Alat Pengumpulan Data Analisis Data

menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Beranjak dari pengumpulan data penelitian kepustakaan diharapkan dapat memperoleh suatu bentuk perjanjian kerjasama yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya. Penelitian lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data yang dilakukan di Apotek Navisa dan Apotek Budi melalui wawancara langsung dan melakukan pengamatan di beberapa apotek guna memperoleh data yang lebih akurat dalam praktek sehari-hari.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen, yaitu dengan mempelajari serta menganalisa bahan pustaka data sekunder.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokkan, pengolahan dan evaluasi sehingga diketahui realibiltitas data tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban kemudian dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deskriptif. Universitas Sumatera Utara

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK SARANA APOTEK 1. Dasar Hukum Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Antara Apoteker Dengan Pemilik Sarana Apotek . Hukum, hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat erat dalam lalu lintas kegiatan ekonomi. Hukum itu memberikan perlindungan pada kepentingan manusia dan membagi hak dan kewajiban. Hak merupakan kenikmatan dan keleluasaan, sementara itu kewajiban merupakan beban. Hak dan kewajiban dapat timbul dari adanya suatu perjanjian yang dibuat para pihak ataupun yang telah ditentukan oleh undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak, akan menimbulkan suatu perikatan, yang mana perikatan merupakan isi dari suatu perjanjian. Jadi, perikatan yang telah dilaksanakan para pihak dalan suatu perjanjian, memberikan tuntutan pemenuhan hak dan kewajiban terhadap pelaksanakan isi dari perjanjian, khususnya perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pemilik sarana apotek. Hak-hak pemilik sarana apotek sebagai pelaku usaha adalah diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: a. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang dipergunakan; 22 Universitas Sumatera Utara b. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik; c. Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan; e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban-kewajiban pemilik sarana apoteker sebagai pelaku usaha adalah diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. Memberi kompensasi, ganti rugi barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Kewajiban-kewajiban pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 7 Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, tidak semuanya dapat diterapkan kepada pemilik sarana apotek karena kewajiban lainnya yang terdapat dalam undang-undang tersebut lebih diterapkan kepada apoteker. Apoteker mempunyai kewajiban sebagai pelaku usaha pelayanan kefarmasian yang berhubungan dengan konsumen. Selain itu, kewajiban-kewajiban pemilik sarana apotek diatur melalui perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pemilik sarana apotek yaitu Universitas Sumatera Utara melaksanakan pendirian usaha apotek serta menyediakan sarana dan prasarana pendirian apotek. Adapun hak-hak apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan kefarmasian diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: a. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriktikad tidak baik; b. Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; c. Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan; d. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban-kewajiban apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan kefarmasian diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; Universitas Sumatera Utara d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku; e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberikan jaminan atas barang yang dibuat dan atau diperdagangkan; f. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan; Selain itu, sebagai pelayanan kefarmasian kewajiban apoteker juga diatur dalam Pasal 15 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922MenkesSKX2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dinyatakan bahwa: a. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generic yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. d. Apoteker wajib memberikan informasi: 1. Berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada konsumen. 2. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika apoteker bersalah tidak Universitas Sumatera Utara memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian yang timbul sehubungan dengan tidak dipenuhinya kewajiban itu, artinya apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan kewajibannya. Pemilik sarana apotek atau pemilik modal tidak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana hak dan kewajiban apoteker. Hal ini dikarenakan pemilik sarana apotek dalam suatu perjanjian kerjasama hanya berkewajiban menyediakan sarana dan prasana suatu bentuk usaha. Pemilik sarana apotek juga harus melaksanakan hak dan kewajibannya dengan iktikad baik. Berbeda dengan apoteker karena memiliki kewajiban sebagai pengelola apotek, kewajiban apoteker juga harus ditentukan oleh undang-undang, karena hal itu berhubungan dengan pihak ketiga, dalam hal ini konsumen.

2. Anatomi Klausul Perjanjian Kerjasama Antara Apoteker Dengan Pemilik Sarana Apotek