Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

OBJEK WISATA BARU PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

DINI ARISTA 062204022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

OBJEK WISATA BARU PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

DINI ARISTA 062204022 PEMBIMBING

Drs. Mukhtar Majid, S.Sos, S.Par, MA NIP. 131662151

Kertas karya ini Diajukan Kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009 Disetujui Oleh :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Maret 2009

PROGRAM STUDI DIII PARIWISATA

KETUA

Drs. Ridwan Azhar M.Hum NIP. 131124058


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh

PANITIA UJIAN PROGRAM PEDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Drs.Syaifuddin. MA.Ph.D NIP. 132098531

Panitia Ujian

No. Nama TandaTangan

1.Drs. Ridwan Azhar M.Hum (Ketua Jurusan) ( ) 2.Drs. Mukhtar Majid, S.Sos, SE.Par, MA ( Sekretaris ) ( ) 3.Drs. Mukhtar Majid, S.Sos,SE.Par, MA (Dosen Pembimbing) ( ) 4.Drs. Sutan Haris Sutan Lubis,M.SP (Dosen Pembaca) ( )


(5)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU

I Love You PaPa I Love You Mama ILU


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan rezekinya hingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “Objek Wisata Baru Pasca Tsunami sebagai Primadona Industri Pariwisata di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam” ini dengan sempurna.

Kertas karya ini ditulis sebagai salah satu persayaratan untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata pada Fakultas Sastra, Program Studi Pariwisata, bidang keahlian Usaha Wisata pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bimbingan, masukan, dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan kepada :

1. Bapak Drs.Syaifuddin MA.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra USU Medan. 2. Bapak Drs.Ridwan Azhar M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi

Diploma III Pariwisata USU.

3. Bapak Drs.Mukhtar Madjid, S.Sos., M.P., AMP, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan serta kritikan hingga membuat kertas karya ini dapat selesai tepat pada waktunya.

4. Bapak Haris Sutan Lubis, M.SP selaku Dosen Pembaca dalam kertas karya ini yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan kertas karya ini.

5. Alm.Bapak Hazed Djoeli, terima kasih atas bakti Bapak terhadap Pariwisata kita hingga akhir hayat. Terima kasih atas segala pujian yang


(7)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

selalu bapak ucapkan, penulis belajar banyak hal dari Bapak. Semoga Bapak tenang disisi Nya dan amal ibadah Bapak diterima disisi Allah SWT, amin. 6. Ibu Audry, selaku pengurus segala administrasi perkuliahan.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar pada Program Studi Pariwisata yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Sakiman dan Ibunda Mutiara Wani atas segala motivasi, kasih sayang, cinta, dan perhatian bagi penulis selama ini. Buat penulis, tiada harta berharga yang penulis miliki selain kalian di muka bumi ini. Love u Dad, Love u Mom.

9. Buat kakak dan adik penulis, Mba’Gita dan Dek Mel. Berilah yang terbaik buat orang tua kita. Senyum dan keberhasilan kita kunci kebahagiaan mereka. 10.From Bali with Love and from Bali with you. “Denny”. Makasi buat support

dan perhatian yang tiada henti kepada penulis.

11.Sahabat penuh kasih, penuh canda, penuh tawa, penuh tangis juga. SHE 5 (Ika, Ira, Lela, Yunda). Love u beibz. Moga kita sukses selalu.

12.Sahabat-sahabat lainnya. Nunun, Wahyu, Agus. Jangan nakal ya, miss u. sahabat-sahabat di Kos Muslimah (Kak Nanda, Nenda, Nely) thanks for all. 13.Buat bang Dhani, yang selalu mengajarkan tentang hidup dan tentang

kesederhanaan.

14.Buat semua teman-teman seperjuangan di UW’06, begitu banyak kisah yang udah kita lewati. Terima kasih buat kehangatan yang terjalin dalam berbagai tour yang kita lalui. Semoga kita menjadi orang yang sukses dikemudian hari.


(8)

15.Buat adik-adik pariwisata 2007-2008, berikan yang terbaik untuk pariwisata kita. Terutama untuk ketua IMAPA “Dian Permana Alam”.

16.Malaysia Airlines (Bang Hendra, Bang Heri, Bang Amar, Pak Mior, Bang Bob, Kak Sony), PT.NATS Nusantara (Bang Joko, Ari, Putra, Bang Raja, Babe), Overland Travel (Pak Asep, Bang Sani, Kak Ida, Bu Fani), JP Travel Bandung (Pak Uto, Pak Sofyan, Pak Hendi, Pak Odas), special for Bli Wayan. Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, baik sistem penulisan, ejaan, dan isinya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan kertas karya ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas perhatian pembaca, semoga keberadaan kertas karya ini dapat memberikan masukan khususnya untuk Program Studi Pariwisata USU dan khalayak ramai umumnya.

Medan, Maret 2009 Penulis

Dini Arista NIM 062204022


(9)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Semua kita mengetahui bahwa dalam masa perkembangannya Nanggroe Aceh Darussalam pernah mengalami masa-masa yang maju dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan sejarah. Akan tetapi, kemajuan-kemajuan itu mengalami pasang surut yang disebabkan berbagai peristiwa yang telah melanda daerah ini. Keadaan tersebut menyebabkan Aceh agak jauh tertinggal dalam bidang kepariwisataan, padahal Aceh khususnya Banda Aceh yang merupakan Ibu kota dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki asset potensi pariwisata yang cukup tinggi berupa nilai historis dan kultural. Namun tidak terpeliharanya objek wisata yang ada dan tidak mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat yang membuat Aceh mengalami keterhambatan dalam pengembangan pariwisata.

Ditambah lagi dengan tsunami yang melanda hampir diseluruh belahan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam membuat Aceh makin jauh tertinggal dalam pengembangan pariwisatanya. Bencana ini seolah membuat wajah Aceh kembali tercoreng di mata dunia, setelah konflik panjang tiada berkesudahan yang terjadi di bumi Serambi Mekkah ini.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sesungguhnya sangat memiliki potensi kultural dan historis yang cukup besar, dilihat dari kekayaan alamnya, budaya, pola laku masyarakatnya yang sangat memegang teguh adat istiadat, serta perkembangan sejarah dalam jantung Aceh. Kita semua menaruh keyakinan melalui pengembangan pariwisata, setidaknya akan mampu mewujudkan kesadaran pariwisata yang bukan hanya mengangkat peninggalan sejarah untuk dinikmati sebagai hiburan, juga melalui aktifitas-aktifitas tersebut dapat mencapai dan mengembangkan beberapa pokok tujuan dalam melestarikan niali sejarah dan budaya Aceh.

Dengan adanya pengembangan pariwisata, diharapkan dapat menggugah apresiasi masyarakat Aceh terhadap nilai-nilai historis dan kultural. Demikian pula generasi muda untuk dapat berperan dan melestarikan potensi wisata yang ada guna membangkitkan Nanggroe Aceh Darussalam dari keterpurukan yang pernah dialami.


(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iv

Daftar Isi ... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Pembatasan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penulisan ... 5

1.4.Metode Penelitian ... 5

1.5.Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Pariwisata ... 7

2.2. Industri Pariwisata... 8

2.3. Definisi Wisatawan ... 9

2.4. Pengertian Objek Wisata dan daya Tarik Wisata ... 10

2.5. Sumber Objek Wisata... 12

2.6. Pengertian Tsunami ... 13

BAB III. GAMBARAN UMUM BANDA ACEH 3.1. Letak Geografis ... 16

3.2. Jumlah Penduduk ... 18

3.3. Latar Belakang Kebudayaan Aceh ... 19

3.3.1. Latar Belakang Sejarah ... 19

3.3.2. Struktur Masyarakat... 20

3.3.3. Sistem Kekerabatan ... 22

3.4. Fasilitas Pendukung Pariwisata ... 22

3.4.2. Perhubungan Udara ... 24

3.4.3. Perhubungan Darat ... 24

3.4.4. Perhubungan Laut ... 24

BAB.IV. OBJEK WISATA BARU PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA BARU INDUSTRI PARIWISATA DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM 4.1. Sekilas Mengenai Industri Pariwisata di Banda Aceh ... 26

4.2. Deskripsi Objek Wisata Pra Tsunami ... 27

4.2.1. Wisata Alam ... 27

a. Pantai Lampuuk ... 27

b. Krueng Raya ... 28

c. Taman Wisata Krueng Aceh ... 29

4.2.2. Wisata Sejarah ... 29


(11)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

c. Kerkhoff... 32

d. Taman Sari ... 32

e. Gunongan ... 33

f. Rumah Cut Nyak Dien ... 33

g. Makam Syiah Kuala ... 34

h. Monumen RI 001 ... 34

i. Makam Sultan Iskandar Muda ... 35

j. Benteng Indra Pura ... 36

k. Mesjid Kuno Indra Puri ... 36

l. Makam Kandang XII ... 37

4.2.3. Wisata Budaya ... 37

a. Taman Pekan Kebudayaan Aceh ... 37

4.3. Deskripsi Objek Wisata Pasca Tsunami ... 38

4.3.1. Objek Wisata yang Terkena Tsunami ... 39

a. Mesjid Raya Baiturrahman ... 39

b. Rumah Cut Nyak Dien ... 40

c. Pantai lampuuk ... 40

d. Krueng Raya ... 41

4.3.2. Objek Wisata Peninggalan Tsunami ... 41

a. Kapal PLTD Apung ... 41

b. Taman Edukasi Tsunami ... 44

c. Museum Tsunami ... 45

d. Monumen Peringatan Tsunami ... 46

e. Kapal Apung Lampulo ... 46

f. Kuburan Massal di Lambaro... 48

g. Kawasan Ulee Lheue ... 48

h. Perumahan Bantuan Tiongkok ... 49

i. Mesjid Rahmatullah Lampuuk ... 50

j. Mesjid Bantuan Kesultanan Oman (Arab) ... 50

k. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Nasional Provinsi NAD 50 BAB.V. KESIMPULAN ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan kepariwisataan Indonesia tidak terlepas dari pembangunan pariwisata nasional yang menitikberatkan kepada usaha dalam negeri dengan tujuan mempromosikan dan memperkenalkan kebudayaan yang beraneka ragam, keindahan alam yang dimiliki, serta peninggalan-peninggalan sejarah yang dimiliki oleh berbagai daerah yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah RI mengeluarkan berbagai kebijaksanaan peraturan serta keputusan tentang kepariwisataan nasional agar perkembangan kepariwisataan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam GBHN.

