Sejarah Kota Sabang Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sabang Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

BAB IV PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGAI

SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

4.1 Sejarah Kota Sabang

Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami Kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat RIS dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9MP50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 101965 dan Universitas Sumatera Utara dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 31970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 41970 tentang ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 101985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk kerja sama Ekonomi Regional Indonesia- Malaysia-Thailand Growth Triangle IMT-GT yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan. Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET yang bersama-sama KAPET lainnya diremiskan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No.171 tanggal 28 September 1998. Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia Titik Nol Kilometer Indonesia. Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan Sukajaya dan sukakarya dengan luas daerah masing- masing sebesar 80 km 2 dan 73 km 2 . Kecamatan Sukajaya terdiri dari sepuluh kelurahan dan terbagi dalam 38 lingkungan. Sedangkan Kecamatan Sukakarya Universitas Sumatera Utara mempunyai luas sebesar 73 km 2 yang memiliki delapan kelurahan dan terbagi dalam 34 lingkungan. Kota Sabang dapat dicapai hanya dengan cara menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di Banda Aceh. Alat transportasi dapat menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke pelabuhan Balohan Sabang. Jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju Kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan menggunakan bus mini dari Kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih Pulau Rubiah kurang lebih 45 menit.

4.2 Lokasi Kota Sabang