Gunung Rinjani Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Pulau Lombok

(1)

GUNUNG RINJANI SEBAGAI SALAH SATU OBJEK

WISATA DI PULAU LOMBOK

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

Risha Suciana Argenso NIM : 082204079

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI NON GELAR

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

GUNUNG RINJANI SEBAGAI SALAH SATU OBJEK

WISATA DI PULAU LOMBOK

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

Risha Suciana Argenso NIM : 082204079

PEMBIMBING

Drs. Haris Sultan Lubis

Kertas karya ini diajukan kepada panitia penilai

Program pendidikan non gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam program studi pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI NON GELAR

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

Disetujui oleh :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA

FAKUTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Medan, 2011

Program Studi Pariwisata Ketua Jurusan


(4)

PENGESAHAN Diterima oleh :

PANITIA PENILAI PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Tanggal : ……….

Hari : ……….

PROGRAM PENDIDIKAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Drs. Syahron Lubis, M.A.

Panitia Penilai

1. Arwina Sufikha, S.E., M.Si (Ketua Program Studi) ( ) 2.

3. Drs. Haris Sultan Lubis (Dosen Pembimbing) ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan judul : “Gunung Rinjani Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Pulau Lombok”.

Kertas karya ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Ahli Madya Pariwisata Diploma III, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik Penulis hingga kini, yaitu Ayahanda Sabecto Argenso serta Ibunda Ruhhana yang telah memberi yang terbaik untuk Penulis, baik itu bantuan material maupun moril yang tidak terhingga dan menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan Program D-III Pariwisata Fakultas Sastra USU. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra USU 2. Ibu Arwina Sufikha, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pariwisata 3. Bapak Drs. Haris Sultan Lubis, selaku dosen Pembimbing

4. ………..selaku dosen Pembaca

5. Seluruh dosen, staf pengajar dan administrasi di program studi wisata

6. Kepada teman – teman Pariwisata USU, rekan – rekan stambuk 2008 yaitu : Siska Pertiwi, Fahriza Risty, Putri Nurisa, terima kasih saya ucapkan karena telah membantu dan setia menemani saya melewati hari – hari selama menuntut ilmu di Fakultas Pariwisata USU. Dan banyak lagi yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan kertas karya ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, baik informasi ataupun penggunaan kalimatnya. Oleh


(6)

sebab itu penulis dengan senang hati bahkan mengharapkan kritikan dan masukan demi peningkatan kertas karya ini.

Akhir kata, semoga kertas karya ini berguna bagi penulis sendiri maupun masyarakat untuk menjadi informasi dan saya berharap dapat digunakan untuk kemajuan kepariwisataan dan kebudayaan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Wassalam,

Medan, Mei 2011 Penulis,

Risha Suciana Argenso 082204079


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Batasan masalah ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan ... 7

2.2 Manfaat Pariwisata ... 12

2.3 Jenis Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 14

2.4 Pengelolaan Wisata dan Manfaat Pengelolaan Wisata ... 17

BAB III GAMBARAN UMUM GUNUNG RINJANI 3.1 Gunung Rinjani, letak geografis dan Lingkungannya ... 20


(8)

3.2 Pengelolaan Gunung Rinjani Sebagai Objek Wisata ... 24

BAB IV GUNUNG RINJANI SEBAGAI OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK

4.1 Gambaran Umum Pulau Lombok ... 27 4.2 Gunung Rinjani Sebagai Daya Tarik Wisata

di Pulau Lombok ... 32 4.3 Perencanaan Melestarikan Gunung Rinjani ... 35 4.4 Perencanaan Acara Wisata dan Pengemasan Komponen

Wisata di Gunung Rinjani ... 36 BAB V PENUTUP ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Pulau Lombok adalah salah satu Daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang memiliki keindahan alam yang luar biasa. Pulau Lombok memiliki potensi dan peluang besar dalam pengembangan kepariwisataannya. Di Pulau ini banyak pilihan wisata yang dapat dikunjungi, salah satunya objek wisata Gunung Rinjani.

Suatu objek wisata akan menjadi berkesan bagi wisatawan apabila memiliki 7 K, yaitu : Keamanan, Ketertiban, Kenyamanan, Kesejukan, Keindahan, Keramah – tamahan, Kenangan. Selain itu juga dibutuhkan pengemasan wisata yang baik sehingga laku untuk dijual kepada wisatawan.

Objek wisata Gunung Rinjani sudah memenuhi sebagian aspek tersebut. Sebagai maksud untuk lebih meningkatkan kualitas objek wisata Gunung Rinjani maka dalam kertas karya ini dibahas cara dan rencana pengembangan objek wisata Gunung Rinjani.

Dengan adanya pembudidayaan yang tepat dan terfokus di objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani, wisatawan akan lebih dapat menikmati kunjungannya ke Gunung Rinjani. Seiring dengan terpuaskannya keinginan wisatawan untuk menikmati liburannya di Gunung Rinjani, maka dengan sendirinya jumlah wisatawan akan meningkat.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Era globalisasi dan kemajuan ekonomi memberikan warna tersendiri dalam wajah dunia dewasa ini. Demikian juga yang terjadi dalam dunia kepariwisataan. Dunia pariwisata dimasa lalu memang telah memberikan sumbangan dalam perekonomian suatu negara, tetapi saat ini posisinya menjadi semakin besar. Kebutuhan akan wisata telah menjadi wabah yang mendunia, tidak bisa dibayangkan wajah dunia modern yang tidak diwarnai oleh wisata.

Demikian pula yang dialami oleh Indonesia saat ini. Saat ini kepariwisataan di negeri kita telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan berkembang pesatnya jumlah akomodasi, jasa boga / restoran, transportasi atau jasa angkutan, tempat penukaran mata uang asing, atraksi wisata, cinderamata, dan biro perjalanan, semua itu merupakan unsur yang terdapat dalam industri pariwisata.

Pariwisata juga dikenal dengan sebutan “bertamasya”. Kini kepariwisataan telah mengalami perubahan – perubahan baik dalam isi maupun arti batasan wisatawan yang tersusun oleh International Union of Official Travel Organitation


(11)

(IUOTO), diterima oleh United Nation Conference On International Travel and Tourisme di Roma tahun 1963.

Dapat dikatakan pariwisata adalah : “suatu proses bepergian seseorang untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain lebih dari 24 jam, yang bertujuan untuk hiburan”.

Dengan adanya pariwisata ini dapat diketahui kebudayaan, politik, agama, kesehatan dan kesejahteraan, juga bersifat memperluas pengetahuan tentang tempat – tempat lain. Untuk melakukan perjalanan atau kunjungan ada 5 kebutuhan yaitu : 1. Daya Tarik (atraction)

2. Angkutan ( transportation) 3. Jasa Kemudahan

4. Penginapan ( acomodation ) 5. Makanan dan minuman

Kebersihan pembangunan pariwisata oleh beberapa besar kesadaran untuk berpartisipasi dan rasa bertanggung jawab bersama, betapa pentingnya peran masyarakat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata, Untuk itu masyarakat dianjurkan untuk melaksanakan 7 K yaitu :

1. Keamanan 2. Ketertiban 3. Kenyamanan


(12)

4. Kesejukan 5. Keindahan

6. Keramah – tamahan 7. Kenangan

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari pulau – pulau besar dan kecil yang memiliki keseluruhan 1.904.000 km persegi. Luasnya kepulauan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negeri kepulauan yang terluas di dunia dengan 13.662 pulau.

Bayaknya pulau di Indonesia memiliki keindahan – keindahan panorama alam yang begitu menakjubkan. Seiring dengan perkembangan pariwisata maka dituntut juga sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pariwisata demi meningkatnya kunjungan wisatawan – wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dapat kita jabarkan beberapa keindahan pariwisata yang sangat menakjubkan dan menjadi harta yang sangat berharga bagi negara Indonesia, antara lain : Danau Toba di Pulau Sumatera, Pantai Kuta di Pulau Bali yang sangat terkenal, dan masih banyak keindahan lain yang terdapat di Indonesia.

Dengan meninjau hal – hal tersebut maka pada kesempatan ini penulis akan membuat kertas karya dengan judul : “GUNUNG RINJANI SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK”


(13)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah:

1. Untuk memenuhi persyaratan penyelesaian pendidikan program D3, bidang keahlian usaha wisata, program studi pariwisata, fakultas ilmu budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Memperkenalkan dan menganalisis kawasan gunung Rinjani, Lombok, sebagai salah satu kawasan wisata alam Indonesia.

1.3 Batasan masalah

Sehubungan dengan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka kertas karya disusun berdasarkan ilmu teoritis yang diperoleh di bangku perkuliahan serta ulasan – ulasan yang terdapat baik di media cetak, elektronik dan juga informasi – informasi yang terdapat di Internet.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, oleh sebab itu penulis menetapkan pembatasan topik yaitu Gunung Rinjani sebagai objek wisata di Pulau Lombok.


(14)

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, metode dan teknik yang digunakan adalah :

1. Penelitian Perustakaan ( library research )

Penelitian perpustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mengambil bahan yang dibutuhkan dalam buku tersebut, agar dapat memberikan penjelasan dalam penulisan kertas karya ini.

2. Tanya jawab ( interview )

Interview juga merupakan salah satu cara yang dilakukan penulis dalam menyusun kertas karya, karena dengan cara bertanya secara langsung dengan masyarakat yang pernah mengunjungi daerah wisata tersebut maka penulis memperoleh ilmu yang dapat mendukung penyusunan kertas karya agar lebih sempurna dan sesuai keadaan yang sebenarnya.

1.5 Sistematika penulisan

Penulisan laporan penelitian ini dibagi dalam beberapa bab dan sub bab. Pembagian ini bertujuan untuk lebih memudahkan pembaca memahami uraian demi uraian sampai kepada simpulan.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengurai tentang alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

Bab ini terdiri dari pengertian pariwisata dan wisatawan, manfaat pariwisata, jenis objek dan daya tarik wisata juga pengelolaan wisata serta manfaat pengelolaan wisata.

BAB III GAMBARAN UMUM GUNUNG RINJANI

Dalam bab ini akan dibahas tentang lingkungan Gunung Rinjani, pengelolaan Gunung Rinjani sebagai objek wisata dan juga letak geografisnya.

BAB IV GUNUNG RINJANI SEBAGAI OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK

Dalam bab ini akan dibahas tentang keindahan panorama Gunung Rinjani sebagai daya tarik wisata di Pulau Lombok, perencanaan pelestarian Gunung Rinjani, pengembangan acara wisata dan teknik pengemasan komponen wisata dalam sebuah paket wisata


(16)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pengertian tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis pada akhir abad ke – 17. Tahun 1972 Maurice menerbitkan buku petunjuk “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn the Language and Take Exercise”. Dalam buku ini disebutkan ada dua perjalanan yaitu perjalanan besar dan kecil (Grand Tour and Perit Tour). Pertengahan abad ke – 19 jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar, keamanan kurang terjamin, dan sarana transportasi yang masih dapat diakatakan sederhana. Tetapi setelah revolusi industri keadaan tersebut berubah, tidak hanya golongan elit saja yang dapat berpariwisata tetapi golongan menengah juga dapat melakukannya. Hal ini ditunjang dengan adanya kereta api.

Pada abad ke – 20 terutama setelah perang dunia kedua kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan ledakan pariwisata. Perkembangan terakhir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (Package Tour). Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar – putar, berkali – kali,


(18)

dari dan ke. Sedangkan kata wisata berarti bepergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Dengan demikian pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali – kali dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kata “pariwisata” sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur (12 s/d 14 Juni 1958). Di dalam musyawarah tersebut dihasilkan suatu istilah baru yaitu tourisme diganti dengan kata pariwisata. Kata pariwisata ini diusulkan oleh Prof. Prijono yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan atas himbauan Presiden Indonesia Ir. Soekarno. Selanjutnya pada tahun 1960 istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional.

Pengertian pariwisata di atas belum memberikan pengertian yang jelas. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan dapat kita lihat beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian pariwisata.

1. Pengertian pariwisata secara umum

Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau tidak memiliki maksud untuk menghasilkan uang di tempat yang dikunjunginya, tetapi


(19)

semata – mata untuk menikmati kegiatan tamasya atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2. Pengertian pariwisata secara teknis

Secara teknis pariwisata diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa atau pelayanan dan faktor – faktor penunjang serta kemudahan – kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi yang dikemukakan Organisasi Pariwisata Dunia. Industri – industri pariwisata selalu menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan – minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dan juga menawarkan tempat istirahat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru yang berbeda dari yang lainnya.

Banyak negara, sangat bergantung dari industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa pada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh organisasi non-pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu


(20)

sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Hunziker dan Krapf, pada tahun 1941, mendefinisikan pariwisata sebagai “jumlah dari fenomena dan hubungan yang timbul dari perjalanan, sejauh mereka tidak mengarah ke tempat tinggal permanent dan tidak berhubungan denga kegiatan produktif.”

Pada tahun 1976, Masyarakat Pariwisata Inggris mendefinisikan pariwisata sebagai “ pariwisata adalah gerakan sementara jangka pendek orang untuk tujuan di luar tempat – tempat dimana mereka biasanya tinggal dan bekerja, dan kegiatan mereka selama tinggal di setiap destinasi termasuk pergerakan untuk segala keperluan.”

Pada tahun 1981, Asosiasi Internasional Ahli Ilmiah Pariwisata mendefinisikan pariwisata sebagai “bentuk kegiatan tertentu yang dipilih oleh pilihan dan dilaksanakan di luar lingkungan rumah.”

Pariwisata menurut Prof. Saleh Wahab (dalam Yoeti, 1982:107), “A proposeful human activity that serve as a link between people either within one some country or beyond the geographical limits or state. It involves the temporary displacement of people to other region, country, for the satisfaction of varied needs other than exciting a renumareted function”. Menurutnya pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang –


(21)

orang dalam suatu Negara itu sendiri atau di luar negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap”.

E. Guyer Fleuler, mengemukakan pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnya didasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa. Sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari penyempurnaan dari alat – alat pengangkutan, perkembangan perniagaan, industri, dll.

Pariwisata menurut Herman V. Schulard (dalam Yoeti, 1996:114) adalah, “sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian secara langsung berhubungan dengan masuknya orang – orang asing melalui lalu lintas di suatu Negara tertentu, kota dan daerah.”

Dari definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk jangka waktu yang tidak panjang dan tidak menetap, yang dilakukan di luar daerah tempat tinggalnya dan tanpa maksud untuk mencari penghasilan. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata adalah industri tanpa asap.


(22)

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Menurut Dirjen Pariwisata (1980:10) wisatawan adalah, “setiap orang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk keperluan apapun kecuali mencari nafkah. Kedua bahwa sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi.”

Pendapat Soekadijo (1997:3) mengatakan wisatawan, “orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatangi.”

Panitia Statistik Liga Bangsa – Bangsa (Yoeti 1996:137) pada sidang dewan yang diselenggarakan tanggal 22 Januari 1937, telah pula memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut, “ istilah wisatawan hendaklah dimaksudkan, setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu Negara yang lain dari Negara di mana ia biasanya tinggal.”

Sedangkan Instruksi Presiden (InPres) No.9 Tahun 1969 mengatakan wisatawan adalah, “ setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.”

Dari berbagai definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa wisatawan adalah satu atau lebih individu yang melakukan perjalanan ke luar tempat tinggalnya untuk sementara waktu dengan berbagai motif terkecuali mencari penghasilan”.


(23)

Wisatawan sangat erat kaitannya dengan pariwisata, karena pelaku pariwisata disebut sebagai wisatawan.

Kegiatan pariwisata tidak akan terlaksana tanpa adanya perpindahan yang dilakukan oleh wisatawan dari tempat asalnya ke sebuah tujuan wisata.

2.2 Manfaat Pariwisata

Manfaat yang paling mudah dirasakan dari pariwisata adalah sebagai sarana untuk hiburan. Wisatawan yang sedang menikmati waktu liburannya dapat sejenak terlepas dari rutinitas hidup yang terkadang menjemukan dan dapat menikmati keindahan – keindahan yang ditawarkan objek wisata yang dipilihnya sebagai tujuan wisata. Bagi kalangan tertentu berwisata diartikan mencari suasana baru yang berbeda dengan kehidupan sehari – hari, dan banyak pula yang menggali jiwa petualangnya dan mencari tantangan.

Bila kita lihat lebih dalam, selain sebagai sarana hiburan pariwisata juga merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara yang memiliki daerah objek wisata yang menarik, sebut saja salah satu contoh Pulau Bali di Indonesia yang mampu mencuri perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri, mampu memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan devisa negara. Salah satu caranya ialah, menarik retribusi pada setiap pengunjung dalam bentuk tiket masuk ke daerah


(24)

tempat wisata. Ini lebih terlihat pada wisatawan asing yang datang berbelanja dengan menggunakan valuta asing, sehingga menambah pemasukan devisa negara. Devisa negara juga dapat bertambah melalui pajak yang diterima dari industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, dll.

Disamping pendongkrak kehidupan ekonomi, pariwisata juga menjadi pendorong dalam hal pengembangan seni budaya. Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata untuk menyaksikan atraksi – atraksi budaya daerah tersebut.

Bidang pariwisata juga memberikan kesempatan penduduk lokal untuk menghasilkan uang, dengan kata lain membuka lapangan usaha bagi penduduk lokal. Dengan cara menjual hasil – hasil kerajinan tangan, pernak – pernik khas suatu daerah sampai berjualan makanan dan minuman bagi para wisatawan. Selain itu juga dengan adanya wisatawan dapat menambah wawasan, ilmu serta pergaulan para penduduk lokal. Masyarakat juga akan semakin mengerti tentang keberadaan orang lain dan bagaimana cara menghargainya.


(25)

2.3 Jenis Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Jenis – jenis objek wisata pada umumnya dibagi empat, yaitu :

a. Wisata Alam

Wisata alam ialah, daerah objek wisata yang menjual sisi keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. (Seperti : Pegungungan, Hutan, Danau, Pantai, Laut, Sungai, dll.)

b. Wisata Bangunan

Wisata bangunan adalah objek wisata yang memiliki bentuk fisik bangunan dan biasanya memiliki nilai sejarah yang tinggi. (Seperti : Museum, Candi, Monumen – monument bersejarah, Benteng, dll.)

c. Wisata Buatan

Wisata buatan ialah tempat wisata yang sengaja di buat untuk memberikan hiburan bagi para wisatawan. (Contohnya : Kebun binatang, Taman buah, Taman bunga, Kolam renang (water boom, water park), Taman permainan, dll.)

d. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah objek wisata yang mengedepankan sisi budaya yang dimiliki sebagai daya tarik utamanya. (seperti : wayang, keris, batik, tari – tarian daerah, dll.)


(26)

Negara Indonesia memiliki sebelas objek wisata yang berstatus World Heritage (diakui oleh UNESCO) yang dibagi dalam tiga kategori. Indonesia memiliki empat objek dengan status “World Heritage of Nature”. Objek – objek tersebut adalah :

1. Taman Nasional Ujung Kulon 2. Taman Nasional Komodo 3. Taman Nasional Lorentz

4. Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)

Indonesia juga memiliki tiga objek wisata dengan status “World Heritage of Culture”. Objek – objek tersebut adalah :

1. Candi Borobudur 2. Candi Prambanan 3. Situs Sangiran

Selain itu ada empat objek wisata yang dikategorikan “World Heritage of Intangible Culture”, yaitu :

1. Wayang 2. Keris


(27)

3. Batik 4. Angklung

Hal – hal yang penting yang harus diperhatikan dalam suatu objek wisata agar selalu menarik di mata wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Daerah tersebut harus memiliki apa yang disebut sebagai “something to see”. Artinya ditempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda yang tidak didapati di daerah yang lain serta menarik untuk disaksikan.

2. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do”. Yaitu di tempat tersebut harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat memberikan hiburan bagi para wisatawan dan dapat membuat mereka ingin tinggal lebih lama.

3. Daerah tersebut juga harus menyediakan “something to buy”. Artinya, harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang cinderamata dan berbagai hasil kerajinan tangan.

Adapun syarat – syarat suatu objek wisata dapat dikembangkan, apabila memiliki syarat – syarat sebagai berikut (dalam Syamsuridjal, 1997:2) , yaitu :

1. Atrraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau dating berkunjung ketempat wisata


(28)

tersebut.

Atraksi wisata terdiri dari 2 yaitu :

a. Site Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak objek itu ada

b. Event Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah dibuat manusia

2. Accessibility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut 3. Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti akomodasi dan restoran

4. Institution, yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.

2.4 Pengelolaan Wisata dan Manfaat Pengelolaan Wisata 2.4.1 Pengelolaan Wisata

Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapatkan imbuhan konfiks pe-an. Kamus umum Bahasa Indonesia mengartikan pengelolaan secara umum sebagai penyelenggaraan. Dengan arti luasnya adalah suatu penyelenggaraan rencana pengembangan yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta terhadap sesuatu hal atau keadaan.


