Kiprah Dakwah Dra.Hj.Lutfiah Sungkar

(1)

KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR

OLEH:

ODAH JUBAEDAH

NIM: 104051001872

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul

KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH

SUNGKAR

telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 Agustus 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150262442 NIP: 150282980

Penguji

Penguji I, Penguji II,

Dr. Murodi, MA Drs. Wahidin Saputra, MA NIP: 150254102 NIP: 150276299

Pembimbing

Dra. Hj. Roudhonah, MA NIP: 150232920


(3)

ABSTRAK Odah Jubaedah

Kiprah Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar

dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, baik kelompok maupun individu yang sudah mengerti dan memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dakwah akan diterima dengan baik oleh mad’unya apabila dalam kegitan dakwahnya seorang da’i atau da’iah memberi contoh yang baik juga dalam pesan dakwah mudah diterima dengan oleh mad’unya. salah satunya adalah Dra Hj Lutfiah Sungkar, seorang da’iah yang mampu menyuguhkan dakwahnya dengan metode dakwah yang baik juga mudah di kenal.

Berdasarkan pernyataan di atas akan menimbulkan beberapa pertanyaan apa bentuk dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar tentang dakwah dan aktivitas dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar.

Setelah mengamati dan mengikuti serta mendengarkan langsung dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar penerapan serta aktivitas dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar dalam aktivitas dakwahnya itu tepat pada sasaran dan diterima mad’unya khususnya di kalangan perempuan, dan menggunakan metode dakwah yang mudah diterima oleh mad’unya

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat di teliti. dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu sebuah metode yang mendeskripsikan gagasan primer yang diper oleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber yang akan menghasilkan penafsiran penulis.

Dra Hj Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iah yang memiliki kemampuan dalam aktivitas dakwahnya menuju sasaran dengan baik sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat khususnya kalangan perempuan.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. kepada penulis sehingga dalam penulisan skripsi ini dapat terlaksana sampai selesai. Untaian Shalawat beserta Salam semoga Allah limpah curahkan kepada pimpinan kita, yang sejati, abadi dunia akhirat, baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang terang dengan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, penulis menemukan beberapa kendala tetapi semuanya dapat penulis atasi dengan perjuangan yang ditempuh, penulis menyadari dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu dan tenaga, sehingga penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan karya ilmiah ini. Namun atas dan bantuan, kepedulian, kecintaan juga motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ungkapan terima kasih serta penghargaan yang penulis sampaikan kepada:

1. Dr.H. Murodi, M.A. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dr. Arif Subhan M.A. Selaku PUDEK II dan Drs. H. Mahmud Djalal, M.A. Selaku PUDEK II, Drs. Study Rizal L.K. M.Ag selaku PUDEK III.


(5)

2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag. Selaku ketua jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam dan Ummi Musyarofah, M.A. Selaku seketaris jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam.

3. Dra. Hj. Roudhonah. M.Ag. Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk membimbing dengan mengarahkan penulisan di sela-sela aktivitas beliau agar penulisan mendapatkan skripsi yang baik.

4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis atas didikanya selama ini.

5. Kepada pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan pelayanan literatur sebagai referensi skripsi penulis.

6. Terima kasih yang setulus-tulusnya, rasa ta’dzim dan hormat kepada yang memberi cahaya dalam hidup ini, kedua orang tua Ibunda Hj. Mariah Quraisyin dan Ayahanda H. Badruzaman atas kasih sayang, kesabaran, nasehat, yang tidak pernah terhenti dan putus sampai akhir hayat nanti. Aku menyadari sebagai anak yang belum bisa membalas jasa-jasa serta pengorbanan dan jerih payah dalam mendidik dan mengajariku arti hidup. 7. Dra Hj Lutfiah Sungkar selaku pimpinan pengajian dan keluarga besarnya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu beserta mba Shelly sebagai meneger beliau yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberi informasi dalam melengkapi skripsi ini.


(6)

8. Terimakasih kepada BEM-J dan BEM-F fakultas dakwah yang telah memberi kesan selama kuliah anggkatan 2004 sampai sekarang.

9. Pada keorganisasian yang telah memberi banyak pengalaman pada penulis yaitu: HIQMA, HMI cabang Ciputat, Khususnya KOMFAKDA beserta keluarga besar Aula Insan Cita.

10. Kepada keluargaku yang tercinta yang memberi motivasi pada penulis ini kakak-kakakku yunda Juju Siti Julaeha, Dadah Syamrotil Puadah Kanda Ii Ahmad Syuja’i dan adikku Otong M. Nawawi, Enok M. Murtasimah, kakak-kakak iparku Dadi M dan Toto W. Arif dan Ayu S. Tidak lupa pada keponakan-keponakanku Iyud, Zulva, Syifa, Putri W.S.

11. Kepada teman-teman aku KPI khususnya KPI D dan teman-teman KKN Cilalay Sukabumi. Yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Teruntuk seseorang Hamba Allah yang telah mengisi isi hati ini. My Sweety. 13. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku, khususnya Asry Leily. Agus Ratina,

Mila, Shella, Anne, Keyshe, Hanna, Pipit, Indri. Kau adalah teman yang tidak bisa penulis lupakan dan memberi kenangan, semoga persahaban ini abadi. 14. Dan tidak lupa buat Zakaria Al-Anshori, sebagai teman yang baik dan

memberikan motivasi pada penulisan skripsi ini.

15. Untuk Sholah, Yayan, Delon, Ample, Apoy, Buluk. Kalian teman yang telah memberi kecerian di masa kuliah ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis mengharapkan keritikan dan saran yang dapat memotivasi untuk kelengkapan dan


(7)

kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala kebaikan dan ketulusan pihak-pihak yang telah membantu di dalam proses penyelesaian skripsi ini di berikan ganjaran yang melimpah ruah dari Allah SWT. Amiiiin.`

Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi satu amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla. Amiiin…..

Ciputat, 20 Juli 2008


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 8

D. Metodologi Penelitian... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH A. Pengertian Kiprah... 13

B. Pengertian Dakwah... 14

C. Unsur-Unsur Dakwah ... 20

D. Landasan Hukum Dakwah ... 40

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ LUTFIAH SUNGKAR A. Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 44

B. Pendidikan Dan Karya-karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar... 47


(9)

BAB IV AKTIVITAS DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH UNGKAR

A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 55 B. Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 61 C. Tujuan Dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 62 D. Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 63 E. Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 67 F. Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran-Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Islam dakwah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat, akan tetapi penyampaian dakwah banyak pada kaum laki-laki atau dengan sebutan ulama. Masyarakat Indonesia lebih mengenal dengan ulama laki-laki yang mudah di temukan kemunculan dalam dunia dakwah, oleh karena itu berbeda dengan ulama perempuan yang banyak masyarakat mengenal perempuan adalah sosok feminisme yang kurang banyak kemunculanya, untuk berkiprah dalam dunia dakwah.

Kajian tentang “ulama perempuan” masih sangat langka, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di wilayah-wilayah muslim lainya: Arabia, Asia Barat, Afrika Utara, Afrika, anak benua India dan sebagainya, meskipun kajian tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya, perhatian hampir tidak pernah diberikan kepada ulama perempuan. Asumsi awal yang dipegang banyak peneliti dan sarjana adalah, hal itu merupakan salah satu bukti bahwa perempuan tidak signifikan dalam keulamaan atau bahkan dunia keilmuan umumnya.1

Sesungguhnya, wajib bagi kaum perempuan untuk menempatkan tujuan dakwahnya ini di pelupuk mata, karena ulama perempuan atau disebut dengan da’iyah dapat melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar pada

1

Azyumardi Azra, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan Historiografi” Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia”. Gramedia Bekerja sama Dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000. h. xxi


(11)

siapapun dan kapanpun untuk meluruskan pada jalan Allah, karena merupakan suatu kewajiban. Semua itu dapat kita lihat dalam salah satu ajarannya yang mewajibkan pemeluknya untuk menyampaikan risalah atau mengembangkan dakwah kepada siapapun. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebutkan kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula, (ucapan) dan perbuatan yang baik.2

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Fushshilat ayat 33 yaitu:

!" #$ %& '

$ ()

*+, -./ & 0

1# 2 3

4 #$

5789 -:

;< & 2 &=

Artinya: Dan Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (Fushshilat:33).

Dakwah seperti yang diungkapkan ayat di atas tidak hanya berdimensi ucapan atau lisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik (uswah) seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW.

Namun, perempuan muslimah yang memiliki kemampuan berdakwah tidak boleh meninggalkan dakwah seraya berkata, ”saya dirumah saja bersama suami dan anak-anak. Biar Orang yang berdakwah,” karena dakwah adalah kewajiban seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan dengan sikap seperti itu, berarti dia telah mengabaikan kewajiban Agama.3

2

M. Munir, dkk, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 217

3

Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, ( Solo: Era Intermedia, 2007), Cet ke-1, h. 64.


(12)

Seperti dalam firman Allah disebutkan pada surat Al-ahzab, ayat 35 bebunyi:

>? -@A< & 2 &=

B )& 2 &=

@A< # &=

B CD # &=

;< E #-=

B F #-=

;< $ G HI

B #$ G HI

;J K HI

LM K HI

;< N O )P=

B )N O )P= ;< $ QG I F &= B #$ QG I F &= ;< &R8 HI B )&R8 HI

@A< S T U =V "L W)7 0 NX

B #S T )#= @AJY Z[M\$ \ K ]^_ LM Z[M\$ %G 0 ` Bb c

C T= >

 7

]&e S 0

Y f

Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: 35).

Ayat yang mulia di atas sama sekali tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam iman, taat, benar, sabar, khususyuk, bersedekah, puasa, menjaga kehormatan, dan berdakwah serta zikir kepada Allah SWT.

Pandangan seorang daiyah terhadap diri dan negrinya selaku bagian dari dunia Islam akan memberinya pandangan yang baik terhadap wilayah tempat dia berdakwah; terhadap aktivitas yang harus ia lakukan; dan terhadap program berjangka yang harus dia jadikan acuan aktivitasnya. Tanpa semua ini, dia tidak akan dapat membimbing amal islami dan tidak akan mampu ikut andil membangun kesatuan negeri-negeri Dunia Islam. 4

4


(13)

Dakwah ulama perempun merupakan pengembangkan agama Islam kepada umat manusia yang banyak perubahan. Dalam perkembangan zaman sekarang kaum perempuan juga merasa makin memiliki kemajuan intelektual. Mempunyai kemampuan intelegensia yang melebihi atau paling tidak menyamai kaum laki-laki. Dengan demikian, kaum perempuan merasa memiliki hak untuk menurut agar tidak lagi direndahkan peranannya dihadapan kaum laki-laki. Padahal sesungguhnya pokok pangkalnya bukan soal saling rendah-merendahkan, tetapi kesanggupan diri masing-masing menerima kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan. Bukan mempersoalkan enak atau tidak enak, jadi laki-laki atau perempuan.5 Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik sekelompok orang maupun individu yang mengerti, memahami bahwa mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan istilah lain mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengerti tata cara penyampaian dakwah yang baik istilah ini lebih dikenal dengan dengan sebutan da’i atau mubaligh.6

Dalam hal ini Allah SWT. Telah menjelaskan tentang kewajiban berdakwah bagi sekelompok orang untuk menyerukan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dalam al-Qur’an, Allah berfirman:

g

h

i*+, -f/e j)k

)l +m n

U)&p =V m

U#S 0" )&=

U U =V

q

W= G )7

5 r\ m

sn Q i

>?

-)ltm n NQ

u +2 0

)& m

>/ v

0

w e j)k

q NQ

u +2 0

;J G E W &= m

vx f

5

Muhammad Barokah, Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme, Tidak Harus Ditolak (Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994) Cet Ke-1. h. 8

6


(14)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl: 125).

Kewajiban seorang ulama perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas dakwah dengan segala kemampuan dan semangat yang dia punyainya adalah karena dalam aktivitas itu merupakan pekerjaan yang melengkapi bagi praktik pelaksanaan dalam lapangan dakwah. Akan tetapi, seorang ulama perempuan dalam aktivitas dakwahnya, terikat dengan norma, akhlak, dan nilai-nilai islami.

Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah seorang ulama perempuan atau ulama laki-laki memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan da’iyah. Untuk itulah seorang da’iyah tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya.

Oleh karena itu ulama perempuan secara langsung merupakan da’iyah yang menyeru kepada Allah karena keberadaannya sebagai Muslimah yang mengikuti jejak rasulullah SAW. Inilah yang kita tekankan lebih dari sekali dan kita jadikan dasar menurut Syara’ di banyak kesempatan.

Peranan da’iyah atau da`i yaitu untuk menyampaikan dakwahnya dan mengajak orang lain (mad’u) kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Sehingga pesan dakwahnya bisa di terima dengan baik dan dapat dipahami


(15)

oleh mad’u. Oleh karena itu, peranan atau aktivitas da’i atau da`iah sangat dibutuhkan sekali oleh semua lapisan masyarakat.

Adapun kiprah bagi seorang ulama perempuan pada saat ini sangat di perlukan oleh masyarakat untuk mencari ridha Allah. Dalam aktivitas dakwahnya, para ulama perempuan atau ulama laki-laki mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah.

Melihat ulama perempuan pada kiprah dakwah Dra. Hj. Ibu Lutfiah Sungkar yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap bertahan sampai sekarang. Dakwah melalui mimbar bisa bertemu langsung dengan para mad`unya. Selain melalui Masjid dan Mushalla, Dra. Hj. Lutfiah Sungkar juga melakukan dakwahnya melalui media cetak maupun elektronik.

Menurut Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, umat Islam harus mengambil bagian pada sektor kehidupannya, dan untuk umat Islam dituntut untuk selalu aktif dalam pembangunan manusia seutuhnya dan selalu menjadi insan yang selalu berada di jalan Allah.

Hj. Lutfiah Sungkar adalah salah seorang ulama perempuan yang cukup dikenal masyarakat dan juga terbilang sukses dalam mencapai dakwahnya. Beliaupun mampu menyampaikan pesan dakwah pada mad’unya.

Dalam sistem penyampain dakwahnya yang baik, beliau dapat merekrut begitu banyak mad’u dari berbagai kalangan dan status sosial


(16)

masyarakat khususnya pada kalangan perempuan. Disinilah ketertarikan penulis pada sosok Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang memiliki cita-cita luhur untuk memajukan Islam dan usahanya untuk menggiring mad’unya agar kembali kejalan Allah SWT.

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang peranan dakwah atau aktivitasnya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah sekripsi yang penulis beri judul “Kiprah Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dan masalah skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi pada “Kiprah Dakwah Dra.Hj. Lutfiah Sungkar” yang masih eksis pada dunia dakwah di kalangan perempuan pada masyarakat Jakarta dan pada media cetak dan elektronik. Tetapi penulis lebih menfokuskan pada aktivitas Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.

Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dalam semangat tinggi. Oleh karena itu, maka penulis berusaha memberikan batasan pada penelitian ini, yaitu bagaimana kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas perumusan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:


(17)

b. Apakah bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk menemukan jawaban dari pertayaan diatas, kemudian berangkat dari dasar pemikiran serta perumusan masalah diatas, penelitian ini diharapkan memberi kontruksi kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar.

a. Untuk mengetahui kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. b. Untuk mengetahui bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas mengenai tekhnik-tekhnik dakwah juga pemikiran dakwah Hj. Lutfiah Sungkar khususnya dalam kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar, begitu juga menambah wacana positif dalam rangkaian menerapkan suatu bentuk pemikiran Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang disesuaikan dengan kemajuan tekhnologi yang guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Peneliti menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap aktivitas dakwah dalam kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dalam membawa


(18)

umat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran Islam.

D.

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu metode prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati yang memiliki beberapa langkah penerapan.

Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahasan utama. Gagasan primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang telah dideskripsikan.7

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejela, hubungan antara dua gejala atau lebih.8 Sedangkan analitik berarti uraian.9 Hanyalah

7

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). H. 156

8

Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Cet ke-5, h. 35

9

Lihat Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arloka,1994), h. 29


(19)

memaparkan situasi atau peristiwa.10 Dalam penyelesaian skripsi data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan :

10

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung Remaja Rosdakarya 2002), cet. Ke-1. h 24


(20)

a. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.11 Penulis mengamati dan mencatat dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis mengadakan pengamatan langsung kegiatan-kegiatan dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. b. Interview / Wawancara

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara.12 wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.13 Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah dengan cara wawancara dan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengambil data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

11 Winarno Surahmad Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989). H.

162

12

Muhammad Nazir, Metode penelitian, (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988). Cet. Ke-3 h. 234.

13

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos 1997), cet, ke-1,h. 72.


(21)

d. Telaah Kepustakaan

Dalam penelitian terhadap kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar digunakan telaah pustaka (Library Research), penulis mencari dan membaca sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk di jadikan landasan teoritis dalam penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis amati dan telusuri, baik di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ternyata tidak ada satu pun skripsi yang membahas tentang Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dengan judul dan pembahasan yang sama atau hampir sama dengan yang penulis angkat.

Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang saya angkat benar-benar hasil karya penulis.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan penulis pada tulisan ini terdiri dari lima bab yang tentunya disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah, sebagai berikut:

Bab Satu : Pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang masalah yang akan diteliti, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.


(22)

Bab Dua : Landasan Teoritis Tentang Dakwah yang didalamnya meliputi, Pengertian Kiprah, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Landasan Hukum Dakwah.

Bab Tiga : Sekilas Tentang Biografi Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang mencangkup, Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Pendidikan dan Karya-Karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Perjalanan Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.

Bab Empat : Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang terdiri dari, Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Tujuan dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.

Bab Lima : Penutup yang di dalamnya meliputi kesimpulan dan saran.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Dakwah secara etimologi, kata “dakwah” berasal dari bahasa arab yang berarti seruan, panggilan, ajakan, atau jamuan. Bentuk kata tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar, diambil dari kata kerja - yang berarti menyeru, memanggil, mengajak atau menjamu.14 Dalam kamus kontemporer, dakwah diambil dari kata - - yang berarti panggilan atau seruan.15 Pegertian dakwah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah:

` q y 00 G z i*+, - n )

+2 { G"| G }g OC~

i*+, -VuM KZ•€r• - F ‚

x f

Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) (Q.S.Yunus: 25).

Dakwah hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan, menyeru seseorang pada agama Islam maknanya adalah Anda

14

Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang,1997 ), Cet ke-3, h. 7

15

Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus kontemporer Arab Indonesia, ( Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998 ), Cet, ke-3, h. 895


(24)

berupaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni Islam.16

Dalam hal ini juga, Mansyur Amin memberikan makna dakwah secara bahasa sebagai berikut:17

a. Mengharap dan Berdoa kepada Allah Maka ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:

#ƒ - )l# „)k { j 0 5…7 0

* C† ‡#X 2zY #$ q ‰2eZ7Š +C 0)

‹h Œ #ƒ - f? 0) q

q je • E X2#X *,

q 0 #0e= * Ž "L W82)N#

@• Gg\" z v f

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(Q.S. Al- Baqarah: 186 )

b. Memanggil dengan Suara Lantang

Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:

Tw E z g ? ‘ S-#

}g )& u“"nF”

w+Y = „ m i LN #ƒ - "Lg_ 0)

C 0) : ' “"nF” #ƒ

-F9 ? 070 =z x f

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” ( Q.S. Ar-Rum: 25 )

16

Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Kajian Kritis Terhadap

MetodeDakwah Rasullah, ( Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2000 ) Cet. Ke-i. h. 13

17

Mansyur Amin. Dakwah dan Pesan Moral, ( Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997 ), Cet ke-1, h. 8


(25)

c. Mendorong seseorang untuk memeluk sesuatu keyakinan tertentu. Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:

..! q #Zp # B ^_ K • &=

i5–r) % #0z i U ]” ˜UCD #‚

K" ): ' lU^_ K •‚ " #

"Lgp E j)• 0 p .! q #Zp N

;< _ K • &= i5–r)

q 0 #0z i 5G"l)N# h #‚

K" ): ' l€ K •‚ " #

"Lgp j)• 0 p)lR8 # „ Š ? 00 G z

*+, - n > q `

q y 00 G z *+, - U>D)•=

C T= )&= w 9=ƒ ‡ m q

; '< l0z w E z g > >D2

"L W82)N# ? 0 \_^e E z xxvf

Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. ( Q.S. Al-Baqarah: 221 ).18

Jadi yang di maksud dengan ayat di atas berdakwah adalah merupakan salah satu aspek penyampaian yang mempunyai tujuan dakwah, untuk disampaikan kepada khalayak luas dengan cara yang ditentukan oleh syar’i untuk mencapai yang lebih baik benar, sesuai dengan apa yang di inginkan oleh seorang da’i dan Agama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dakwah memiliki dua arti yaitu: “(1) penyiaran, propaganda: (2) penyiaran agama dan pengembangan dikalangan masyarakat: seruan untuk memeluk,

18


(26)

mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.”19 Dan Ensiklopedi Islam, dakwah yang berarti setiap kegiatan yang menyeru, mengajak, dan memanggil untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syariat, dan akhlak Islami.20

Sedangkan dakwah secara terminologi (istilah) banyak diartikan adalah suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Proses tersebut terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang terdiri dari: subjek dakwah (da’i), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan objek dakwah.21

Arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan adalah sebagai berikut:

a. H. Endang S. Anshari mengatakan sebagai berikut:

1) Arti dakwah dalam arti terbatas ialah: penyampaian Islam kepada manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan ( panggilan, ajakan, seruan, kepada manusia pada Islam) 2) Arti dakwah dalam arti luas: penjabaran, penterjemahan dan

pelaksanaan Islam dalam kehidupan dan penghidupan manusia

19

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia R.I.., h. 232

20

Kafrawi Ridwa, dkk,. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: P.T.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), Cet. Ke-6, h, 181

21

DR. wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h.31


(27)

(termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya ).22

b. Prof. Toha Yahya Omar MA:

1) Definisi dakwah menurut Islam adalah: mengajak manusia dengan jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.

2) Definisi ilmu dakwah secara umum ialah: ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan, suatu ideologi pendapat pekerjaan tertentu.23.

Menurut Quraish Shihab memberikan definisi “ dakwah adalah seruan atau ajakan menuju pada keinsyafan atau usaha untuk mengubah situasi yang lebih baik dan sempura, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.24

Dakwah keagamaan dalam perkembangannya telah mengalami berbagai perubahan bentuk, cara, dan penekanan. Dahulu pemaparan ajaran agama dititik beratkan pada usaha mengaitkan ajarannya dengan alam metafisika. Sehingga surga, neraka, nilai pahala, dan beratnya siksaan mewarnai hamper setiap ajakan keagamaan.

22

H.M.S.Hasanudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, ( Jakarta: Firama)

23

Ibid . , h. 28 24

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. ( Bandung : Mizan 1998) Cet Ke-17. h. 194


(28)

Dari pendapat di atas dapat disimbulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang menuju kebenaran dan mengubah keadaan yang lebih baik yang sesui dengan syar’i yang ditentukan oleh Allah SWT.

Bertitik tolak dari beberapa definisi dakwah yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa dakwah telah menjadi kewajiban setiap mukmin di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kewajiban tersebut sesuai dengan kesanggupan dan proposinya. Hal ini diungkapkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

gp F= "LgpD ' U> Š ? 00 G z

*+, - K" #z=V ? 0 0 X„ z

Z 0 NU9Xš m ?" )W z 0

Y #pD &= i )lR8 # „ Š 0LNQ

@• # 2=T &= v f

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.( Q.S. Al-imran: 104 ).

.

Dan hadits Rasullah saw

: :

ﻡ! "#ﻡ "#ﻡ$% & ' ﺏ )* ' +,- - ' ﻥ* ' +,- '/ 0 1 2 * 3 ($ -ﻡ ) Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a. ia berkata: saya

pernah mendengar Rasullah saw bersabda. “siapa yang melihat sebuah perbuatan munkar, haruslah mengubahnya dengan tangannya (tindakan). Jika tidak sanggup, maka dengan mulutnya (kata-kata). Jika tidak sanggup pula, maka dengan hatinya (ketidak setujuannya) namun yang terakhir ini merupakan manifestasi yang paling lemah.” (H.R. Muslim).25

25

Abu Zakariyya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Riyad as-Solihin, (Bairut: Dar al-fikr 1992), h. 67


(29)

Dakwah adalah sebuah proses berkesinambungan harus dibangun oleh unsur kesadaran, keteraturan, peningkatan, dan fleksibilitas. Karena itu aplikasi dakwah harus disesuaikan oleh kondisi dan situasi yang ada. Allah telah memberikan rambu-rambu kebijaksanaan untuk orang-orang beriman dalam melaksanakan dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Nahl: 125.

Dalam ayat tersebut terkandung tiga prinsip bagi pelaksanaan dakwah yaitu:

1. Hikmah, yaitu yang berlandaskan informasi tentang hakikat kehidupan psikologi manusia suatu kebijaksanaan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan matang sebagai objek dakwah informasi tersebut merupakan bahan pengetahuan yang secara objektif menggambarkan tentang kehidupan manusia dalam segala dimensi dan aspeknya menurut situasi dan kondisi yang melengkapinya.

2. mau’izah hasanah, yaitu prilaku yang dinyatakan dalam bentuk penasihatan atau ajakan serta keterangan-keterangan yang disampaikan dengan metode yang cukup baik dilihat dari segi kedayagunaan psikologi manusia.

3. Sistem penyampaian secara tatap muka (face to face meeting) antar pribadi dan kelompok yang dilakukan secara tertib dan berlangsung secara konsisten atas dasar pendekatan-pendekatan psikologi.26

Dari uraian ayat di atas bahwa dakwah adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat bukan da’i saja untuk menyampaikan kebenaran Allah SWT. Oleh karena itu dakwah adalah sifatnya wajib menurut ayat yang di atas tanpa adanya pengecualian.

2. Unsur-unsur Dakwah

26

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 8


(30)

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur tersebut adalah subyek dakwah (da’i), obyek dakwah (mad’u), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah serta tujuan dakwah.27

a. Subjek Dakwah (da’i)

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.28

Hendaknya seseorang subjek dakwah harus mempunyai kemampuan-kemampuan yang dapat mendukung keberhasilan dakwah adapun kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh subjek dakwah:

a. Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar b. Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah c. Memiliki akhlak karimah

d. Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas e. Mencintai audiens atau mad’u dengan tulus

f. Mengenal kondisi dengan baik.29

27

Moh. Ali Azis. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet, ke-1. h. 61

28

M. Hapi Ashari,Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) Cet ke-, h. 179

29

Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta : Sipress, 1996) Cet. Ke-1. h. 237-239


(31)

Di dalam buku yang lain juga ada kemampuan-kemampuan yang harus di miliki seorang subjek dakwah adalah:

a. Kemampuan berkomunikasi b. Kemampuan menguasai diri c. Kemampuan berfsikologi

d. Kemampuan pengetahuan pendidikan e. Kemampuan di bidang umum

f. Kemampuan di bidang umum Al-Qur’an

g. Kemampuan di bidang ilmu agama secara umum.30

Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.31 Ini menunjukan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da’i, dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.

Seorang da’i harus tahu apa yang disampaikan dakwahnya untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu, dan

30

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Yogyakarta: Sipress 1996) Cet. Ke-1

31

Mustofa ar-Rafi,I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar 2002), h. 51


(32)

keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43 yang berbunyi:

X2)k"n ‹ )l 2"j#$ ›!

!$) n ;5 œ9 "L|"K# - i

q y N2 #X ./ Q Y =_ •$ ?

-EDg_.! ?  #ž N# Yf

Artinya: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (Q.S. An-Nahl: 43).

Menurut Siddiq Amin, da’i atau muballigh dan pengelola dakwah, seperti ormas dakwah. Untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagai da’i, agar mempunyai kredibilitas dalam berdakwah dan ilmu pengetahuan. Maka bagi seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu:

a. Syarat yang bersifat akidah. Para da’i harus yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu benar. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:

: g 04 k )& m 4Y{9Š

=e# - w +m n

? 0 # &= i ,/g_ : g

m w F#pR8 +2

w lFg_ w k}n .!gŸY… ^T9

@A < m lG) ' w k‚n i

q g #$ N &)k CD N# q

)l 9 =Tg˜ CDtm n @¡=e#

-K ZI)&= x f

Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."


(33)

(mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285).

.

b. Syarat yang bersifat ibadah. Komunikasi terus menerus dngan Allah SWT bagi seorang da’i merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan terus menerus. Tidak hanya komunikasi yang berbentuk ibadah-ibadah fardlu belaka, tetapi juga ibadah-ibadah sunnah lainnya terutama shalat tahajjud.

c. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti hasud, takabbur dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifat-sifat sabar, syukur dan lain-lain.

d. Sayarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak.

e. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknyalah para da’i itu mempunyai kondisi fisiknya baik dan sehat.

f. Syarat yang bersifat kelancaran bicara. Sebai da’i yang layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya, selayaknyalah apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya. g. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya

mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di jalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran,


(34)

yaitu, kalimatullahhi hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya.32 Da’i adalah pembawa agama Allah untuk meluruskan kejalan yang benar, tetapi da’i juga harus mempunyai kriteria yang bijaksana untuk menjalankan misi dakwahnya dengan mengikuti syarat-syarat yang ada, seperti yang diungkapkan oleh seorang da’i (Siddiq Amin).

b. Objek dakwah (mad’u)

Objek dakwah ini disebut juga mad’u atau sasaran dakwah, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang maksudnya ialah orang-orang yang diajak kedalam Islam sebai penerima dakwah.33 Sudah jelas bahwa objek dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, massa dan umat seluruhnya.

Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran (objek) dakwah. Selain itu juga sasaran dakwah harus mampu mencangkup segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sasran dakwah dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia.

Sasaran dakwah secara sistematis dibagi menjadi beberapa bagian:

32

M. Masyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997), cet. Ke-1, h. 70-71

33

A. H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982) h. 34.


(35)

1. individu, sasaran dakwah terhadap diri sendiri (individu) merupakan suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang da’i menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi segala tingkahlakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh sasaran dakwah atas apa yang disampaikan da’i dan untuk mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka da’i harus memberikan teladan yang baik.

2. Keluarga, didalam keluarga , orang tua merupakan oarang yang pertama kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh kedalam diri anak dalam pergaulan sehari-hari.

3. Masyarakat, masyarakat (umat) manusia sebagai sasaran dakwah merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena itu, hendaknya seorang da’i mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah.34

M. Nasir dalam bukunya Fiqhud dakwah mengatakan bahwa sasaran dakwah yaitu:

1. Ada golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir kritis dan cepat tanggap. Mereka itu harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.

34


(36)

2. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan mendalam. Belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini panggil dengan sebutan mau’idzotul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik-baik. Dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.

3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan,yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong agar pikiran secara sehat.35

Mad’u dalam Islam ma’ul dan do’a, berarti orang yang diajak, atau di karenakan perbuatan dakwah, Mad’u adalah objek sekaligus subjek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali, siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam.36

Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada hakikatnya tidak ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sasaran dakwah mencakup sebagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial yang berbeda-beda, yang semunya harus dihadapi secara proporsional dari para da’i.

35

Ibid 36

Cahyadi Takariawan “ Prinsip-Prinsip Dakwah, Yang Tegar di Jalan Allah ( Yogyakarta Izzan Pustaka, 2005 ) Cet, Ke-4. h. 25


(37)

Sasaran dakwah adalah manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat). Dalam hal ini Amarullah Ahmad mengkalsifikasikan sasaran dakwah menjadi tujuh kelompok, yaitu:

a. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tempat tinggal yaitu penduduk desa dan kota

b. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan struktur kemasyarakatan, yaitu masyarakat agraris dan industri.

c. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tingkat pendidikan. d. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan peranan dan struktur

kekuasaan, yaitu pemimpin dan rakyat.

e. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan agama, yaitu Islam dan non Islam.

f. Kelompok sasran dakwah berdasrkan siakp terhadap dakwah yaitu orang yang cinta terhadap Isalm atau sebaliknya.

g. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan usia, misalnya anak (6-13 th), remaja(14-16 th), dewasa(18-35 th), orang tua(35-55 th), dan lanjut usia(tua(35-55-keatas).37

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Prof.H.M. Arifin, M.Ed. dalam bukunya psikologi dakwah. Ia mengklasifikasikan sasaran dakwah menjadi delapan kelompok, kelompok masyarakat dilihat dari segi:

a. Sosiologis: yaitu masyrakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. b. Struktur kelembagaan: yaitu masyrakat, pemerintah, dan

keluarga.

c. Sosio-kultural: yaitu golongan priyayi, abangan, dan santri, klasifikasi ini terdapat dalam masyrakat jawa.

d. Tingkat usia: yaitu golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.

e. Okupasional (propesi atau pekerjaan) yaitu petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri, dan sebagainya.

f. Tingkat sosio-ekonomi: yaitu orng kaya, menengah, dan miskin.

g. Jenis kelamin: yaitu wanita, pria, dan sebagainya.

37

Amarullah Ahmad,(ed), Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1985). Cet, ke-2. h. 300


(38)

h. Masyarakat khusus: yaitu tuna susial, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya.38

Masing-masing kelompok masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini menurut adanya sistem dan metode dakwah yang berbeda pula. Dengan demikian, kegiatan dakwah akan lebih efektif dan efesien jika penggunaan sistem dan metodenya sesuai dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

c. Materi Dakwah

Pada dasarnaya materi dakwah, tidak lain adalah Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: aqiadah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.39

Materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun secara umum bahwa materi dakwah adalah mencangkup ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam. Karena sangat luasnya ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits, maka da’i harus cermat dan mamapu dalam memilih materi yang akan disampaikan kepada mad’u dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat.

Barmawi Umay lebih spesifik menjelaskan bahwa materi dakwah yaitu:

38

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 3-4

39


(39)

a. Akidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dan segala perincianya.

b. Akhlak,yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) dengan segala dasar, hasil dan akibatnya kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang telah berlaku dalam sejarah.

c. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (non Islam).

d. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-soal ibadah, muamalah, awal al-sahsiyah yang wajib diamalkan oleh muslim dan masalah lainnya.

e. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan Islam yang telah dipraktikan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

f. Sosial, yaitu mengemukakan bagaimana solidaritas menurut hukum agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran Islam dan hadits-hadits Nabi.

g. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan aktualisasi sesuai ruang dan waktu.

h. Kemasyarakatan, yaitu mengurangi kontruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

i. Amar ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

j. Nahi munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar terhindar dari malapetaka yang akan datang.40

Da’i atau da’iah dalam menyampaikan dakwahnya baik melalui lisan maupun tulisan harus sesuai degan materi yang akan disamapaikannya pada mad’u, untuk menjalankan perintah Allah SWT.

d. Tujuan Dakwah

40

Amarullah Ahmad, ed, Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M 1985), Cet, ke-1, h. 300


(40)

Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.41

Sedangkan tujuan dari kegiatan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara, dan berantara negara. Dakwah juga bertujuan memanggil, kepada fungsi hidup, sebagai hamba Allah, diatas dunia terbentang luas ini yang berisikan manusia sebagai jenis dan bermacam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada ‘ala an-nas,menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.42 Syekh Ali Mmahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara yaitu:

1. menyiarkan tuntunan Isalm, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2. memindahkan hati dari kesadaran jelek kepada kesadaran yang naik. 3. membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum

muslimin.

4.menolak faham ateisme, dengan mengimbangi dengan cara-cara mereka bekerja.

5.menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khutafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu usulluddin.43

41

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 33

42

M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani press, 1999), Cet. Ke-1, h. 70

43

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 34


(41)

Selain itu dakwah juga bertujuan untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan, ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerangan agama.44

Menurut M. Bahri Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif, tujuan dari kegiatan dakwah terbagi dari dua tujuan, yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

1. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek dari kegiatan dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam, maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan perbuatan yang munkar dan jahat.45

2. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan panjang dari kegiatan dakwah ialah: untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat, sikap yang dimaksud adalah prilaku-prilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya membawa kepada kemudharatan dan mengganggu ketentraman masyarakat lingkungannya.46

Tujuan dakwah menjadi tujuan utama (jangka panjang) dan tujuan perantara (jangka pendek). Yang dimaksud tujuan utama (jangka panjang) yaitu terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan perantara (jangka pendek) yaitu nilai-nilai yang dapat

44

Arifin,M, Ed, PsikologiDakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 34.

45

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, ke-1, h. 5

46


(42)

mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah masing-masing sesuai dengan segi atau bidangnya

Dari uraian-uraian tujuan dakwah diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan yang ideal yang ingin dicapai oleh dakwah Islam adalah menuntun manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di dunia maupun diakhirat dan terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika hidup maupun mati. Untuk memperoleh semua ini, manusia membutuhkan pedoman yang akan menuntun kehidupan mereka.

e. Metode Dakwah

Dari segi bahasa “metode” berasal dari kata yaitu”meta” (melalui) dan”hodos”(jalan,cara).47 Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut Thariq.48

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan

47

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1. h.61

48

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35


(43)

untuk mencapai tujuan tertentu.49 Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang untuk mencapai suatu maksud.

Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat An- Nahl ayat: 125:

gh i*+, -f/e j)k)l +m n

U)&p =V m U#S 0" )&=

U U =V q W= G )7

5 r\ msn Q i>?

-)ltm n NQu +2 0 )& m>/ v 0

w e j)kq NQ u +2 0

;J G E W &= m vx f

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl: 125).

Pada ayat tersebut terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam berdakwah yaitu:

1. Metode Al-Hikmah “Kebijaksanaan atau Adil”Yaitu suara cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan kebijaksanaan, sikap kasih sayang dan proporsinya.

2. Metode Mau’idzhatil Hasanah “Nasihat yang Baik”

Yaitu suatu cara penyampaian pesan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik atau memberikan peringatan, kata-kata ucapan atau teguran yang baik dan tidak menyinggung perasaan mad’u sehingga mad’u tidak merasa dipaksa dalam menerima pesan-pesan dakwah.

49

Wardi bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997) h. 34


(44)

3. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan “Berdebat, berdiskusi” Yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.50

Dari ketiga metode di atas dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan implikasinya yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka dari ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi keberhasialn dakwah ditunjang dari seperangkat syarat baik dari pribadi da’i subyek dakwah ataupun lainnya.

Selain metode-metode di atas ada juga metode-metode lain yang dapat dipadukan dengan metode-metode yang telah digariskan dalam surat An-Nahl tadi, yaitu seperti:

1. Metode Ceramah ( Retorika Dakwah )

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampaye, berpidato (retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.51

50

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN BHD, 1999), Cet ke-1, h.28-30

51

Asmuni, Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104


(45)

Metode ceramah sebagai salah satu metode atau teknik berdakwah tidak jarang digunakan da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya dan terbilang usaha tersebut akan efektif dan tepat bilamana:

a. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak.

b. Penceramah (da’i) orang yang ahli berceramah dan berwibawa.

c. Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum’at, hari raya.

d. tidak ada metode lain yang dianggap paling sesuai dipergunakan.52

Metode ceramah dapat disebut sebagai metode dakwah tradisional dimana seorang da’i mendominasi situasi, jadi semua kendali dipegang oleh da’i dan audiens hanya menjadi pendengar saja tanpa ada kesempatan untuk berkomentar. Jadi materi yang diberikan oleh seorang da’i tidak ada timbal balik dari mad’unya. Metode ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar. Kelebihan metode ini antara lain adalah dalam waktu singkat dapat dicapai materi sebanyak-banyaknya, sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan lagi psikologis jamaahnya, maka ceramah dapat bersifat membosankan.

2 Metode Tanya-Jawab

52


(46)

Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’inya penjawabnya. 53

Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga dilakukan disaat Rasullah SAW.

Berdasarkan bentuk-bentuknya penyampain metode dakwah dapat dikelompokan dalam tiga katagori, yakni:

a. Bi al-Lisan

Dakwah bi al-lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan melalui lisannya, metode ini sangat umum digunakan oleh para da’i di dalam ceramah, pidato, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain.

b. Bi al-Hal

Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bi al-hal dapat dilakukan misalnya dengan tindakan nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan Rumah Sakit atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kemaslahatan umat.

c. Bi al-Qalam

53


(47)

Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dakwah ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata sehingga penerimaan dakwah tersebut akan tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi maksud yang terkandungnya di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin maupun lewat internet.54

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari segi cara, jumlah audien dan cara penyampaian.

Metode dakwah dari segi cara, ada dua macam:

a.Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum. Dalam cara ini da’i aktif berbicara, sedangkan komunikan pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah (one way communication).

b.Cara modern, termasuk di dalamnya adalah diskusi, seminar dan sejenisnya dimana terjadi komunikasi dua arah (two way communucation).

Metode dakwah dari segi jumlah audien, ada dua macam:

a. Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap orang secara langsung.

54

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 39


(48)

b. Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.55

f. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah, media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 56

Dalam kamus istilah komunikasi, “media” berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikasi jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Adapun bentuk dan jenisnya beraneka ragam.57

Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik.58

Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, disatu sisi media bisa menjadi sarana

55

Ibid h. 40 56

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 163

57

Ghazali BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227

58

Asmawi, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 11


(49)

penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun disisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.59

Berdasarkan pengertian di atas, maka media dakwah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang (material), orang,tempat kondisi tertentu dan sebagainya.60

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi-materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, Radio, kaset rekaman, majalah, surat kabar, dan yang seperti disebut di atas, termasuk melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam berbagai sektor kehidupan.

Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ada beberapa media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah diantaranya:

a. Lembaga- lembaga pendidikan formal b. Lingkungan keluarga

c. Organisasi-organisasi Islam d. Hari-hari besar Islam

e. Media massa (radio, televisi, film, buku, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain).

59

Alex Sobur, analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2001), h. 30.

60

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 176


(50)

f. Seni budaya (musik, drama sastra, wayang kulit, dan lain-lain).61

Menurut Hamzah Ya’qub media dakwah diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu:

a. Lisan, merupakan media yang paling mudah mempergunakannya lidah dan suara.

b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi da’i dan mad’u.

c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik. d. Audio Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan

pendengaran mad’u.

e. Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku da’i.62

Peranaan atau kedudukan media dakwah sangat penting dalam menunjang tercapainya tujuan dakwah. Hal ini dikarenakan media dakwah merupakan suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media sangat sulit mencapai hasil yang maksimal.63

Pengertian yang di atas menunjukan bahwa materi dakwah adalah suatu yang penting dalam penyampai dakwah yang akan di sampaikan

61

Ibid, h. 179 62

Hamzah Yakub, Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Ledership (Bandung: CV Diponogoro, 1982), h. 13

63


(51)

oleh seorang da’i kepada sasaran dakwahnya, yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam atau Agama dalam mensiarkan ajaran Allah menuju jalan yang lurus.

3. Landasan Hukum Dakwah 1. Hukum Dakwah

Hukum yang selalu menjadi pegangan dan elaksanaan pada masyarakat, oleh karena itu masyarakat sadar atau tidak sadar hukum adalah suatu yang tidak bisa dihindari, hukum apapun hukum apapun konsekuensinya apabila melaksanakan ataupun melanggarnya hukum tersebut. begitu jugaa hukum dakwah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits.

Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib hukumnya, ada yang berpendapat wajib “a’in” artinya seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib melaksanakannya dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib “kifayah” artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja seluk beluk agama Islam.64

Tentang kewajiban dakwah ini, Syekh Muhammad Abduh, cenderung kepada pendapat dakwah itu wajib “a’in” hukumnya dengan alasan bahwa huruf “lam” yang terdapat pada kalimat “waltakim”mengandung makna perintah yang sifatnya mutlak tanpa

64

Syamsuri Siddik, Dakwah dan Teknik Berkhutbah , (Bandung: PT. Al-Ma’arif ,1981) h. 12


(52)

syarat, sedangkan huruf “min” yang terletak pada kalimat “minkum” mengandung makna “lilbayan” yang bersifat penjelas, menurut beliau seluruh umat Islam dengan ilmu yang dimilikinya betapapun minimnya, wajib mendakwahkan kepada orang lain, sesuai dengan ilmu dan kemampuan yang ada padanya.65

Selanjutnya Fand Makruf Noor, menyatakan alasan lain yang menetapkan hukunm dakwah fardu “a’in” memberikan penjelasan kata “minkum” itu sebagai “baynah” (penjelas) dan”taukid” (menguatkan) terdapat kata “waltakun”.66

Seperti dalam Firman Allah tentang hukum dakwah dalam surat At-Taubah ayat 122

. Peryataan yang mengatakan dasar hukum berdakwah adalah memang tidak diragukan lagi, yang menjadi persoalannya ketentuan wajib itu. Ada sebagian ulama mengatakan waji “a’in” dan ada juga yang mengatakan “fardhu kipayah”. perbedaan ini berkisar pada penafsiran “min” pada ayat “minkum” yang terdapat pada surat Al-Imran ayat 104. Dengan kedua pendapat tersebut . Hafi Ansori dalam risalahnya mengemukakan bahwa kedudukan hukum berdakwah dapat digolongkan kedalam 2 ( dua ) pandangan:

1. Fardhu kipayah, maksudnya kewajiban dakwah dapat dilakukan oleh sebagian orang saja, atau apabila sekelompok orang telah melakukan, maka sudah mewakili yang lainnya.

65

Ibid, h. 13 66

Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah,(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981) Cet. Ke-1, h. 7


(53)

2. Fardhu ‘ain, maksudnya bahwa aktivitas dakwah menjadi kewajiban setiap individu dari umat Islam dan kewajiban tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan posisi masing-masing.67

Dari penjelasan di atas maka hukum dakwah ada yang mengatakan wajib setiap muslim tanpa di batasi ilmunya ada juga kewajiban individu muslim dengan alasan kewajiban umat Islam yang memiliki keilmuan dan ada juga kewajiban fardu ‘ain dan kifayah dan apabila tidak melakukannya berdosa.

67

Hafi Anshori, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) Cet. Ke-1, h. 66-68


(54)

BAB III

SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR

A. Riwayat Hidup Dra. HJ. Lutfiah Sungkar

Dra. Hj. Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iyah yang berkebangsaan Indonesia dari keturunan bangsa Arab. Beliau adalah putri ke lima dari delapan bersaudara yaitu Zaenab, Samahah, Mark Sungkar, Rasyid Sungkar, Nadjib Sungkar. Sedangkan kedua orang beliau yaitu, Fatimah dan Ali Sungkar (almarhum). Beliau dilahirkan di Solo Jawa Tengah, tanggal 12 Juni 1947. Pada saat ini beliau tinggal di Komplek Larangan Indah, Jl. Mawar Raya, Blok III 1 A Ciledug, Tangerang.

Beliau berumah tangga dengan H. Hasan Ali, dikaruniai Lima buah hati tercinta yaitu, Riza, Shelly, Helmi, Faizah Deana, Noufel. Dan diberkati Lima Belas cucu diantaranya; Fania Reza, Faris Munir, Nabil Munir, Farhan Helmy, Syukriah Helmy, Sarah Munir, Khadijah Munir (Almarhumah), Rahilla Munir (Almarhumah), Chalid Ali, Yusuf Nofel, Kamila Munir, Fauzan Riza, Alisha Munir, Yasmin Nofel, Nabila Riza, Hamzah Riza, Syafik Helmy.68

Pada masa usia kecilnya, Ibu Hj. Lutfiah Sungkar tidak jauh berbeda dengan kebanyakan anak-anak pada umumnya. Seperti, bermain

68

Hasil Wawancara Hj. Lutfiah Sungkar, pada tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug.


(55)

tebakan, hitung-hitungan, dan lain sebagainya. Namun Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai kelebihan yang sedikit dimiliki kebanyakan teman-temannya yang lain seperti: hobbi membaca Al-Qur`an, Hadits, dan buku-buku Islami. Kegemaran beliau dalam membaca dan menulis masih eksis sampai beliau menjadi seorang da`iyah seperti sekarang ini.

Ibu Hj. Lutfiah Sungkar biasa dipanggil Fifi oleh teman-temannya sewaktu masih kecil. Beliau dikenal sebagai anak yang sangat lucu dan pintar hal ini diungkapkan beliau. Dengan memiliki sifat seperti itulah akhirnya beliau disukai oleh kebanyakan teman-temannya.69 Sedangkan pendidikan yang diberikan pihak keluarganya kepada beliau adalah pendidikan agama yang sangat luar biasa yaitu, dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Sifat demokratis adalah salah satu cara yang selalu ditanamkan oleh pihak keluarganya kepada beliau. Hal ini didasarkan atas kedisiplinan ilmu yang dimiliki keluarga beliau.

Ibu Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk menjadi seorang yang sukses dalam segala bidang ilmu pengatahuan. Terutama ilmu tentang jalan mencapai Ridha Allah, dan melakukan hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama. Tanda-tanda hal seperti inilah telah terlihat semenjak beliau masih usia anak-anak. Banyak aktifitas yang beliau lakukan semasa masih sekolah diantaranya, membaca buku-buku agama, umum, menulis, dan membaca Al-Qur`an.70 Hal ini di pertegaskan oleh anak kandungnya sendiri yaitu Shelly. Yang sekarang bekerja sebagai asisten Hj. Lutfiah Sungkar. Dalam wawancara penulis dengan Shelly mengatakan,

69 Ibid 70


(56)

“Semasa mudanya beliau sering sekali mengisi berbagai aktivitas diantaranya yaitu, dengan menuntut ilmu dan mengaji. Setelah beliau pulang dari sekolah formal, beliau langsung melanjutkan aktivitasnya yang lain yaitu mengaji. Hal itu juga dirasakan saya sewaktu dulu masih kecil”.71

Kegiatan beliau seperti itu masih terus berlanjut sampai akhirnya beliau berumah tangga. Hal inilah yang membuktikan konsistensi beliau dalam menuntut ilmu patut kita semua tiru. Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa pada masa mudanya beliau sangat rajin menuntut ilmu bahkan, sampai sekarang. “Kita jangan berhenti dan bosan dalam menuntut ilmu”(Hj. Lutfiah Sungkar).72

Kalau dilihat dari silsilah (keturunan) orang tua beliau adalah orang yang berpendidikan dari keturunan Bangsa Arab. Sebagai keturunan dari Bangsa Arab, tentunya sangat disiplin sekali dalam mempelajari ilmu-ilmu agama. Dalam mengembangkan dan memajukan ajaran agama Islam. Pendidikan yang diberikan orang tuanya menjadikan beliau seorang yang selalu prihatin dan peduli kepada keadaan disekelilingnya. Oleh karena itu, beliau sangat di kenal dengan sosok pekerja keras dan pantang menyerah dalam mempelajari ilmu-ilmu keagaman khusunya.73

71

Hasil wawancara penulis bersama Selly ( anak Hj Lutfiah Sungkar) pada tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug.

