Distribusi pengetahuan pelayanan kefarmasian dan apoteker

3.3 Distribusi pengetahuan pelayanan kefarmasian dan apoteker

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tabel 3.2 Distribusi pengetahuan pelayanan kefarmasian dan apoteker No Distribusi pengetahuan pelayanan kefarmasian dan apoteker Jumlah = 97 1 Apakah saudara tahu apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian? a. Ya 75 77,32 b. Tidak 22 22,68 Total 97 100 2 Apakah saudara tahu siapa itu apoteker? a. Ya 85 87,63 b. Tidak 12 12,37 Total 97 100 Tabel 3.2 menggambarkan bahwa masih ada tenaga kesehatan yang tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian 22,68 dan siapa itu apoteker 12,37. Dalam melakukan upaya pengobatan sehari-hari seorang tenaga medis selalu berkaitan dengan pelayanan obat dalam mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit pasien. Pelayanan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang membutuhkan suatu keahlian dalam melaksanakannya. Tatanan yang ada adalah tenaga yang diposisikan untuk menangani pekerjaan kefarmasian adalah tenaga kefarmasian. Universitas Sumatera Utara Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan kepada masyarakat di puskesmas secara garis besar terdiri dari pelayan medik dan pelayanan farmasi. Pelayanan medik meliputi upaya preventif pencegahan, kuratif pengobatan, promotif peningkatan kesehatan, dan rehabilitatif pemulihan kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang yang membantu pelayanan medik mencapai tujuannya melalui penyediaan obat yang bermutu, tersedia dalam jumlah yang cukup, serta mudah didapat dengan harga terjangkau Dinkes, 2000. 3.4 Distribusi pendapat responden tentang siapa petugas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Dari empat puskesmas yang disurvei seluruhnya memfungsikan asisten apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di puskesmas. Ini sejalan dengan hasil survei yang dilakukan bahwa seluruh responden memilih asisten apoteker yang menjalankan pelayanan kefarmasian di puskesmas. Ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Distribusi pendapat responden tentang siapa petugas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Distribusi pendapat responden tentang siapa petugas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas Jumlah = 97 Asisten Apoteker 97 100 Perawat Tenaga Kesehatan Lain Menurut PP No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, asisten apoteker adalah tenaga teknis kefarmasian yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjan kefarmasian. Universitas Sumatera Utara Adanya paradigma baru dimana pasien harus dilayani langsung oleh apoteker untuk mendapatkan obat dan informasi yang diperlukan oleh pasien agar pasien mengetahui dengan tepat cara penggunaan obat serta informasi lainnya yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini berarti apoteker harus berada di fasilitas pelayanan kefarmasian untuk memberikan pelayanan yang tidak dapat digantikan oleh asisten apoteker Harianto, 2005. 3.5 Distribusi pendapat responden tentang ketersediaan obat di puskesmas dalam memenuhi kebutuhan pasien Ketersediaan obat di puskesmas merupakan salah satu faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasien untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal. Tabel 3.4 Distribusi pendapat responden tentang ketersediaan obat di puskesmas dalam memenuhi kebutuhan pasien Menurut saudara apakah obat yang tersedia di puskesmas dimana saudara bekerja telah dapat memenuhi kebutuhan pasien? Jumlah = 97 a. Dapat memenuhi 54 55,67 b. Tidak dapat memenuhi 43 44,33 Berikut ini ditampilkan distribusi pendapat responden tentang ketersediaan obat di puskesmas dalam memenuhi kebutuhan pasien dalam bentuk grafik gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1 menunjukkan bahwa menurut responden obat yang tersedia di puskesmas sudah dapat memenuhi kebutuhan pasien dimana persentasenya mencapai 55,67. Tersedianya kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar tidak terlepas dari sistem pengelolaan obat yang baik. Pengelolaan obat meliputi kegiatan fungsi seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang disampaikan, ketepatan tempat penyampaian, ketepatan waktu penyampaian, jaminan mutu obat dan ketepatan nilai perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta ketepatan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan dasar BPOM, 2001. Peningkatan kesejahteraan di bidang kesehatan dapat diupayakan melalui tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, penyediaan obat-obatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat Dinkes, 2000. Universitas Sumatera Utara

3.6 Distribusi pendapat responden tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas