Prosedur Penetapan Dan Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Casavera. 2008. Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pajak. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2007, tentang perubahan Ketiga atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan.

Fidel. 2008. Pajak Penghasilan. Jakarta: KKPF-SMART

Ilyas, Suhartono. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Mardiasmo. 2009. Perpajakan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Andi Offset.

Pandiangan, Liberty. 2002. Pemahaman Praktis Undang – Undang Perpajakan

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Suandy, Erly. 2009. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.


(2)

BAB III

URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak

Menurut Andriani dalam Pandiangan (2002:1) Pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang dapat terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat langsung ditujukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Menurut Soeparman Soemahamidjaya dalam Suandy (2009:9) Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum guna menutupi biaya produksi barang - barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Rochmat Soemitro dalam Waluyo (2010:3) Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang - Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.


(3)

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

5. Pajak dapat pula menpunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

1.1 Fungsi Pajak

Pajak yang dikenakan kepada masyarakat dalam Fidel (2008:3) mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu :

a. Fungsi Finansial (Budgeter)

Fungsi pajak adalah untuk mengumpulkan dana yang diperlukan pemerintah untuk membiayai pengeluaran belanja Negara guna kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat. Tujuan ini disebut revenue adequacy, yaitu bahwa pemungutan pajak tersebut ditujukan untuk mengumpulkan penerimaan yang memadai atau yang cukup untuk membiayai belanja Negara.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Sebenarnya fungsi mengatur adalah tujuan agar memberikan kepastian hukum. Terutama dalam menyusun undang – undang pajak senantiasa perlu diusahakan, agar ketentuan yang dirumuskan jangan sampai dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda, antar Fiskus dan Wajib Pajak.


(4)

1.2 Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:5) pajak dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : a. Menurut golongannya

1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai b. Menurut sifatnya

1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

2. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah c. Menurut lembaga pemungutnya

1. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.


(5)

2. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

a. Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

1.3 Subjek Pajak

Menurut Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1, yang termasuk ke dalam subjek PPh meliputi : Orang Pribadi, Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Bentuk Usaha Tetap (BUT) merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri .

a. Subjek pajak dalam negeri adalah :

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia;

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD


(6)

dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan; b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan 3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. b. Subjek pajak luar negeri adalah :

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia; dan

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau


(7)

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :

a. tempat kedudukan manajemen; b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan; d. gedung kantor; e. pabrik;

f. bengkel;

g. pertambangan dan penggalian sumber alam;

h. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

i. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; j. gudang;

k. ruang untuk promosi dan penjualan;


(8)

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; o. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Menurut Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 3, yang tidak termasuk subjek pajak adalah :

a. kantor perwakilan negara asing;

b. pejabat – pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat – pejabat lain dari negara asing dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama – sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbale balik;

c. organisasi – organisasi internasional dengan syarat : 1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan


(9)

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. pejabat – pejabat perwakilan organisai internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

1.4 Objek Pajak

Menurut Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1, yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha;


(10)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pegambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak – pihak yang bersangkutan; dan

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;


(11)

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; dan


(12)

2. Pajak Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pajak penghasilan (PPh) adalah suatu pungutan resmi menurut undang – undang yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara bagi masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan diatur dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1991, diubah lagi dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1994, diubah lagi dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.

2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pajak penghasilan didasarkan atas peralihan kekayaan dari sektor publik (pribadi) tanpa jasa timbal (kontraprestasi) yang ditunjuk langsung dan digunakan untuk pengeluaran negara berdasarkan kepentingan umum. Pajak penghasilan merupakan salah satu dari sumber pajak yang dikelola oleh negara sebagai salah satu sumber keuangan bagi kas negara.

Berdasarkan Undang – Undang Pajak Penghasilan (2008), pajak penghasilan dinyatakan sebagai pajak yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi


(13)

dalam negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan seperti dinyatakan dalam undang – undang pajak penghasilan.

Pengenaan di dalam pajak penghasilan orang pribadi tersebut harus dapat dibayar melalui kantor – kantor yang telah ditetapkan dan tidak mungkin dapat dibebankan kepada orang lain.

Dari uraian tersebut diatas pegawai tetap wajib pajak orang pribadi yang meliputi pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI, karyawan Badan Usaha Milik Negara dan Daerah, para penerima pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua. Bagi pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI dan pensiun yang menerima pajak penghasilan pasal 21 bersifat final.

2.2 Sanksi – Sanksi Perpajakan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sanksi perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi diatur dalam Undang – Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 13. Adapun sanksi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Sanksi Administrasi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Denda sebesar (Pasal 7 ayat 1 UU KUP)

a) Rp 100.000,00 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, misalnya paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;


(14)

b) Rp 100.000,00 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan orang pribadi tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, yaitu paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;

c) Rp 1.000.000,00 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Badan tidak disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, yaitu paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

2. Bunga sebesar (Pasal 9, 13, dan 14 UU KUP)

a) 2 % sebulan untuk selama – lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dalam hal :

- Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebelum dilakukannya pemeriksaan.

- PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar dan/atau dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. - Terdapat kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Keputusan

Pajak Kurang Bayar (SKPKB) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain.

- Perhitungan sementara pajak yang terutang dari jumlah pembayaran pajak yang sebenarnya terutang akibat diberikan izin penundaan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.


(15)

b) 2 % sebulan dari pajak yang kurang dibayar dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c) 48 % dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

d) 2 % sebulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan apabila pembayaran atau penyetoran terutang untuk suatu saat atau masa dilakukan setelah jatuh tempo pembayaran atau penyetoran.

3. Kenaikan sebesar (Pasal 13 Ayat 1 Huruf b dan c UU KUP)

a) 50 % (lima puluh persen) dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;

b) 100 % (seratus persen) dari jumlah PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau

c) 100 % (seratus persen) dari PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang bayar.

b. Sanksi Pidana Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Karena alpa (Pasal 38 UU KUP)


(16)

b) Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah yang pertama kali sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

2. Dengan sengaja wajib pajak orang pribadi (Pasal 39 UU KUP)

a) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak; b) Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib

Pajak;

c) Tidak menyampaikan SPT;

d) Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;

e) Menolak untuk dilakukan pemerksaan;

f) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah – olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;


(17)

g) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;

h) Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia; atau i) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga

dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

2.3 Cara Perhitungan PPh Orang Pribadi

a. Perhitungan PPh Orang Pribadi Karyawan

Adapun perhitungan PPh tahunan bagi orang pribadi karyawan adalah sebagai berikut :

1. Bagi WP OP yang berstatus sebagai karyawan, maka laporan pajaknya


(18)

2. SPT 1770-SS digunakan untuk karyawan yang mempunyai gaji dan

tunjangan semata – mata dari satu pemberi kerja dengan jumlah tidak melebihi Rp 60 juta dan penghasilan lain yang bersifat final;

3. Apabila karyawan mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja atau penghasilannya melebihi Rp 60 juta atau mempunyai penghasilan lain yang tidak bersifat final, wajib menggunakan formulir 1770-S;

4. Perhitungan PPh dalam SPT tersebut menggunakan data utama yaitu bukti

potong PPh Pasal 21 berupa 1721-A1 dari perusahaan atau 1721-A2 dari instansi. Pindahkan data dari penghasilan neto dari bukti potong tersebut. Selanjutnya kurangi dengan PTKP dan hitung pajaknya. Setelah itu kurangi dengan pajak yang telah dipotong dalam 1721-A1 atau 1721-A2;

5. Hitung penghasilan neto dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan

pengurang atau biaya. Pengurangnya adalah iuran pensiun/THT yang berasal dari gaji dan biaya jabatan. Sementara itu penghasilan lain – lain, seperti dividen, komisi atau hadiah pengurangnya adalah biaya yang terkait dengan perolehan penghasilan tersebut;

6. Jumlah seluruh penghasilan neto (termasuk penghasilan isteri yang digabung dan penghasilan anak yang belum dewasa);

7. Hitung penghasilan kena pajak dengan cara penghasilan neto dikurang


(19)

8. PPh yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena

Pajak (PKP) dengan tarif pasal 17 UU PPh. b. Perhitungan PPh Orang Pribadi Usaha

Adapun penghitungan PPh Tahunan bagi orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Penghasilan final tidak dihitung lagi dalam SPT Tahunan karena sifatnya final dan sudah dipotong pada saat penerimaan penghasilan tersebut, hanya dilaporkan dalam SPT Tahunan;

2. Jenis SPT untuk Wajib Pajak orang pribadi lapangan usaha adalah Formulir 1770;

3. Penghasilan yang melebihi omset Rp 4.800.000.000,00 harus membuat pembukuan, sedangkan penghasilan yang tidak melebihi omset Rp 4.800.000.000,00 menggunakan norma penghitungan dan tidak harus menggunakan pembukuan;

4. Dalam menghitung penghasilan neto dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang atau biaya. Pengurang untuk wajib pajak usahawan adalah biaya – biaya usaha yang terkait dengan usaha seperti biaya pegawai, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan atau biaya sewa. Perhatikan juga dalam biaya ini, biaya yang dapat dibebankan dan biaya yang tidak dapat dibebankan;


(20)

6. Hitung Penghasilan Kena Pajaknya (PKP). PKP diperoleh dari total penghasilan neto dikurangi dengan zakat atau usaha, kompensasi kerugian dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

7. Kemudian hitung pajak terutang dengan cara mengalikan PKP dengan tarif pasal 17.

c. Contoh Soal Perhitungan PPh Orang Pribadi

Bapak Rama Silalahi seorang pegawai pada perusahaan PT Maju Bersama, menikah tanpa anak. Memperoleh gaji sebulan Rp 2.000.000,00. PT Maju Bersama mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing – masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT Maju Bersama menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Rama Silalahi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Maju Bersama juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Maju Bersama membayar iuran pensiun untuk Rama Silalahi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00, sedangkan Rama Silalahi membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

Gaji Sebulan Rp 3.500.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 17.500,00

Premi Jaminan Kematian Rp 10.500,00

Penghasilan Bruto Rp 3.528.000,00


(21)

Pengurang : 1. Biaya Jabatan

5 % x Rp 3.528.000,00 Rp 176.400,00 2. Iuran Pensiun Rp 50.000,00 3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 70.000 ,00 +

Rp 296.400,00 Penghasilan neto sebulan Rp 3.231.600,00

_

Penghasilan neto setahun

12 x Rp 3.231.600,00 Rp 38.779.200,00 PTKP

- untuk WP sendiri Rp 24.300.000 ,00 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00

+

Rp 26.325.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 12.454.200,00

-

Pembulatan Rp 12.454.000,00

PPh terutang :

5 % x Rp 12.454.000,00 Rp 622.710,00 PPh Pasal 21 sebulan :


(22)

Perpajakan dalam Mardiasmo (2009:144) pengenaan tarif pajak atas penghasilan memiliki lapisan – lapisan Penghasilan Kena Pajak, yang diatur dalam Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5 %

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15 % di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25 %

di atas Rp 50.000.000,- 30 %

Dalam penghitungan pajak penghasilan juga diatur tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). PTKP merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk meringankan beban wajib pajak di dalam menentukan atau menghitung besarnya penghasilan kena pajak sehingga besarnya jumlah utang pajak penghasilan tidak merugikan dan memberatkan.

Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut :

1 Rp 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2 Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;


(23)

3 Rp 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) denga

4 Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identitas diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan penghitungan serta pembayaran pajak setiap tahun. Fungsi SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang, dengan cara :

3.1 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya;

3.2 Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak/bagian tahun pajak;

3.3 Melaporkan pemotongan/pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu tahun pajak;


(24)

3.4 Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;

3.5 Melaporkan harta dan kewajiban.

Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdapat beberapa jenis. Adapun jenis – jenis SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah :

a. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770 diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas.

b. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770S diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan lainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas.

c. FORMULIR SPT TAHUNAN 1770SS diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari hanya satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp 60.000.000 dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali dari bunga bank dan bunga koperasi.

Pasal 3 Ayat (6) UU KUP

Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Wajib pajak tersebut antara lain :

a. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.


(25)

b. Wajib pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain – lain.

c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu pemberi kerja.

d. Kuasa warisan yang belum terbagi.

e. Pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota TNI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986.

f. Warga negara Indonesia yang bekerja pada Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Organisasi Internasional.

g. Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

h. Masing – masing suami isteri yang dikenakan Pajak Penghasilan secara terpisah dalam hal suami isteri telah hidup berpisah.

i. Dikehendaki secara tertulis oleh suami/isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Dengan demikian suami maupun isteri wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh adalah wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP, yang


(26)

penghasilan netonya tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak. Pasal 2 ayat 1 huruf a dan c, Pasal 2A ayat (1) UU PPh dan Pasal 3 ayat (8) UU KUP.

B. Gambaran Data Praktik

1. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Adapun pengertian dari Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

Mengingat tujuan dan peranan daripada surat ketetapan pajak, maka bentuk dari surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Direktorak Jenderal Pajak (DJP) dapat bermacam – macam tergantung dari hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap surat pemberitahuan. Adapun bentuk atau macam dari penetapan dan ketetapan pajak dalam Waluyo dan Ilyas (2003) adalah sebagai berikut :

1.1 Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan pajak adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

1.2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit


(27)

pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

1.3 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam SKPKBT.

1.4 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 1.5 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat ketetapan pajak nihil adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

1.6 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Surat pemberitahuan pajak terutang adalah surat yang diterbitkan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada wajib pajak.

Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah Surat Ketetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi/Badan yang telah dikeluarkan pada tahun 2010 dan tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut :


(28)

TABEL 1

LAPORAN PENETAPAN PAJAK DI KPP PRATAMA BINJAI

TAHUN 2010 – 2012 JENIS

PENETAPAN 2010 2011

STP 8.234 4.433

SKPKB 74 102

SKPKBT - -

SKLB 3 6

SKPN 62 157

JUMLAH 8.373 4.698 Sumber : KPP Pratama Binjai, 2013

Dalam penetapan pajak terdapat daluwarsa penetapan. Daluwarsa penetapan merupakan suatu batasan waktu yang ditentukan undang – undang untuk dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atas utang pajak wajib pajak, yang tujuannya tidak lain agar wajib pajak memperoleh kepastian hokum atas utang pajaknya.

2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Menurut Casavera dalam bukunya yang berjudul “Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi”, wajib pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi.


(29)

2.1 Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib pajak orang pribadi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Wajib Pajak PPh Orang Pribadi Karyawan

Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja dari dalam negeri (atau bekerja sebagai karyawan).

Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja sebagai karyawan atau mendapat penghasilan yang dikenakan PPh final, wajib melaporkan besar pajak Tahunan yang terutang menggunakan formulir 1770S. Pemajakan PPh orang pribadi karyawan dalam (Ilyas dan Suhartono, 2007:142) adalah sebagai berikut :

1. Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akan dikenakan kepada suami sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah suami.

2. Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan pekerjaan bebas/usaha, sedangkan isterinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib mengisi formulir 1770.

3. Oleh karena itu pemajakan orang pribadi karyawan (1770S) akan diterapkan apabila orang pribadi beserta isterinya menerima penghasilan selain dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.


(30)

Jenis penghasilan orang pribadi karyawan/ yang tidak melakukan kegiatan usaha antara lain :

1. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

2. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final), antara lain : bunga, deviden, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan harta dan lain – lain.

Penghasilan yang dikenakan PPh final Pasal 4 (2), antara lain :

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

2. Penghasilan berupa hadiah undian;

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanha dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan

5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.


(31)

b. Wajib Pajak PPh Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha

Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas (wirausaha) yang menyelenggarakan pembukuan dan norma penghitungan penghasilan neto. Wajib pajak OP dengan usaha bebas wajib melaporkan besarnya pajak menggunakan formulir 1770. Klasifikasi Lapangan Usaha wajib pajak OP ini adalah industri, dagang dan jasa. Pemajakan PPh orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dalam (Ilyas dan Suhartono, 2007:130) adalah sebagai berikut :

1. Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akan dikenakan kepada suami sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah suami.

2. Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan pekerjaan bebas/usaha, sedangkan isterinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, atau sebaliknya maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib mengisi formulir 1770.

3. Oleh karena itu pemajakan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha (1770) akan diterapkan apabila orang pribadi atau isterinya menerima penghasilan yang salah satunya melakukan kegiatan usaha.

Jenis penghasilan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha antara lain : 1. Penghasilan sehubungan usaha dagang, industri, dan jasa


(32)

3. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final), antara lain : bunga, dividen, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan harta dan lain – lain.

Penghasilan yang dikenakan PPh final Pasal 4 (2), antara lain : 1. Bunga deposito/tabungan/simpanan

2. Penjualan saham di Bursa Efek 3. Hadiah undian

4. Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus

5. Honorarium atas beban APBN/APBD

6. Nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan 7. Sewa atas tanah dan atau bangunan

8. Penghasilan lain yang dikenakan pajak bersifat final

Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah wajib pajak orang pribadi dan penerimaan pajak tahun 2010 sampai tahun 2012 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebgai berikut :


(33)

TABEL 3

LAPORAN PENERIMAAN PAJAK PASAL 17 PADA KPP PRATAMA BINJAI

TAHUN 2010 SAMPAI 2012 Klasifikasi

Jenis Usaha

Penerimaan Pajak (Rupiah)

2010 2011 2012

Indutri 379.141.283 453.805.914 424.745.642 Dagang 1.662.198.599 2.240.396.123 1.848.523.967

Jasa 834.618.960 1.298.933.610 964.410.019

Jumlah 2.875.958.842 3.993.135.647 3.237.679628 Sumber : KPP Pratama Binjai, 2013


(34)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Dari data yang telah disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta yang didapat melalui penelitian yang telah penulis lakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

A. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Dari data yang terdapat pada tabel 1, berdasarkan pemeriksaan dan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) pada tahun 2010 Surat Tagihan Pajak (STP) yang masuk adalah sebanyak 8234 dan tahun 2011 menurun sebesar 3801 menjadi 4433. Dan juga dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2010 sampai tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang patuh meningkat.

Jika di tahun 2010 ada sebanyak 74 jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), pada tahun 2011 meningkat sebanyak 28 menjadi 102 jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Hal ini diakibatkan Wajib Pajak dalam menyetorkan pajaknya masih kurang bayar dibandingkan pajak yang sebenarnya yang harus dibayarkan.

Sedangkan untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) pada tahun 2010 sampai tahun 2011 tidak ada. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dari tahun 2010 sampai tahun 2011, terjadi peningkatan sebanyak 3. Jika pada tahun 2010 jumlah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) sebanyak 3, sedangkan untuk tahun 2011 meningkat menjadi 6. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam menghitung pajak terutangnya.


(35)

Sedangkan jumlah Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dari tahun 2010 sampai pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 95. Jika di tahun 2010 ada 62 jumlah SKPN, di tahun 2011 meningkat menjadi 157.

B. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

1. Industri

Wajib Pajak orang pribadi yang bergerak di bidang industri dalam melaporkan pajaknya menggunakan Formulir SPT 1770. Jika omset penghasilan melebihi Rp 4,8 Milyar harus membuat atau menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan Wajib Pajak yang omsetnya kurang dari atau tidak melebihi Rp 4,8 Milyar, tidak diwajibkan untuk membuat pembukuan tetapi dengan menggunakan norma perhitungan. Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) menurut hasil pemeriksaan.