(29)

Dalam dunia pariwisata pengelolaan dihadapkan pada adanya perubahan selera pengunjung pada daya tarik suatu objek. Untuk menghadapi situasi yang demikian pengelola maupun pemerintah harus cepat tanggap dan kreatif untuk dapat menyesuaikannya dengan selera pengunjung. Misalnya adanya perubahan penyajian dalam pelaksanaan promosi, sehingga objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dihidupkan lagi dengan produk yang baru.

Di berbagai objek pariwisata ada berbagai unsur yang saling bergantungan, yang mana unsur – unsur ini perlu dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan. Pada dasarnya seorang wisatawan berkunjung ke suatu daerah adalah untuk memperoleh kepuasan. Adapun unsur – unsur yang perlu dikembangkan antara lain adalah hal – hal yang menarik perhatian wisatawan, fasilitas yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan selama berada di objek wisata, infrastruktur seperti jalan raya dan fasilitas kesehatan, transportasi yaitu jasa – jasa pengangkutan menuju objek wisata, hospitality atau keramahtamahan dan kesediaan untuk menerima pengunjung di objek tersebut.

2.4.2 Manfaat Pengelolaan Wisata

Manfaat dari pengelolaan secara umum adalah dapat memenuhi keinginan ataupun tujuan dari pihak yang terkait, memberikan kepuasan kepada orang – orang


(30)

yang membutuhkannya, dapat dinikmati atau digunakan oleh masyarakat yang akan memerlukan hal tersebut.

Pengelolaan dalam pariwisata bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung selama berada di daerah objek wisata dan dapat memberikan kepuasan kepada para wisatawan serta menimbulkan kesan baik tentang objek yang dikelola.


(31)

BAB III

GAMBARAN UMUM GUNUNG RINJANI SEBAGAI OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK

3.1 Gambaran Umum Pulau Lombok

Pulau Lombok memiliki lokasi geografis di Asia Tenggara koordinat 8.565Âo S 116.351Âo E, gugusan pulau – pulau kepulauan kecil Sunda. Luas pulau 4.725 kmÂ2. Tempat tertinggi adalah Rinjani ( 3.726 m). Pulau Lombok menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota provinsi, Mataram ada di pulau ini.

Secara demografis populasi penduduk berkisar 2.536.000 jiwa (data tahun 2004) dengan kepadatan penduduk 537 jiwa / kmÂ2 . Penduduk pribumi bersuku Sasak. Tetapi di pulau Lombok terdapat beberapa suku pendatang dari berbagai daerah seperti suku Bali, Jawa, dan lainnya. Suku Sasak adalah penduduk asli yang menduduki pulau Lombok berjumlah sebanyak 2 juta orang ( 85 % total penduduk Lombok ). Mereka mempunyai hubungan dengan orang Bali dari segi budaya dan bahasa.

3.1.1 Sejarah Pulau Lombok

Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut – sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja – raja Lombok. Posisi ini selanjutnya menempatkan


(32)

Kerajaan Selaparang sebagai ikon penting kesejahteraan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai gumi selaparang.

Menurut Lalu Djelengga (2004), catatan sejarah kerajaan – kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksana Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lomok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan – kerajaan kecil, seperti Purwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan di des ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan majapahit runtuh.

Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar


(33)

yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang – pedagang dari Palembang, Banten, Gersik, dan Sulawesi.

Belakangan, ketika kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri dating mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja – raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.

Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirakan, hingga beberapa tahun kemudian seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adapt istiadat lama.

3.1.2 Geografis Pulau Lombok

Secara geografis, Pulau Lombok dan Pulau Bali memang terpisah. Batasnya jelas, selat Lombok, yanga membentang di sepanjang pesisir barat pulau Lombok atau di pesisir timur Pulau Bali, menghubungkan kedua pulau kecil di wilayah Nusa Tenggara ini. Tetapi, dari sisi sejarah dan budaya, keduanya memiliki kedekatan khusus yang menjadikan Lombok dan Bali seperti dua saudara kandung. Bahkan, sampai muncul istilah, di Lombok kita bisa menemukan Bali.

Kedekatan budaya Bali dan Lombok memang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kedua pulau bertetangga ini. Diawali dengan masuknya pengaruh paham Siwa-Buddha dari Pulau Jawa yang dibawa para migrant dari kerajaan – kerajaan Jawa


(34)

sekitar abad ke – 5 dan ke – 6 Masehi, sampai infiltrasi Kerajaan Hindu Majapahit yang mengenalkan ajaran Hindu – Buddha ke penjuru timur wilayah Nusantara pada abad ke – 7 M.

Sejumlah penanda masih terlihat jelas hingga saat ini. Di sejumlah tempat di Pulau Lombok dan Bali terdapat nama – nama desa yang mengadopsi nama tempat di Jawa. Sebut saja, Kediri, Pajang, ataupun Mataram, yang kini menjadi nama ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pendatang asal Bali yang bermigrasi ke Lombok pada zaman kerajaan itu memanggil penduduk Sasak dengan sebutan semeton, yang berarti saudara. Sebaliknya, terhadap warga Bali dan etnis non-Sasak lainnya, masyarakat Sasak memberikan panggilan hormat, batur, yang berarti sahabat. Batur Bali berarti sahabat dari Bali, Batur Jawa berarti sahabat yang berasal dari Jawa.

3.1.3 Bahasa di Pulau Lombok

Sebelum ramai didatangi berbagai macam etnis, Pulau Lombok sudah dihuni masyarakat Sasak yang disebut sebagai penduduk asli. Ragam bahasa Lombok bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno. Huruf aksara Sasak memiliki hanacaraka yang berjumlah 18. Dalam teknik pencatatan, tradisi menulis di daun lontar dilakukan pujangga dan sastrawan Lombok. Teknik ini dilanjutkan dengan tradisi membaca naskah sastra, pepawosan dalam budaya Sasak dan mabebawos dalam budaya Bali.


(35)

Dalam ritual upacara masyarakat Hindu di Lombok dikenal tradisi melantunkan tembang Turun Taun saat berlangsungnya upacara sakral memohon turunnya hujan. Upacara ini digelar di pura setempat menjelang datangnya musim tanam. Meskipun dilantunkan masyarakat Hindu, ragam bahasa dan lagunya jelas menunjukkan pengaruh Sasak, ditambah beberapa sisipan kata – kata bernuansa Islam. Sebait lagu ini misalnya :

- Turun Taun Leq Gedong Sari - Mumbul Katon Suarge Mulie

- Langan Dee Sida Allah Nurunang Sari

- Sarin Merta Sarin Sedana, yang intinya bermakna “semoga Tuhan segera menurunkan hujan sebagai inti kebahagiaan.”

Kata sangkaq dan kembeq (kenapa), lasingan, timaq (walau), aro (ah), kelaq moto (sayur bening), dalam bahasa Sasak, kata Mandia, antara lain juga diadopsi sebagai percakapan sehari – hari masyarakat Lombok.

3.1.4 Akulturasi Kearifan di Pulau Lombok

Akulturasi budaya antara penduduk local dan Bali serta Jawa terlihat dalam busana dan tradisi masyarakat. Misalnya, ikat kepala, yang dalam tata busana adat Sasak disebut sapuk ( dipakai pria ), mirip dngan destar dalam busana Bali.

Kebisaan nebon, suami yang membiarkan rambutnya panjang selama sang istri hamil, dikenal dalam tradisi Sasak atau Lombok. Rambut sang suami baru dipotong


(36)

setelah istrinya melahirkan. Selama nebon, kegiatan rumah tangga ditangani suami. Kebiasaan ini dipertahankan dengan tujuan melahirkan generasi yang bibit, bebet, dan bobotnya berkualitas, juga kesehatan jasmani dan rohaninya lebih baik.

Akulturasi budaya juga terlihat dalam agama wetu telu. Kelompok penganut sinkretisme Islam, Hindu dan animisme. Penganut Wetu Telu mayoritas berdiam di Kampung Bayan, tempat di mana agama itu dilahirkan. Golongan besar Wetu Telu juga bisa didapati di Mataram, Pujung, Sengkol, Rambitan, Sade, Tetebatu, Bumbung, Sembalun, Senaru, Loyok dan Pasugulan.

3.1.5. Objek Wisata yang Ada di Pulau Lombok

Destinasi objek pariwisata andalan Pulau Lombok: * Pantai Senggigi

* Cakranegara * Gili Air * Gili Meno * Gili Trawangan * Gunung Rinjani * Pantai Kuta, Lombok * Senaru

* Tetebatu


(37)

* Air Terjun Tiu Kelep * Air Terjun Benang Stokel * Air Terjun Benang Kelambu * Gili Bidara

* GIli Lawang * Gili Lampu * Pantai Sorga

* Pantai Selong Blanak * Pantai Grupuk * Pantai Mawi * Gili Nangu * Gili Sudak * Gili Tangkong * Hutan Monyet Pusuk * Taman Narmada * Taman Mayura * Pura Suranadi * Pura Lingsar * Pura Batu Bolong


(38)

* Desa Sukarare

* Desa Sade dan Rambitan * Tanjung Ringgit

* Pantai Mangsit * Pantai Malimbu * Tanjung Sire

3.2 Gunung Rinjani Sebagai Daya Tarik Wisata di Pulau Lombok

Sebagai realisasi untuk membuat kunjungan ke suatu daerah wisata menjadi hal yang menarik dan berkesan, maka suatu daerah wisata harus memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah wisata yang lain.

Gunung Rinjani memiliki keunggulan pada keindahan panorama alamnya yang indah, dan yang sering menjadi tujuan para wisatawan ketika mengunjungi objek wisata Gunung Rinjani adalah jalur pendakiannya yang menantang. Ada beberapa jalur pendakian yang sering dipakai untuk mendaki Gunung Rinjani. Namun bagi petualang yang pertama kali berkunjung ke Lombok, disarankan memilih jalur Sembalun Lawang. Pos awal pendakian di jalur ini relativ murah dan mudah dijangkau transportasi umum.


(39)

Dari gerbang pelabuhan laut Lembar, perjalanan menuju terminal bus di Kota Mataram. Di terminal tersedia kendaraan elf jurusan Mataram – Aikmel. Sekira 1 jam perjalanan, sampailah di kawasan Aikmel. Di sini, para petualang disambut kendaraan elf yang langsung menuju pos pendakian Sembalun Lawang.

Selama menempuh perjalanan, kita melewati hutan tropis ditambah atraksi monyet liar di pinggiran jalan. Areal perkebunan kol, cabe dan bawang terbentang luas. Selain itu, tersaji pemandangan ngarai hijau mempesona yang dihuni suku Sasak tradisional, suku asli Pulau Lombok.

Setiba di pos pendakian Sembalun Lawang, para pendaki wajib mendaftarkan diri. Sebelum keberangkatan, petugas jagawana memberikan pesan agar menjaga kebersihan dan menghormati adapt istiadat penduduk setempat. Tak lupa diterangkan pula lokasi mata air yang tersembunyi.

Bagi yang membutuhkan, tersedia jasa guide (pemandu) atau porter (tenaga angkut), yang dilengkapi penyewa peralatan serta perbekalan standar pendakian gunung. Pengelola jasa wisata yang melibatkan suku Sasak ini, menerapkan tariff berbeda bagi wisatawan asing dan wisatawan lokal.

Untuk medan pendakiannya, tantangan awal yang harus ditempuh adalah padang sabana yang luas dan berbukit – bukit. Karakteristik alam ini memberikan pengalaman baru bagi petualang yang biasa mendaki pegunungan di tanah Jawa. Biasanya pegunungan di Jawa lebih banyak menyuguhkan hutan homogen dan


(40)

heterogen. Tanah tandus berdebu disertai iklim yang menyengat membuat stamina cepat terkuras. Hanya di beberapa tempat tersedia hamparan rumput ilalang yang lebat sebagai makanan lezat bagi lembu – lembu gembala. Di tempat tertentu terdapat pos khusus yang bias digunakan berkemah dengan mata air dan WC darurat.

Sehabis padang sabana, medan pendakian terasa makin berat. Tanjakan terjal dengan jurang menganga mulai hadir di antara rimbunan hutan heterogen. Gunung Rinjani bisa dikatakan aman dari ancaman binatang buas. Burung, monyet yang bergelantungan dan ayam hutan yang kerap dijumpai di hutan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam, sampailah di pelawangan (punggungan gunung) Sembalun Lawang. Lokasi yang ditumbuhi cemara gunung ini merupakan pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak. Pelawangan Sembalun Lawang terletak persis di lereng penyangga Danau Segara Anakan. Sembari istirahat, pendaki bisa sepuasnya menyaksikan keeksotisan danau raksasa yang terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani.

Sayangnya cuaca di ketinggian ini sangat mudah berubah. Serangan kabut dingin mendadak bisa dating menggantikan cuaca panas menyengat. Tak jarang angina badai mampu merobek bahkan menerbangkan tenda. Namun, pesona sunrise dan sunset menjadi momen yang tak terlupakan seumur hidup.

Lantas ada dua pilihan, melanjutkan petualangan menuju puncak gunung atau langsung turun ke Danau Segara Anakan. Medan pendakian menuju puncak cukup


(41)

berbahaya. Padang pasir, kawah, dan jurang yang seolah tanpa dasar, akan memaksa berpacunya adrenalin selama 3 -5 jam perjalanan. Sedangkan medan perjalanan menuju Danau Segara Anakan tak kalah menegangkan. Para pendaki harus lincah menuruni lereng cadas dengan kemiringan berkisar 40 – 80 derajat. Yang patut diperhatikan ialah resiko reruntuhan batuan yang membahayakan jiwa pendaki.

Gunung Rinjani sangat cocok dikunjungi oleh wisatawan yang menyukai tantangan atau juga para pecandu adrenalin, dan juga tempat yang sangat berkesan bagi mereka yang mencintai keindahan alam.

