Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sangat mulia di sisi Allah SWT. Oleh karena itu manusia diutus Allah menjadi khalifah di muka bumi ini, yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan berakhlakul karimah agar mencapai tujuan yang hakiki. Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain. Orang yang di dakwahi, pesan dakwah yang tidak difahami tak lebih maknanya dari bunyi-bunyian. Jika dakwahnya berupa informasi maka ia dapat memperoleh pengertian, tetapi jika seruan dakwahnya merupakan panggilan jiwa, maka ia harus keluar dari jiwa. Islam adalah agama yang rahmatan lil‟alamin maksudnya, agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di bumi. Karenanya Islam harus ditampilkan semenarik mungkin agar umat lain beranggapan dan memandang bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka, melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. 1 Karena itulah manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadikan khalifah di muka bumi ini untuk dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam serta pembawa kebaikan. 1 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006, Cet ke-2, h. 5 1 Agama Islam merupakan agama yang terkandung di dalam setiap ajarannya, pesan dan makna dakwah. Selanjutnya, agama Islam juga merupakan agama risalah untuk umat manusia sedangkan umat Islam adalah umat yang mendukung amanah untuk melanjutkan risalah dengan dakwah, baik sebagai umat ataupun selaku perorangan, di manapun mereka berada menurut kemampuan masing-masing. Agama Islam adalah agama pamungkas atau agama terakhir yang berlaku di mana saja dan kapan saja, berarti keyakinan agama Islam itu dapat memberikan pedoman dasar, memberikan bimbingan dan memberikan pemecahan-pemecahan masalah prinsip yang dihadapi oleh umat manusia sepanjang masa atau zaman. Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan setiap muslim untuk menyebarkan serta mensyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Berdakwah adalah tugas muslim untuk memberikan nasihat-nasihat atau fatwa-fatwa yang baik, untuk menghindarkan manusia dari perbuatan yang munkar. Dakwah merupakan aktivitas yang mulia, ia menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang Islam dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Dakwahpun sering di lakukan dengan cara bil-lisan yang lebih banyak mendiskusikan pada penekanan informatif persuasive dan dakwah bil-hal yang lebih menekankan terhadap persoalan yang bersifat praktis yang mampu merangsang mad‟unya dengan cepat melakukan perubahan dalam kegiatan sehari- hari. 2 Dakwah dalam arti amar ma‟ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat, ini adalah kewajiban bagi pembawa fitrah manusia sebagai makhluk sosial dan kewajiban yang ditegaskan oleh risalah, kitabullah dan sunnah rasul. 3 Dan dakwah Islamiah adalah perjuangan besar dan berat, karena merupakan pembangunan umat dalam seluruh bidang dan lapangan kehidupan. Karenanya dalam pelaksanaannya dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup banyak sebagai wasilah dan dapat mengantarkan perjuangan umat kepada tujuannya. 4 Pada hakikatnya dakwah merupakan aktualisasi iman teologis yang di mafestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak. 5 eksistensi dakwah senantiasa bersentuhan dan bergelut dengan realitas yang mengitarinya. Dalam pandangan sejarah, pergumulan dakwah dengan realitas sosio-kultural menjumpai dua kemungkinan. Pertama, dakwah mampu memberikan output hasil, pengaruh terhadap lingkungan dalam arti memberi dasar pilosofi, arah dan dorongan untuk suatu 2 Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah Jakarta: Gema Insani Press, 1996 cet ke-1 h. 1 3 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 2000 H. 109 4 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, Bandung: Mizan, 1997 cet ke-1, H. 63 5 Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta, 1983, cet ke-1 perubahan. Kedua, dakwah dipengaruhi oleh perubahan masyarakat dalam arti corak dan arahnya. Dakwah sendiri dapat kita artikan sebagai upaya mengajak atau meningkatkan usaha manusia