Nanggroe Aceh Darussalam adalah provinsi yang terletak di wilayah paling Barat Indonesia dan memiliki berbagai potensi yang cukup cerah dalam rangka menunjang Pembangunan Nasional. Potensi dan asset yang dimiliki di Aceh tidak hanya bersumber dari industri, pertanian, kesenian, maupun adat istiadat budayanya saja namun ada sektor lainnya yang cukup memberikan andil seperti sektor pariwisata. Salah satu yang cukup menarik perhatian dan mata dunia adalah berupa objek wisata peninggalan tsunami yang menjadikan Aceh semakin kaya dalam bidang pariwisata.


(13)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Bencana, cobaan, ataupun siksaan sekalipun tiada seorang pun yang tahu pasti kapan akan terjadi. Di penghujung tahun 2004 ketika fajar baru menyongsong, tepatnya tanggal 26 Desember 2004 sekitar pukul 08.00 wib, gempa bumi berkekuatan 8,9 skala ritcher, mengguncang sebagian besar wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Bencana yang

dirasakan semenanjung kawasan Aceh ini cukup besar dari gempa yang pernah terjadi sebelumnya. Tanpa ada komando, masyarakat setempat lari berhamburan meninggalkan rumah masing-masing.

Bencana yang terjadi hari Minggu itu, membuat masyarakat Aceh panik, seketika bangunan tampak porak-poranda. Kejadian tidak hanya berlangsung sampai sini saja, kurang dari 10 menit, alun-alun kota Banda Aceh diramaikan oleh penduduk yang seakan takjub melihat keindahan surutnya air laut dan seolah memberi kebahagiaan bagi mereka karena ikan-ikan yang menggelepar di darat.

Dari sinilah semua bersumber, tidak lebih dari 15 menit kemudian, suara dengungan air deras bagai suara gemuruh membuat suasana kota Banda Aceh sekejap berubah mencekam. Tak ada yang menduga, bencana sedahsyat tsunami akan meluluhlantahkan kota Banda Aceh. Air laut naik dengan ketinggian yang bervariasi dengan kecepatan 600mil/700mil perjam atau setara dengan 970km/jam, kecepatan ini setara pula dengan kecepatan maksimal sebuah pesawat luar angkasa yakni jumbo jet B747-100.

Peristiwa besar ini dialami penduduk di pinggiran pantai Aceh, baik wilayah Barat, Timur, ataupun sebagian wilayah Sumatera Utara. Gelombang ini menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Sebagian besar infrastruktur, sarana dan

1


(14)

prasarana baik itu rumah, perkantoran, pertokoan, jalan beserta kehidupan yang ada telah menjadi rata dengan tanah.

Bencana ini telah menyebabkan begitu banyak korban yang berjatuhan hingga mencapai angka ratusan ribu jiwa. Bencana ini juga menghancurkan sarana komunikasi, listrik air bersih, transportasi sehingga kawasan Aceh dan wilayah Sumatera Utara terisolasi dari aktivitas kehidupan.

Banda Aceh, kota yang sebelumnya cukup indah dan berpenduduk 220.737 jiwa berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000, kini kontan menjadi kota mati. Sarana komunikasi, transportasi, dan lainnya yang berada di kota seluas 61,36 km² itupun lumpuh total.

Pasca tragedi tsunami yang terjadi, pemerintah daerah bersama BRR NAD-Nias (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) dan NGO serta beberapa dermawan lainnya mulai menata kota untuk membangun sarana dan prasarana yang musnah karena hantaman tsunami. Perbaikkan itu diagendakan pada perbaikan sistem RAN-Data Base, sistem komunikasi dan informasi, perbaikan rumah, infrastruktur udara, darat, dan laut serta perbaikan sekaligus pembangunan kembali Airport yang mana airport menjadi pintu utama yang menghubungkan Aceh menuju global. (Seumangat,

26/12/08).

Kini empat tahun tragedi tsunami telah berlalu, 3,5 tahun waktu yang dibutuhkan pemerintah daerah, BRR, dan NGO untuk menata kembali provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peristiwa tersebut tak selamanya menjadi derita bagi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Kota Banda Aceh. Dengan adanya bencana


(15)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

wisata-objek wisata yang bermunculan pasca tsunami. Ini merupakan hal yang tentunya dapat membangkitkan pariwisata di Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam perkembangan objek wisata baru ini, diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi pendapatan daerah serta dapat memajukan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang kini sedang berusaha untuk menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata. Kini munculnya objek wisata peninggalan tsunami di Banda Aceh, mulai dikenal oleh wisatawan dan telah menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Dengan latar belakang yang disebutkan, maka penulis memilih judul pada karya tulis ini “OBJEK WISATA BARU PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM”.

1.2 PEMBATASAN MASALAH

Dalam pembahasan Kertas Karya ini penulis membatasi masalah mengenai deskripsi objek wisata peninggalan tsunami dengan rincian masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objek wisata peninggalan tsunami di Banda Aceh hingga dijadikan sebagai primadona ?

2. Bagaimana perkembangan industri pariwisata di Banda Aceh?

3. Bagaimana objek wisata peninggalan tsunami dapat menjadi primadona baru dalam Industri Pariwisata di Banda Aceh ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulis dalam membuat Kertas Karya ini adalah :


(16)

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Pariwisata D-III Bidang Usaha Wisata di Fakultas Sastra USU.

b. Memperkenalkan objek wisata peninggalan tsunami serta mendeskripsikan objek wisata yang dimiliki Banda Aceh pra-tsunami dan pasca tsunami.

c. Memperluas pengetahuan mengenai kekayaan objek wisata yang dimiliki oleh Nanggroe Aceh Darussalam dalam rangka untuk proses pembangunan pariwisata Aceh kedepannya.

d. Mengetahui objek wisata tsunami yang dikatakan sebagai primadona di industri pariwisata di Banda Aceh.

1.4 METODE PENELITIAN

Di dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode penelitian : a. Library Research, penulis mengadakan penelusuran literature untuk

mendapatkan data-data bahan pustaka yang berhubungan dengan kertas karya ini.

b. Field Research, penulis mengadakan penelitian langsung ke lapangan dengan

cara mewawancarai pihak-pihak terkait serta meninjau langsung atraksi-atraksi wisata budayanya dan beberapa objek wisatanya.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dan penyusunan Kertas Karya ini dapat dijelaskan sebagai berikut :


(17)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini, diuraikan tentang alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Kepariwisataan

Meliputi : Pengertian tsunami, Pengertian pariwisata, Pengertian industri pariwisata, Definisi wisatawan, Pengertian objek wisata dan atraksi wisata, dan Sumber objek wisata. BAB III : Gambaran umum kota Banda Aceh

Meliputi : Letak geografis, Jumlah penduduk, Latar belakang Kebudayaan Aceh, Kelengkapan akomodasi di Banda Aceh, dan Fasilitas pendukungnya.

BAB IV : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Menjadi Primadona Industri Pariwisata di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

Meliputi : Beberapa objek wisata peninggalan tsunami yang dimiliki Kota Banda Aceh sebelum dan sesudah tsunami.

BAB V : Penutup Daftar Pustaka

Lampiran


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA

Istilah “pariwisata” yang digunakan di Indonesia sebagai terjemahan dari Bahasa Inggris “Tourism”. Secara etimologi berasal dari bahasa sansakerta, yang terdiri dari dua suku kata. “pari” dan “wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau dapat diartikan dengan bepergian. Secara garis besarnya dapat diartikan suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. (Oka A. Yoeti, 1996 : 112).

Secara teknis, ilmu pariwisata adalah suatu ilmu yang mempelajari rangkaian yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan atau kelompok di dalam wilayah negaranya sendiri atau Negara lain yang menggunakan kemudahan, jasa atau pelayanan yang disediakan pemerintah, dunia usaha, dan industri agar terwujud keinginan wisatawan. (Sinaga, 1995 : 1).

Menurut Prof.Hunzieker dan Prof.Kraff (dalam buku Oka Yoeti, 1996 : 115) mengatakan bahwa ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing dari segala yang ditimbulkan oleh


(19)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

perjalanan dan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang bersifat sementara.

Jadi dapat disimpulkan banwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap ditempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan.

2.2 INDUSTRI PARIWISATA

Bila orang mendengar kata “industri”, gambaran dari kebanyakan orang pada umumnya adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap dengan mempergunakan mesin dalam proses produksinya. Namun pada kenyataannya, tidak demikian dengan definisi industri pariwisata sebenarnya. Untuk itu, berikut merupakan pengertian industri pariwisata :

Menurut R.S. Darmadji, Industri pariwisata merupakan rangkuman dari pada

berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama meghasilkan

produk-produk ataupun jasa-jasa dan pelayanan yang nantinya baik secara langsung

ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan

pariwisata.

Dengan adanya pengertian diatas, jelas bahwa industri pariwisata itu tidak hanya berkenaan sebagai suatu produk yang wujudnya konkrit, namun ada pula dalam wujud abstrak seperti pelayanan, atraksi wisata, seni dan budaya asli, ataupun adat istiadat suatu DTW (daerah tujuan wisata). Jadi, atraksi wisata yang berupa

7


(20)

peninggalan tsunami yang dibahas dalam kertas karya ini termasuk ke dalam elemen produk wisata suatu dalam industri pariwisata. Karena semakin jauh perbedaan suatu atraksi wisata di tempat asal wisatawan dengan DTW yang dikunjungi, maka akan semakin besar minat wisatawan untuk berkunjung ke DTW tesebut.

2.3 DEFINISI WISATAWAN

Kata “wisatawan” berasal dari bahasa sansekerta, yang berasal dari kata “wisata” yang berarti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata tour dalam bahasa Inggris. Kata “wisatawan” selalu diasosiasikan dengan kata tourist dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No.870 yang isinya :

“ Untuk tujuan statistik yang dimaksud dengan visitor atau pengunjung adalah setiap

orang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang

biasa, dengan alasan apapun juga mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar

oleh negara yang dikunjunginya “.

Secara umum pengertian wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat yang bukan untuk bekerja dan tempat tersebut bukanlah tempat asalnya, dimana perjalanannya tersebut lebih dari 24 jam dan kurang dari satu tahun.

Pengunjung dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :


(21)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal paling sedikit selama 24 jam di negara yang dikunjungi dalam bentuk :

Pesiar (leisure) ialah orang yang berkunjung untuk keperluan rekreasi, berlibur, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

 Bisnis, keluarga, konferensi, dan misi.

2. Pelancong (excursionist) yaitu pengunjungan sementara yang kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi.

Wisatawan dibagi kedalam dua istilah, yaitu :

WISNU (Wisatawan Nusantara), yaitu wisatawan yang berasal dari dalam negeri.

WISMAN (Wisatawan Mancanegara), yaitu wisatawan yang berasal dari luar negeri.

2.4 PENGERTIAN OBJEK WISATA DAN DAYA TARIK WISATA

Istilah “objek” dan “daya tarik wisata” telah dikenal di Indonesia, sedangkan diluar negeri dikenal dengan istilah “Atraksi Wisata” (tourist attraction). Atraksi wisata merupakan suatu daya tarik yang tak lepas dari pengertian produk wisata, karena wisatawan pada umumnya bertujuan untuk menyaksikan objek dan daya tarik wisata yang ada.

Namun terdapat definisi lain mengenai “objek wisata” dan “atraksi wisata” yang lazim di kenal di Indonesia dan resmi datang dari pemerintah, diantaranya adalah :


(22)

• Menurut UU No. 9/1990

“objek wisata adalah semua hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam”.

• SK. Menteri Pertanian dan MENPARPOSTEL No.204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM 47/PW.004/MPPT-89

“objek wisata adalah suatu tempat (alam) yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan”.

• Peraturan Pemerintah No. 24/1979

“objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, cara hidup, seni budaya, sejarah bangsa dan juga suatu alam yang menarik untuk dikunjungi”. Sedangkan atraksi wisata merupakan sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dan dinikmati. Yang termasuk ke dalam atraksi wisata antara lain upacara adat, tarian, kesenian, dan lain-lain.

Menurut UU No. 9/1990 bahwa atraksi wisata adalah semua segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dan dinikmati oleh wisatawan yang kesemuanya merupakan hasil kerja manusia.

Kepuasan wisatawan pada suatu DTW tergabung atas dua faktor, yaitu :

1. Tourism Resources

Merupakan segala sesuatu yang ada di DTW dan menarik untuk disaksikan.


(23)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama melakukan perjalanan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari segala sesuatu, baik itu ciptaan Tuhan maupun manusia seperti alam, seni budaya, peninggalan sejarah, serta tata kelakuan hidup masyarakat yang dapat dijadikan daya tarik wisata.

2.5 SUMBER OBJEK WISATA

Sumber objek wisata sebagai daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang terdiri dari beberapa unsur :

a. Nature (alam)

Yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat dimanfaatkan, dan diusahakan ditempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan.

Contohnya : keindahan alam seperti pantai, pegunungan, flora dan fauna, dan lainnya.

b. Culture (kebudayaan)

Yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia.

Contohnya : upacara adat, perkawinan adat, tarian, dan lain-lain. c. Human (manusia)

Yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas/kegiatan manusia dan mempunyai daya tarik wisata tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata.


(24)

Contohnya : Suku Asmat dan Suku Dayak yang masih hidup dengan tata cara kehidupan mereka yang primitif.

d. Man made (ciptaan manusia)

Yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata.

Contohnya : prasasti, candi, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Untuk dapat dijadikan sebagai suatu daerah tujuan wisata atau objek wisata pada suatu daerah, maka harus dikembangkan tiga hal yaitu :

Something to see : yaitu adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat. • Something to buy : yaitu adanya sesuatu yang menarik atau khas untuk

dibeli.

Something to do : yaitu adanya suatu aktifitas yang dapat dilakukan

di daerah itu.

2.6 PENGERTIAN TSUNAMI

Tsunami sesuai ejaan besar di pelabuhan". Berarti dalam arti luasnya adalah sebuah setelah sebuah


(25)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya apabila berada dalam pantai yang dalam. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan kawasan pesisir pantai dan kepulauan.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin, lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Syarat terjadinya tsunami akibat gempa adalah :

• Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km) • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Penyebab terjadinya tsunami adalah : Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusa adalah akibat gempa bumi bawah laut.

Gerakan vertikal pada turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.


(26)

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi at bumi juga banyak terjadi di daera ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi tingginya mencapai ratusan meter.


(27)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM BANDA ACEH

3.1 LETAK GEOGRAFIS

Kota Banda Aceh adalah ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dahulu kota ini bernama Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan Perda Aceh No.5/1988, tanggal 22 April 1205 ditetapkan sebagai tanggal keberadaan kota yang telah berumur 797 tahun ini.

Wilayah kota Banda Aceh sangat strategis berada pada jalur pelayaran Selat Malaka dan Lautan Hindia, berhadapan dengan jarak tidak terlalu jauh dengan negara tetangga Malaysia, Vietnam, dan kamboja.

Kota Banda Aceh luasnya 61,36 km², terletak pada 05.30Δ - 05.35Δ LU dan 95.30Δ - 99.16Δ BT, dengan posisi membujur dari arah Selatan ke Barat Laut. Adapun batas-batas wilayah Banda Aceh :


(28)

- Utara : Selat Malaka

- Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten AcehBesar

- Barat : Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar - Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya

Kabupaten AcehBesar

Secara geografis, Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 70 desa (gampong), dan 20 kelurahan. Permukaan tanah kota Banda Aceh pada umumnya datar, dengan ketinggian rata-rata 0,80 cm diatas permukaan air laut.

Gampong (Desa) 16

10

11

9

9

10

6

9

17


(29)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Berikut merupakan data dari 9 kecamatan lengkap dengan luas dan persentase untuk tiap kecamatan :

3.2 JUMLAH

PENDUDUK

Penduduk kota Banda Aceh mayoritas

beragama Islam dengan jumlah jiwa 146.409 jiwa atau 69%, Katolik 984 jiwa atau 0,46%, Kristen 602 jiwa atau 0,28%, Hindu 11 jiwa atau 0,005%, Budha 268 jiwa atau 0,12.5% dan selebihnya pemeluk konghucu.

Akibat bencana gempa dan tsunami pada akhir tahun 2004 yang lalu terjadi perubahan besar pada kota Banda Aceh, baik geografisnya, struktur penduduk, struktur ekonomi, maupun struktur sosial.

Penduduk kota Banda Aceh sebelum tsunami berjumlah 265.533 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 141.154 jiwa, perempuan berjumlah 101.839 jiwa.

-

80 desa

No. Kecamatan Luas / Km2 Persentase

1. 7,258 11,83

2. 4,539 7,40

3. 10,047 16,37

4. 14,244 23,21

5. 6,150 10,02

6. 4,789 7,80

7. 5,211 8,49

8. 5,341 8,70

9. 3,780 6,16

Jumlah 61,359 100,00


(30)

Tingkat kepadatan sebelum tsunami mencapai 4.238 jiwa/km², dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 4,5%. Akibat bencana tsunami penduduk kota Banda Aceh sekarang pasca tsunami ±3.483 jiwa/km².

Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 220.669 jiwa berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan di berbagai BPS (Badan Pengawas Sosial).

3.3 LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN ACEH 1. Latar Belakang Sejarah

Seperti bagian Indonesia lainnya, daerah Aceh juga telah lama didiami oleh manusia. Hal ini dapat dipahami apabila diamati letak geografis daerahnya. Aceh relative menguntungkan dalam hubungan interaksi antar dua pusat peradaban kuno, yaitu India dan Tiongkok. Tentu saja sedikit banyak unsur peradaban dan kebudayaan kedua kebudayaan itu ikut menyerap ke pelbagai segi kehidupan penduduk Aceh pada waktu itu.

Letak yang strategis inilah yang barangkali membawa agama Islam masuk dan menyebar ke kepulauan Indonesia, dan Aceh merupakan daerah yang mula-mula dimasukinya. Pemberian gelar “Seuramo Meukah” (Serambi Mekkah), sekurang-kurangnya memberi gambaran betapa berartinya Aceh dalam hubungannya dengan penyebaran agama Islam di kepulauan Indonesia. Kendati pun kapan waktu yang pasti masuknya Islam di Indonesia masih menjadi persoalan, namun toh kerajaan


(31)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Mengenai awal penetapan kota Banda Aceh, pada tahun 1205 merupakan awal keberadaannya dan masih bernama Kutaraja bukan Banda Aceh, hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah tertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Dan pada tahun 1962 resmilah Banda Aceh menjadi nama ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam bukan lagi Kutaraja. Nama Banda Aceh dikenal hingga saat ini.

2. Struktur Masyarakat

Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu :

1. Golongan Umara

Maksudnya : sebagai pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Contohnya seperti jabatan Sultan yang merupakan pimpinan atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai pimpinan unit pemerintah Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe (Panglima Sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan Gampong (kampung). Kesemua mereka atau pejabat tersebut di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.


(32)

2. Golongan Ulama

Maksudnya : Yang menjadi pimpinan atau yang mengurusi masalah-masalah keagamaan (hukum atau syariat Islam) dikenal sebagai pemimpin keagamaan atau masuk kelompok elite religious. Para ulama ini mengurusi hal-hal yang menyangkut keagamaan, maka dari itu mereka haruslah seorang yang berilmu, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Nyang Malem. Dengan ilmu lah mereka dapat menyandang predikat/sebutan ulama itu sendiri. Yang berarti para ahli ilmu atau para ahli pengetahuan. Adapun golongan atau kelompok Ulama ini dapat disebutkan, yaitu :

1. Tengku Meunasah, yang memimpin masalah-masalah yang berhubungan

dengan keagamaan pada satu unit pemerintah Gampong (kampung).