3.3 Perencanaan Melestarikan Gunung Rinjani

Gunung Rinjani pada dasarnya adalah objek wisata alam yang menawarkan sisi keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. Gunung Rinjani merupakan gunung berapi dengan keindahan panorama alam yang luar biasa. Taman nasional gunung Rinjani di Pulau Lombok merupakan gunung vulkanis tertinggi kedua di Indonesia dan sering disebut sebagai lingkaran api ( ring of fire ). Pemandangan alam yang sangat indah ini telah terbentuk ribuan tahun dari ledakan keras serta erosi.

Maka dari itu untuk membuat Gunung Rinjani tetap menjadi objek wisata alam yang diminati oleh wisatawan, baik asing maupun lokal, pembudidayaan objek wisata Gunung Rinjani harus difokuskan pada :


(42)

Kebersihan adalah kunci suatu daerah wisata disukai oleh para wisatawan. Karena dengan lingkungan yang bersih para wisatawan akan merasa nyaman pada sepanjang perjalannya. Lingkungan Gunung Rinjani yang sangat luas akan memberikan kesulitan untuk menjaga kebersihannya. Untuk itu diperlukan keseriusan dan kerjasama yang baik antara pihak pengelola dan juga pemerintah daerah untuk memperhatikan masalah kebersihan di sekitar Gunung Rinjani.

2. Keamanan

Salah satu fokus pembudidayaan lainnya adalah keamanan. Dikarenakan medan pendakian yang panjang dan berbahaya, maka keamanan bagi para wisatawan harus mendapat perhatian lebih. Baik itu dari ancaman perampokan, binatang buas dan bahaya – bahaya lain yang dapat mengancam keselamatan wisatawan. Untuk mencegah terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan tersebut perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah pos – pos dan juga personil keamanaan di sekitar medan pendakian Gunung Rinjani.

disamping itu ada baiknya juga pihak pengelola memperhatikan dan menjaga kelestarian tumbuh – tumbuhan dan binatang liar yang terdapat di areal ini, sehingga keindahan alam Gunung Rinjani terus terjaga.


(43)

3.4 Perencanaan Acara Wisata dan Pengemasan Komponen Wisata di Gunung Rinjani

Perencanaan dan pengemasan komponen perjalanan wisata meliputi sarana wisata, obyek dan daya tarik wisata kedalam bentuk paket wisata. Paket wisata adalah suatu rencana kegiatan wisata yang telah disusun secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, hotel atau akomodasi, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainnya yang tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut.

Berikut ini adalah contoh paket wisata yang umum di tawarkan biro perjalanan wisata bagi calon wisatawan yang akan mengunjungi Gunung Rinjani :

Rincian program :

- Hari pertama : Hotel – Desa Senaru – Punggung Bukit Senaru

Wisatawan akan dijemput di hotel tempatnya menginap sekitar jam 05.00 pagi dan diteruskan menuju desa Senaru yang menempuh waktu sekitar 1,5 jam. Sesampainya di desa Senaru, sambil mempersiapkan diri dan setelah mendapat briefing tentang manajemen yang harus dilakukan oleh para pendaki dari kantor rinjani trek, wisatawan akan dipandu oleh guide dan porter, perjalanan akan dilakukan selama 6 – 7 jam sehari sampai di punggung bukit Gunung Rinjani setelah melewati beberapa pos oerhentian dan para porter akan mempersiapkan berbagai keperluan untuk makan


(44)

malam (makan siang sebelumnya disesuaikan antara pos I atau pos II) dan mendirikan tenda untuk menginap di sekitar punggung bukit Gunung Rinjani.

- Hari kedua : Punggung Bukit – Danau Segara Anakan

Setelah sarapan dan menikmati suasana Gunung Rinjani pada pagi hari perjalanan dilanjutkan untuk menuruni punggung bukit menuju Danau Segara Anakan yang ditempuh sekitar 2 – 3 jam perjalanan. Para porter akan mempersiapkan berbagai keperluan para tamu seperti makan siang. Tenda dan makan malam akan didirikan disekitar Danau Segare Anakan untuk bermalam dan beristirahat.

- Hari ketiga : Danau Segara Anakan – Punggung Bukit Sembalun

Setelah menikmati indahnya pemandangan dan menelusuri beberap tempat di kawasan sekitar Danau Segara Anakan, sorenya wisatawan akan kembali menaiki bukit untuk mencapai punggung Bukit Sembalun. Semua akan disediakan disini, dan untuk bermalam para porter akan kembali mendirikan tenda untuk anda.

- Hari keempat : Punggung Bukit Sembalun – Puncak Rinjani – Desa Sembalun - Senggigi

Pada pagi buta sekitar jam 2 atau 3 pagi, guide akan mengantar wisatawan untuk menaiki puncak Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726 m di atas permukaan laut, perjalanan ini menempuh waktu sekitar 3 jam. Setelah puas wisatawan akan kembali menuruni puncak sampai ke Bukit Sembalun. Para porter akan menyiapkan sarapan


(45)

untuk wisatawan, setelah sarapan perjalanan dilanjutkan menuju desa Sembalun. Diperkirakan wisatawan akan sampai ke Senggigi sekitar jam 5 atau 6 sore.


(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KAWASAN GUNUNG RINJANI

4.1 Gunung Rinjani, letak geografis dan Lingkungannya

4.1.1 Letak Geografis Gunung Rinjani

Gunung Rinjani merupakan gunung berapi dengan keindahan panorama alam yang luar biasa. Taman nasional gunung Rinjani di Pulau Lombok merupakan gunung vulkanis tertinggi kedua di Indonesia dan sering disebut sebagai lingkaran api ( ring of fire ). Pemandangan alam yang sangat indah ini telah terbentuk ribuan tahun dari ( pada awalnya berbentuk bangunan kerucut ) ledakan keras serta erosi. Lereng – lereng gunung yang berbentuk hutan terlihat langsung dari laut yang dengan sendirinya membentuk pola cuaca dan nampak seperti air. Gunung Rinjani meruapakan gunung berapi yang masih aktif di Lombok, dengan ketinggian 3.726 meter (12.224 kaki) menjadikan dirinya sebagai gunung ketiga paling besar di Indonesia. Setelah gunung Jayawijaya di Papua dan gunung Kerinci yang berada di Sumatera. Gunung beserta tempat – tempat keramatnya serta kawah danau sagara anak yang spektakuler dilindungi oleh taman nasional yang dibangun pada tahun 1997. Puncak gunung yang berbentuk oval dengan ukuran 6 km x 8,5 km sebagian dipenuhi oleh danau yang dinamakan danau sagara anak. Ledakan yang terjadi pada tahun 1994, 1995, dan 1996


(47)

telah membentuk kerucut kecil di tengah puncak gunung dan lava mengalir dari ledakan – ledakan ini dan akhirnya masuk ke dalam danau.

Gunung berapi Rinjani terletak pada lintang 8Ậ o25” S dan 116o28” T,

merupakan gunung favorit bagi pendaki – pendaki di Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini terletak di Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 hektar.

