Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sabang Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

KERTAS KARYA

OLEH

NOVA AULIANDA

082204060

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI DAERAH

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

OLEH

NOVA AULIANDA

082204060

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Drs.Jhonson Pardosi, M.Si

Drs. Ridwan Azhar, M.Hum

NIP.19660420 199203 1 003

19550923 198203 1 001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA

PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU

OBJEK WISATA DI DAERAH NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

Oleh

: NOVA AULIANDA

NIM

: 082204060

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, SE., M.Si

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Indonesia memiliki wilayah teritorial luas yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tesebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan. Upaya meningkatkan kepariwisataan di Pulau Sabang, pemerintah berupaya meningkatkan infrastuktur, akomodasi, dan transportasi. Taman Laut Pulau Rubiah memiliki potensi keanekaragaman hayati dan telah ditetap kan secara hukum sebagai daerah perlindunagn alam. Tugu Kilometer Nol yaitu sebuah bangunan berwarna putih yang merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat. Pemerintah mengembangkan money changer, toko souvenir dan fasilitas pendukung kepariwisataan. Pantai Iboih terletak di kepulauan Weh merupakan objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan rezekinya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Adapun judul dari kertas karya ini adalah: “PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGI SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM”.

Penulis menyusun kertas karya ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kawasan wisata pulau sabang sebagai salah satu objek wisata di Nanggroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat lokal. Informasi yang penulis paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya agar pembaca mendapatkan informasi yang jelas dan semoga kertas karya ini bermanfaat memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca.

Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Solahuddin Nasution, SE., MSP, selaku Dosen Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

4. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

5. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

6. Seluruh staff / Dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya USU Medan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Syahrial Ali dan Ibunda Herlina Ali atas segala motivasi, kasih sayang, dan perhatian bagi penulis selama ini. Buat penulis, tiada harta berharga yang penulis miliki selain kalian di muka bumi ini.

8. Buat Abang, Kakak, dan adik penulis, berilah yang terbaik buat orang tua kita. Senyum dan keberhasilan kita merupakan kebahagian mereka.

9. Buat Bembeng, yang selalu mengajarkan kesederhanaan, tentang hidup yang sebenarnya dan memberi dukungan kepada penulis.

10.Sahabat seperjuangan penulis, khususnya Arum, Rima, Ayep, Eky, Iwan, Rossi, Tara, Kriz, Fery, yang telah membuat hidup ini lebih bewarna. Thaks for all, Moga kita sukses selalu, amiin.


(7)

11.Teman-teman UW’08, begitu banyak kenangan dan kisah yang kita lewati. Terima kasih buat semuanya, tour yang kita lalui akan menjadi kenagan terindah buat penulis, sungguh kenangan tak terlupakan. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses di kemudian hari, amin.

Kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan kertas karya ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2011 Penulis,

Nova Aulianda 082204060


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN1 ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

1.5 Metode Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS ... 6

2.1 Pengertian Pariwisata ... 6

2.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... 7

2.3 Definisi wisatawan ... 8

2.4 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 9

2.5 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 11

2.5.1 Sarana Pariwisata ... 11

2.5.1.1 Sarana Akomodasi ... 11

2.5.1.2 Sarana Transportasi ... 11

2.5.1.3 Sarana Makan dan Minum ... 12

2.5.1.4 Toko Penjual Cinderamata ... 12

2.5.2 Prasarana Pariwisata ... 13

2.6 Upaya Pengembangan Kepariwisataan ... 13

2.6.1 Pengertian Pengembangan Kepariwisataan ... 13

2.6.2 Upaya-upaya Pengembangan Kepariwisataan ... 15

2.7 Motivasi Kunjungan Wisata ... 15

BAB III Gambaran Umum Kota Sabang ... 17

3.1 Kota Sabang Secara Umum ... 17


(9)

3.3 Letak Geografis ... 20

3.4 Kependudukan ... 21

3.5 Sarana dan Prasarana ... 23

3.5.1 Pendidikan ... 23

3.5.2 Hotel ... 24

BAB IV PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM ... 26

4.1 Sejarah Kota Sabang ... 26

4.2 Lokasi Kota Sabang ... 28

4.3 Potensi Pulau Sabang ... 28

4.4 Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata ... 30

4.4.1 Taman Laut Pulau Rubiah ... 30

4.4.2 Tugu Kilometer Nol ... 32

4.4.3 Pantai Iboih ... 34

4.5 Dampak Pengembangan ... 35

4.5.1 Dampak Positif ... 35

4.5.2 Dampak Negatif ... 36

4.6 Peran Pemerintah, Peran Swasta dan Masyarakat dalam Pengembangan Pulau Sabang ... 37

4.6.1 Peran Pemerintah ... 37

4.6.2 Peran Swasta ... 38

4.6.3 Peran Masyarakat ... 39

4.7 Data Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang ... 40

BAB V PENUTUP ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

ABSTRAK

Indonesia memiliki wilayah teritorial luas yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tesebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan. Upaya meningkatkan kepariwisataan di Pulau Sabang, pemerintah berupaya meningkatkan infrastuktur, akomodasi, dan transportasi. Taman Laut Pulau Rubiah memiliki potensi keanekaragaman hayati dan telah ditetap kan secara hukum sebagai daerah perlindunagn alam. Tugu Kilometer Nol yaitu sebuah bangunan berwarna putih yang merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat. Pemerintah mengembangkan money changer, toko souvenir dan fasilitas pendukung kepariwisataan. Pantai Iboih terletak di kepulauan Weh merupakan objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar untuk negara disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam meningkatkan pembangunan bidang pariwisata sangat terkait oleh berbagai aspek kehidupan dan juga sangat terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki salah satu modal bangsa indonesia dalam hal Kepariwisataan adalah keanekaragaman Budaya, Suku Bangsa dan Objek Wisata serta atraksi wisata dari Sabang sampai Merauke yang merupakan suatu daya tarik bagi wisatawan.

Pada saat ini Indonesia menginjak pada tahap pembangunan yang di laksanakan di segala bidang, termasuk kepariwisataan dan telah terbukti mampu meningkatkan pembangunan daerah dan meningkatkan perekonomian rakyat. Pulau Sabang adalah salah satu dari beberapa kawasan yang berpotensi untuk diolah menjadi lahan devisa bagi pendapatan daerah dan nasional, yang akan menjadi alternatif lainnya dari objek wisata yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling barat Indonesia. Provinsi yang kaya akan hasil alam ini memiliki potensi yang cukup besar dalam menunjang perekonomian nasional. Potensi ini tidak hanya


(12)

mencakup sektor industri dan pertanian saja, tetapi juga meliputi sektor-sektor yang lain. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata.

Kota Sabang selain terkenal dengan julukan Nol Kilometer Indonesia juga dikenal memiliki pemandangan yang indah dan taman laut yang mengundang decak kagum, karena itu Kota Sabang merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Aceh. Misalnya pantai Gampang yang berjarak 19 kilometer dari kota Sabang. Di pantai ini pengunjung disuguhkan pemandangan yang menabjukkan. Objek wisata pantai Iboh yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Sabang, di tempat ini wisatawan juga bisa menyelam dan bersnokeling ria. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa menyebrang ke Pulau Rubiah dengan menggunakan speed boat yang memakan waktu hanya 10 menit, Pulau ini menjadi tujuan wisata paling favorit bagi turis mancanegara.

