5. Tingkat kematangan buah
Dengan meningkatkan operasi factor – factor yang mempengaruhi pengutipaan minyak tersebut maka persentase kehilangan minyak dalam ampas akan semakin
kecil. Dari pembahasan diatas penulis tertarik untuk membahas tentang ” Pengaruh
Penambahan Air Dulusi Air Pengencer Terhadap Pemisahan Minyak, dan Nos di Stasiun Screw Press”
1.2 Permasalahan
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO Cruide Palm Oil di PT. Perkebunan Nusantara III Sei Mengkei Perdagangan mempunyai banyak tahapan
dalam proses pengolahan. Sebagai kendala yang dihadapi oleh perusahan adalah adanya kehilangan minyak CPO pada saat proses pengepresan, saehingga minyak
yang dihasilkan tidak sesuai dengan kapasitas diharapkan oleh perusahan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh air delusi terhadap pemisahan minyak, air dan
nos pada proses pengempaan. 2.
Untuk mengetahui perbandingan antara minyak, air dan nos yang terikut pada minyak yang dihasilkan pada screw press
3. Untuk mengetahui pemisahan minyak, air dan nos setelah penambahan air
dulusi atau sebelum penambahan air delusi
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang proses pengolahan kelapa
sawit menjadi CPO Crude Palm Oil . 2.
Untuk menghasilkan produk akhir kelapa sawit menjadi CPO dengan kandungan pengotor yang rendah
3. Penggunaan air delusi agar pemisahan minyak, air dan nos pada stasiun
pengempaan lebih efesiensi dan menghasilkan minyak yang lebih murni.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2. 1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit Elaeis quinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit mempunyai beberapa
jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura D , Tenera T, dan pisifera P. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara
memanjangmelintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang
tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pesifera, memiliki cangakang
tipis dengan cincin serat di sekeliling biji, ekstraksi minyak memiliki sekitar 22-25. Psifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan
sebagai tanaman komersial.
Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar
TBS atau fresh fruit bunch FFB. Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon
sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan
berat brondolan berkisar 10-20 g.
TBS diolah di pabrikkelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah
atau crude palm oil CPO, MKS dan inti Kernel,IKS harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya. Iyung Pahan, 2006
2. 1. 1 Pembentukan minyak dalam buah
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daing buah mesokarp dan minyak inti sawit yang terdapat pada
kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari
setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah
memberondol normal.
Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi
pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.
Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah,
maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.
Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia yang disebut karotin. Setelah
penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan.
Minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak jika dihidrolisisi menghasilkan 3 molekul
asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari trigliserida tersebut sebagai berikut:
O H
2
C O C R
1
CH
2
OH R
1
COOH O
H
+
HC O C R
2
CHOH + R
2
COOH OH
-
O H
2
C O C R
3
CH
2
OH R
3
COOH trigliserida
gliserol 3 mol asam lemak
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagai besar minyak nabati berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam
linolenat dengan titik cair yang rendah. R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon
dengan jumlah atom karbon 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai adalah
15 atau 17. Bila R1= R2 = R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida
sederhana, sebaliknya bila berbeda disebut trigliserida campuran.
2. 1. 2 Pematangan buah
Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase
pematangan. Pada fase pematangan buah terjadi beberapa hal: a.
Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada inti sawit dan daging buah.
b. Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat diliihat
bahwa ikatan antar serat kurang dengan tekstur lunak. c.
Perobahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi Orange merah jingga.
d. Fisik buah brubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.
Setelah terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol, maka buah mulai lepas dari bulinya. Proses ini lebih cepat terjadi jika panas
terik matahari yang diikuti dengan hujan. P. M. Naibaho, 1996
2. 1. 3 Panen
Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.
Buah yang jatuh tersebut disebut membrodol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondoloan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil akhir TPH serta ke pabrik . Perlu memperhatikan beberapa
criteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang paling tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
2. 1. 4 Fraksi TBS dan mutu panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat diperlukan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah
dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu
minyak yang akan diperoleh sangat di tentukan oleh faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabilah pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persntase tinggi lebih dari 5. Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah
belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termaksuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-
tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.
Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS
Fraksi Jumlah Brondolan
Tingkat Kematangan 00
1 2
3 4
5 Tidak ada, buah berwarna hitam
1-1,25 buah luar membrondol 12,5-25 buah luar membrondol
25-50 buah luar membrondol 50-75 buah luar membrondol
75-100 buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk Sangat mentah
Mentah Kurang matang
Matang I Matang II
Lewat matang I Lewat matang II
Yan Fauzi dkk, 2007 2. 2 Minyak Sawit
Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk
golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida terutama ß-karotena, berkonsentrsi sangat padat pada suhu
kamar konsentrasi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya, dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya
cukup enak.
2. 2. 1 Komposisi minyak kelapa sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.
Rata-rata komposis minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.2. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit Asam lemaak
Minyak kelapa sawit persen
Minyak inti sawit persen
Asam kaprilat Asam kaproat
Asan Laurat Asam miristat
Asam palmitat Asam stearat
Asam oleat Asam linoleat
- -
- 1,1 – 2,5
40 – 46 3,6 – 4,7
39 – 45 7 – 11
3 – 5 3 – 7
46 – 52 14 – 17
6,5 – 9 1 – 2,5
13 – 19 0,5 – 2
S. Ketaren,1986 Kandungan karoten dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak
jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.
2. 2. 2 Sifat Fisiko-Kimia
Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, klarutan , titik cair dan polimorphism, titik didih boiling point , titik pelunakan,
slipping point, shot melting poin; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan turbidity point , titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisio-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table 2.3 Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak Sawit
Minyak Inti Sawit Bobot jenis pada suhu kamar
Indeks bias Bilangan iod
Bilangan penyabunan 0,900
1,4565-1,4585 48-56
196-205 0,900-0,913
1,495-1,415 14-20
244-254 S. Ketaren , 1986
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisah setelah proses pemucatan, karena asam-asam lamek dan gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang terlarut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga taejadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.
Titik cair minyak sawit barada dalam kisaran suhu, karena minyak sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-
beda.Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada table 2.4.
Tabel 2.4. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan
Sifat Minyak sawit kasar
Minyak sawit murni Titik cair: awal
Akhir Bobot jenis 15
o
C Indeks bias D 40
o
C Bilangan penyabunan
Bilangan iod Bilangan Riechert Meissl
Bilangan polenske Bilangan Krichner
Bilangan Bartya 21 – 24
26 – 29 0,859 - 0,870
36,0 - 37,5 224 - 249
14,5 - 19,0 5,2 - 6,5
9,7 - 10,7 0,8 -1,2
33 29,4
40,0 -
46 – 49 196 – 206
46 – 52 -
- -
- S. Ketaren, 1986
2. 2. 3 Standar Mutu Minyak Sawit
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang merupakan hal yang penting untuk
menentukan standar mutu yaitu: Kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat, dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas
serendah mungkin kurang lebih 2 persen atau kurang , bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat tidak berwarna hijau,
jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkinatau bebas dari ion logam.
Standar mutu special prime bleach SPB , dibandingkan dengan mutu ordinary dapat dilihat dalam table 2.5.
Tabel 2.5. Standar Mutu SPB dan Ordinary Kandungan
SPB Ordinary
Asam lemak bebas Kadar air
Kotoran Besi ppm
Tembaga ppm Bilangan Iod
Karotene ppm Tokoferol ppm
1 – 2 0,1
0,002 10
0,5 53 ± 1,5
500 800
3 – 5 0,1
0,01 10
0,5 45 - 56
500 - 700 400 - 600
S. Ketaren, 1986
2.3 Pengertian Air Pengencer
Pada proses pemisahan minyak saawit pada pengempaan diperlukan air pengencer dengan suhu berkisar antara 80 – 90oC yang berasal dari tangki air panas.
Pemberian air pengencer ini pada pengepressan bertujuan untuk ,mempermudah pemisahan minyak dari ampas kempa. Disamping itu juga akan mempermudah
minyak keluar dari saringan kempa, sehingga pada pengepresan minyak yang terikut pada ampas sekecil mungkin.
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram bungkil dalam pressan dari atas bagian tengah. Jumlah air pengencer yang diberikan tergantung pada
suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit.
Pemberian air pengencer yang telalu banyak akan berakibat terhadap : 1.
Kandungan air bungkil cake Kandungan air bungkil tinggi dapat menyebabkan proses :
a. Pemecahan bungkil yang lebih dalam pemecahan ampas kempa.
b. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin
menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efesiensi boiler. 2.
Penurunan kapasitas kempa ulir akan bertambahnya kandungan air dan kecepatan gerak bungkil.
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan dari beberapa kempa ulir yaitu 50 – 75 terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut
misalnya rendamen minyak 20 dengan kapasitas kempa ulir 10 ton TBS jam maka air yang disemportkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 – 1,65 M
3
.
Suhu air yang terdapat dalam tangki air panas tidak tercapai maka dilakukan pemberian panas langsung kedalam kempa ulir. Cara ini tidak dibenarkan karena
terjadi kerusakan minyak yakni derajat pemucatan yang jelek. Naibaho,M.P
2.4 Pengertian Stasiun Pengempaan