Pada perkembangan selanjutnya Majlis Ta‟lim dimaknakan bukan sekedar tempat, akan tetapi sebagai lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau
pengajian. Dengan dibatasinya bahwa Majlis Ta‟lim sebagailembaga pendidikan non formal
masyarakat Islam, maka Majlis Ta‟lim bukanlah lembaga formal seperti madrasah, sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Majlis Ta‟lim juga bukan organisasi
massa atau organisasi politik, namun demikian Majlis Ta ‟lim mempunyai kedudukan
penting karena ia langsung berada di tengah masyarakat umum yang sekaligus menjadi sasaran pembinaan Majlis Ta‟lim itu sendiri.
38
2. Fungsi Majlis Ta’lim
Adapun fungsi Majlis Ta‟lims adalah sebagai sarana atau tempat untuk belajar, mengajar serta mendalami ilmu agama bagi masyarakat dan juga sebagai lembaga
dakwah dan dapat dikatakan juga sebagai lembaga non formal adalah: 1
Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang betaqwa kepada Allah SWT.
2 Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya yang santai.
3 Sebagai ajang berlangsungnya silaturrahmi massal yang dapat menghidup
suburkan dakwah dan Ukhuwah Islamiyah. 4
Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulam dan umaro dan umat.
38
Ismet Firdaus, Lisma Dyawati Fuaida, Nurkhayati, Ahmad Zaky, Pengalaman Al- Qur’an
Tentang Pemberdayaan Dhu’afa…, h. 82-83
5 Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat
dan bangsa pada umumnya.
39
3. Jenis-jenis Majlis Ta’lim
Majlis Ta‟lim sebagai lembaga non formal di masyarakat merupakan sarana yang sangat potensial untuk menyampaikan dakwah Islam dan membina masyarakat.
Jumlahnya amat banyak, hamper tersebar di seluruh provinsi, kabupaten atau kota, bahkan hingga keetingkat RW dan RT sekalipun. Majlis Ta‟lim ini menjangkau
seluruh lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas atas, kelas menengah hingga kelas bawah.
Seandainya Majlis Ta‟lim menunjukkan perbedaan-perbedaan, hal itu bukan disebabkan oleh fungsinya, tetapi oleh perbedaan lingkungan jama‟ah Majlis Ta‟lim
itu sendiri dan arena organisasi, yaitu bagaimana Majlis Ta‟lim dikelola, besar
kemungkinan juga karena adanya perbedaan mengenai isi materi yang diajarkan atau disampaikan. Majlis Ta‟lim dapat diklasifikasikan berdasarkan pada lingkungan,
kegiatan-kegiatan organisasi dan lain-lain.
40
Dilihat dari lingkungan sosial jama ‟ah Majlis Ta‟lim terdapat macam-macam
tingkatan Majlis Ta‟lim di antaranya: 1
Majlis Ta‟lim pinggiran. Istilah pinggiran dalam hal ini tidak berarti pinggiran kota, akan tetapi menunjukkan pemukiman lama yang umumnya dialami oleh
masyarakat ekonomi lemah.
39
Koordinasi Dakwah Islam KODI, Pedoman Mjlis Ta’lim Jakarta…,h. 8
40
Hasbullah, “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.” Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 206
2 Majlis Ta‟lim gedongan. Majlis Ta‟lim ini terdapat di daerah elit lama dan baru,
di mana penduduknya dianggap kaya dan terpelajar. 3
Majlis Ta‟lim komplek, Institusi tertentu membangun perumahan untuk karyawan, seperti Bank, PLN, dan lain-
lain. Majlis Ta‟lim komplek jama‟ahnya terdiri dari golongan menengah dan punya ikatan dengan instansi yang
membangun komplek.
41
4 Majlis Ta‟lim pemukiman baru. Tumbuh di perumahan baru, jama‟ahnya
terpelajar, ekonomi,karyawan, dan tidak terikat oleh Instansi. 5
Majis Ta‟lim kantoran. Diselenggarakan oleh karyawan suatu kantor, mempunyai ikatan yang sangat erat dengan kebijaksanaan kantornya.
6 Majlis Ta‟lim khusus. Misalnya, pengajian para mentri, jama‟ah haji PIV, dan
keluarga besar daerah.
42
7 Majlis Ta‟lim kelompok usaha. Jama‟ahnya remaja dengan aliran politik atau
keagamaan tertentu. Materi pokok yang diajarkan dalam Majlis Ta‟lim semestinya mencangkup:
Aqidah Islam, hukum- hukum syara‟ untuk individu, hukum syara‟ dalam pendidikan
anak dan fiqih Islam dalam konteks keyakinan. Dari sisi pe
mberi materi, maka pemberi materi dalam Majlis Ta‟lim haruslah orang-orang yang:
41
Tuti Awaliyah A.S.,”Strategi Dakwah Di LIngkungan Majlis Ta’lim” Bandung: Mizan, 1997, cet. Ke-1, h.8
42
Pemda, Pola Pembinaan Majlis Ta’lim di DKI Jakarta”, Jakarta: Koordinasi Dakwah
Indonesia, 1986, h.3
a Memiliki aqidah yang kuat
b Memiliki ilmu dan wawasan yang cukup dan ma uterus belajar dan terbuka untuk
mengembangkan ilmudan wawasannya tersebut c
Menguasai metode mengubah perilaku manusia d
Sabar dan tawakal dalam mengubah perilaku mad‟unya e
Dapat memberi tauladan yang baik Jadi pemberi ilmu di Majlis Ta‟lim tidak cukup sekedar mengajarkan hukum, tapi
juga menumbuhkan motivasi atau dorongan dari aqidah, untuk menjalankan hukum tersebut, agar dapat menciptakan manusia-manusia yang berguna baik dalam
mendidik atau membimbing keluarga agar menjadi manusia yang berkualitas. Yakni tidak hanya cerdas tetapi juga peduli terhadap Islam dan kaum muslimin.
Menurut tempat penyelengg araannya, Majlis Ta‟lim terbagi ke dalam tiga
klasifikasi: a
Di masjid atau mushola b
Di madrasah atau ruang khusus semacam itu c
Di ruang atau aula kantor Sedangkan menurut organisasi jama‟ahnya, maka ada beberapa Majlis Ta‟lim
antara lain Majlis Ta‟lim yang dibuka, dipimpin,dan tempat khusus yang dibuat oleh
pengurus sendiri atau guru. Majlis Ta‟lim yang didirikan, dikelola, dan ditempati bersama, mereka mempunyai pengurus yang dapat diganti menurut periode
kepengurusannya di pemukiman atau di kantor. Ma jlis Ta‟lim yang mempunyai
organisasi induk seperti Aisyah , Muslimah, Al-Hidayah dan lain-lain.
43
43
Tuti Alawiyah, A.S., “Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim”…, h. 77-78
BAB III BIOGRAFI USTADZ AHMAD GOZALI
DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM MI
FTAAHUSSA’ADAH
A. Biografi Ustadz Ahmad Gozali
Ustadz Ahmad Gozali lahir di kota Bawang yakni Brebes, bertepatan pada tanggal 8 Agustus 1963, Brebes terkenal dengan bawang dan telurnya. Ayahnya
bernama Wasbani dan ibunya bernama Sudanah itu adalah nama ciri khas Jawa terdahulu dan beliau memiliki saudara kandung berjumlah 13 orang.
1
Sejak usia SD beliau dianugerahi oleh Allah SWT tampil beda dengan umumnya anak-anak pada saat itu sejak usia SD kelas 4 sampai kelas 6, beliau termasuk di antar
kategori anak yang rajin mengaji bahkan di saat itu di dalam hatinya sudah tertanam rasa mahabbah terhadap agama, mahabbah terhadap guru-guru agama dan mahabbah
terhadap para ulama. Atas dasar mahabbahnya terhadap agama itu mendorong di dalam hatinya “sayalah dakwah” yaitu dakwah Bil Hal. Apa bukti dari dakwah Bil
Hal itu? Masa kecil beliau habiskan di masjid, antara rumah beliau dengan masjid berkisar
hampir 1 kilo, beliau tinggal di masjid tersebut, tidur di masjid hamper bertahun- tahun. Sisa-sisa waktu setelah ibadah sholat beliau mengabdikan diri untuk bakti
kepada orang tua dengan membantu ke sawah, yaitu menanam bawang atau padi
1
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Gozali, Serpong, 12 juli 2010
40