Kota Sabang sangat banyak mengalami perubahan pada setiap tahunnya, akomodasi maupun jumlah wisatawan yang berkunjung. Jumlah wisatawan baik Domestik maupun Asing sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 terus meningkat. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan Asing maupun Domestik yang datang mencapai 123.798 wisatawan, jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 104. 080 wisatawan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 115.543 wisatwan pada tahun 2009. jumlah wisatawan Domestik yang berkunjung ke Kota Sabang pada tahun 2010 120.102 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah wisatawan Asing yang hanya


(13)

berjumlah 3.696 wisatawan. selama tahun 2010 jumlah wisatawan Domestik naik cukup signifikan.

Hal inilah yang mendorong dan menjadi alasan serta motivasi penulis untuk menjadikan “ Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sabang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam” sebagai judul Kertas Karya ini, disamping ini juga sebagai dukungan pemerintah dalam usaha pengembangan pulau Sabang menjadi salah satu alternatif kawasan wisata di Nanggroe Aceh Darussalam.

1.2Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba untuk memberikan batasan terhadap permasalahan. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis mencoba membatasi masalah yang ada, yaitu: Bagaimana pengembangan wisata Pulau Sabang sebagai salah satu Destinasi Wisata di daerah Nanggroe Aceh Darussalam oleh pihak pemerintah, dan masyarakat lokal.

1.3Tujuan penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis uraikan sebelumnya, maka tujuan dari pembatasan tersebut adalah untuk mengetahui pengembangan wisata Pulau Sabang sebagai salah satu objek wisata di Nanggroe Aceh Darussalam oleh pihak pemerintah maupun masyarakat lokal.


(14)

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu kelengkapan akademis untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Program Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan bacaan kertas karya yang dapat memberikan informasi tentang pengembangan kawasan wisata Pulau Sabang sebagai salah satu objek wisata di daerah Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Untuk memperkenalkan potensi pariwisata yang di miliki oleh Pulau Sabang. 4. Dengan penulisan Kertas Karya ini, penulis dapat memperoleh gambaran

yang jelas tentang objek yang diteliti.

1.5Metode Penelitian

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis mencoba mengumpulkan berbagai data baik secara langsung maupun tidak langsung, bersumber dari beberapa p iha k . U nt uk le b ih je la s n ya p e nu lis me ne mp u h be r ba g a i c a r a , ya it u : 1. Library Research, yaitu penghimpunan bahan-bahan pustaka (buku dan bacaan

lain) dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan dengan kepariwisataan s e r t a b e r h u b u n g a n d e n g a n m a s a l a h y a n g a k a n d i b a h a s . 2. Field Research, yaitu penghimpunan Informasi dan penjelasan yang diperoleh

dengan mengadakan penelitian ke lapangan, dalam hal ini yang ada atau langsung berhubungan dengan wisatawan di daerah tersebut.


(15)

1.6Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini penulis menguraikan Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II URAIAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis memaparkan Pengertian Pariwisata, Bentuk dan Jenis Pariwisata, Definisi Wisatawan, Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata, Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata, Upaya Pengembangan Kepariwisataan, dan Motivasi Kunjungan Wisata.

BAB III GAMBARAN UMUM PULAU SABANG

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Kota Sabang secara umum, Sejarah Singkat Kota Sabang, Letak Geografis, Kependudukan, Sarana dan Prasarana.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Sejarah Kota Sabang, Lokasi Kota Sabang, Potensi Pulau Sabang, Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata, Kendala yang dihadapi, Dampak Pengembangan, Peranan Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam Pengembangan Pulau Sabang, serta Data Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang.

BAB V PENUTUP


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA

Pariwista merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk melakukan perjalanan, dapat dilakukan perorangan maupun kelompok, Yoeti(1996:112) menyatakan;

“Istilah “Pariwisata” yang digunakan di Indonesia sebagai terjemahan dari Bahasa Inggris “Tourism”. Secara etimologi berasal dari bahasa sansakerta, yang terdiri dari dua suku kata. “pari” dan “wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau dapat diartikan dengan bepergian. Secara garis besarnya dapat di artikan suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain”. Pariwisata merupakan keseluruhan rangkaian yang dilakukan oleh manusia secara perorangan maupun kelompok di wilayah negaranya sendiri atau negara lain dengan segala kemudahan jasa atau pelayanan yang disediakan dunia usaha, dan industri agar terpenuhi keinginan wisatawan, (Sinaga,1995:1) menyatakan;

“Ilmu pariwista adalah suatu ilmu yang mempelajari rangkaian yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan atau kelompok diwilayah negaranya sendiri atau negara lain yang menggunakan kemudahan, jasa atau pelayanan yang disediakan pemerintah, dunia usaha, dan industri agar terwujud keinginan wisatawan”.

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk memperoleh penghasilan dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi untuk


(17)

memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker dan Kraff (Yoeti,1996:115) menyatakan;

“ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman orang-orang asing dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang bersifat sementara”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan dan dilalukan perorangan maupun kelompok.

2.2 BENTUK DAN JENIS PARIWISATA

Bentuk dan jenis pariwisata sangat membantu dalam menyusun strategi pengembangan objek-objek dan daya tarik wisata untuk mengetahui kapan dan darimana asal wisatawan yang akan menjadi objek pasar. Sampai saat ini ada berbagai jenis pengertian pariwisata yang kita kenal dari beberapa sudut pandang (Yoeti,1996:117) menyatakan;

a. Menurut Letak Geografi

1. Pariwisata Lokal (Local Toruism)

2. Pariwisata Regional (Regional Tourism)

3. Nasional Tourism (Domestic Tourism)

4. Regional International Tourism 5. International Tourism

b. Menurut Tujuannya :

1. Recreational Tourism (Pariwisata Rekreasi)

2. Culture Tourism (Pariwisata Budaya)


(18)

4. Conference Tourism (Pariwisata Konferensi/Convention)

5. Health Tourism (Pariwisata Kesehatan)

c. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran :

1. Pariwisata Aktif (kegiatan pariwisata yang mendatangkan devisa dengan masuknya wisatawan asing ke dalam suatu negara tertentu).

2. Pariwisata Pasif (kegiatan pariwisata yang mengurangi cadangan devisa negara ditandai dengan keluarnya penduduk ke suatu negara lain ke negara lain untuk melakukan kegiatan kunjungan).

d. Menurut alasannya :

1. Seasiona Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan pada

waktu-waktu tertentu).

2. Occational Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan menurut

kejadian atau event-event tertentu).

2.3 DEFENISI WISATAWAN

Kata “wisatawan” berasal dari bahasa sansekerta, yang berasal dari kata “wisata” yang berarti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata tour dalam bahasa inggris. Kata “wisatawan” selalu diasosiasikan dengan kata tourist dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870 yang isinya : “Untuk tujuan statistik yang dimaksud dengan visitor atau pengunjung adalah setiap orang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”. (Dalam Soekadijo 1997:18)

Secara umum pengertian wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat bukan untuk bekerja dan tempat tersebut bukanlah tempat asalnya, dimana perjalanannya tersebut lebih dari 24 jam dan kurang dari satu tahun. Pengunjung dapat dibagi ke dalam dua kategori, (Sinaga:1995) ;


(19)

1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal paling sedikit selama 24 jam di negara yang dikunjungi dalam bentuk :

a. Pesiar (Leisure) ialah orang yang berkunjung untuk keperluan rekreasi, berlibur, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.

b. Bisnis, Keluarga, Konferensi dan Misi.

2. Pelancong (Excursionist) yaitu pengunjungan sementara yang kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi. Wisatawan dibagi ke dalam dua istilah, yaitu :

a. Wisnus (Wisatawan Nusantara), yaitu wisatawan yang berasal dari dalam negeri.

b. Wisman (Wisatawan Mancanegara), yaitu wisatawan yang berasal dari luar negeri.

2.4 PENGERTIAN OBJEK WISATA DAN DAYA TARIK WISATA

Objek wisata merupakan suatu tempat yang menarik untuk dinikmati, dilihat, dan dirasakan oleh wisatawan baik yang bersumber pada alam maupun budaya. Istilah “objek” dan “daya tarik wisata” telah dikenal di Indonesia, sedangkan di luar negeri dikenal dengan istilah “Atraksi Wisata” (tourist attraction). Atraksi wisata merupakan suatu daya tarik yang tak lepas dari pengertian produk wisata, karena wisatawan pada umumnya bertujuan untuk menyaksikan objek dan daya tarik wisata yang ada.


(20)

Namun terdapat defenisi lain mengenai “objek wisata” dan “attraksi wisata” yang lazim di kenal di Indonesia dan resmi datang dari pemerintah, (Yoeti:1996) menyatakan ;

Menurut UU No. 9/1990

Objek Wisata adalah semua hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam.

SK.Menteri Pertanian dan MENPARPOSTEL No. 204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM47/PW.004/MPPT/89

Objek Wisata adalah satu tempat (alam) yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembang sehingga mempunyai daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan.

Peraturan Pemerintah No.24/1979

Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, cara hidup, seni budaya, sejarah bangsa, dan juga suatu alam yang menarik untuk dikunjungi. Sedangkan atraksi wisata merupakan sesuatu yang dipersiapkan telebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Yang termasuk ke dalam atraksi wisata antara lain upacara adat, tari-tarian, kesenian, dan lain-lain.

Menurut UU No.9/1990 bahwa atraksi wisata adalah semua segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh wisatawan yang kesemuanya merupakan hasil kerja manusia. Kepuasan wisatawan pada suatu Daerah Tujuan Wisata tergabung atas dua faktor, (Yoeti:1996) menyatakan ;

1 Tourism Resources

Merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata dan menarik untuk disaksikan.

2 Tourism Services

Merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama melakukan perjalanan.


(21)

Jadi dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari segala sesuatu, baik itu ciptaan Tuhan maupun manusia seperti alam, seni budaya, peninggalan sejarah, serta tata kelakuan hidup masyarakat yang dapat dijadikan daya tarik wisata.

2.5 PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA Sarana Pariwisata

Sarana Pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Yoeti, (1996:184)

Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

2.5.1.1 Sarana Akomodasi

Sarana akomodasi merupakan wahana yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Meurut surat keputusan Menteri Pariwisata Pos dan telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86tanggal 17Juni1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow, dan sebagainya.


(22)

2.5.1.2 Sarana transportasi

Sarana transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali, mengingat hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai komponen wisata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sarana transportasi ini, antara lain model transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi. Berikut ini bagian sarana transportasi (angkutan wisata) yang terlibat dalam perhitungan paket tur:

a. Charter pesawat udara atau pesawat udara dengan jadwal tetap (reguler); b. Feri penyebrangan, hovercraft (kapal cepat), hydrofaol atau catamaran; c. Kapal pesiar (cruise line ship);

d. Kereta api ekspress, subway;

e. Coach dan mobil sewaan;

f. Transportasi lokal : delman, becak, kereta kuda yang melayani khusus pariwisata saja.

2.5.1.3 Sarana Makanan dan Minuman (Restoran)

Dilihat dari lokasi, ada restoran yang berada di dalam hotel dan menjadi bagian atau fasilitas yang bersangkutan, adapula restoran yang berdiri sendiri secara independen. Begitu juga dengan rumah makan, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

2.5.1.4 Toko Penjual Cinderamata

Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat cinderamata tersebut berada. Toko-toko penjual cinderamata khas dari objek wisata


(23)

tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut (Yoeti,1996:185).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan keunikannya. Bagaimana juga, bagi wistawan membawa suatu cinderamata sangat berharga untuk dijadikan kenangan kelak.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain, Yoeti (1996:181-183) menyatakan;

1. Perhubungan: Jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos.

4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin dan lain-lain.

Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata tersebut maka akan mendatangkan pengunjung yang kelak sangat berguna juga untuk peningkatan sektor


(24)

ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.6 Upaya pengembangan kepariwisataan

2.6.1 Pengertian Pengembangan kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan merupakan peningkatan kualitas pariwisata yang memberikan fasilitas-fasitas pendukung untuk meningkatkan arus wisatawan ke suatu daerah objek wisata. Ada beberapa pengertian pengembangan Kepariwisataan menurut para ahli, (masterplansingkil : 2010) menyatakan;

“...Pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran bidang pariwisata dengan pendekatan beberapa aspek dan kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan”.

Pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata, (stavenga,1997: 27) menyatakan ; “...Pengembangan kepariwisataan adalah kegiatan dalam peningkatan mutu kepariwisataan dengan tujuan meningkatkan arus wisatawan ke suatu objek wisata yang dikembangkan itu”.

Pengembangan kepariwisataan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas daerah tujuan wisata sehingga sarana dan prasarana pariwisata sangat diperlukan sebagai pendukung utama untuk kualitas suatu objek wisata, (yoeti,1983:25) menyatakan ; “...Pengembangan kepariwisataan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun sarana dan


(25)

prasarana pariwisata sebagai pendukung utama dalam peningkatan kualitas suatu objek wisata”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun sarana dan prasarana sebagai pendukung utama dalam meningkatkan arus wisatawan ke daerah objek wisata yang dikembangkan.

2.6.2 Upaya-upaya pengembangan kepariwisataan

Upaya pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk menciptakan sebuah objek wisata yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, sehingga upaya-upaya pengembangan kepariwisataan sangat di butuhkan dalam kualitas objek wisata yang dikunjungi, (sinaga:1995) menyatakan;

1. Membangun serta memugar objek-objek wisata yang ada dengan pendekatan sosial budaya. Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata mungkin merupakan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat di sekitar objek wisata yang akan dikembangkan, sehingga masyarakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

2. Mengadakan pendekatan dibidang konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat di sekitar objek wisata.

3. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana serta fasilitas-fasilitas di kawasan wisata.

4. Pemerintah mengadakan kebijaksanaan dalam pembangunan kepariwisataan yaitu dengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional.

5. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan manajemen serta meningkatkan kreatifitas pengembangan ide usaha kawasan wisata.

6. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan serta meningkatkan mutu dan kelancaran pelayanan.


(26)

2.7 Motivasi kunjungan Wisata

Banyak orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi kunjungan yang berbeda-beda, ada beberapa motivasi kunjungan wisata Menurut MacIntos (yoeti, 1983: 85) menyatakan;

a. Physical motivations

Hal ini banyak hubungannya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.

b. Cultural motivations

Motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan negara lainnya.

c. Interpersonal motivations

Disini motivasinya didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarganya, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.

d. Status and presige motivations

Disini motivasinya suatu show, maksud seeseorang untuk memperlihatkan siapa dia, keduddukannya; statusnya dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan ini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan business, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak sekali motivasi-motivasi atau alasan-alasan seseorang melakukan kunjungan wisata. Orang melakukan kunjungan wisata karena ada hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, untuk mengetahui adat istiadat yang berbeda dengan negara asalnya, keinginan untuk mengunjungi sanak-keluarganya, serta motivasi untuk memperlihatkan kedudukannya atau status dalam masyarakat, ini biasanya hanya untuk kepentingan tersendiri.


(27)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA SABANG

3.1 Kota Sabang Secara Umum

Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau weh dikenal dengan slogan : Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia (Titik Nol Kilometer Indobesia), ditandai dengan didirikan monumen untuk menandai dimulainya perhitungan jarak dan luas teritorial Negara Republik Indonesia. Kota Sabang memiliki karakteristik yang cukup berbeda dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Kota Sabang terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh, Pulau Rondo, Pulau Seulako, Pulau Rubiah, dan Pulau Klah. Pulau Weh merupakan pulau yang paling besar dan paling banyak dihuni penduduk. Selain Pulau Weh, Pulau yang berpenduduk di kawasan Kota Sabang adalah Rubiah.

Secara geografis Kota Sabang terletak pada posisi 05046’28’’-05054’28’’ Lintang Utara dan 95013’02’’-95022’36’’ Bujur Timur dengan luas daerah 153 km2. .

Kota Sabang berbatasan dengan Selat Malaka disebelah Utara dan Timur, dan Samudera Indonesia disebelah Selatan dan Barat. Karena letaknya yang sangat strategis maka kawasan ini disebut kawasan perdagangan bebas.

Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sukajaya dan kecamatan Sukakarya dengan luas daerah masing-masing sebesar 80 km2 dan 73 km2. Kecamatan Sukajaya terdiri dari sepuluh kelurahan dan terbagi dalam 38 lingkungan.


(28)

Sedangkan Kecamatan Sukakarya mempunyai luas sebesar 73 km2 yang memiliki delapan kelurahan dan terbagi dalam 34 lingkungan.

Untuk mencapai ke Kota Sabang satu-satunya cara bagi Wisatawan adalah dengan menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke pelabuhan Balohan Sabang, jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju Kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan menggunakan bus mini dari Kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih ( Pulau Rubiah) kurang lebih 45 menit.

3.2 Sejarah Singkat Kota Sabang

Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan.

Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami Kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.


(29)

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.

Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang

ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk kerja sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.

Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya diremiskan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No.171 tanggal 28 September 1998.


(30)

3.3 Letak Geografis

Kota Sabang terletak antara 50 46 28 hingga 50 54 28 Lintang Utara dan 950 13 12 hingga 950 22 36 Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 28 meter diatas permungkaan laut. Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh (Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako dan Pulau Klah. Adapaun batas-batas wilayahnya, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Karena wilayah Kota Sabang merupakan daerah kepulauan, maka secara geologis hampir seluruh daratannya yaitu, 87% berupa batuan, baik berupa batuan vulkanis dan batuan sediment. Sedangkan sisanya, yaitu 13% daratannya terbentuk dari endapan alluvial. Dengan keadaan geologis yang demikian, maka wajar jika Kota Sabang hampir tidak mempunyai lahan sawah. Lahan di Kota Sabang di dominasi oleh kebun yang luasnya mencapai 10709,26 hektar. Dengan luas secara keseluruhan 153 km2, Kota Sabang dibagi dalam 2 kecamatan dengan 18 Kelurahan secara keseluruhan, 7 mukim dan 72 lingkungan. Karena wilayah yang merupakan pulau kecil pada tahun 2009, rata-rata tekanan udara di Kota Sabang mencapai 1010,90 mb dan suhu udara 27,120C tiap bulannya.

Pada periode Januari-Maret Kota Sabang dilalui oleh angin Timur, kemudian pada bulan-bulan selanjutnya angin Barat hingga pada bulan Nopember arah angin kembali dari arah Timur. Selama tahun 2009 terjadi tujuh kejadian bencana alam di Sabang dengan rincian tiga kejadian kebakaran, dua kejadian tanah longsor dan dua kali angin kencang, (BPS, 2010:3).


(31)

Tabel 3.1

Luas Kecamatan, Banyaknya Kelurahan, Lingkungan Dan Kemukiman Menurut Kecamatan Di Kota Sabang

Tahun 2009

Kecamatan Luas/area (Km2)

Kelurahan/

Desa Lingkungan Kemukiman

Sukajaya 80 10 38 4

Sukakarya 73 8 34 3

Jumlah/Total 153 18 72 7

Sumber: BPS Kota Sabang dalam Angka (2010:5)

Dilihat dari data statistik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Kecamatan Sukajaya memiliki luas wilayah yang cukup besar dan Kecamatan Sukakarya adalah Kecamatan dengan luas wilayah yang kecil.

3.4 Kependudukan

Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran pembangunan (obyek), tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan (subyek). Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas rendah, disadari hanya menjadi beban pembangunan, apalagi jika distribusinya tidak merata dan komposisi secara sosial dan budayanya beraneka ragam. Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perkembangan penduduk diarahkan pada pengendalian kualitas, pengembangan


(32)

kualitas, serta pengerahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dari karakteristik yang menguntungkan pembangunan suatu daerah khususnya di Kota Sabang.

Jumlah penduduk Kota Sabang selalu mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2005 karena adanya bencana gempa dan tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sekitarnya. Tren jumlah penduduk Kota Sabang periode 2000-2009 penduduk Kota Sabang meningkat dari 23.654 jiwa pada tahun 2000 menjadi 29.996 jiwa pada tahun 2009, atau tumbuh sebesar 26,81 persen dari tahun 2000. Dengan kepadatan penduduk 196 jiwa per km2, (BPS, 2010:37)

Tabel 3.2

Jumlah Kelurahan, dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2009

Kecamatan Kelurahan Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total

Rasio Jenis Kelamin

Sukajaya 10 7.688 7.292 14.980 106

Sukakarya 8 7.644 7.372 15.016 104

Sumber: BPS Kota Sabang dalam Angka (2010:38)

Data statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Sukakarya lebih besar dari pada wilayah Sukajaya. Menurut data statistik yang penulis peroleh, selama tahun 2000-2009 jumlah kunjungan wisatawan Lokal yang datang hanya sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah, dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Sedangkan jumlah wisatawan Asing yang datang hanya sekitar 3.696 orang dari keseluruhan wilayah. Terlihat jelas bahwa minat wisatawan Asing terhadap daerah tujuan wisata khususnya Pulau Sabang ternyata masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan Lokal. Tetapi


(33)

ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2000 yang mencapai 2.664 pengunjung Asing dan wisatawan Lokal sebanyak 71.722 pengunjung.

3.5 Sarana dan Prasarana 3.5.1 Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Berikut ini adalah data statistik yang menunjukkan banyaknya jumlah keseluruhan sekolah, jumlah murid, dan guru di Kota Sabang.

Tabel 3.3

Jumlah Sekolah, Murid, Guru Menurut Tingkatan Sekolah di Kota Sabang Pada Tahun 2009

No

Tingkatan

Sekolah

Sekolah

Murid

Guru

1. TK 12 810 43

2. SD 34 3.618 481

3. SMP 11 1.520 259

4. SMA 5 1.369 175

Jumlah

63

7.964

968

Sumber : BPS Kota Sabang dalam Angka 2010

Pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), jumlah sekolah pada tahun 2009 ada sebanyak 12 buah dengan jumlah guru sebanyak 43 orang dan murid 810 orang. Jumlah Sekolah Dasar ada sebanyak 34 sekolah dengan jumlah guru 481 orang dan jumlah murid sebanyak 3.618 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 11 sekolah dengan jumlah guru 259 orang dan jumlah murid sebanyak 1.520 orang. Pada tahun yang sama jumlah Sekolah Menengah Atas


(34)

(SMA) ada sebanyak 5 sekolah dengan jumlah guru 175 orang dan murid sebanyak 1.369 orang, (BPS, 2010:61).

Melalui data statistik diatas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan khususny objek wisata atau wisata budaya, para siswa baik TK, SD, SMP, SMA seharusnya mendapat pengetahuan tentang kebudayaan daerah asalnya. Dilihat dari data diatas, siswa SD yang berjumlah lebih banyak belum tentu separuhnya diarahkan untuk menjaga lingkungannya agar dapat melestarikan daerahnya sebagai objek wisata dan memperkenalkan budayanya sedini mungin sehingga dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik pula nantinya.

3.5.2 Hotel

Kota Sabang memiliki beberapa sarana akomodasi. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti wisma, losmen, motel, cottage, bungalow dan sejenisnya, (BPS, 2010:23).

Tabel 3.4

Nama Hotel dan Losmen Yang Terdapat di Kota Sabang Tahun 2009

No Nama Lokasi Jumlah Kamar

1. Hotel Holiday Kota Sabang 28

2. Hotel Samudera Kota Sabang 11

3. Hotel Putra Salju Kota Sabang 16

4. Hotel Kartika Kota Sabang 14

5. Losmen Pulau Jawa Kota Sabang 18

6. Losmen PUM Kota Sabang 14

7. Losmen Sabang Meurauke Kota Sabang 12

8. Losmen Mentari Kota Sabang 7

9. Losmen Pulau Jawa Kota Sabang 21


(35)

Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam satu daerah adalah adanya sarana akomodasi. Wisatawan pada umumnya lebih menyukai hotel berbintang dibandingkan dengan hotel yang tidak berbintang karena hotel berbintang memiliki fasilitas yang memadai.

Dari data statistik di atas, jumlah hotel berbintang masih sangat kurang di Kota Sabang, padahal hotel berbintang merupakan akomodasi yang lebih digemari oleh wisatawan Asing untuk memudahkan segala aktifitasnya. Tetapi di Kota Sabang jumlah hotel berbintang masih kurang dan harus ditingkatkan lagi jumlahnya.


(36)

BAB IV

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH

DARUSSALAM

4.1 Sejarah Kota Sabang

Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan.

Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami Kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan


(37)

dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.

Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang

ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk kerja sama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.

Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya diremiskan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No.171 tanggal 28 September 1998.

Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia ( Titik Nol Kilometer Indonesia). Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan Sukajaya dan sukakarya dengan luas daerah masing-masing sebesar 80 km2 dan 73 km2. Kecamatan Sukajaya terdiri dari sepuluh kelurahan dan terbagi dalam 38 lingkungan. Sedangkan Kecamatan Sukakarya


(38)

mempunyai luas sebesar 73 km2 yang memiliki delapan kelurahan dan terbagi dalam 34 lingkungan.

Kota Sabang dapat dicapai hanya dengan cara menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di Banda Aceh. Alat transportasi dapat menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke pelabuhan Balohan Sabang. Jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju Kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan menggunakan bus mini dari Kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih ( Pulau Rubiah) kurang lebih 45 menit.

4.2 Lokasi Kota Sabang

Kota Sabang terletak di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh terletak sekitar 30 km dari Kota Banda Aceh. Kota Sabang telah ada sejak tahun 1881 dengan sebutan Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda. Kota Sabang terkenal karena keindahan pantainya yang sangat eksotik seperti kejernihan air, pasir putih, dan juga dikelilingi oleh taman laut dengan beragam jenis ikan hias, dan terumbu karang. Kota Sabang memilki potensi Sumber Daya Alam yang sangat baik untuk di kembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata. Kota Sabang dapat dicapai dengan cara bagi pengunjung atau wisatawan adalah dengan menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke Pelabuhan Balohan Sabang, jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam.


(39)

4.3 Potensi Pulau Sabang

Pulau Sabang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Keindahan pantainya memiliki karakteristik tersendiri bagi Pulau Sabang, namun masyarakat belum bekerja sama untuk melestarikan Pulau Sabang, sehingga dapat lebih dikenal lagi oleh Wisatawan Lokal maupun Mancanegara. Pulau Sabang merupakan pulau satu-satunya yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki keindahan pantai terluas. Pulau Sabang memiliki dua kecamatan yaitu Sukajaya dan Sukakarya. Berikut ini daftar-daftar Lokasi Taman Wisata Alam pada masing-masing kecamatan di Kota Sabang.

Tabel 4.1

Lokasi Taman Wisata Alam Pada Masing-masing Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2009

Kecamatan Lokasi Luas/area Jarak dari

Pusat Kota (Km)

Sukajaya

Sukakarya

1. Pantai Pasir Putih 2. Pantai Sumur Tiga 3. Pantai Tapak Gajah 4. Pantai Aroun

5. Pantai Panas Keunuekai 6. Pantai Reuteuk

7. Air Panas Jaboi 8. Pantai Balohan 9. Pantai Chum 1. Hutan Wisata Iboih 2. Taman Laut Pulau Rubiah 3. Pantai Gapang

4. Pantai Teupin Layee 5. Pantai Teupin Sirkui 6. Pantai Lueng Angin 7. Pantai Kasih

± 5 Ha ± 4 Ha ± 1 Ha ± 5 Ha ± 0,1 Ha ± 5 Ha ± 0,1 Ha ± 0,1 Ha ± 600m2

- ± 2600 Ha ± 8 Ha ± 8 Ha ± 8 Ha ± 1 Ha ± 1 Ha

17 Km 4 Km 2 Km 13 Km 21 Km 12 Km 24 Km 13 Km 17 Km - 21 Km 19 Km 21 Km 21 Km 25 Km 1 Km


(40)

8. Pantai Pria Laot 9. Danau Aneuk Laot 10.Tugu “Km 0” 11.Gua Sarang 12.Swim Bath 13.Pantai Paradiso 14.Air Terjun

± 600m2 ± 4 Ha ± 2 Ha ± 2 Ha ± 800m2 ± 600m2 ± 1000m2

8 Km 3 Km 29 Km 25 Km 2 Km 2 Km 9 Km Sumber: Kantor Walikota Sabang 2010

Data statistik di atas, menunjukkan bahwa Lokasi Taman Wisata Alam yang ada di Kecamatan Sukakarya lebih luas dari pada Kecamatan Sukajaya. Menurut data statistik yang penulis peroleh, selama tahun 2000-2009 jumlah kunjungan wisatawan Lokal yang datang hanya sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah, sedangkan jumlah wisatawan Asing yang datang hanya sekitar 3.696 orang dari keseluruhan wilayah. Terlihat jelas bahwa minat wisatawan Asing terhadap daerah tujuan wisata khususnya Pulau Sabang ternyata masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan Lokal.

4.4 Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata 4.4.1 Taman Laut Pulau Rubiah

Taman Laut Pulau Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat Kota Sabang, dapat dicapai melalui darat sekitar 7 km dengan perahu boat. Taman Laut Pulau Rubiah mempunyai luas sekitar 2.600 Ha, dan telah ditetapkan secara hukum sebagai daerah perlindungan khusus cagar alam. Pulau ini mempunyai potensi keanekaragaman hayati yang begitu indah, dengan kondisi air yang sangat tenang dan


(41)

jernih membuat daya tarik tersendiri bagi pulau ini. Jarak 5 meter dari pinggir pantai, wisatawan sudah bisa menjumpai terumbu karang dan ikan-ikan beraneka ragam warna seperti Lion fish, sea fans, gigantic clams, angel fish, dan school of parrot fish.

Wisatawan dapat berenang, berjemur, snorkeling, menyelam (diving), memancing, fotografi, traiking jungel di Pulau Rubiah.

Mengembangkan potensi yang ada pada Taman Laut Pulau Rubiah merupakan tujuan utama pemerintah dan masyarakat lokal. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.385 orang yang berkunjung ke Taman Laut Pulau Rubiah. Tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan seharusnya pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pada objek wisata tersebut.

Taman Laut Pulau Rubiah mempunyai fasilitas Bungalow, dan warung makan yang menyediakan makanan dan minuman. Selain itu, di Pulau Rubiah terdapat berbagai fasilitas seperti: pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK, rumah jaga, menara pengintai, jalan setapak, taman, dan instalasi listrik. Seharusnya dengan keadaan yang ada, pemerintah dapat menambahkan jumlah penginapan, membuat beberapa restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko souvenir, dan menambahkan permainan air seperti jet ski, scuba diving maupun flying

fish. Wilayah yang luasnya 2.600 ha dapat di kembangkan agar menarik kunjungan

wisatawan. Masyarakat merupakan penunjang utama untuk pengembangan kepariwisataan dan pemerintah sebagai salah satu instansi yang memiliki posisi


(42)

sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu program pariwisata dalam suatu daerah. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mengembangkan objek wisata Taman Laut Pulau Rubiah.

Transportasi menuju Pulau Rubiah, wisatawan harus menyeberang mengunakan kapal perahu (speed boat) dengan waktu perjalanan sekitar 15-20 menit dari Iboih. Mulai dari Iboih menuju Pulau Rubiah wisatawan dapat menyewa kapal perahu Rp 250.000-Rp 300.000. Muatan penumpang kapal dapat menampung 10 penumpang. Alat transportsasi dari Iboih ke Pulau Rubiah sebanyak 5 kapal. Jumlah kapal sebagai sarana transportasi, seharusnya dapat ditambahkan oleh pemerintah. Apabila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang datang, alat transportasi masih sangat kurang. Pemerintah dapat menambahkan 5 unit kapal, karena keterbatasan dana membuat pemerintah sulit menambah unit kapal.

4.4.2 Tugu Kilometer Nol

Tugu Kilometer Nol berada dalam areal Hutan Wisata Sabang, di Ujung Ba’u, Kecamatan Sukakarya. Tugu Kilometer Nol di Ujung Bau merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat, yang dikelilingi hutan. Sabang juga memiliki hutan lindung seluas 3.400 ha dan hutan wisata seluas 1.300 ha. Tugu Kilometer Nol menjadi batas perhitungan setiap jengkal wilayah Indonesia dari Sabang sampai Meurauke di Papua. Tugu Kilometer Nol merupakan sebuah bangunan yang menjulang setinggi 22,5 meter dan terletak pada ketinggian 43,6 meter, diatas permungkaan laut. Tugu ini berbentuk lingkaran berjeruji dan semua bagiannya dicat putih. Pada puncak

gunung, bertengger patung burung garuda menggengam angka nol. Sebuah prasasti marmer hitam menunjukkan posisi geografis tempat ini: Lintang


(43)

Utara 05 54’ 21,99” Bujur Timur 95 12’ 59,02”. Selain itu, di dinding bangunan juga tertempel prasasti peresmian tugu yang ditandatangani oleh Try Sutrisno saat masih menjabat sebagai Wakil President. Prasasti itu ditandatangani di Banda Aceh, ibukota NAD pada 9 September 1997.

Sebelumnya terdapat tugu lain yang diyakini sebagai “Kilometer Nol” Indonesia. Namun setelah dilakukan penelitian oleh pakar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan mengunakan teknologi Global Positioning System (GPS), lokasi itulah yang kemudian diputuskan sebagai titik nol Indonesia. Hal itu tertulis dalam prasasti lainnya yang ditandatangani oleh BJ Habiebie, yang menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi/ Ketua BPPT, pada tanggal 24 September 1987. Oleh karena itu, tugu kilometer lama dinyatakan sebagai kilometer tujuh Indonesia.

Tugu Kilometer Nol Terletak di areal Hutan Wisata Sabang. Mencapai Tugu Kilometer Nol para wisatawan akan melewati kaki bukit dan tebing dengan pemandangan yang indah. Sisi kanan jalan, dan birunya air laut terlihat dengan jelas. Saat Berada di Kilometer Nol Indonesia akan memberikan sensasi yang berbeda bagi wisatawan, sebagai bukti wisatawan pernah berada di Kilometer Nol Indonesia, Wisatawan akan mendapat piagam dari Dinas Pariwisata Kota Sabang.

Tugu Kilometer Nol memiliki potensi pariwisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan Lokal maupun Mancanegara, dan dapat menjadi objek wisata sejarah nusantara jika dikembangkan sesuai potensinya. Apalagi setelah jalan menuju tempat bersejarah tersebut kini sudah mulus.


(44)

Alat transportasi utuk menuju Tugu Nol Kilometer wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dan akan memakan waktu sekitar 1-1,5 jam perjalanan. Bagi wisatawan yang berangkat dari Banda Aceh, Wisatawan dapat naik kapal cepat Bahari Express dari pelabuhan Ulee Lheu kemudian turun di pelabuhan Baloohan Sabang. Tiket Bahari Express seharga Rp 50.000,00 untuk non AC, Rp 60.000,00 untuk AC dan Rp 70.000,00 untuk VIP. Dari pelabuhan Balohan Wisatawan naik taksi Rp 50.000,00 per orang atau mencarter mobil seharga Rp 250.000 untuk sekali jalan sampai ke lokasi.

Sebagai sebuah objek wisata, Tugu Kilometer Nol masih memerlukan pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow, restaurant, toko souvenir, money

changer dan menambahkan beberapa alat transportasi. Wilayah ini dapat di

kembangkan karena memiliki luas area 3.400 ha. Pemerintah dapat meningkatkan sarana, prsarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan sehingga menarik kunjungan wisatawan yang datang. Pemerintah masih sulit mengembangkan objek wisata Tugu Kilometer Nol, karena keterbatasan dana.

4.4.3 Pantai Iboih

Pantai Iboih adalah pulau yang terletak di Kepulauan Weh. Pantai Iboih merupakan salah satu objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing. Kebanyakan yang datang ke Pantai Iboih yaitu turis Asing, dimana tempat ini adalah tempat surganya snorkling dan diving. Pantai Iboih berjarak 21 kilometer dari Kota Sabang, fasilitas yang terdapat di Pantai Iboih seperti cafe, warung makan-minum, pondok-pondok penginapan, shelter, MCK,


(45)

mesjid, kios cendera mata, rental alat snorkling, rental motor, rental sepeda dan bungalow maupun hotel. Pantai Iboih menyediakan fasilitas wisata boat kaca dan

banana boat. Boat kaca digunakan untuk menunjukan kepada wisatawan kondisi

terumbu karang dan biaota laut yang ada disekitar Iboih.

Pantai Iboih merupakan pantai yang paling populer, tidak kalah populernya dengan Tugu Kilometer Nol. Pantai Iboih mempunyai luas 1.300 ha, Pantai Iboih berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang. Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km2. Alat transportasi untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan jalan laut (kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan jalan darat selama ± 45 menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi. Pantai Iboih berjarak 6 Km dari Tugu Kilometer Nol. Wisatawan dapat bersnokling, berenang, menyelam (diving) dll. Penyewaan alat snorkling atau diving cukup lengkap dan banyak terdapat di Pantai Iboih, satu set alat snorkling wisatawan dapat menyewa Rp 45.000, sedangkan diving

biaya sewanya Rp 200.000 untuk sekali diving di Pantai Iboih.

Pantai Iboih sangat berpotensi untuk di kembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Wilayah ini dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.627 orang yang berkunjung ke Pantai Iboih dan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang, pemerintah terus berupaya mengembangkan objek wisata pantai Iboih seperti menambahkan jumlah penginapan (hotel dan bungalow), restaurant, alat transportasi, dan permainan air seperti : jet ski, flying fish dan scuba diving. Namun, karena dana yang kurang membuat pemerintah sulit untuk mengembangkan objek wisata ini.


(46)

4.5 Dampak Pengembangan 4.5.1 Dampak Positif

Dalam pengembangan dan pembangunan suatu objek wisata ataupun suatu kawasan wisata pasti mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan objek wisata Pulau Sabang yaitu;

1. Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Pengeluaran atau biaya wisatawan untuk berbelanja di suatu daerah yang dikunjunginya, akan memacu pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi, terutama pada bidang pariwisata.

2. Meningkatkan Pendapatan Pemerintah

Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah, dengan menyediakan fasilitas bagi wisatawan maka sebagai imbalan pemerintah daerah dapat menagih dana retribusi seperti pada pintu gerbang masuk ke setiap objek wisata.

3. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, tidak hanya pada sektor pariwisata saja melainkan sektor lainnya yang langsung berkaitan dengan pengembangan pariwisata.

4. Membangkitkan kewiraswastaan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi dalam pembangunan sosial ekonomi.

5. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana terutama di daerah yang tidak dilaksanakan kecuali dengan terselenggaranya kegiatan pariwisata.


(47)

4.5.2 Dampak Negatif

Wisatawan yang berkunjung ke daerah objek wisata Pulau Sabang akan membawa kebiasaan mereka, misalnya berprilaku dengan bergaul bebas antar sesama mereka. Dalam beberapa hal ini mungkin bertentangan dengan gaya hidup masyarakat setempat, terutama dilihat dari segi kebudayaan atau adat maupun sosial yang begitu eratnya dalam kehidupan masyarakat Aceh yang dianggap tabu dan bertentangan adat.

Kedatangan wisatawan yang hanya sehari saja tidak dapat diharapkan dengan cepat menyesuaikan diri dengan pola kehidupan masyarakat setempat. Diperlukan pengertian yang mendalam dari pihak masyarakat untuk menerima keadaan ini selama hal-hal yang bertentangan tersebut tidak berpengaruh bagi masyarakat.

Dampak negatif lainnya adalah datangnya wisatawan yang membuang sampah sembarangan begitu juga puntung rokok yang dibuang sembarangan yang dapat merusak lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan mengurangi keindahan alam di sekitar Pulau Sabang.

4.6 Peranan Pemerintah, Peran Swasta dan Masyarakat dalam Pengembangan Pulau Sabang

4.6.1 Peran Pemerintah

Pemerintah sebagai salah satu instansi yang mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh serta yang menentukan berhasil tidaknya suatu program pariwisata dalam suatu


(48)

daerah mempunyai peran yang sangat besar. Objek wisata Pulau Sabang pada saat ini masih belum dikelola secara baik atau denagn kata lain belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat. Dalam hal ini peran pemerintah dalam pengelolaan kepariwisataan Pulau Sabang :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam bidang pariwisata yang merupakan tulang punggung dari industri pariwisata.

2. Mengawasi serta memberikan pembinaan dan pengarahan kepada instansi yang bergerak dalam bidang pariwisata.

3. Memacu partisipasi masyarakat dengan meningkatkan gairah masyarakat dalam pembangunan khususnya pembangunan bidang pariwisata, dimana kiprah masyarakat masih rendah.

4. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat melalui berbagai bimbingan dan penyuluhan, sehingga dapat berpartisipasi secara optimal dalam memberhasilkan pembangunan dan pengembangan objek wisata. 5. Memberikan fasilitas-fasilitas serta kemudahan-kemudahan kepada dunia

usaha yang bergerak di bidang pariwisata dan kepada wisatawan. 6. Melaksanakan promosi wisata dengan pihak swasta.

7. Memperbaiki lingkungan hidup yang sudah terlanjur rusak selama ini dan menghentikan semua kegiatan yang dapat merusak kelestarian lingkungan untuk menjaga keasrian lingkungan alam yang ada.

4.6.2 Peran Swasta

Swasta merupakan instansi yang berhubungan langsung dengan wisatawan serta memberikan pelayanan secara bergantian dalam rangkaian perjalanan wisata.


(49)

Instansi ini juga memegang peranan yang sangat penting dalam maju mundurnya dunia kepariwisataan nasional. Citra yang ditunjukkan oleh dunia usaha sebagai perantara adalah citra Bangsa Indonesia secara Nasional. Tugas-tugas yang diemban oleh dunia usaha sebagai berikut:

1. Menyediakan sarana pariwisata yang dibutuhkan oleh wisatawan, seperti:

Hotel, Restaurant, transportation.

2. Membuat paket wisata dan melaksanakan acara perjalanan wisata ke daerah-daerah tujuan wisata.

3. Menyetor sebagian hasil keuntungan yang berupa pajak yang jumlahnya ditentukan oleh pemerintah.

4. Mengadakan promosi yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.

4.6.3 Peran Masyarakat

Masyarakat merupakan penunjang utama untuk pengembangan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya dunia pariwisata dan seberapa besar sumbangan yang mampu diberikan oleh dunia pariwisata kepada pembangunan bangsa serta pemerataan bangsa, merupakan keberhasilan program pengembangan kepariwisataan. Dalam rangkaian perjalanannya wisatawan akan senantiasa berjumpa dan berinteraksi dengan masyarakat, kesalah dalam penerimaan dan pelayanan masyarakat terhadap wisatawan akan selalu menjadi momok yang selalu di ingat oleh wisatawan. Untuk itu diperlukan adanya “sadar wisata” guna menciptakan lingkungan yang ramah dan terbuka di antara masyarakat. Fungsi dan peranan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan antara lain:


(50)

1. Kelompok yang mampu menghimbau, mengamati dan mengontrol secara langsung terhadap segala bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh wisatawan.

2. Menciptakan kondisi atau suasana yang harmonis dalam kegiatan kepariwisataan.

4.7 Data Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang

Wisatawan merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan daerah objek wisata khususnya Pulau Sabang, karena wisatawan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan memakmurkan masyarakat daerah tersebut. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan Asing 3.696 orang yang berkunjung ke Pulau Sabang, belum termasuk pengunjung domestik. Sedangkan pada tahun 2001 jumlah pengunjung wisatawan Asing 3.725 orang, lebih tinggi tingkat kunjungan wisatawan Asing pada tahun 2001. Jumlah kunjungan wisatawan terus meningkatkan pada setiap tahunnya.

Tabel 4.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang Pada Tahun 2000 s/d 2010

No. Tahun

Wisatawan Dalam Negeri

Wisatawan

Luar Negeri Jumlah

1. 2000 71.722 2.664 74.386

2. 2001 87.217 3.725 90.942

3. 2002 45.400 3.185 48.585

4. 2003 81.532 1.659 83.191

5. 2004 100.004 81 181.004

6. 2005 72.810 2.276 75.086

7. 2006 98.755 3.681 102.436

8. 2007 101.093 2.987 104.08

9. 2008 112.368 3.175 115.543

10. 2009 120.102 3.696 123.798


(51)

Data statistika diatas menunjukkan bahwa jumlah Wisatawan Domestik lebih banyak daripada jumlah Wisatawan Mancanegara. Jumlah Wisatawan Domestik pada tahun 2009 lebih banyak sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah. Berbeda pada tahun 2002 jumlah kunjungan wisatawan domestik hanya berjumlah 45.400 orang. Sedangkan pada tahun 2004 jumlah wisatawan Asing 81 orang dari keseluruhan wilayah. Berbeda pada tahun 2001 wisatawan Asing lebih banyak sekitar 3.725 orang. Terlihat jelas bahwa minat wisatawan Asing terhadap daerah tujuan wisata khususnya Pulau Sabang ternyata masih kurang jika di bandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan Domestik.


(52)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pulau Sabang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Keindahan pantainya memiliki karakteristik tersendiri bagi Pulau Sabang, pemerintah dan masyarakat telah bekerja sama untuk melestarikan Pulau Sabang sehingga dapat lebih dikenal lagi oleh Wisatawan Lokal maupun Mancanegara. Pulau Sabang merupakan pulau satu-satunya yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki keindahan pantai terluas.

Pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan objek wisata Taman Laut Pulau Rubiah. Pemerintah mengembangkan jumlah penginapan, membuat beberapa restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko souvenir, alat transportasi dan menambahkan permainan air seperti : jet ski, scuba diving, dan flying fish.

Tugu Kilometer Nol memiliki luas area 3.400 ha, sehingga pemerintah mengembangkan objek wisata ini agar menarik kunjungan wisatawan. Tugu Kilometer Nol memerlukan pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow, restaurant, toko souvenir, money changer dan alat transportasi. Pemerintah terus meningkatkan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan.

Pantai Iboih berpotensi dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Pantai Iboih dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha, pemerintah terus berupaya mengembangkan objek wisata Pantai Iboih dengan menambahkan jumlah penginapan (Hotel dan Bungalow), restaurant, alat transportasi, dan permainan air seperti : jet ski, flying fish, dan scuba diving.


(53)

Pemerintah mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat membantu dalam pengembangan objek wisata Pulau Sabang, dengan memberikan dana bantuan pembangunan infrastuktur dan akomodasi pada setiap tahunnya. Masyarakat merupakan penunjang utama dan memiliki peranan penting dalam pengembangan objek wisata di Pulau Sabang, seperti bekerjasama dalam menjaga kelestarian objek wisata dan menciptakan suasana atau kondisi yang harmonis dalam kegiatan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya dunia pariwisata sangat mendukung perkembangan Pulau Sabang dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pihak swasta bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat memberikan pelayanan dalam rangkaian perjalanan wisata dan membuat paket wisata.

5.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan yang penulis uraikan, penulis juga perlu memberikan saran. Beberapa saran yang dibuat oleh penulis antara lain:

1. Diharapkan pihak Pemerintah maupun Masyarakat dapat mempromosikan objek wisata Pulau Sabang agar lebih dikenal oleh wisatawan dan dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Pulau Sabang, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan pada tiap tahunnya.

2. Salah satu kendala yang dihadapi daerah wisata Pulau Sabang adalah kurang tersedianya Sumber Daya Manusia yang potensial di bidang kepariwisataan daerah Pulau Sabang, sehingga Pulau Sabang ketinggalan jauh dari objek-objek wisata lainnya yang ada di Indonesia.


(54)

3. Daya Tarik Wisata Pulau Sabang hingga saat ini masih bersih dari tangan-tangan terampil dan profesional di bidang kepariwisataan, sehingga memerlukan atau membutuhkan dana yang cukup besar untuk memoles Objek Wisata Pulau Sabang menjadi kawasan wisata yang layak jual.

4. Diharapkan Masyarakat dan Pemerintah dapat bekerjasama untuk merencanakan program-program untuk menciptakan dan mengembangkan objek wisata Pulau Sabang dalam pembangunan yang telah ada agar dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, A Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa. Undang-undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009.

Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Karyono, A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2010. Sabang Dalam Angka 2010.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2010. Aceh

nan Kaya Objek Wisata dan Budaya,. Banda Aceh.

Katalog BPS. 2010. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Sabang. Sabang. Katalog BPS. 2010. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kota Sabang. Sabang. Katalog BPS. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang. Sabang.


(56)

LAMPIRAN

Taman Laut Pulau Rubiah


(57)

Pantai Iboih Sabang


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pulau Sabang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Keindahan pantainya memiliki karakteristik tersendiri bagi Pulau Sabang, pemerintah dan masyarakat telah bekerja sama untuk melestarikan Pulau Sabang sehingga dapat lebih dikenal lagi oleh Wisatawan Lokal maupun Mancanegara. Pulau Sabang merupakan pulau satu-satunya yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki keindahan pantai terluas.

Pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan objek wisata Taman Laut Pulau Rubiah. Pemerintah mengembangkan jumlah penginapan, membuat beberapa restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko souvenir, alat transportasi dan menambahkan permainan air seperti : jet ski, scuba diving, dan flying fish.

Tugu Kilometer Nol memiliki luas area 3.400 ha, sehingga pemerintah mengembangkan objek wisata ini agar menarik kunjungan wisatawan. Tugu Kilometer Nol memerlukan pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow, restaurant, toko souvenir, money changer dan alat transportasi. Pemerintah terus meningkatkan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan.

Pantai Iboih berpotensi dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Pantai Iboih dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha, pemerintah terus berupaya mengembangkan objek wisata Pantai Iboih dengan menambahkan jumlah penginapan (Hotel dan Bungalow), restaurant, alat transportasi, dan permainan air


(2)

Pemerintah mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat membantu dalam pengembangan objek wisata Pulau Sabang, dengan memberikan dana bantuan pembangunan infrastuktur dan akomodasi pada setiap tahunnya. Masyarakat merupakan penunjang utama dan memiliki peranan penting dalam pengembangan objek wisata di Pulau Sabang, seperti bekerjasama dalam menjaga kelestarian objek wisata dan menciptakan suasana atau kondisi yang harmonis dalam kegiatan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya dunia pariwisata sangat mendukung perkembangan Pulau Sabang dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pihak swasta bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat memberikan pelayanan dalam rangkaian perjalanan wisata dan membuat paket wisata.

5.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan yang penulis uraikan, penulis juga perlu memberikan saran. Beberapa saran yang dibuat oleh penulis antara lain:

1. Diharapkan pihak Pemerintah maupun Masyarakat dapat mempromosikan objek wisata Pulau Sabang agar lebih dikenal oleh wisatawan dan dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Pulau Sabang, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan pada tiap tahunnya.

2. Salah satu kendala yang dihadapi daerah wisata Pulau Sabang adalah kurang tersedianya Sumber Daya Manusia yang potensial di bidang kepariwisataan daerah Pulau Sabang, sehingga Pulau Sabang ketinggalan jauh dari objek-objek wisata lainnya yang ada di Indonesia.


(3)

3. Daya Tarik Wisata Pulau Sabang hingga saat ini masih bersih dari tangan-tangan terampil dan profesional di bidang kepariwisataan, sehingga memerlukan atau membutuhkan dana yang cukup besar untuk memoles Objek Wisata Pulau Sabang menjadi kawasan wisata yang layak jual.

4. Diharapkan Masyarakat dan Pemerintah dapat bekerjasama untuk merencanakan program-program untuk menciptakan dan mengembangkan objek wisata Pulau Sabang dalam pembangunan yang telah ada agar dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, A Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa. Undang-undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009.

Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Karyono, A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2010. Sabang Dalam Angka 2010.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2010. Aceh nan Kaya Objek Wisata dan Budaya,. Banda Aceh.

Katalog BPS. 2010. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Sabang. Sabang. Katalog BPS. 2010. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kota Sabang. Sabang. Katalog BPS. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang. Sabang.


(5)

LAMPIRAN


(6)

Pantai Iboih Sabang