2. Imum Mukim (Imam Mukim), yang mengurusi masalah keagamaan pada

tingkat pemerintahan mukim, yang bertindak sebagai imam sembahyang pada setiap hari Jumat di sebuah mesjid pada wilayah mukim yang bersangkutan.

3. Qadli (kadli), yaitu orang yang memimpin pengadilan agama atau yang

dipandang mengerti mengenai hukum agama pada tingkat kerajaan dan juga pada tingkat Nanggroe yang disebut Kadli Uleebalang.

4. Teungku-teungku, yaitu pengelola lembaga-lembaga pendidikan keagamaan

seperti dayah dan rangkang, juga termasuk murid-muridnya. Bagi mereka yang sudah cukup tinggi tingkat keilmuannya, disebut dengan istilah Teungku

Chiek.


(33)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Selain pembagian atas kedua kelompok tersebut di atas, yang paling menonjol dalam masyarakat Aceh tempo doeloe, terdapat lapisan-lapisan lain

seperti kelompok Sayed yang bergelar habib untuk laki-laki dan Syarifah

3.4 FASILITAS PENDUKUNG PARIWISATA

untuk perempuan. Kelmpok ini dikatakan berasal dari keturunan Nabi Muhammad. Jadi kelompok Sayed ini juga merupakan lapisan tersendiri dalam masyarakat Aceh. Pelapisan masyarakat Aceh juga dapat dilihat dari segi harta yang mereka miliki. Untuk itu, maka ada golongan hartawan/orang kaya dan rakyat biasa (Ureung leue).

3. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan etnis Aceh adalah menurut garis keturunan Ayah dan juga Ibu. Perpaduan patrilineal dan matrilineal ini dalam hubungan kekerabatan yang mengakibatkan terjadinya pembauran etnis ini dengan etnis lainnya sehingga terjadinya asimilasi sehingga menumbuhkan bentuk ke-Singkil-an suku. Terlebih lagi mencairnya pemisahan antara berbagai etnis maka terjadilah perkawinan antar etnis yang memunculkan kehidupan harmonis saling menghargai.

A. AKOMODASI

Jika mengunjungi daerah Banda Aceh, jangan ragu akan akomodasi. Sebab semenjak pembangunan kembali Aceh, fasilitas akomodasi pun ikut dikembangkan


(34)

dan sudah terhitung sebagai hotel berbintang dan sesuai dengan standart hotel berbintang pada umumnya. Berikut daftarnya :

1. Cakra Donya Hotel

Address : Jl. Khairil Anwar No.10 , Banda Aceh Phone : (0651) 33633

2. Sultan Hotel

Address : Jl. Sultan Hotel No.1, Peunayong Banda Aceh Phone : (0651) 22469

3. Kartika Hotel

Address : Jl. Nyak Adam Kamil IV No.1 Banda Aceh Phone : (0651) 31205

4. Taman Tepi Laut Hotel

Address : Jl. Banda Aceh-Meulaboh KM 17,55 Lhoknga Banda Aceh Phone : (0651) 44202

5. Medan Hotel

Address : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 17, Peunayong Banda Aceh Phone : (0651) 33851

6. Hermes Palace (Ex: Swissbelt Hotel)


(35)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Address : Jl. Panglima Nyak Makam Banda Aceh Phone : (0651) 755888

B. PERHUBUNGAN UDARA

Dalam kota Banda Aceh, terdapat satu bandara yang bernama Bandara Sultan Iskandar Muda. Ini merupakan satu-satunya bandara yang dapat menghubungkan Banda Aceh dengan luar kota. Sehari-harinya, pesawat komersil seperti Garuda

Indonesia (GA), Sriwijaya Air (SJ) siap melayani route Banda Aceh (BNA) – Medan

(MES).

Bila musim haji tiba, Banda Aceh dan bandara ini khususnya menjadi penghubung untuk keberangkatan jamaah haji asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menuju Saudi Arabia.

C. PERHUBUNGAN DARAT

Dengan adanya peningkatan sarana jalan, angkutan darat pun terus meningkat. Angkutan penumpang bus umum dan truk barang merupakan sarana penting untuk kelancaran perekonomian daerah ini yang merupakan jalur penghubung antara Banda Aceh – Aceh Utara – Medan dan daerah lainnya di provinsi NAD.

D. PERHUBUNGAN LAUT


(36)

Di jalur perairan Nanggroe Aceh Darussalam, terdapat sembilan pelabuhan yang masing-masing berlokasi di :

- 4 (empat) pelabuhan terdapat di bagian barat, Meulaboh (100 Dwt), Tapak Tuan (4.000 Dwt), Susoh Aceh Selatan (3.000 Dwt) dan Sinabang (3.000 Dwt)

- 5 (lima) pelabuhan lagi terdapat di bagian timur Aceh, Sabang (10.000 Dwt), Malahayati (5.000 Dwt), Lhokseumawe (10.000 Dwt), Kuala Langsa (5.000 Dwt)

- Dan 4 (empat) pelabuhan khusus yang dimiliki oleh perusahaan gas/minyak dan pupuk (AAF, EXXON MOBIL, ARUN LNG, PIM dan PT. SAI).

Untuk memperlancar pelayaran kapal Ferry yang menghubungkan Banda Aceh – Sabang kini pasca tsunami telah siap diperbaiki pelabuhan Ulee Lhee (500 Dwt) di Banda Aceh.

BAB IV

OBJEK WISATA PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA BARU INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH


(37)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

4.1 SEKILAS MENGENAI INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang letaknya paling barat ujung pulau Sumatera. Daerah Nanggroe Aceh Darussalam sangat dikenal sebagai daerah yang penuh dengan sejarah perjuangan yang cukup panjang. Karena pada masa kerajaan Aceh Darussalam dahulu, sebelum masuknya penjajah Belanda dan Jepang ke Aceh, kerajaan ini merupakan kerajaan Islam terbesar di Asia Tenggara. Bukti peninggalan sejarah terdahulu sampai saat ini masih tersimpan dalam museum dan rumah-rumah warga yang memiliki hubungan darah dengan kerajaan Aceh.

Di sektor lainnya, Nanggroe Aceh Darussalam sangat kaya akan potensi alamnya yang melimpah ruah dengan hasil pala, kopi, nilam, dan lain-lain. Dengan kekayaan alam yang dimilikinya dan dengan latar belakang sejarah terdahulu yang sebagian besar adalah warisan peninggalan budaya Islam, maka Aceh sangat pantas bila dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia.

Banda Aceh merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam. Dan Banda Aceh ini juga merupakan ibukota dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sebagai ibukota provinsi, Banda Aceh menawarkan sejumlah keindahan kotanya yang dapat dijadikan sebagai asset berharga yang dimiliki Nanggroe Aceh Darussalam di sektor pariwisata. Banda Aceh memiliki berbagai macam objek wisata yang cukup menarik. Seperti : objek wisata yang bernilai historis, objek wisata yang bernuansa pantai, kesenian serta pusat kerajinan Aceh, dan alamnya yang sangat indah. Kesemuanya itu memiliki harga jual tinggi bagi kepariwisataan di Aceh.


(38)

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Banda Aceh khususnya memang memiliki khasanah tersendiri yang sangat menarik untuk dikunjungi dan dipelajari.

4.2 DESKRIPSI OBJEK WISATA PRA TSUNAMI

Banda Aceh merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata. Objek wisata yang ditawarkannya berupa objek wisata sejarah, religi, dan pesona alam. Berikut merupakan daftar objek-objek wisata yang ada di Banda Aceh :

1. WISATA ALAM

Adapun objek wisata di Banda Aceh yang menawarkan keindahannya berupa panorama alam adalah :

1. Pantai Lampuuk

Pantai Lampuuk terletak di pantai barat Aceh kurang lebih 17 km atau dapat ditempuh sekitar ±30 menit dengan menggunakan kendaraan. Pantai ini merupakan tempat wisata yang paling diminati penduduk Aceh. Pantai ini cukup indah dan dapat digunakan sebagai tempat berenang, berjemur di pasir putih, memancing, berlayar, menyelam, dan kegiatan rekreasi lainnya.

Di sore hari, pantai ini terlihat lebih indah dimana wisatawan dapat menyaksikan matahari terbenam dengan sejuta pesona indahnya. selain menawarkan keindahan alamnya, pantai ini juga merupakan pusat industtri karena disekitar pantai ini berdiri megah sebuah pabrik semen andalas.


(39)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Krueng Raya merupakan sebuah nama wilayah berjarak 35 km dari Banda Aceh. Di daerah tersebut terdapat pelabuhan yang bernama “Pelabuhan Malahayati”yang sering dipergunakan masyarakat untuk menyeberang ke pulau weh (sabang).

Di daerah ini terdapat pantai yang sangat terkenal yaitu Pantai Ujong Batee. Pantai tersebut tidak hanya menawarkan keindahan alamnya, tetapi menawarkan pula makanan lezat khas Aceh berupa kepiting besar, udang windu, tiram, telur penyu, dan berbagai hasil laut lainnya di sebuah restoran megah yang berdiri di pantai ini. Panati Ujong Batee ini terletak sekitar 17km arah timur Banda Aceh. Ujong Batee dalam bahasa Aceh berarti ujung batu, nama ini diberikan karena dari pantai ini, wisatawan dapat melihat ke pulau seberang, yaitu pulau paling ujung yaitu Sabang.

Selain tempat wisata pantai, di kawasan ini juga terdapat daerah wisata yang bernama Lamreh. Daerah ini merupakan daerah bukit yang dulunya tandus, namun kini telah ditanami berbagai pohon. Dari sini dapat disaksikan panorama laut yang begitu indah.

3. Taman Wisata Krueng Aceh

Sungai yang membelah Kota Banda Aceh ini merupakan salah satu sungai yang cukup bersih untuk dijadikan sebagai objek wisata dengan konsep panorama aliran sungai dengan suasana tenang dan nyaman untuk melepas kepenatan. Titik


(40)

Lokasi Waterfront City di Kota Banda Aceh meliputi kawasan Gampong Keudah, Gampong Kuta Alam dan Kawasan Gampong Lamgugob, dengan sarana yang tersedia yaitu tempat rekreasi keluarga di titik Keudah dan Kuta Alam serta wisata air di jembatan lamnyong.

Selain itu sebagai pelengkap bagi pengunjung yang tidak hanya melepas kepenatan tempat ini dapat dimanfaatkan sebagai lokasi jogging track.

2. WISATA SEJARAH

1. Mesjid Raya Baiturrahman

Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh, terletak di pusat kota Banda

Aceh dan merupakan kebanggaan masyarakat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.

Masjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika berperang dengan Belanda (1873-1904). Pada saat terjadi Perang Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar habis oleh tentara Belanda. Pada saat itu, Mayjen Khohler tewas tertembak di dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Masjid Raya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun sebuah monumen kecil di depan sebelah kiri Masjid


(41)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Masjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga saat ini Masjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan (1879-1993).

Mesjid ini merupakan salah satu Mesjid yang terindah di Indonesia yang memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2 dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan Mesjid. Mesjid ini dapat menampung hingga 9.000 jama‘ah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.

2. Museum Negeri Aceh

Kota Banda Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam sebuah Kompleks. Bangunan induk Museum berupa sebuah rumah tradisional Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang, yang kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart (Belanda) yang kemudian dijadikan Museum.

Sekarang ini lingkungan Museum ini telah bertambah dengan bangunan baru yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan Balai Pertemuan yang berbentuk kerucut yang bentuknya diambil dari cara orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang dinamakan "Bu kulah". Bu kulah ini


(42)

antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu seperti Kenduri Blang, Kenduri

Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan lain sebagainya.

Ruang pamer Museum yang baru, memiliki bangunan 4 lantai, dipenuhi oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata dengan baik. Salah satu koleksi Museum ini adalah Lonceng Besar yang diberi nama "CakraDonya". Lonceng ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. Beranda depan Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran kayu dengan motif Aceh.

3. Kerkhoff (Makam Belanda)

Sebagaimana diketahui bahwa Kerajaan Aceh dan rakyatnya sangat gigih melawan Belanda yang memerangi Aceh. Rakyat Aceh mempertahankan Negerinya dengan harta dan nyawa. Perlawanan yang cukup lama mengakibatkan banyak korban dikedua belah pihak. Bukti sejarah ini dapat ditemukan dipekuburan Belanda (Kerkhoff) ini. Disini dikuburkan kurang lebih 2000 orang serdadu Belanda yang

kuburannya masih dirawat dengan baik. Sebaliknya tidak terhitung banyaknya rakyat

Aceh yang meninggal dalam mempertahankan setiap jengkal tanah airnya yang tidak diketahui dimana kuburnya.

Kerkoff berasal dari bahasa Belanda yang berarti kuburan, sedangkan Peutjoet atau asal kata dari Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan di tengah-tengan perkuburan ini.


(43)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Pada relief dinding gerbang makam tertulis nama-nama serdadu Belanda yang meninggal dalam pertempuran dengan masyarakat Aceh.

4. Taman Sari

Kerajaan Aceh dahulu mempunyai taman yang indah yang dinamakan Taman Sari. Taman ini berada disekitar Istana dan berada pada aliran sebuah sungai yang bernama "Krueng Daroy". Bangunan yang masih dapat dilihat antara lain adalah "Pinto-khop" yang merupakan pintu penghubung antara Istana dan taman. Disamping itu terdapat sebuah bangunan yang merupakan gunung buatan yang disebut "Gunongan".

5. Gunongan

Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang. Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang - Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak. Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam.

6. Rumah Cut Nyak Dien


(44)

Rumah Cut Nyak Dien berlokasi di jalan Cut Nyak Dien atau disekitar kawasan Lhoknga. Rumah tempat tinggal Cut Nyak Dien berupa panggung, di bawah tempat menyimpan kayu bakar dan gudang, dinding terbuat dari kayu berukir dan atapnya rumbia. Yang unik, banyak terdapat ukiran-ukiran jepara pada berbagai alat rumah tangganya.

7. Makam Syiah Kuala

Teungku Syiah Kuala panggilan popular yang bernama lengkap Syaikh

Abdurrauf al-Singkili, salah seorang ulama sangat populer pada zaman kesultanan

Aceh. Teungku Syiah Kuala kelahiran Aceh Singkil dan lama belajar ilmu agama di Arab. Pada masa pemerintahan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin (1641-1675), ia dipercaya menjadi mufti dan kadi malikul adil Kesultanan Aceh Darussalam. Ia meninggal pada tahun 1695 dan dimakamkan di dekat muara sungai Aceh.

8. Monumen RI 001

Setelah Indonesia merdeka (1945) Belanda masih ingin menjajah Negeri ini. Dalam perjuangan fisik melawan penjajahan Belanda tersebut, pada tahun 1948 Indonesia membutuhkan sebuah pesawat terbang untuk menembus blokade musuh, karena banyak wilayah telah dikuasai Belanda. Untuk memperoleh sebuah pesawat terbang untuk kepentingan negara waktu itu dirasa sangat sulit, karena sedang berjuang dan keadaan keuangan negara belum memungkinkan.

Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno menghimbau agar rakyat


(45)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

waktu singkat dana yang diperlukan dapat terkumpul dan berhasil dibeli sebuah pesawat Douglas DC. 3. Disamping menembus blokade musuh pesawat ini juga digunakan untuk pengangkutan senjata dari luar negeri untuk mengusir penjajah. Pesawat ini kemudian merupakan cikal bakal Perusahaan Garuda Indonesia Airways yang kini merupakan perusahaan penerbangan terbesar sekaligus "pembawa bendera Indonesia".

Untuk mengenang jasa, masyarakat Aceh yang patriotik ini, pemerintah membangun sebuah Monumen berbentuk pesawat terbang sebagai replika pesawat yang aslinya. Monumen ini terletak di Jantung Kota Banda Aceh.

9. Makam Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda merupakan tokoh penting dalam sejarah Aceh. Aceh pernah mengalami masa kejayaan, kala Sultan memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636 ia mampu menempatkan kerajaan Islam Aceh di peringkat kelima di antara kerajaan terbesar Islam di dunia pada abad ke 16. Saat itu Banda Aceh yang merupakan pusat Kerajaan Aceh, menjadi kawasan bandar perniagaan yang ramai karena berhubungan dagang dengan dunia internasional, terutama kawasan Nusantara di mana Selat Malaka merupakan jalur lalu lintas pelayaran kapal-kapal niaga asing untuk mengangkut hasil bumi Asia ke Eropa. Beliau bisa bertindak adil, bahkan terhadap anak kandungnya.

Dikisahkan, Sultan memiliki dua orang putera/puteri. Salah satunya bernama Meurah Pupok yang gemar pacuan kuda. Tetapi buruk laku Meurah, dia tertangkap


(46)

basah sedang berselingkuh dengan isteri orang. Yang menangkapnya adalah sang suami dari isteri selingkuhannya. Kemudian sang suami mencabut rencong, ditusukkannya ke tubuh sang isteri yang serong. Sang suami kemudian melaporkan langsung kepada Sultan, dan setelah itu di depan rajanya sang suami kemudian bunuh diri. Sultan, yang oleh rakyatnya dihormati sebagai raja bijaksana dan adil pun menjadi berang. Meurah Pupok disusulnya di gelanggang pacuan kuda dan dipancungnya (dibunuh) sendiri di depan umum.

Maka timbullah ucapan kebanggaan orang Aceh : Adat bak Po Temeuruhoom, Hukom bak Syiah Kuala. Yang artinya : Adat dipelihara Sultan Iskandar Muda, sedang pelaksanaan hukum atau agama di bawah pertimbangan Syiah Kuala. Murah Pupok kini dikuburkan di kompleks pekuburan tentara Belanda Kerkhoff.

10. Benteng Indrapura

Benteng Indrapura terletak di desa Ladon Krueng Raya letaknya sekitar 19 km dari kota Banda Aceh. Menurut riwayat benteng ini dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu dimasa kerajaan Lamuri. Dibuat dari beton kapur, cukup kuat untuk mempertahankan diri dari serangan Portugis dimasa lalu.

11. Mesjid Kuno Indrapuri

Mesjid ini terletak di Indrapuri yang jaraknya ±30 km ke arah timur kota Banda Aceh. Menurut sejarah, Mesjid ini dibangun diatas sebuah candi peninggalan


(47)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

kerajaan Hindu, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda atau sekitar abad ke 16 Masehi. Mesjid ini memiliki keunikan dimana dalm pembuatannya semua bahan hanya terdiri dari satu batang kayu. Dan tetap kokoh berdiri walaupun usianya sudah mencapai ratusan tahun.

12. Makam Kandang XII

Objek wisata ini merupakan bekas komplek keratin Aceh yang lokasinya tidak jauh dari letak pendopo gubernur. Pada lokasi ini terdapat sekumpulan makam yang diberi nama makam kandang XII. Di komplek ini terdapat 10 makam yang tiga diantaranya terbuat dari tembaga, perak, dan suasa. Menurut keterangan yang berkembang dalam masyarakat, makam ini merupakan makam Sultan Aceh pertama bernama Sultan Ali Mughayatsyah. Pada masa pendudukan Jepang, makam ini dirusak dan diobrak-abrik oleh tentara Jepang dengan merampas semua emas dan peraknya.

3. WISATA BUDAYA

1. Taman Pekan Kebudayaan Aceh

Taman Budaya Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebuah laboratorium seni dan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan kesenian Aceh, baik bersifat tradisional maupun jenis kesenian kontemporer masa kini. Sebagai pusat kesenian, taman ini berfungsi sebagai tempat bertemunya seniman-seniman Aceh, disamping itu juga sebagai tempat berlangsungnya berbagai pergelaran seni terutama pada malam minggu dan juga tempat latihan-latihan seni budaya.


(48)

Taman ini juga merupakan sebuah kawasan yang menjadi tempat berkumpulnya rumah-rumah adat atau yang sering disebut anjungan dari berbagai kabupaten yang ada di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

4.3 DESKRIPSI OBJEK WISATA PASCA TSUNAMI

Pada tanggal 26 Desember 2004, Aceh didera cobaan yang begitu dahsyat berupa gempa dan tsunami. Kerusakan parah terjadi hampir diseluruh wilayah

Nanggroe Aceh Darusalam. Di sektor pariwisatanya sendiri, pada saat tsunami terjadi

Banda Aceh banyak kehilangan objek wisatanya yang kebanyakan berupa objek wisata pantai. Tetapi masih ada pula objek wisata yang lolos dari amukan gelombang tsunami dan hanya mengalami kerusakan yang tak begitu parah. Kesemuanya itu tentu saja memerlukan pembenahan dan perhatian pula dari pemprov (Pemerintah

Provinsi) setempat.

Seiring dengan keinginan pemprov untuk menata ulang kota Banda Aceh yang merupakan ibukota dari provinsi NAD, pemprov dibantu dengan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) dan beberapa dermawan lainnya merancang untuk menonjolkan segala kekayaan yang dimiliki Aceh dan selama ini sangat tersembunyi. Pemprov berniat untuk memajukan industri pariwisata di Aceh dengan menawarkan segala kekayaan yang dimiliki Aceh dalam sektor wisatanya. Setelah tsunami yang dahsyat melumpuhkan Aceh, Banda Aceh khususunya. Setidaknya tsunami itu tidak


(49)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

hanya merugikan Aceh tetapi tsunami justru menjadi asset luar biasa untuk kemajuan industri pariwisata.

Tsunami memberikan warna baru bagi kepariwisataan di Aceh, berupa peninggalan-peninggalan tsunami yang banyak diminati oleh pengunjung. Dan bahkan kenyataan yang ada pasca empat tahun tsunami, kini objek wisata peninggalan tsunami menjadi primadona baru dalam indu stri pariwisata di Aceh yang memiliki harga jual yang begitu tinggi karena hanya di Aceh saja yang memiliki objek wisata berupa peninggalan tsunami. Adapun objek-objek wisata yang ada adalah :

1. OBJEK WISATA YANG TERKENA TSUNAMI 1. Mesjid Raya Baiturrahman

Saat tsunami melanda, Mesjid ini merupakan Mesjid yang sangat beruntung dari sekian banyak objek wisata yang hancur tersapu gelombang. Sekalipun gelombang tsunami sampai ke daerah ini bahkan ke pelataran Mesjid, namun tsunami tidak menghancurkan bangunan Mesjid ini. Mesjid ini tetap berdiri kokoh ditengah hancurnya suasana kota. Mesjid ini hanya mengalami sedikit kerusakan yang tidak berarti

2. Rumah Cut Nyak Dien

Rumah Cut Nyak Dien ini, terletak di kawasan yang parah dihantam tsunami. Pada saat tsunami, rumah Cut Nyak Dien ikut terkena air, dan air memasuki rumah sehingga banyak barang-barang yang rusak. Bahkan Orang-orang dari kampung


(50)

disekitarnya banyak yang mengungsi di atap rumah ini, hingga atapnya mengalami kerusakan parah sehingga atapnya perlu diganti. Sekalipun gelombang tsunami memasuki daerah ini, namun keberadaannya masih tetap dipertahankan hingga saat ini. Pemerintah telah memperbaiki segala kerusakannya, tetapi tetap tidak mengurangi nilai sejarahnya.

3. Pantai Lampuuk

Saat tsunami terjadi, keindahan pantai Lampuuk hanyalah tinggal kenangan. Karena, pantai ini musnah dihantam tsunami. Padahal banyak wisatawan yang menggemari lokasi ini. Tidak hanya pantai saja yang hancur akibat tsunami, pabrik semen Andalas yang berada dekat dengan pantai ini pun mengalami kerusakan yang cukup parah. Tapi kini pabrik tersebut telah mulai direnovasi, walaupun bekas kerusakan masih terlihat.

Sementara pantainya sendiri, empat tahun pasca tsunami pemerintah mulai berinisiatif untuk membangun kembali pantai ini serta menambahkan hal lain yang dapat meningkatkan nilai jual pantai ini. Kini pemerintah mulai berinisiatif untuk membangun theme park di lokasi ini.

4. Krueng Raya

Saat tsunami terjadi, Krueng Raya ini termasuk daerah paling parah yang dilanda tsunami. Pelabuhan Malahayati yang ada disini, semenjak terjadi tsunami kini di non aktifkan. Tempat wisata Lamreh yang ada di daerah ini pun kini musnah


(51)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

tetap dijadikan sebagai objek wisata. Karena pantai ini tidak mengalami kerusakan yang berarti.

2. OBJEK WISATA PENINGGALAN TSUNAMI

Aceh mungkin adalah satu-satunya Provinsi di Tanah Air yang memiliki objek wisata khas yang tidak dimiliki provinsi-provinsi lainnya. Gempa dan tsunami hebat yang melanda Provinsi Aceh banyak meninggalkan bekas yang memiliki asset luar biasa dalam industri pariwisata. Di Kota Banda Aceh khususnya, bencana yang terjadi pada Minggu pagi, 26 Desember 2004, kini masih meninggalkan sisa-sisa keganasannya. Bahkan sisa-sisa kedahsyatan tsunami itulah yang kini menjadi primadona baru di Kota Banda Aceh yakni dengan munculnya objek wisata-objek wisata yang mampu menarik perhatian dunia. Adapun objek wisata peninggalan tsunami tersebut adalah :

1. Kapal PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Apung

Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung berlokasi di Gampong Punge Blang Cut – Banda Aceh. Tongkang besar milik PLN ini memiliki bobot mati 2.500 ton dan luas lambung 1.600 meter persegi. Menurut publikasi Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, pada awalnya kapal PLTD ini sengaja didatangkan PT PLN ke Banda Aceh guna memenuhi kebutuhan listrik warga kota karena terjadi defisit pasokan listrik. Saat itu banyak menara transmisi listrik dari Sumatera Utara ke Aceh ditebang oleh pihak pemberontak pada masa konflik, sehingga PLN menempatkan


(52)

Kapal Generator Listrik untuk menyuplai kebutuhan listrik di Banda Aceh melalui jalur laut.

Belum sempat sepenuhnya kapal ini menyuplai pasokan listrik ke seluruh Kota Banda Aceh, kapal ini harus menerima akibat ganasnya gelombang tsunami besar yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 itu. Gelombang dahsyat tsunami mampu membuat kapal tongkang tersebut terhempas hingga empat kilometer dari posisinya semula sebelum tsunami, yakni di Dermaga Ulee Lheue. Gelombang hebat membawanya ke tengah permukiman padat penduduk sehingga menimbulkan korban nyawa dan bangunan. PLTD yang bentuknya seperti kapal feri penyeberangan Merak-Bakaheuni tersebut, terbawa arus tsunami yang digambarkan oleh penduduk kira-kira berkecepatan 200 km per jam.

Tidak ada yang menyangka, PLTD yang tertambat dengan jangkar baja bisa terlepas begitu saja hingga menindih sekitar 20 orang yang ikut hanyut serta sejumlah rumah dan mobil di bawahnya. Menurut pengakuan seorang penduduk setempat yang melihat pada waktu peristiwa itu terjadi, kapal PLTD tersebut meliuk-liuk dibawa gelombang hingga menindih apa saja yang ada di bawahnya saat air perlahan-lahan menyurut. Kini paling tidak, di bawah kapal PLTD itu masih terdapat sekitar 20 mayat yang masih tertimbun. Ada juga bangkai mobil yang bagaikan kaleng kerupuk masih bersemayam di bawah kapal. Tak ada satu orang pun yang mampu untuk mengambil mayat yang ditindih oleh besi seberat 200 ton itu.

Sebenarnya pada saat itu, pihak PLN sendiri sudah berpikiran untuk memindahkan PLTD itu. Namun pihak pemerintah provinsi NAD masih keberatan


(53)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

korban tsunami. Padahal, mesin PLTD yang memiliki kemampuan daya 20 MW itu masih bisa dipakai untuk mengaliri listrik dan mesinnya tidak rusak. PLN sendiri tidak keberatan kalau badan PLTD itu dibiarkan bersemayam di lokasi sekitar perumahan penduduk Jaya Baru, karena disadari betul oleh pihak PLN bahwa memindahkan badan PLTD apung itu tidak gampang karena harus melewati beberapa rumah penduduk yang masih kokoh berdiri disekitar situ. Namun PLN tetap menghendaki mesinnya, karena masih dapat dipakai untuk menghasilkan listrik bagi masyarakat NAD.

Dan akhirnya kini, tongkang PLTD tersebut sudah tidak difungsikan lagi, pihak PLN sudah mencabut mesinnya hingga kapal PLTD ini kini resmi dibuka sebagai objek wisata. Pengunjung yang datang, bisa naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter karena di sisi tongkang sudah dibuat tangga besi lengkap dengan pagar hingga ke geladak untuk memudahkan pengunjung menaikinya. Dari atas geladaknya, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh. Tampak jelas, betapa jauhnya jarak pantai dengan lokasi tongkang tersebut terdampar. Dari situ pengunjung bisa membayangkan betapa dahsyatnya hempasan gelombang tsunami. Bahkan, di sekitar PLTD masih terlihat jelas sisa-sisa dinding dan atap bangunan yang hancur diterjang gelombang.

2. Taman Edukasi Tsunami

Hanya terpaut -/+ 30 meter dari letak kapal PLTD Apung, sebuah taman telah selesai dibangun yang disumbangkan oleh PT. BMW Indonesia dan Yayasan Citra Mandiri Jakarta. Taman untuk pembelajaran/simulasi tsunami ini diberi nama ‘Taman


(54)

Edukasi Tsunami’. Taman ini termasuk dalam area rencana pembangunan monumen tsunami. Ditaman ini terdapat jenis pohon-pohon langka yang pernah tumbuh di Aceh dan telah hilang ditebas gelombang tsunami, seperti pohon jeumpa, pohon seulanga, pohon cempaka, pohon asam dan lain-lainnya. Juga terdapat kolam ikan yang besar, fasilitas permainan anak-anak, disamping bangunan utama yaitu gedung simulasi tsunami yang memamerkan dokumentasi/foto-foto kejadian tsunami. Digedung ini ada tribun terbuka untuk pertunjukan film dokumenter tentang kejadian/kisah saat bencana tsunami terjadi serta dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan seni.

Kedua objek wisata kapal PLTD Apung dan Taman Edukasi Tsunami, setiap harinya selalu ramai dikunjungi masyarakat. Selain masyarakat Aceh sendiri yang datang berkunjung, juga banyak masyarakat yang datang dari luar Aceh, pengunjung domistik maupun wisatawan dari mancanegara. Mereka bukan hanya melihat kapal, tapi mengabadikannya baik dari atas kapal maupun berfoto disekeliling kapal sebagai kenang-kenangan. Untuk mengantisipasi arus pengunjung serta demi ketertiban dan kenyamanan berwisata ditempat ini, Pengurus Pemuda Punge Blang Cut telah melakukan pengaturan agar suasana rekreasi yang dilakukan pengunjung beserta keluarganya betul-betul dapat dinikmati.

Sesuai program pemerintah untuk menjadikan Kota Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Islami, Pemuda telah membentuk Kelompok Sadar Wisata yang tujuannya ialah untuk memandu serta memberikan informasi kepada pengunjung. Setiap pengunjung, baik tamu-tamu negara maupun tamu pemerintah Aceh serta


(55)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

wisatawan domistik dan mancanegara, mereka membutuhkan informasi dari pemandu yang akan membawa keliling lokasi situs-situs tsunami yang ada di Punge Blang Cut.

3. Museum Tsunami

Gedung museum tsunami ini dibangun pada lahan seluas satu hektar, berlokasi di sekitar Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Mengenai struktur, museum tsunami dilengkapi berbagai fasilitas publik seperti mushala, ruang audio visual yang akan menyajikan semua data korban yang direkam dalam video dan foto-foto yang berhubungan dengan hal tersebut dan didokumentasikan secara sempurna. Tidak hanya itu, museum tsunami ini juga dilengkapi dengan toko cinderamata disekitar lokasi. Museum ini memiliki struktur khas yaitu tinggi dan besar serta ukuran tugu yang mengikuti pola 26-12-2004. Angka tersebut mewakili seluruh peristiwa dan makna saat tsunami dahsyat itu menerjang NAD.

4. Monumen Peringatan Tsunami

Untuk mengenang empat tahun pasca tsunami, pemerintah provinsi NAD membangun sebuah monumen peringatan tsunami yang berlokasi di kawasan pantai Lhoknga Aceh Besar – Banda Aceh. Pembangunan monumen tsunami ini baru terlaksana pada bulan Agustus 2008 silam. Peletakan batu pertama monumen tsunami ini dilakukan oleh Gubernur NAD, Irwandi Yusuf dan ketua APSI (Asosiasi

Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia), Sutiyoso.


(56)

Ketika kertas karya ini diterbitkan, monumen tsunami itu belum seutuhnya selesai dibangun. Dan diperkirakan monumen tsunami ini akan selesai sekitar pertengahan tahun 2009 ini. Walaupun begitu, dari beberapa sumber diketahui pembangunan monumen itu menelan biaya hingga Rp.15 miliar. Dana dipertanggung jawabkan oleh APSI dari hasil penggalangan dana yang dilakukan.

5. Kapal Apung Lampulo

Kapal ini adalah salah satu dari dari kapal-kapal yang terdampar kedaratan pada saat terjadi bencana Tsunami beberapa waktu lalu. Hingga saat ini keberadaan kapal ini tetap dipertahankan sebagai obyek wisata untuk mengingat akan peristiwa tersebut, dan dijadikan salah satu situs Peringatan Tsunami. Kapal Nelayan yang berdiri di salah satu atap rumah warga ini berlokasi Kampung Lampulo, Kec.Kuta Alam Kota Banda Aceh atau sekitar 1 km dari Dermaga Lampula.

Sampai empat tahun pasca tsunami saat ini, kapal ini masih dibiarkan dalam bentuk aslinya tanpa ada perubahan yang berarti. Di kawasan pemukiman padat ini, kapal tersebut terlihat berdiri kokoh dan cukup menarik perhatian. Yang paling menonjol adalah sebuah rumah dibawah kapal terdampar ini, masih dihuni oleh keluarga M.Hisbah, salah satu penduduk Kampung Lampulo dan diresmikannya lokasi ini sebagai objek wisata sangat disetujui oleh pemilik rumah. Menurut pengakuannya, cerita dibalik terdamparnya kapal inilah, yang membuat kapal ini sengaja dikuatkan posisinya dan ia rela untuk menjaga lokasi ini.


(57)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Kapal ini memiliki jasa besar buat warga kampung setempat dan keluarga M.Hisbah sendiri. Saat kejadian, kapal ini terlempar, warga yang berada didekatnya mengungsi ke lantai atas lalu masuk ke kapal. Ada 54 warga yang diselamatkan kapal ini. Setelah tsunami surut, tanpa disadari kapal ini malah bertengger di atap rumahnya. Kejadian inilah, yang membuat banyak warga yang menjuluki sebagai kapal “Nabi Nuh” karena mampu menyelamatkan warga.

Keberadaan kapal terdampar ini dilengkapi oleh para pedagang yang berjualan souvenir khas Aceh dan makanan-makanan ringan disekitar lokasi ini. Datangnya para pedagang ini dimulai semenjak resminya lokasi ini dibuka sebagai salah satu objek wisata peninggalan tsunami.

6.

Ini adalah kuburan massal terbesar di Aceh karena ada sekitar 47.000 (Empat Puluh Tujuh Ribu) jenazah dikuburkan secara masal pada hari-hari terjadi bencana Tsunami hingga beberapa minggu sesudahnya. Makam ini berlokasi di tepi jalan menuju Bandara Sultan Iskandar Muda. Kira-kira 12 KM dari pusat kota Banda Aceh.

7. Kawasan Ulee Lheue

Kawasan ini merupakan kawasan yang ramai dengan berbagai aktivitas sosial-ekonomi. Dikawasan ini terdapat pantai, terdapat pula dermaga sebagai jalur lintas


(58)

laut. Dan kawasan yang begitu eksotik dengan keindahan yang ditawarkan di pantainya.

Kawasan ini juga kaya akan kenangan sejarah, ketika Belanda melakukan ekspedisi pertama ke Aceh pada tahun 1873. Demi kelancaran operasi militer di Aceh, Belanda membangun dermaga di Ulee Lheue sebagai pintu gerbang ke Aceh pada tahun 1874 dan selesai pembangunannya pada tahun 1875. Untuk menghubungkan daerah luar ke Banda Aceh dibangun pula jalan kereta api dengan stasiunnya di sekitar depan Mesjid Raya Baiturrahman sekarang.

Pada saat tsunami menerjang Aceh, lokasi Ulee Lheue merupakan lokasi terparah dilanda tsunami. Lokasi ini pasca kejadian, menjadi lokasi yang rata dengan tanah tanpa bangunan sama sekali. Hanya Mesjid Baiturrahim yang berdiri kokoh ditengah-tengah pondasi bangunan lain yang hancur. Inilah mukjizat dari Tuhan kepada umatnya. Dan Mesjid ini juga mampu menampung banyak korban tsunami yang bebas dari maut setelah menyelamatkan diri kedalam mesjid ini. Sejarah berdirinya Mesjid ini bermula oleh warga Belanda yang membangun sebuah mesjid di Ulee Lheue yaitu Mesjid Baiturrahim pada akhir abad ke-19. Pada zaman Pemerintah Hindia Belanda.

Pasca tsunami yang terjadi, kini kawasan Ulee Lheue dirasa makin kaya akan sejarah, bukan hanya sejarah yang terjadi ketika Belanda menduduki kawasan ini saja, tetapi tsunami mampu menyulap kawasan ini semakin indah dengan sejumlah


(59)

Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

objek wisata peninggalan tsunami yang ada. Antara lain : Kapal PLTD Apung dan Makam Massal.

8.

Perumahan ini dibangun dari bantuan Tiongkok (China) untuk para korban Tsunami Aceh. Perumahan ini berlokasi sekitar 15 km dari pusat kota menuju Krueng Raya. Perumahan ini sering dikunjungi, karena perumahan ini termasuk ke dalam salah satu situs peringatan tsunami karena banyaknya korban tsunami yang kini tinggal di perumahan ini, umumnya para penghuni komplek ini berasal dari etnis chinies.

9.

Mesjid Rachmatullah Lampuuk ini terletak hanya beberapa ratus meter dari bibir pantai yang berbentuk teluk. Hanya satu mesjid ini yang selamat di Lampuuk ketika bencana Tsunami 2004. Lokasinya di Desa Lampuuk Aceh Besar/Banda Aceh.

10.

Mesjid yang indah ini merupakan bantuan pasca tragedi Tsunami Aceh dari Kesultanan Oman, yaitu Negara yang berada di Jazirah Arab. Mesjid ini berlokasi di daerah Lamprit Banda Aceh.

47


(60)

Gedung ini merupakan gedung penyelamatan serta gedung pemberi signal bila akan muncul tsunami di daerah ini. Ada empat bangunan seperti ini terdapat di sekitar

Ulee Lheue, Lambung, Dayah Geulumpang dan Dayah Teungoh.

Itulah tsunami, suatu bencana terdahsyat yang telah melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan dapat mematikan seluruh aktifitas yang ada. Tidak tanggung-tanggung, Banda Aceh khususnya sempat dikatakan sebagai kota mati. Tergambar sudah dalam fikiran kita setelah membaca uraian diatas. Betapa dahsyatnya gelombang tsunami yang terjadi empat tahun silam.

Namun, peristiwa apapun tak selamanya memilukan. Tuhan punya suatu rencana indah dalam tiap cobaan yang diberikannya. Hikmah yang terasa dibalik tsunami begitu luar biasa, pasca bencana merupakan langkah awal bagi Aceh untuk maju dengan segala kekayaan penuh sejarah yang dimilikinya. Terutama dalam bidang kepariwisataan. Setidaknya Aceh kini mulai dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang kaya akan sejarah.

Kini pasca tsunami, tidak banyak yang diharapkan warga Aceh khususnya, hanya kedamaian dan kesejahteraan yang abadi begitu diharapkan. Semoga peristiwa ini dapat dijadikan hikmah bagi siapa saja yang mengalaminya. Dan untuk para syuhada yang wafat karena bencana ini, semoga amal dan ibadahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.


(61)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN

Nanggroe Aceh Darussalam didera cobaan dahsyat yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yakni berupa gempa yang disusul tsunami. Kerusakan terjadi di hamper semua provinsi Aceh. Wilayah yang paling parah dilanda tsunami berada di kota Banda Aceh yang merupakan pusat segala aktivitas sekaligus merupakan ibukota dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Segala kerusakan yang terjadi membuat Banda Aceh lumpuh total. Empat tahun pasca tsunami, pemprov (pemerintah

provinsi) dibantu dengan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) serta beberapa

dermawan lainnya mulai menata ulang kota Banda Aceh serta daerah lainnya yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.

Tsunami yang terjadi di Aceh, telah membuat Banda Aceh sekejap menjadi kota mati. Tetapi bencana itu tidak selamanya memilukan. Peninggalan tsunami yang ada, kenyataannya mampu menarik perhatian dunia. Banyak wisatawan yang


(62)

berkunjung ke Aceh tidak hanya memberi bantuan bagi para korban saja, tetapi ingin menyaksikan sendiri dampak yang ditimbulkan oleh tsunami. Peninggalan tsunami tersebut, antara lain berupa : kapal terdampar, serta bangunan yang tetap berdiri kokoh sekalipun tsunami telah membumi hanguskan apa yang ada disekitarnya. Hal seperti itu, mampu menyedot perhatian khalayak ramai. Dan tentu saja ini merupakan suatu pencerahan bagi Banda Aceh.

Melihat antusiasnya dunia terhadap peninggalan tsunami di Banda Aceh, pemprov berinisiatif untuk mengelola beberapa titik dan menjadikannya sebagai objek wisata peninggalan tsunami. Dengan banyaknya objek wisata yang ada, tentu saja hal ini semakin meramaikan industri pariwisata. Nilai jual yang ada di berbagai objek wisata peninggalan tsunami, tentu saja membuat industri pariwisata di Banda Aceh mengalami kemajuan sekaligus mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.

Objek wisata peninggalan tsunami menjadi suatu fenomena baru dalam kaca mata dunia. Karena, hanya Aceh saja yang memiliki objek wisata berupa peninggalan tsunami. Faktor tersebutlah yang kemudian membawa objek wisata peninggalan tsunami ini menjadi suatu tontonan baru yang sangat diminati. Ditambah lagi dengan dibangunnya objek wisata lain yang dengan sengaja memperlihatkan foto-foto atau video saat tsunami menghantam semakin melengkapi objek wisata peninggalan tsunami yang ada. Kesemua objek wisata yang ada disatukan dalam satu wadah yang bernama “situs peringatan tsunami”. Dan hal itu semakin mendatangkan perhatian dunia untuk dijadikan sebagai suatu media pembelajaran. Hal inilah yang kemudian menjadikan objek wisata peninggalan tsunami ini menjadi primadona baru dalam

49


(63)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

industri pariwisata di NAD. Karena objek wisata peninggalan tsunami telah memberikan nafas berbeda dalam perkembangan industri pariwisata di NAD.

DAFTAR PUSTAKA

Dinamika Yarmen, dkk. 2006. Tsunami Aceh Getarkan Dunia. Harian Serambi Indonesia dan Japan – Aceh Net.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2008. Aceh nan Kaya Objek wisata dan Budaya,. Banda Aceh.

Madjid, Muckhtar. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia. Medan : Bartong Jaya.

Sigar, Edi, dan Ernawati. 2003. Buku Pintar Pariwisata Nusantara. PT.Pustaka Delapratasa.

Sinaga. Pengantar Ilmu Pariwisata Dasar. Balai Pustaka. Jakarta : 1995.

Syahrizal, dkk. Aceh Empat tahun Pasca Tsunami. Harian Seumangat dan Serambi Indonesia. Aceh : 26 Desember 2008.


(64)

www. IndustriPariwisata. com

BIODATA PENULIS

Nama : Dini Arista

Panggilan Akrab : Dini

Tempat, Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 03 Mei 1988

Alamat : 1. Komp.PT.Arun Jl. Tarakan No.11 Kecamatan

Muara Dua Lhokseumawe Aceh Utara 2. Jl. Dr.Mansur Gg.Idris Ahmad No.53 Medan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Hobi : Mengarang & Akting

Pendidikan : 1. TK 1 TamanSiswa LNG Arun Lhokseumawe

Aceh (1992 – 1994)

2. SD 1 TamanSiswa LNG Arun Lhokseumawe Aceh (1994 – 2000)


(65)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

Aceh (2000 – 2003)

4. SMA Swasta Yapena Arun Lhokseumawe Aceh (2003 – 2006)

5. Diploma III Pariwisata USU Medan (2006 – 2009) Orang Tua

Ayah : H. Sakiman

Ibu : Hj. Mutiara Wani

LAMPIRAN

MESJID BAITURRAHMAN RUMAH CUT NYAK DIEN OBJEK WISATA DI BANDA ACEH PRA TSUNAMI

SUNGAI KRUENG RUMOH ACEH (RUMAH ACEH)


(66)

GUNONGAN PANTAI LHOKNGA

OBJEK WISATA PASCA TSUNAMI


(67)

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009


(1)

berkunjung ke Aceh tidak hanya memberi bantuan bagi para korban saja, tetapi ingin

menyaksikan sendiri dampak yang ditimbulkan oleh tsunami. Peninggalan tsunami

tersebut, antara lain berupa : kapal terdampar, serta bangunan yang tetap berdiri

kokoh sekalipun tsunami telah membumi hanguskan apa yang ada disekitarnya. Hal

seperti itu, mampu menyedot perhatian khalayak ramai. Dan tentu saja ini merupakan

suatu pencerahan bagi Banda Aceh.

Melihat antusiasnya dunia terhadap peninggalan tsunami di Banda Aceh,

pemprov berinisiatif untuk mengelola beberapa titik dan menjadikannya sebagai

objek wisata peninggalan tsunami. Dengan banyaknya objek wisata yang ada, tentu

saja hal ini semakin meramaikan industri pariwisata. Nilai jual yang ada di berbagai

objek wisata peninggalan tsunami, tentu saja membuat industri pariwisata di Banda

Aceh mengalami kemajuan sekaligus mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.

Objek wisata peninggalan tsunami menjadi suatu fenomena baru dalam kaca

mata dunia. Karena, hanya Aceh saja yang memiliki objek wisata berupa peninggalan

tsunami. Faktor tersebutlah yang kemudian membawa objek wisata peninggalan

tsunami ini menjadi suatu tontonan baru yang sangat diminati. Ditambah lagi dengan

dibangunnya objek wisata lain yang dengan sengaja memperlihatkan foto-foto atau

video saat tsunami menghantam semakin melengkapi objek wisata peninggalan

tsunami yang ada. Kesemua objek wisata yang ada disatukan dalam satu wadah yang

bernama “situs peringatan tsunami”. Dan hal itu semakin mendatangkan perhatian

dunia untuk dijadikan sebagai suatu media pembelajaran. Hal inilah yang kemudian

menjadikan objek wisata peninggalan tsunami ini menjadi primadona baru dalam

49


(2)

industri pariwisata di NAD. Karena objek wisata peninggalan tsunami telah

memberikan nafas berbeda dalam perkembangan industri pariwisata di NAD.

DAFTAR PUSTAKA

Dinamika Yarmen, dkk. 2006. Tsunami Aceh Getarkan Dunia. Harian Serambi Indonesia dan Japan – Aceh Net.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2008. Aceh nan Kaya Objek wisata dan Budaya,. Banda Aceh.

Madjid, Muckhtar. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia. Medan : Bartong Jaya.

Sigar, Edi, dan Ernawati. 2003. Buku Pintar Pariwisata Nusantara. PT.Pustaka Delapratasa.

Sinaga. Pengantar Ilmu Pariwisata Dasar. Balai Pustaka. Jakarta : 1995.

Syahrizal, dkk. Aceh Empat tahun Pasca Tsunami. Harian Seumangat dan Serambi Indonesia. Aceh : 26 Desember 2008.


(3)

www. IndustriPariwisata. com

BIODATA PENULIS

Nama : Dini Arista

Panggilan Akrab : Dini

Tempat, Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 03 Mei 1988

Alamat : 1. Komp.PT.Arun Jl. Tarakan No.11 Kecamatan

Muara Dua Lhokseumawe Aceh Utara 2. Jl. Dr.Mansur Gg.Idris Ahmad No.53 Medan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Hobi : Mengarang & Akting

Pendidikan : 1. TK 1 TamanSiswa LNG Arun Lhokseumawe

Aceh (1992 – 1994)

2. SD 1 TamanSiswa LNG Arun Lhokseumawe Aceh (1994 – 2000)

3. SLTP Swasta Yapena Arun Lhokseumawe


(4)

Aceh (2000 – 2003)

4. SMA Swasta Yapena Arun Lhokseumawe Aceh (2003 – 2006)

5. Diploma III Pariwisata USU Medan (2006 – 2009) Orang Tua

Ayah : H. Sakiman

Ibu : Hj. Mutiara Wani

LAMPIRAN

MESJID BAITURRAHMAN RUMAH CUT NYAK DIEN OBJEK WISATA DI BANDA ACEH PRA TSUNAMI

SUNGAI KRUENG RUMOH ACEH (RUMAH ACEH)


(5)

GUNONGAN PANTAI LHOKNGA

OBJEK WISATA PASCA TSUNAMI

KAPAL PLTD APUNG


(6)