untuk senantiasa berbuat kebaikan. Dalam ajaran Islam sendiri, dakwah adalah suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Dakwah juga merupakan suatu bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Kewajiban dakwah didasarkan sebagai atas suatu ajaran bahwa Islam adalah agama risalah untuk umat manusia seluruhnya. Esensi dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan. Mengubah masyarakat dan budaya dari kezholiman kearah keadilan, kebodohan kearah kemajuankecerdasan, kemiskinan kearah kemakmuran, keterbelakangan kearah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat kearah puncak ketaqwaan. Kenyataan sejarah membuktikan bahwa kehadiran Islam terutama pada zaman nabi, dakwah telah mampu menggerakkan perubahan secara mendasar sesuai dengan tingkat peradaban dan masalah yang berkembang ketika itu. Agar hal itu tercapai, maka seorang mubaligh sebagai komunikator harus mampu mengemas materi agar dapat dikomunikasikan secara efektif yang salah satunya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah dipahami dan diserap oleh mad‟u dengan tujuan agar dakwah yang di sajikannya tidak kering, gersang, dan hambar yang mudah diabaikan. 6 6 Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah,..., h.1 Salah satu cara yang paling tepat dalam menyampaikan materi dakwah agar terlihat menarik adalah dengan menggunakan sarana atau metode penyampaian pesan yang dapat dilakukan dengan suatu ajakan, bukan seruan yang memaksa. Karena dakwah bukanlah propoganda yang memaksakan kehendak orang lain. Dengan demikian, kegiatan dakwah pada dasarnya sebagai suatu proses komunikasi antara seorang da‟i dan mad‟u dalam mengupayakan perubahan perilaku tingkah laku seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasakannya kepada orang lain dan dapat memberikan hiburan, memberikan inspirasi, meyakinkan dan mengajak untuk berbuat sesuatu. Dakwah pada dasarnya adalah momen, spirit, dan rekontruksi yang memperjuangkan dalam penanaman nilai-nilai kebenaran kedalam jiwa manusia. Final dari dakwah itu terciptanya iklim mental yang kondusif dan jiwa yang sehat. Dalam catatan sejarah dapat ditemukan bagaimana para pendahulu kita begitu gigih dan semangat dalam mendakwahkan Islam, memperjuangkan kebenaran yang tidak pernah padam dari jiwa pendahulu, sehingga kebenaran itu terwujud dalam pemikiran, kata-kata dan pebuatan. Semangat yang membuat mereka merasa tidak puas sebelum berhasil menanamkan nilai-nilai kebenaran itu kedalam jiwa setiap orang, sehingga apa yang diyakini sebagai kebenaran itu diterima oleh setiap umat manusia. 7 Dilihat dari kondisi masyarakat yang tengah mengalami perubahan disegala tingkat dan bidang seperti sekarang ini, maka peran Ulama dan Kyai menjadi lebih penting, karena mereka mempunyai posisi sebagai penjaga gawang dari norma dan 7 Cholil Umam, Rahasia Keberhasilan Dakwah K. H. Zainuddin MZ, Surabaya : Ampel Suci, 1994, cet. ke-1, h.1. nilai yang mengatur kehidupan mereka, yang seringkali dalam konteks perubahan tersebut, masyarakat mengalami semacam kegoncangan dan kebingungan karena kehilangan orientasi. Ini disebabkan karena norma dan nilai-nilai yang menopang kehidupan mereka sebelumnya, sekarang mengalami pergeseran. 8 Al- Qur‟an dan Hadits adalah sumber hukum pokok Islam yang bias dijadikan sandaran dalam berdakwah. Diantaranya disebutkan didalam Al- Qur‟an bahwa berdakwah harus dengan cara-cara yang baik menurut surat Ibrahim ayat ke 4: Artinya : ”Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. QS. Ibrahim:4 9 Dari Ayat diatas di jelaskan bahwa dalam berdakwah harus mengetahui keadaan masyarakat yang menjadi objek dakwah, baik bahasa,karakteristik, lingkungan, budayanya, dan lain sebagainya. Dalam upaya menunjang keberhasilan berdakwah, seorang da‟i harus memiliki strategi yang bijak dan metode yang strategis sebagai proses dalam pranata sosial dan 8 Muhammad Tolhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman Jakarta: Penerbit Bangun Karya, 2005, cet ke-5, h. 147 9 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra,1989 kesadaran umat. Dengan format tersebut diharapkan