4.1.2 Lingkungan Sekitar Gunung Rinjani

Daerah hutan di gunung Rinjani termasuk hutan jenis heterogen dan homogen pada daerah – daerah tertentu. Sekitar ketinggian 1000 sampai 2000 meter (atas laut ) dapat ditemukan jenis tumbuh – tumbuhan seperti Beringin ( Ficus Superb ), Garu ( Dysoxylum sp ), Bayur, dan areal perkebunan penduduk yang ditanami tumbuh – tumbuhan seperti kentang, cabe, kol, dan juga bawang. Selanjutnya sekitar ketinggian 2000 sampai 3000 meter di atas laut mulai banyak ditumbuhi pohon – pohon cemara Gunung ( Casuarina Junghuniana ). Sampai ketinggian 3000 meter ke atas hanya didapat jenis rumput – rumputan dan edelweiss yang diakatakan sebagai bunga abadi.

Yang paling eksotis di daerah gunung Rinjani adalah danau Segare Anak. Segare yang berarti laut dan Anak berarti anak. Danau Segare Anak terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani. Masyarakat sekitar menyebutnya segara / laut


(48)

dikarenakan warna air danau ini adalah biru seperti laut. Danau ini terletak di ketinggian 2800 meter di atas laut.

Bagi orang Lombok dan Bali, gunung Rinjani dianggap sebagai tempat keramat dan tempat kediaman para dewa. Kawah danau sagara anak merupakan tujuan dari ribuan peziarah yang memberi sesajen di air dan mandi air panas untuk menghilangkan penyakit. Bebek belibis serta beberapa spesies ikan seringkali ditemukan disini.

Danau Sagara merupakan salah satu keajaiban yang dapat ditemukan di gunung Rinjani. Bagi suku Sasak, Danau Sagara Anakan dianggap tempat sacral yang harus dijaga kesuciannya. Danau berwarna hijau dan biru tersebut, digunakan pula sebagai tempat ziarah dan peribadatan umat Hindu, Islam Wettu Telu (sinkretisme Islam – Hindu) serta kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Maka tak perlu heran jika mencium asap dupa atau menemukan kembang sesaji disekitar tepian danau. Selain itu, Suku Sasak sangat menghormati tempat persemayaman Dewi Anjani ini, yang dipercaya sebagai penguasa tertinggi alam gaib gunung Rinjani ini. Air danau yang berasa kesat, akibat campuran air tawar dan belerang ini, diyakini sebagai obat ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Percaya atau tidak, nyatanya keadaan ini menyebabkan tumbuhnya kearifan budaya local untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari eksploitasi sumber daya alam.


(49)

Terlepas dari semua itu, para pendaki dapat merasakan kenyamanan yang ditawarkan alam. Untuk melemaskan otot yang tegang, para pendaki dapat berendam air panas seharian di beberapa kolam belerang alami. Walaupun dijadikan tontonan puluhan monyet liar yang bertaring tajam. Ikan mas, mujair dan harper yang berukuran besar berkembang pesat di danau ini. Pemancing local banyak terlihat pada musim liburan.

Di seberang danau terlihat gundukan bukir pasir yang sering mengeluarkan asap putih ke angkasa. Orang – orang menyebutnya sebagai Gunung Baru. Tak banyak keterangan yang bias didapat mengenai gunung pasir yang masih aktif tersebut.

Gunung Rinjani merupakan salah satu dari 40 taman nasional yang ada di Indonesia yang didirikan pada tahun 1997. Lebih dari 20 desa berada disekeliling gunung Rinjani dan ada banyak rute / jalan menuju gunung Rinjani tetapi jalan / pintu masuk utamanya dri senru di bagian utara dan sembalun lawang di bagian selatan.

Sebagai gunung berapi yang masih aktif, gunung Rinjani juga memiliki potensi besar untuk meletus. Berikut ini sejarah letusan gunung Rinjani :

1. Tanggal 10 – 12 September 1847

2. Tanggal 8 – 10 Agustus 1884 (+/- 1 hari ) 3. Tanggal 30 November – 2 Desember 1900 4. Tanggal 1 – 2 Juni 1901


(50)

5. Tanggal 29 April 1906 - ?

6. Tanggal 30 November – 2 Desember 1909 7. Tanggal 4 November 1915 - ?

8. Tanggal 30 Mei 1941

9. Tanggal 25 Desember 1943 – 1 Januari 1944 10.1949 – 1950

11.Tanggal 15 Oktober 1943 ( +/- 45 hari ) 12.September 1965 - ?

13.Tanggal 28 Maret 1966 – 8 Agustus 1966 14.Tanggal 3 Juni – 21 November 1994 15.September 1995

16.Tanggal 1 – 5 Oktober 2004

4.2 Pengelolaan Gunung Rinjani Sebagai Objek Wisata

Sebagai objek wisata yang memiliki potensi besar, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah maupun instansi terkait untuk menaruh perhatian lebih terhadap objek wisata Gunung Rinjani yang dapat dikatakan sebagai salah satu kebanggaan Negara Indonesia.

Pengelolaan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi yang dimiliki objek tersebut. Dengan mengacu pada kriteria keberhasilan


(51)

pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan. Dalam mengelola suatu objek wisata, harus memiliki strategi khusus yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan berkualitas, seimbang dan bertahap.

Pada sebuah objek wisata ada berbagai unsure yang saling bergantungan, yang mana unsur – unsur ini perlu dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan. Karena pada dasarnya, wisatawan berkunjung ke suatu daerah wisata adalah untuk mencari kepuasan. Hal – hal penunjang yang membantu para wisatawan untuk dapat mencapai kepuasan dan kenyamanan tersebut antara lain adalah :

1. Transportasi

2. Jaringan komunikasi, Sumber listrik, Air, dll 3. Fasilitas menginap dan kesehatan

4. Sistem keamanan

Masih banyak lagi faktor – faktor penunjang lainnya yang dapat membantu tercapainya kepuasan wisatawan, karena tiap – tiap wisatawan memiliki tujuan dan maksud yang berbeda – beda ketika mengunjungi suatu objek wisata.

Gunung Rinjani memiliki kekuatan pada keindahan panorama alamnya yang luar biasa, dan juga Gunung Rinjani menawarkan jalur pendakian yang menantang bagi para pecandu ketegangan atau orang yang memiliki jiwa petualang yang kuat. Oleh karena itu, maka pengelolaan harus difokuskan pada pemeliharaan lingkungan


(52)

serta jalur pendakian di sekitar Gunung Rinjani guna memberikan kenyamanan bagi para wisatawan.

Hospitality atau keramah tamahan dan kesediaan untuk menerima pengunjung di objek tersebut juga harus menjadi perhatian. Perlu adanya kesadaran masyarakat lokal untuk menerima dan mempelajari perbedaan yang akan ditemukan pada wisatawan yang mengunjungi Gunung Rinjani. Karena perbedaan tersebut apabila disikapi secara positif akan berdambak baik bagi perkembangan masyarakat lokal.


(53)

BAB V PENUTUP

Saat ini kepariwisataan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan berkembang pesatnya jumlah akomodasi, jasa boga / restoran, transportasi atau jasa angkutan, tempat penukaran mata uang asing, atraksi wisata, cinderamata, dan biro perjalanan, semua itu merupakan unsur yang terdapat dalam industri pariwisata.

Bayaknya pulau yang ada di Indonesia yang memiliki keindahan – keindahan panorama alam yang begitu menakjubkan merupakan aset negara yang sangat berharga. Seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada maka dituntut juga sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pariwisata demi meningkatnya kunjungan wisatawan – wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah taman nasional Gunung Rinjani.

Taman Nasional Gunung Rinjani adalah objek wisata alami yang menawarkan sisi keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. Dengan adanya pembudidayaan yang tepat dan terfokus di objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani, wisatawan akan lebih dapat menikmati kunjungannya ke Gunung Rinjani. Seiring dengan terpuaskannya keinginan wisatawan untuk menikmati liburannya di Gunung Rinjani, maka dengan sendirinya jumlah wisatawan akan meningkat.


(54)

Kerjasama berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani. Pihak tersebut mencakup Pemerintah Daerah, Pihak Pengelola sampai Penduduk Setempat. Tentu saja kesadaran para wisatawan untuk menjaga kebersihan di lingkungan objek wisata ini perlu ditumbuhkan sehingga kelestarian dan keindahan taman nasional Gunung Rinjani akan selalu terjaga.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pariwisata adalah sumber pendapatan Negara yang sangat penting. Dari sektor tersebut dapat mengkatrol peningkatan ekonomi suatu Negara. Indonesia yang memiliki karunia panorama alam yang sangat indah sudah seharusnya melestarikan dan mengembangkan objek pariwisata tersebut agar dapat bermanfaat bagi pembangunan Negara Indonesia.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa

Pendit, nyoman S. 1986. Edisi Ketiga. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradaya Paramita.

Pendit, nyoman S. 1994. Edisi Kelima. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradaya Paramita.

Spillane, james J. 1994. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta : Kanisius

Paul Greenway, James Lyon, Tony Wheeler. 1999. Bali & Lombok. Lonely Planet

http

http


(1)

5. Tanggal 29 April 1906 - ?

6. Tanggal 30 November – 2 Desember 1909 7. Tanggal 4 November 1915 - ?

8. Tanggal 30 Mei 1941

9. Tanggal 25 Desember 1943 – 1 Januari 1944 10.1949 – 1950

11.Tanggal 15 Oktober 1943 ( +/- 45 hari ) 12.September 1965 - ?

13. Tanggal 28 Maret 1966 – 8 Agustus 1966 14.Tanggal 3 Juni – 21 November 1994 15.September 1995

16.Tanggal 1 – 5 Oktober 2004

4.2 Pengelolaan Gunung Rinjani Sebagai Objek Wisata

Sebagai objek wisata yang memiliki potensi besar, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah maupun instansi terkait untuk menaruh perhatian lebih terhadap objek wisata Gunung Rinjani yang dapat dikatakan sebagai salah satu kebanggaan Negara Indonesia.

Pengelolaan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi yang dimiliki objek tersebut. Dengan mengacu pada kriteria keberhasilan


(2)

pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan. Dalam mengelola suatu objek wisata, harus memiliki strategi khusus yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan berkualitas, seimbang dan bertahap.

Pada sebuah objek wisata ada berbagai unsure yang saling bergantungan, yang mana unsur – unsur ini perlu dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan. Karena pada dasarnya, wisatawan berkunjung ke suatu daerah wisata adalah untuk mencari kepuasan. Hal – hal penunjang yang membantu para wisatawan untuk dapat mencapai kepuasan dan kenyamanan tersebut antara lain adalah :

1. Transportasi

2. Jaringan komunikasi, Sumber listrik, Air, dll 3. Fasilitas menginap dan kesehatan

4. Sistem keamanan

Masih banyak lagi faktor – faktor penunjang lainnya yang dapat membantu tercapainya kepuasan wisatawan, karena tiap – tiap wisatawan memiliki tujuan dan maksud yang berbeda – beda ketika mengunjungi suatu objek wisata.

Gunung Rinjani memiliki kekuatan pada keindahan panorama alamnya yang luar biasa, dan juga Gunung Rinjani menawarkan jalur pendakian yang menantang bagi para pecandu ketegangan atau orang yang memiliki jiwa petualang yang kuat. Oleh karena itu, maka pengelolaan harus difokuskan pada pemeliharaan lingkungan


(3)

serta jalur pendakian di sekitar Gunung Rinjani guna memberikan kenyamanan bagi para wisatawan.

Hospitality atau keramah tamahan dan kesediaan untuk menerima pengunjung di objek tersebut juga harus menjadi perhatian. Perlu adanya kesadaran masyarakat lokal untuk menerima dan mempelajari perbedaan yang akan ditemukan pada wisatawan yang mengunjungi Gunung Rinjani. Karena perbedaan tersebut apabila disikapi secara positif akan berdambak baik bagi perkembangan masyarakat lokal.


(4)

BAB V PENUTUP

Saat ini kepariwisataan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan berkembang pesatnya jumlah akomodasi, jasa boga / restoran, transportasi atau jasa angkutan, tempat penukaran mata uang asing, atraksi wisata, cinderamata, dan biro perjalanan, semua itu merupakan unsur yang terdapat dalam industri pariwisata.

Bayaknya pulau yang ada di Indonesia yang memiliki keindahan – keindahan panorama alam yang begitu menakjubkan merupakan aset negara yang sangat berharga. Seiring dengan perkembangan pariwisata yang ada maka dituntut juga sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pariwisata demi meningkatnya kunjungan wisatawan – wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah taman nasional Gunung Rinjani.

Taman Nasional Gunung Rinjani adalah objek wisata alami yang menawarkan sisi keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. Dengan adanya pembudidayaan yang tepat dan terfokus di objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani, wisatawan akan lebih dapat menikmati kunjungannya ke Gunung Rinjani. Seiring dengan terpuaskannya keinginan wisatawan untuk menikmati liburannya di Gunung Rinjani, maka dengan sendirinya jumlah wisatawan akan meningkat.


(5)

Kerjasama berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani. Pihak tersebut mencakup Pemerintah Daerah, Pihak Pengelola sampai Penduduk Setempat. Tentu saja kesadaran para wisatawan untuk menjaga kebersihan di lingkungan objek wisata ini perlu ditumbuhkan sehingga kelestarian dan keindahan taman nasional Gunung Rinjani akan selalu terjaga.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pariwisata adalah sumber pendapatan Negara yang sangat penting. Dari sektor tersebut dapat mengkatrol peningkatan ekonomi suatu Negara. Indonesia yang memiliki karunia panorama alam yang sangat indah sudah seharusnya melestarikan dan mengembangkan objek pariwisata tersebut agar dapat bermanfaat bagi pembangunan Negara Indonesia.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa

Pendit, nyoman S. 1986. Edisi Ketiga. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradaya Paramita.

Pendit, nyoman S. 1994. Edisi Kelima. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradaya Paramita.

Spillane, james J. 1994. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta : Kanisius

Paul Greenway, James Lyon, Tony Wheeler. 1999. Bali & Lombok. Lonely Planet http

http http