2. Dagang

Wajib Pajak orang pribadi yang bergerak di bidang perdagangan dalam melaporkan pajaknya menggunakan Formulir SPT 1770. Jika omset penghasilan melebihi Rp 4,8 Milyar harus membuat atau menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan Wajib Pajak yang omsetnya kurang dari atau tidak melebihi Rp 4,8 Milyar, tidak diwajibkan untuk membuat pembukuan tetapi dengan menggunakan norma perhitungan. Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) menurut hasil pemeriksaan.


(36)

3. Jasa

Wajib Pajak orang pribadi yang bergerak di bidang jasa dalam melaporkan pajaknya menggunakan Formulir SPT 1770. Jika omset penghasilan melebihi Rp 4,8 Milyar harus membuat atau menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan Wajib Pajak yang omsetnya kurang dari atau tidak melebihi Rp 4,8 Milyar, tidak diwajibkan untuk membuat pembukuan tetapi dengan menggunakan norma perhitungan. Bila pajak yang dilaporkan tidak benar, maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) menurut hasil pemeriksaan.

4. Karyawan

Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja sehingga pajak terutangnya langsung dipotong oleh pemberi kerja.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3, bahwa penerimaan pajak penghasilan yang terbesar dari Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) adalah dari bidang perdagangan., yaitu sebesar Rp 1.662.198.599 (tahun 2010), Rp 2.240.396.123 (tahun 2011), dan Rp 1.848.523.967 (tahun 2012). Lalu dalam bidang jasa, yaitu sebesar Rp 834.618.960 (tahun 2010), Rp 1.298.933.610 (tahun 2011), dan Rp 964.410.019 (tahun 2012). Dan yang paling terkecil adalah dari bidang industri, yaitu sebesar Rp 379.141.283 (tahun 2010), Rp 453.805.914 (tahun 2011), dan Rp 424.745.642 (tahun 2012). Untuk penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi (Karyawan) di KPP Pratama Binjai termasuk di jasa.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) pada tahun 2010 sampai 2011 penerimaan Pajak Penghasilannya (PPh)


(37)

meningkat. Hal ini dikarenakan dilakukannya penghimbauan terhadap Wajib Pajak dalam hal membayar pajak. Juga pada tahun tersebut terdapat banyak proyek yang dilakukan oleh Wajib Pajak pada KPP Pratama Binjai yang rata – rata proyek adalah kontraktor, dimana kontraktor termasuk dalam bidang jasa.

Dan pada tahun 2011 sampai 2012 penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) menurun. Hal ini disebabkan kondisi krisis ekonomi global. Krisis itu membuat aktivitas ekspor impor menurun yang selanjutnya tidak memaksimalkan penerimaan pajak. Ada sejumlah Wajib Pajak dalam pembayaran pajaknya menurun. Penurunan inilah yang menyebabkan pertumbuhan penerimaan pajak tahun 2012 tidak sebesar tahun sebelumnya.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Adapun prosedur dan tata cara Penetapan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah :

a. Wajib Pajak Orang Pribadi menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi mengisi sendiri SPT Tahunannya.

c. Setelah mengisi, Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunannya kepada petugas. d. Petugas pajak memproses data – data yang terdapat pada SPT wajib pajak

dan mengklasifikasikannya sesuai dengan sumber penghasilannya baik lapangan usaha atau karyawan dan sesuai peraturan Direktorak Jenderal Pajak (DJP).

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai bekerjasama dengan Kanwil DJP SUMUT I untuk mencari data, sehingga pencarian data menjadi efektif, apabila data yang diterima belum mencukupi maka petugas pajak bisa melakukan pencarian data yang diperlukan. Perkembangan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai sejak tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan, tetapi jumlah SPT yang dilaporkan menurun. Hal itu


(39)

disebabkan masih banyaknya wajib pajak yang belum melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi munculnya masalah dalam penetapan dan pengenaan PPh orang pribadi yaitu :

a. Masih banyak masyarakat yang kurang mengerti atau paham secara menyeluruh tentang pajak dan manfaatnya bagi negara dan masyarakat.

b. Masih belum meratanya penyuluhan yang diberikan Petugas Pajak kepada masyarakat tentang pajak.

c. Masih ada masyarakat yang memanipulasi data – data yang dilaporkan ke KPP Pratama dengan tujuan memperkecil beban pajaknya.

B. Saran

Secara ringkas penulis telah menguraikan beberapa sebab – sebab wajib pajak tidak memenuhi atau mematuhi kewajiban perpajakan, dari uraian tersebut penulis memberi saran – saran sebagai berikut :

1. Untuk mempermudah wajib pajak harus diberikan penyuluhan dan pendidikan yang khusus oleh fiskus tentang pelaksanaan pajak yang terutang. 2. Melakukan pendataan ulang wajib pajak yang tidak melaporkan pajak

terutangnya dari peredaran usahanya.

3. Melakukan kegiatan penyuluhan dalam memberikan informasi mengenai kewajiban membayar, melaporkan pajak terutangnya dengan lebih intensif dan maksimal seperti melalui media massa.


(40)

4. Wajib pajak harus menjunjung tinggi dan bertanggung jawab secara pribadi penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan mekanisme yang ada agar terhindar dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.

5. Bagi wajib pajak yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya, dan terlambat dalam menyampaikan SPT serta melanggar Undang – Undang Perpajakan, sebaiknya ditindak secara tegas dengan memberi sanksi yang kuat.


(41)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Berdasarkan sumber dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut :

1. Kotamadya Binjai 2. Kabupaten Langkat 3. Kabupaten Deli Serdang

3.1 Kec. Labuhan Deli 3.2 Kec. Sunggal 3.3 Kec. Pancur Batu 3.4 Kec. Hamparan Perak 3.5 Kec. Sibolangit 3.6 Kec. Kutalimbaru 4. Kabupaten Tanah Karo


(42)

Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 26 kecamatan, antara lain sebagai berikut : 1. Kota Binjai

1.1 Kec. Binjai Timur 1.2 Kec. Binjai Kota 1.3 Kec. Binjai Utara 1.4 Kec. Binjai Barat 1.5 Kec. Binjai Selatan 2. Kabupaten Langkat

2.1 Kec. Pangkalan Susu 2.2 Kec. Gebang

2.3 Kec. Hinai 2.4 Kec. Secanggang 2.5 Kec. Sawit Sebrang 2.6 Kec. Babalan 2.7 Kec. Sei Lepan 2.8 Kec. Stabat 2.9 Kec. Sirapit 2.10 Kec. Tanjung Pura 2.11 Kec. Wampu


(43)

2.12 Kec. Pematang Jaya 2.13 Kec. Brandan Barat 2.14 Kec. Kuala

2.15 Kec. Selese 2.16 Kec. Bahorok 2.17 Kec. Kutambaru 2.18 Kec. Padang Tualang 2.19 Kec. Sei Bingai 2.20 Kec. Batang Serangan 2.21 Kec. Salapian

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di Jalan Jambi Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ini mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan


(44)

Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Kepala Kantor, Sub Bagian Umum, dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing – masing seorang kepala seksi agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Maka disini, penulis akan menggambarkan tentang struktur organisasi.

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Struktur organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;


(45)

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

4. Penyuluhan perpajakan;

5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

10. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi; 11. Pembetulan ketetapan pajak;

12. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

13. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.


(46)

2. Subbagian Umum

Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I, II, III)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan


(47)

intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

6. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen - dokumen penagihan.

7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

8. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing - masing berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.


(48)

D. Mandat yang dibebankan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan Negara (APBN). Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, besarnya beban yang diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai pada tahun anggaran 2012 sebesar Rp 295.610.000.000,00.

E. Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Laki- laki

Perempuan

49 20

Total 69


(49)

2. Berdasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah

Kepala Kantor Kasi/Kasubbag Fungsional Account Representative Pelaksana 1 9 8 17 34

Total 69

Sumber : KPP Pratama Binjai, 2013

3. Berdasarkan Seksi

Seksi Jumlah

Subbag Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi Waskon III Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Seksi Pemeriksaan Fungsional 7 9 9 6 8 7 5 5 4 8

Total 68


(50)

4. Berdasarkan Pangkat dan Golongan Golongan Jumlah

IV III II

I

1 33 35 0

Total 69


(51)

SEKSI PENGOLAHAN

DATA DAN INFORMASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA BINJAI

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai KEPALA KANTOR

KPP PRATAMA BINJAI

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN

DAN KONSULTASI SEKSI

INTENSIFIKASI PERPAJAKAN

SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN

INTERNAL

SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENAGIHAN


(52)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah satu cara kerja yang

langsung dapat membimbing kita ke dalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang baik dalam melakukan pekerjaan PKLM yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang langsung berhubungan dengan teori - teori yang diterima dari dosen jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penerimaan dari sektor pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, disamping penerimaan negara dari sektor minyak dan gas alam. Menurut Undang - Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan pemungutan pajak agar setiap tahunnya semakin meningkat dan meluas serta diharapkan mampu mengurangi ketergantungan negara terhadap pinjaman luar negeri (Waluyo, 2010:23).

Berdasarkan sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu Self Assessment


(53)

memperhitungkan, memotong, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Penetapan dan pengenaan pajak penghasilan atas Wajib Pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam satu tahun pajak, bagian tahun pajak, atau tahun buku. Biasanya pajak penghasilan disebut juga pajak langsung karena dikenakan langsung atas penghasilan sesuai dengan daya pikulnya.

Pada prinsipnya Orang Pribadi yang menjadi Subjek Pajak dalam negeri adalah Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian Orang Pribadi yang bertempat di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Keberadaan Orang Pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut - turut, tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Undang - Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.


(54)

Sebagaimana diketahui juga, pemerintah telah mengeluarkan Undang - Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa penetapan pengenaan pajak penghasilan orang pribadi diatur berdasarkan jumlah penghasilan, daya pikulnya, dan disesuaikan dengan tarif pengenaannya yang berlaku. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari dan memahaminya yang akan penulis tuangkan dalam laporan tugas akhir penulis dengan judul “PROSEDUR

PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

1.1 Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai prosedur penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.


(55)

1.2 Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai tata cara pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

1.3 Untuk mengetahui kendala - kendala yang terjadi dalam penetapan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.

b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan. c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi pemerintahan.


(56)

d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan seiring dengan adanya undang - undang perpajakan yang sewaktu - waktu dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.

e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan memperoleh karir melalui penilaian yang terbaik.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak.

b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

c. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

d. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra Direktorat Jenderal Pajak.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan khususnya KPP Pratama Binjai.

b. Mempromosikan sumber - sumber potensi dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(57)

d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada dalam praktik di lapangan.

e. Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang.

C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak

Menurut Feldmann dalam Waluyo (2010:2) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma – norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran – pengeluran umum.

Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo (2010:3) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Smeets dalam Waluyo (2010:3) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut Rochmat Soemitro dalam Waluyo (2010:3) Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang - Undang yang dapat dipaksakan dengan


(58)

tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Fungsi Pajak

Pajak yang dikenakan kepada masyarakat menurut Fidel (2008:3) mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu :

2.1 Fungsi Finansial (Budgeter)

Fungsi pajak adalah untuk mengumpulkan dana yang diperlukan pemerintah untuk membiayai pengeluaran belanja Negara guna kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat. Tujuan ini disebut revenue adequacy, yaitu bahwa pemungutan pajak tersebut ditujukan untuk mengumpulkan penerimaan yang memadai atau yang cukup untuk membiayai belanja Negara.

2.2 Fungsi Mengatur (Regulerend)

Sebenarnya fungsi mengatur adalah tujuan agar memberikan kepastian hukum. Terutama dalam menyusun undang – undang pajak senantiasa perlu diusahakan, agar ketentuan yang dirumuskan jangan sampai dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda, antar Fiskus dan Wajib Pajak.

3. Pajak Penghasilan

Menurut Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal (4) tentang Pajak Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.


(59)

Pajak Penghasilan dalam Mardiasmo (2009:129) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang – Undang PPh diebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Orang Pribadi yang menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri adalah Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian Orang Pribadi yang bertempat di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Keberadaan Orang Pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut - turut, tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Sedangkan Orang Pribadi yang menjadi Subjek Pajak Luar Negeri adalah Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, serta yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia (Undang - Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 1).


(60)

Pajak penghasilan didasarkan atas peralihan kekayaan dari sektor publik tanpa jasa timbal balik. Pajak penghasilan merupakan salah satu dari sumber pajak yang dikelola oleh negara sebagai salah satu sumber keuangan bagi kas negara. Berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan, pajak penghasilan dinyatakan sebagai pajak yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan seperti yang dinyatakan dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

` Adapun ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :

1. Prosedur penetapan Pajak Penghasilan (PPh) terhadap Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratam Binjai.

2. Prosedur pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi berdasarkan besarnya penghasilan atau pun jabatan/usaha Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

3. Kendala - kendala yang timbul dalam penetapan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.


(61)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka Penulis menggunakan metode pengumpulan data lain sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini Penulis melakukan beberapa persiapan yang dimulai dari pengenalan objek yang akan dibahas, pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, penentuan/persetujuan judul oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, menyusun proposal hingga diseminarkan, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber bacaan seperti buku, Undang - Undang, maupun literature lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan observasi lapangan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai. Dalam observasi ini penulis melakukan pemberian surat pengantar PKLM, melakukan pengamatan tentang data yang akan diminta mengenai objek Praktik Kerja Lapangan itu sendiri.

4. Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan penulis mengumpulkan data melalui :


(62)

4.1 Data Primer yaitu data - data yang diperoleh dari pihak yang kompeten dan memahami bidangnya, terutama Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. 4.2 Data Sekunder yaitu data – data yang diperoleh dari sumber - sumber

informasi lain yang digunakan sebagai tambahan.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Pada tahap ini setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap, maka penulis menuliskan data – data yang diperoleh secara sistematis, kemudian penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung metode tersebut, penulis juga menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh


(63)

pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berupa lampiran – lampiran struktur organisasi.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), uraian teoritis, ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(64)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, struktur organisasi dan personalia Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, tugas dan fungsi masing - masing seksi.

BAB III : GAMBARAN DATA OBJEK

Dalam bab ini diuraikan tentang defenisi, ketentuan - ketentuan, objek dan subjek Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi, tarif pajak, Dasar Pengenaan Pajak (DPP), cara perhitungan, serta prosedur penetapan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini diuraikan mengenai analisa data yang diperoleh, yaitu mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi mengenai prosedur penetapan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran. Yaitu menguraikan secara garis besarnya saja dari pembahasan permasalahan mengenai Prosedur Penetapan dan


(65)

Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi, serta berisikan saran - saran yang dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(66)

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA BINJAI O

L E H

NAMA : JUNI NOVITA MARINTAN TAMBUNAN NIM : 102600043

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(67)

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Juni Novita Marintan Tambunan

NIM : 102600043

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Prosedur Penetapan Dan Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Rima Mahliza

NIP. 195608311986011001 NIP.196805251992031002 NIP.198807222009122003

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP.196805251992031002


(68)

untuk segala hikmat, karunia dan kasihNya serta untuk setiap berkat yang boleh tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan judul “Prosedur Penetapan dan Pengenaan Pajak Penghasailan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai” untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mengevaluasi di masa yang akan datang.

Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda M. P. Tambunan dan Ibunda G. br Sagala, yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.

Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini juga tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :


(69)

membimbing, dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staff pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi dan tata usaha.

5. Bapak M. Husni Hatib, S.Sos, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

6. Bapak Hermansyah, SH, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

7. Kak Rima Mahliza selaku supervisor lapangan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data.

8. Seluruh pegawai pada seksi – seksi dalam Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, terkhususnya kepada Seksi Pelayanan dan Seksi PDI.


(70)

10. Kemudian untuk teman – teman terbaik penulis di kampus yang penulis kasihi: Devi Rohaya Silalahi (cinteh), Marisi Hotnida Sihombing (mbu), Tri Elwina Holoho (bebeb), Mey Kristina Simbolon (nak’e) terima kasih untuk semua warna yang kalian ciptakan di masa – masa perkuliahan. Dan semua kawan – kawan Tax A 2010 yang sudah banyak membantu penulis serta setiap dukungan yang diberikan dalam belajar maupun dalam segala hal. 11. Terakhir untuk Michael Cheney Hura (Chumy) terimakasih buat semangat

dan dukungannya yah ciaan.

Pihak - pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat selesai. Semoga Laporan Tugas Akhir yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2013 Penulis


(71)

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 3

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 12

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Binjai ... 15

B. Lokasi Geografi KPP Pratama Binjai ... 17


(72)

A. Uraian Teoritis ... 26

1. Pengertian Pajak ... 26

1.1 Fungsi Pajak ... 27

1.2 Jenis Pajak ... 28

1.3 Subjek Pajak ... 29

1.4 Objek Pajak ... 33

2. Pajak Penghasilan... 36

2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 36

2.2 Sanksi – Sanksi Perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi... 37

2.3 Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 41

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi ... 47

B. Gambaran Data Praktik ... 50

1. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 50

2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 52

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 58


(73)

Daftar Pustaka Lampiran


(74)

(75)

Tahun 2010-2011 52 Tabel 2 Laporan Penerimaan Pajak KPP Pratama Binjai


(1)

9. Untuk kakak – kakakku (Risma Tambunan, Herna Tambunan, Winda Tambunan) dan abang – abangku (Anggiat Tambunan dan Elvin Tambunan) terima kasih untuk semua kebahagiaan dan dukungannya.

10.Kemudian untuk teman – teman terbaik penulis di kampus yang penulis kasihi: Devi Rohaya Silalahi (cinteh), Marisi Hotnida Sihombing (mbu), Tri Elwina Holoho (bebeb), Mey Kristina Simbolon (nak’e) terima kasih untuk semua warna yang kalian ciptakan di masa – masa perkuliahan. Dan semua kawan – kawan Tax A 2010 yang sudah banyak membantu penulis serta setiap dukungan yang diberikan dalam belajar maupun dalam segala hal. 11.Terakhir untuk Michael Cheney Hura (Chumy) terimakasih buat semangat

dan dukungannya yah ciaan.

Pihak - pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat selesai. Semoga Laporan Tugas Akhir yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2013 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 3

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 12

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Binjai ... 15

B. Lokasi Geografi KPP Pratama Binjai ... 17


(3)

D. Mandat yang dibebankan ... 22

E. Sumber Daya Manusia ... 22

BAB III : URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Uraian Teoritis ... 26

1. Pengertian Pajak ... 26

1.1Fungsi Pajak ... 27

1.2Jenis Pajak ... 28

1.3Subjek Pajak ... 29

1.4Objek Pajak ... 33

2. Pajak Penghasilan... 36

2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 36

2.2 Sanksi – Sanksi Perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi... 37

2.3 Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 41

3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi ... 47

B. Gambaran Data Praktik ... 50

1. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 50

2. Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 52

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Penetapan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 58


(4)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 Daftar Pustaka


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Laporan Penetapan Pajak di KPP Pratama Binjai

Tahun 2010-2011 52

Tabel 2 Laporan Penerimaan Pajak KPP Pratama Binjai