72

Analisis Penulis Berdasarkan Observasi dan Wawancara, pada tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug.

73 Ibid


(57)

Sosok pribadi beliau yang dikenal dengan kepribadiannya yang teguh dan kuat, akhirnya mendapat restu dan dukungan dari pihak keluarganya. Oleh karena itu, pernyataan yang sempat beliau di ungkapkan bahwa, “Cita-citanya memiliki arti yang sangat mulia”. Selain itu juga, beliau termotivasi dari mantan suaminya, H. Hasan Ali, yang juga merupakan seorang da’i yang berlatar belakang mempunyai ilmu agama yang tidak jauh berbeda dengan keluaga beliau sendiri. Akan tetapi cita-cita beliau dan yang diiringi dengan semangat tinggi, terkadang merasa kelelahan sebuah perjuangan yang beliau hadapi. Tetapi dengan sifat sabar dan pantang menyerah yang beliau miliki, akhirnya semuanya berjalan lancar dan berserah diri kepada Allah untuk diberikan jalan keluarnya.

B. Pendidikan dan Karya-Karya Dra Hj Lutfiah Sungkar 1.Pendidikan Dra. Hj Lutfiah Sungkar

Hj. Lutfiah Sungkar dibesarkan di kota Solo Jawa Tengah. Setelah tamat sekolah dasar ( SD) di Al-Irsyad di kota Solo Jawa Tengah, beliau melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), di Al-Irsyad Solo Jawa Tengah. Akhirnya beliau melanjutkan keperguruan tinggi Assafi’iyah Jakarta, di Fakultas Dakwah. Semasa berada dibangku mahasiswi beliau sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra kampus seperti, Lembaga Dakwah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.74

Setamatnya dari perguruan tinggi Assafi`iyah Jakarta, beliau melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo. Disanalah beliau benar-benar belajat

74


(1)

T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Menurut saya cukup konkrit, saya senag tapi kan kalau masalah ilmu itu saya tidak sempurna dari satu orang tidak bisa . Mungkin kalau ustadzah pinter berdakwah mungkin yang lain pinter sesempurna dimana gitu, jadi tidak mungkin ada kesamaan antara ustad ini sama ustad ini, disinih kita hormati kekurangan orang.

T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Banyak ilmunya, jadiakan Allah memang mencintai orang-orang yang alim. T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj

Lutfiah Sungkar?

J : Ya, kan kita dalam kehidupan sehari-hari banyak kekurangan kalau di TV-TV lain atau masalah-masalah yang lain butuh penerangan dan banyak kejadian macem-macem, jadi disinih saya mendapatkan keterangan dari ilmu ustadzah yang di sampaikannya. Begitu.


(2)

Interviewee : Rital

Interviewer : Odah Jubaedah

Tempat : Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug

Hari / Tanggal : Sabtu 14 juni 2008

T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar? J : Ya, untuk memperbaiki diri, mencri tau apa yang tidak menjadi tau, kan,

tujuan kita untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah beriman apa yang telah Allah katakana, jadi pada hakikatnya kita di ciptakan untuk beribadah karena banyak kekurangan-kekurangan jadi kita ikut pengajian-pengaajian ini hanya untuk memperbaiki diri dari yang tidak tahu memjadi tahu.

T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Ya, ..sangat menyukai karena begitu eksplisit, jelas, gamblang, saya menyukai karena mudah sekali untuk diresapi oleh otak kita,

T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Waah, cukup baik dan bagus juga positif, beliau adalah serang ustadzah yang

banyak berperan dalam bidang dakwah, mungkin suatu saat ada Lutfiah Sungkar-Lutfiah Sungkar yang akan datang. Seperti itu.


(3)

J : Ya, masuk diakal, jelas, tadi gamblang, jelas selalu berdalil dari Al-Qur’an jadi ga ada keraguan sama sekali, tiadak ada keraguan karena, pokoknya seneng deh! ikut pengajian ini.

T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Cukup, gamblang, kalau nerangin, enak everything befress tidak pernah menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits, jadi kita srek dan mantep untuk mengikutin ini, kenapa mantep dan srek karena berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bukan berdasarkan apa-apa atau yang lainnya. Gitu Loh….

T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Peranannya, ya, bagus. Cukup aktif bagus euh….karena sekarang kurang karena udah ga ada di TV ga ada di Radio jadi harus banget ngikutin atau dengerin, kalau dulu ka nada di TV ada di Radio jadi mudah sekali di dapat dan terjadi waktu tinggal ctrek ada, sekarang tidak terjadwal untungnya ada di rumah beliau, kalau tidak ikut kita rugi-rugi banget.


(4)

Interviewee : Sofiah

Interviewer : Odah Jubaedah

Tempat : Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug

Hari / Tanggal : Sabtu 14 juni 2008

T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar? J : Euh….satu untuk menambah wawasan dan ilmu, karena dengan ilmu kan “nur”

cahaya di hati kita menambah wawasan dan ilmu mudah-mudahan berharap dari ilmu ini bermanfaat tanpa ada yang tidak di inginkan.

T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Saya, suka sekali, karena mengambilnya cuma dari Al-Qur’an karena itu pedoman hidup adalah Al-Qur’an,

T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Tentang figure ustadzah , menurut saya nie…pribadi saya, dia memang

orangnya , apa istilahnya? bertanggung jawab untuk agamanya dia memberikan apa yang diberikan Allah , diberikan untuk manusia lain, manusia biasa seperti saya mungkin, lebih bermanfaat untuk ilmunya supaya bermanfaat begitu.


(5)

J : Pandangan menurut saya, yaitu: memang bagus ya…waktu isi penyampainya berkesan menurut saya karena semuanya yaitu kembali dari Al-Qur’an dan Hadits tidak menyeleweng dari itu jadi itu yang saya sangat sukai, karena kita semua ditinggalkan oleh Rasullah ada dua pesan yaitu Al-Qur’an dan Hadits Rasullah, nah….jadi yang disampaikan ustadzah memang betul, itu yang di amanatkan oleh Rasullah.

T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Sosok ustadzah memang patut untuk kita tiru dan banggakan karena beliau orangnya, bagus dan pintar juga banyak ilmunya yang di dapat, lagi-lagi beliau ceramah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Begitu.

T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?

J : Dakwahnya, ya….sebetulnya bukan apa-apa ya…itu satu, memang berkewajiban menyampaikan dakwah, ini wajib bagi manusia siapa saja, terutama bagi diri saya juga, bu Lutfiah juga, itu wajib menyampaikan apa yang di punya wajib menyampaikan apa yang diberikan oleh Allah, itu istilahnya bukan mencari seperti, apa namanya ? itu, mencari pujian orang, manusia, pujian siapa pun pujian hamba-hamba Allah yang apa beliau tidak di inginkan dan dipuji, tapi menyampaikan karena Allah semata-mata untuk ilmu bermanfaat dan menyampaikan kebenaran dan yang datang dari Allah SWT.


(6)