indonesia). Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0,5392428.

Ukuran Dewan Komisaris (UDK) memiliki nilai minimum 1 dan nilai maksimum sebesar 10. Hal tersebut mendeskripsikan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki jumlah dewan komisaris paling sedikit 1 orang dan paling banyak sejumlah 10 orang dengan rata-rata jumlah dewan komisaris sebanyak 4,01 atau ± sekitar 4 orang.

Komite Audit Independen (KAI) memiliki nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 5. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan

commit to user

manufaktur di indonesia memiiki jumlah komite audit independen paling sedikit 1 orang dan paling banyak 5 orang dengan rata-rata jumlah komite audit independen sebesar 2,11 atau ± sekitar 2 orang.

Setelah melakukan pengujian statistik deskriptif, peneliti melakukan pengujian asumsi klasik. Berikut ini hasil pengujian asumsi klasik:

a. Uji Normalitas

Pengujian hipotesis dalam peneltian ini dilakukan dengan terlebih dahulu menguji normalitas data dengan menggunakan metode

Kolmogorov-smirnov dengan tingkat signifikansi 5%. Data dikatakan berdistribusi normal jika Pvalue (asymptotic significance) > 0,05.

Tabel IV.3 Uji Normalitas

Unstandardized Residual

141

Normal Parameters a,,b

Mean

.0000000

Std. Deviation

.14024882

Most Extreme Differences

Absolute

.100

Positive

.050

Negative

-.100

commit to user

Kolmogorov-Smirnov Z

1.183

Asymp. Sig. (2-tailed)

.122

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Tabel IV.2 hasil uji normalitas dengan N=141 menunjukkan nilai Kolmogorov Smirnov Z pada unstandardized Residual persamaan regresi

sebesar 1,188 dengan asymptotic 0,122 > α 0,05, yang berarti data pada persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi apabila variabel dependen satu sama lain atau dengan kata lain variabel independent berkorelasi dengan variabel independent lain. Hasil pengujian asumsi multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan nilai variance inflation factor (VIF) dan Tolerance berikut ini:

commit to user

Tabel IV.4 Uji Multikolinearitas.

Model

Collinearity Statistics Tolerance

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari masing- masing variabel (KI, KM, PDKI, UDK, KAI) adalah 0,952; 0,923;

0,842; 0,823; dan 0,985 sedangkan untuk nilai VIF (Variance Inflation Factor ) untuk tiap variabel tersebut adalah 1,051; 1,083; 1,188; 1,215;

dan 1,016. Hasil perhitungan nilai collinearity pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel independent tidak memiliki nilai lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih 0,01, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent.

commit to user

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak

bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Pada penelitian ini uji autokorelasi dengan menggunakan pendekatan Durbin-Watson, adapun pengujiannya dapat dilihat pada hasil residual terjadi secara random atau tidak, yang mana dalam pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dengan kriteria d u < d < 4-d u , maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau negatif.

Tabel IV.5 Uji Autokorelasi

Model Summary b

Model

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

a. Predictors: (Constant), KAI, UDK, KI, KM, PDKI

b. Dependent Variable: Drev

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa nilai Dw pada persamaan regresi sebesar 2,017, sedangkan du = 1,810,

commit to user

sehingga dapat disimpulkan 1,810 < 2.017 < 4-1,810 (2.19), maka dalam analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi..

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Cara yang dilakukan untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dalam varian error term suatu model regresi yaitu dengan melihat diagram plot residualnya. Jika grafik memiliki pola yang tertentu seperti bergelombang kemudian menyempit, berpola U atau U terbalik maka dapat dipastikan bahwa model regresi terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika grafik memiliki pola yang menyebar ke atas dan ke bawah nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

commit to user

Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik IV.1 menunjukkan pola yang menyebar dan tidak beraturan, hal ini mengindikasikan bahwa tidak adanya gejala heterokedastisitas pada kedua regresi yang digunakan.

B. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menguji apakah mekanisme Good Corporate

commit to user

Governance berpengaruh terhadap manajemen laba suatu perusahaan. Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode enter. Metode enter

adalah salah satu metode pengolahan data dengan cara memasukan semua variabel independen secara keseluruhan dimana seluruh variabel

independennya digunakan untuk memprediksi. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap manajemen laba diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 )

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur proporsi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R² yang

digunakan adalah adjust ed R 2 karena ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi.

commit to user

Tabel IV.6

adjusted R Uji 2

Model

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Dari hasil pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adjusted R 2 sebesar 0,205 hal ini menunjukkan bahwa sebesar 20,50 % variasi dari discritionary revenue dapat diterangkan oleh variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris independen dan komite audit, sedangkan 79,50% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi.

b. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terh.adap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi F hitung dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

commit to user

1). Jika sig F< 0,05 maka Ho ditolak

2). Jika sig F> 0,05 maka Ho diterima

Tabel IV.7

Hasil Uji F

Model

Sum of Squares Df

Mean Square

F Sig.

1 Regressio n

Dari hasil pengujian secara simultan diperoleh F hitung sebesar 8,204 dengan p-value sebesar 0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris independen dan komite audit, secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap discritionary revenue.

commit to user

c. Pengujian Parameter Individual

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Pengujian secara parsial dilakukan dengan

cara membandingkan nilai sig. t hitung yang diperoleh dengan tingkat

signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika p.value < 0,05 maka Ho ditolak

2) Jika p.value > 0,05 maka H o diterima

Pengujian hipotesis secara parsial ditunjukkan dalam tabel

berikut.

Tabel IV.8 Uji t

Standardized Coefficients

t B Sig. Std. Error Beta

1 (Constan t)

.034

.053

.636 .526

commit to user

-.192 -2.528 .013** * Secara statistik signifikan pada tingkat 0,01

** Secara statistik signifikan pada tingkat 0,05

Dependent Variable: Drev Keterangan: KI = Kepemilikan Institusional, KM = Kepemilikan

Manajerial, PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen, UDK = Ukuran Dewan Komisaris, KAI = Komite Audit Independen

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

1) Pengujian hipotesis pertama

Formulasi hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan kriteria sebagai berik ut : jika statistik t > t hitung atau p < α,

commit to user

maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho1 diterima Ha1 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya nilai p = 0,809 dan t = -0,242. Jika dalam pengujian hipotesis ini

digunakan tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,809) > α (0,05) dan nilai -t hitung sebesar -0,242 < -t tabel sebesar - 1,973 sehingga Ha1 ditolak.

Kepemilikan institusional dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang terjadi pada perusahaan sampel, semakin tinggi kepemilikan institusional dalam perusaaan tidak akan mengurangi manajemen laba yang terjadi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Darmawati dan Veronica dan Utama (2005) serta Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang tidak menemukan bukti adanya hubungan antara pengelolaan laba dengan kepemilikan institusional karena kepemilikan institusional adalah kepemilikan yang lebih memfokuskan pada current earnings , akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek dengan cara manipulasi laba. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Boediono (2005) dan Cornett et al . (2006) yang tidak menemukan pengaruh antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba, dikarenakan kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi

commit to user

target laba dari para investor sehingga mereka tetap akan cenderung teribat dalam tindakan manipulasi data. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional tidak dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusaaan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen and Meckling (1976), La Porta et al. (1999) Warfield et al. (1995), Herawaty (2008) serta Pranata dan Mas’ud (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

2) Pengujian hipotesis kedua

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Ha2 = Kepemilkan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho2 diterima Ha2 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya nilai p = 0,753 dan t = 0,315. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p

commit to user

(0,753) > α (0,05) dan nilai t hitung sebesar 0,315 < t tabel sebesar 1,973 sehingga Ha2 ditolak.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba di

perusaaan manufaktur yang dijadikan sampel. Hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilkan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Jensen and Meckling (1976), Pranata dan Mas’ud (2003), Cornett et al (2006) serta Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap, manajemen laba, penelitian ini didukung oleh Gabrielsen et al., (2002) dalam Siallagan (2007) yang menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual. Dengan menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual. Hal ini akibat adanya ketimpangan informasi (information asymmetry ) yaitu kondisi dimana satu pihak memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain. Sehingga semakin tinggi

commit to user

kepemilikan saham oleh manajerial maka semakin tinggi pula kemungkinan dalam melakukan manajemen laba.

Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diprediksi oleh teori bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial akan mengurangi tindakan

manajemen laba, karena kepemilikan manajerial sering terjadi dengan motif lain, seperti memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan manajemen sendiri dan mungkin dikarenakan rata-rata kepemilikan manajerial pada perusaaan sampel yang nilainya kecil, yaitu hanya.7% menjadikan variabel kepemilikan manajerial tidak sesuai dengan prediksi teori yang dikemukakan.

3) Pengujian hipotesis ketiga

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Ha3 = Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho3 diterima Ha3 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya nilai p = 0,017 dan t = -2,407. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p

commit to user

(0,017) < α (0,05) dan nilai t hitung sebesar -2,407 < t tabel sebesar 1,973 yang menyatakan bahwa Ha3 diterima.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen

laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen secara negatif berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cornett et al (2006), Nasution (2007) dan Xie et al (2003) yang menemukan adanya pengaruh negatif signifikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan dilakukan untuk pemenuhan regulasi untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan, berarti makin banyak dewan komisaris independen di dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Selain itu ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% sudah cukup tinggi untuk membuat para komisaris independen mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Boediono (2005) dan Veronica dan Utama (2005) yang menyatakan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen mungkin hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan formal, sementara kuatnya pendiri

commit to user

dan pemegang saham mayoritas yang masih memegang peranan penting dapat menjadikan dewan komisaris tidak independen lagi. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif dan bahkan kinerja dewan mungkin tidak bisa meningkat dan bahkan cenderung turun.

4) Pengujian hipotesis keempat

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Ha4 =Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho4 diterima Ha4 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya nilai p = 0,000 dan t = 5,592. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,000) < α (0,05) dan nilai t hitung sebesar 5,592 > t tabel sebesar 1,973 sehingga Ha4 diterima.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh postif signifikan terhadap manajemen laba artinya perusahaan yang memiliki dewan komisaris dalam jumlah banyak, tindak manajemen laba yang dilakukan pun akan

commit to user

semakin banyak. Dalam arti lain dewan komisaris yang berukuran lebih kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindak pengawasan dibandingkan dewan komisaris yang berukuran besar. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi serta koordinasi antar anggota dewan tersebut dan tentunya akan menghambat proses pengawasan dan pembuatan keputusan yang seharusnya menjadi tanggung jawab komisaris. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jensen (1993), Yermack (1996) Beiner (2003), Midiastuty dan Machfoedz (2003) dan Nasution (2007). Penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Xie et al (2006), Chtorou et al (2001) yang menemukan pengaruh negatif dalam hubungan ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba. Lain halnya dengan Ujiyantho dan Pramuka yang tidak menemukan pengaruh antara ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba.

5) Pengujian hipotesis kelima

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Ha5 = Keberadaan komite audit independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho5 ditolak dan Ha5 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho5 diterima Ha5 ditolak.

commit to user

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya nilai p = 0,013 dan t = -2,528. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,013) < α (0,05) dan nilai -t hitung sebesar -2,528 < -t tabel sebesar - 1,973 sehingga dapat disimpulkan Ha5 diterima.

Hal ini menandakan bahwa keberadaan komite audit independen yang ada di perusahaan manufaktur di Indonesia sebagai salah satu mekanisme corporate governance sudah mampu mengatasi tindak manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Dengan kata lain proses pelaporan keuangan perusahaan sudah termonitor dengan baik oleh anggota komite audit. Komite audit juga sudah melakukan pengawasan pada perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang nantinya akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas sehingga tindak manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen dapat berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain Xie, Davidson, Dadalt (2003), Nasution (2007), Carcello (2006), dan Klein (2002), yang kesemuanya menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Lain halnya dengan penelitian Siallagan (2007) yang memberikan hasil bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif

commit to user

signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini memiliki hasil yang berlawanan dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) yang tidak menemukan pengaruh antara keberadaan komite audit dengan manajemen laba suatu perusahaan.

commit to user