pembaharuan mental dan jiwa yang sehat dapat teralisir. Dalam kegiatan dakwahpun peranan da‟i sangatlah esensial, sebab tanpa da‟i ajaran Islam hanyalah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Biar bagaimanapun baiknya idiologi Islam yang harus disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya. 10 Seorang da‟i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da‟i. Artinya sebelum menjadi da‟i, ia perlu mengetahui apa tugas da‟i, modal dan bekal apa yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki seorang da‟i. Seorang da‟i harus memahami islam, selain itu juga seorang da‟i juga dituntut untuk memahami tujuan islam yang terkandung dalam syariat islam, yaitu mewujudkan kemaslahatan hamba dan menghalau segala bentuk kerusakan untuk masa kini dan mendatang. 11 Adapun kiprah bagi seorang ulama pada saat ini sangat di perlukan oleh masyarakat untuk mencari ridho Allah. Dalam aktivitas dakwahnya, para ulama mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang Da‟i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan kepada mad‟u dan diterima dengan baik kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidak pahaman dan kurang telitinya seorang da‟i dalam strategi berdakwah. 10 Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam, Bandung: CV. Diponogoro, 1981, cet. ke- 2, hal. 37. 11 Said Bin Ali al-Qahthani, Da’wah Islam Da’wah Bijak, Jakarta : Gema Insani Press, 1994, cet. ke-1, h. 96. Dari ke dudukan dan peran seorang da‟i sebagai pendukung dakwah, kini banyak kita temukan dan jumpai insan-insan yang memposisikan diri mereka sebagai pendukung dakwah tentunya mereka yang mempunyai keahlian dalam posisi tersebut. Salah satunya adalah Ustadz Ahmad Gozali, seorang ulama yang peduli dengan kelangsungan dakwah Islam khususnya yang berkaitan dengan dakwah dalam kehidupan sosial masyarakat. Melalui Majelis Ta‟lim Miftaahussa‟adah di Kelurahan Setu Tangerang Selatan merupakan salah satu bukti bentuk kepedulian beliau terhadap dakwah Islam serta sebagai wujud kiprah beliau dalam dakwah khususnya bagi masyarakat di kelurahan Setu. Ustadz Ahmad Gozali tidak hanya berkip rah di Majelis Ta‟lim Miftaahussa‟adah saja tetapi beliau juga berkiprah di Majelis- Majelis Ta‟lim lainnya seperti Majelis Ta‟lim Nurul Iman di Kelurahan Buaran Serpong, Majelis Ta‟lim Nurul Huda di Kp. Setu Serpong, dan beliau sering berdakwah di lingkungan masyarakat seperti pada acara PHBI Peringatan Hari Besar Islam. Selanjutnya selain mendirikan lembaga pendidikan non formal. Beliau juga aktif dalam organisasi keagamaan di wilayah Tangerang Selatan sebagai ketua FSPP Forum silaturrahmi Pondok Pesantren, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Tanfiziah Serpong tangerang selama 10 tahun, Ketua Tanfiziah adalah Presiden NU, bersamaan itu pula beliau juga menjabat menjadi pengurus MUI di Kecamatan Serpong, menjadi wakil Katib PCNU dan Wakil Rais Syuryah, menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Diniyah Manarul Ulum Pondok Pesantern As-Sidiqiah di setu selama 20 tahun. B eliaupun mendirikan pendidikan Formal sebuah Pondok Pesantren AS Sa‟adah sekaligus beliau sebagai Ketua Yayasan Dan Pengasuh Pondok Pesantren As Sa ‟ adah, beliau juga mendirikan sebuah sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Aliah beliau termasuk sebagai pengajar di sekolah tersebut. Sosok Ustadz Ahmad Gozali adalah seorang dai dapat dilihat dari upaya dan usaha beliau untuk mengedepankan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan pada masyarakat dalam rangka menghadirkan suatu perubahan beliau mengajarkan kepada masyarakat tentang memperlancar membaca Al- Qur‟an dan memberi pengetahuan berakhlakul karimah di lingkungan masyarakat atau lingkungan keluarga, dan memberi pengetahuan tentang kebesaran Allah SWT. Berdasarkan uraian singkat di atas penulis tertarik untuk mengetahui kiprah Ustadz Ahmad Gozali dalam dunia dakwah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Kiprah Dakwah Ustadz Ahmad Gozali melalui Majlis Ta’lim Miftaahussa’adah di kelurahan Setu Tangerang Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah