Pada pendekat-pendekat terlindung tanpa penyediaan belok kiri langsung, kendaraan-kendaraan belok kiri cenderung melambat dan mengurangi arus jenuh
pendekat tersebut. Karena arus berangkat dalam pendekat-pendekat terlawan tipe 0 pada umumnya lebih lambat, maka tidak diperlukan penyesuaian untuk
pengaruh rasio belok kiri.
II.4.3. Waktu siklus dan waktu hijau a Waktu siklus sebelum penyesuaian
Hitung waktu siklus sebelum penyesuaian c
ua
untuk pengendalian waktu tetap, dan masukkan hasilnya kedalam kotak dengan tanda waktu siklus.
c
ua
= 1,5 × LTI + 5 1 – IFR 2.4.3.1
dimana: c
ua
= Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal det LTI
= Waktu hilang total per siklus det IFR
= Rasio arus simpang
Gambar Penetapan waktu siklus sebelum penyesuaian
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI 1997
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda
Tipe pengaturan Waktu siklus yang layak
Pengaturan dua fase Pengaturan tiga fase
Pengaturan empat fase 40 – 80
50 – 100 80 – 130
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI 1997
Apabila perhitungan menghasilkan waktu siklus yang jauh lebih tinggi dar0ipada batas yang disarankan, maka hal ini menandakan bahwa kapasitas dari
denah simpang tersebut tidak mencukupi.
b Waktu hijau
Hitung waktu hijau g untuk masing-masing fase:
g
i
= c
ua
- LTI × PR
i
2.4.3.2
di mana: g
i
= Tampilan waktu hijau pada fase i det c
ua
= Waktu siklus sebelum penyesuaian det LTI
= Waktu hilang total per siklus PR
i
= Rasio fase FRcrit Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik harus dihindari, karena dapat
mengakibatkan pelanggaran lampu merah yang berlebihan dan kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan.
c Waktu siklus yang disesuaikan
Hitung waktu siklus yang disesuaikan c berdasar pada waktu hijau yang diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang LTI dan masukkan hasilnya
pada bagian terbawah.
Universitas Sumatera Utara
C =
∑g + LTI 2.4.3.3
II.4.4. Panjang antrian
Jumlah rata-rata antrian pada awal sinyal hijau NQ dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ
1
ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah NQ
2
. NQ = NQ
1
+ NQ
2
2.4.4.1
dengan, ��
�
= �. ��. �. ��� − � + ��� − �
�
+
�.��−�.� �
�
2.4.4.2
Jika DS 0,5 ; NQ
1
= 0 NQ
2
= c.
�−�� �−��.��
.
������ ����
2.4.4.3
Dimana: NQ
1
= jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya. NQ
2
= jumlah smp yang datang selama fase merah. DS
= derajat kejenuhan GR
= rasio hijau c
= waktu siklus det C
= kapasitas smpjam = arus jenuh kali rasio hijau S × GR Q
= arus lalu-lintas pada pendekat tersebut smpdet
Universitas Sumatera Utara
Panjang antrian QL kendaraan adalah dengan mengalikan NQ
max
dengan luas rata-rata yang dipergunakan per smp 20 m
2
kemudian dibagi dengan lebar masuknya.
QL = NQ
max
.20W
masuk
2.4.4.4
Gambar Jumlah kendaraan antri smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ
1
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI 1997
Universitas Sumatera Utara
Gambar Perhitungan jumlah antrian NQ
MAX
dalam smp
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI 1997
II.4.5. Kendaraan Terhenti NS