Biografi Ustadz Ahmad Gozali

BAB III BIOGRAFI USTADZ AHMAD GOZALI

DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM MI FTAAHUSSA’ADAH

A. Biografi Ustadz Ahmad Gozali

Ustadz Ahmad Gozali lahir di kota Bawang yakni Brebes, bertepatan pada tanggal 8 Agustus 1963, Brebes terkenal dengan bawang dan telurnya. Ayahnya bernama Wasbani dan ibunya bernama Sudanah itu adalah nama ciri khas Jawa terdahulu dan beliau memiliki saudara kandung berjumlah 13 orang. 1 Sejak usia SD beliau dianugerahi oleh Allah SWT tampil beda dengan umumnya anak-anak pada saat itu sejak usia SD kelas 4 sampai kelas 6, beliau termasuk di antar kategori anak yang rajin mengaji bahkan di saat itu di dalam hatinya sudah tertanam rasa mahabbah terhadap agama, mahabbah terhadap guru-guru agama dan mahabbah terhadap para ulama. Atas dasar mahabbahnya terhadap agama itu mendorong di dalam hatinya “sayalah dakwah” yaitu dakwah Bil Hal. Apa bukti dari dakwah Bil Hal itu? Masa kecil beliau habiskan di masjid, antara rumah beliau dengan masjid berkisar hampir 1 kilo, beliau tinggal di masjid tersebut, tidur di masjid hamper bertahun- tahun. Sisa-sisa waktu setelah ibadah sholat beliau mengabdikan diri untuk bakti kepada orang tua dengan membantu ke sawah, yaitu menanam bawang atau padi 1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Gozali, Serpong, 12 juli 2010 40 sampai ashar, dan pagi-paginya beliau berjualan bawang begitulah sampai sekolah SD selesai. Setelah selesai SD, beliau mengikuti ujian untuk masuk SMP, dan beliau mendapat rengking 1 tapi orang tua tidak mendorong, tapi dorongan itu dating dari teman- teman beliau, tapi bibenak hati beliau “saya harus pesantren” dan keinginan serta dorongan dari teman-teman beliau batalkan. Beliau nunggu 1 tahun agar berangkat ke pesantren tapi tidak jadi berangkat, kemudian nunggu satu tahun lagi tapi tidak berangkat juga. Tapi di dalam hatinya terdorong agar segera berangkat karena rasa inginnya beliau mempunyai ilmu agama yang tentunya berguna bagi diri sendiri, keluarga dan umat. Karena rasa mahabbahnya terhadap ilmu agama Ustadz Ahmad Gozali bersilaturrahmi ke rumah pamannya yang bernama Tauhid, di Kebon Jeruk agar mendapat dukungan agar dapat belajar di Pesantren kemudian paman beliau mengizinkan. Lalu beliau sebelum pergi ke Pesantren, beliau pergi ke Jakarta terlebih dahulu tanpa meminta izin kepada orang tua, karena pada saat itu pasti tidak di izinkan dan apakah itu bertentangan dengan agama? Tentu tidak karena beliau berpegang kepada hadits Nabi yang berbunyi “ kalau tidak menurut kepada orang tapi itu tidak bertentangan dengan maksiat kepada Allah itu boleh” dengan berpegang teguhnya beliau kepada hadits tersebut beliau dengan BISMILLAH beliau tetap berangkat. Kehidupan keluarga beliau adalah termasuk keluarga yang sangat sederhana dikhawatirkan apabila beliau di Pesantren orang tua tidak bisa membiayai, tapi tetap berangkat, di Jakarta beliau membantu pamannya yang bergerak dibidang warteg selam 4 bulan beliau membantu pamannya dan mendapat upah untuk biaya berangkat ke Pesantren yaitu Pesantren Tanfidzul Ahkam di Rangkas Bitung Banten pada tahun 1981. 2 Di Pesantren beliau tidak mempunyai biaya di sana beliau mengkondisikan diri menjadi pelayan Kiayi dalam arti Khodimul Ulama. Dan sekitar 1 tahun setengah beliau pindah ke Al-Fadlu Wal fadhiilah di Kali Wungu Semarang, kira-kira 2 tahun orang tua beliau datang dan meminta beliau pulang untuk membantu orang tua di rumah, beliau menangis pada saat itu tapi beliau punya prinsip untuk berbicara kepada orang tua, beliau meminta diberi kesempatan untuk diizinkan belajar di Pesantren agar dapat membuahi sebuah harapan untuk orang tua dan harapan untuk umat itulah prinsip yang beliau pegang. Pada saat itu beliau berbicara kepada orang tuanya, “bapak ibu kalau seandainya saya pulang bersama bapak dan ibu hari ini bukannya saya tidak mau, saya berfikir kalau seandainya saya pulang membantu bapak dan ibu selama bertahun-tahun tapi tidak kaya jadi yang menjadi korban adalah anak. Anak tidak punya ilmu, tapi kalau seandainya saya belajar di sini Insya Allah akan membuahi sebuah harapan yang tentunya berguna bagi diri sendiri, keluarga dan umat Insya Allah” kemudian orang tua beliau mengizinkan beliau untuk menuntut ilmu. Kemudian beliau dianugerahi oleh Allah yaitu ketika pindah dari Banten ke Semarang beliau SP 2 tahun, Tsanawiyah 3 tahun, Aliyah 3 tahun, kemudian 2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Gozali, Serpong, 12 juli 2010 Tahassus 2 tahun, pada waktu Tsanawiyah beliau sudah menjadi Rois Ilmu Shorof, ketua kelas dan Rois Imriti. Pada tahun ke 3 beliau masih menjadi ketua kelas dan Rois Al fiyah di Pesantrennya, dan diangkat menjadi ketua Jam‟Iyyah. 3 Pada saat itu ada salah satu Ustadz berbicara kepada beliau bahwa di dalam diri beliau ada jiwa kepemimpinan. Dan sepulangnya dari Pesantren beliau menuju Jakarta, mengikuti paman beliau, dan paman beliau menyuruhnya tinggal di Tajuk. Di Tajuk ada sebuah makam yaitu makam Syeikh Tubagus Athib bin Tirtayasa bin Hasanuddin bin Syarif Hidayatul Ihwan beliau 7 hari di sana. Kemudian setelah dari Tajuk orang tua beliau mengenalkan beliau dan mempertemukan beliau kepada tokoh ulama Serpong yaitu KH. Basuni di Ahwanah Serpong. Setelah di Ahwanah beliau dikenalkan kepada masyarakat dan berkembanglah beliau di antaranya mengajar mengaji anak-anak di Serpong tepatnyya di Cilenggang kemudian mengajar di Setu Tangerang di Sekolah Madrasah Diniyah dan berbagai macam usaha yang beliau lakukan yaitu berjualan minyak dorong, berjualan rokok di pasar serpong, dan berjualan bawang ketika sedang mencari modal ada seorang bos yang memodalkan kepada beliau uang sebesar Rp1.500.000 rupiah. Kemudian beliau dari bribes membawa bawang dari 2 ton bahkan sampai 3 ton, dan dijual sampai habis di pasar Serpong tersebut. Karena usaha yang dijalani beliau berkembang terus kemudian beliau mau dijodohkan dengan anak bos yang telah memodali beliau tadi agar usaha yang dijalani dapat dikerjakan bersama-sama dan lebih berkembang, karena ada perasaan ragu 3 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Gozali, Serpong, 12 juli 2010 dalam hatinya beliau menceritakan hal tersebut kepada gurunya KH. Basumi, karena KH. Basuni tidak menganjurkan beliau disuruh menghindar, beliau diajak oleh KH. Basun i kursus Qira‟ah Sab‟ah di Cisauk Tangerang di situlah beliau kursus dengan gurunya, karena di situ beliau tidak mempunyai bekal, beliau kembali menjadi marbot masjid, di masjid Cibadak Suradita Cisauk kembali seperti masa kecil dulu. Agar beliau mendapat simpati gurunya beliau berusa mengambil hati gurunya apapun yang akan dikerjakan oleh gurunya beliau bergegas untuk mengerjakan pekerjaan itu sebelum gurunya dan disitulah beliau mendapat jodoh, dan beliau menikah dengan istrinya yang bernam Siti Jamilah. Ketika itu beliau tinggal di Cibadak Suradita Cisauk, dan oleh lurah Setu beliau di minta untuk tinggal di Setu yakni untuk membina anak-anak dan masyarakat di Setu lalu beliau diberi izin oleh gurunya dengan niat untuk membawa amanah dakwah Ilallah, dan dari situlah beliau merintis dari pengajian anak-anak, yang awalnya hanya sedikit lalu berkembang sampai mencapai 200 anak dan masih berkembang sampai sekarang. Kemudian Ustadz Ahmad Gozali membuka pengajian pemuda yang metodenya adalah Tadarus Al- Qur‟an yang bernama pengajian Al-Mukhlisin dan pengajian itu bergilir dari rumah ke rumah, selain tadarus beliau memberikan pelajaran Fiqih dan pelajaran-pelajaran yang lainnya. Setelah pengajian anak muda berkembang Ustadz Ahmad Gozali membuka pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Setelah lima tahun beliau mulai berjalan mengajar dari Majlis Ta‟lim-Majlis Ta‟lim lainnya seperti di Kedemangan, Muncul, Serpong dan lain-lain. Dan termasuk daerah-daerah yang mempercayai diri beliau, dan dari situlah khutbahpun mulai berjalan. Pada saat beliau mengaji di Masjid Agung Al-Mujahidin datanglah seorang pengurus masjid membawa seorang anak, anak itu berasal dari Lampung yang kira- kira usianya sekitar usia SMP. Anak itu ingin belajar mengaji tapi dengan siapa dan di mana dia tidak mempunyai biaya karena dia sudah tidak mempunyai orang tua. Dan dating pula anak dari Cirebon bercerita pengalaman hidupnya sama seperti yang telah diceritakan anak yang dari lampung. Ustadz Ahmad Gozali berkata kepada 2 anak tadi “kalian tetap di sini dan belajar mengaji bersama saya” anak tadi tersebut adalah anak asuh yang pertama karena mereka adalah sejarah historis cikal bakal nya Pesantren. Dan mereka sekarangpun sudah mengajar ke mana-mana. Kemudian berlanjut dan mulai berdatangan anak-anak asuh beliau selanjutnya. Ada yang berasal dari Balaraja, Kerawang, Bogor dan sebagainya, lalu berkumpullah dari 10 sampai 35 anak asuh kadang surut dan kadang bertambah, lalu datanglah anak yatim dan dhuafa, karena pada waktu itu beliau belum mempunyai lembaga dan institusi para anak asuhnya pun tinggal satu rumah dengan beliau, biaya untuk kehidupan sehari-hari beliau membuat usaha membudidayakan rempeyek dan keripik dan berkembang. Kebutuhan pribadi, kelurga dan anak-anak terkaper dengan usaha itu. Dari situlah hati masyarakat mulai terbuka dan mulai berdatangan untuk bersilaturrahmi saliang membantu, dan masyarakat berkata inilah potensi dan perlu dikembangkan dan dari sebagian ada yang mengusulkan untuk mendirikan Pesantren, yaitu salah satu pendiri yayasan yang bernama Habib Ali Alwi bin Thohir. Kemudian beliau meminta kepada teman-temannya meminta sumbangsih pemikiran , mereka sepakat menyetujui karena yayasan tersebut bukan untuk kepentingan pribadi tapi kepentingan untuk kemaslahatan umat. Dan dibangunlah sebuah yayasan pada tahun 1993, yang diberi nama Pondok Pesantren As- Sa‟adah yang di dalamnya ada SMP, Madrasah Mu‟alimin dan Majlis Ta‟lim Miftaahussa‟adah, dan Majlis Ta‟lim Tomboati dan sebagainya. Dan mudah-mudahan berguna untuk kepentingan umat. 4

B. Aktivitas Dakwah Ustadz Ahmad Gozali