BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mempelajari bagaimana cara
meningkatkan dan mengembangkan potensi berupa intelektual, mental, sosial, emosional dan kemandirian dalam kehidupan sehingga menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu menjawab tantang zaman. Saat ini, dunia pendidikan harus diperlakukan dan dikelola secara professional, karena semakin ketatnya
persaingan lembaga pendidikan akan ditinggalkan konsumen atau masyarakat jika dikelola seadanya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu keberhasilan kegiatan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantarnya seperti
kurikulum, metode belajar mengajar, guru, serta sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mempelancar proses pencapaiaan tujuan pendidikan perlu didukung
oleh beberapa sumber daya yang ada baik manusia maupun materil, sarana dan prasarana sebagai salah satu sumber daya materil aktivitas pendidikan, di sekolah
menengah sering kali menjadi faktor hambatan dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Hal ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang
makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, sarana dan prasarana yang minim, pengajar kurang profesional, bahkan aturan UU Pendidikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
1
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan
kabupaten.
1
Di samping itu sarana dan prasarana sekolah di sejumlah daerah masih jauh dari layak. Selain masalah kerusakan gedung sekolah yang parah,
banyak fasilitas mendasar tak dimiliki sejumlah sekolah seperti perpustakaan, laboraturium dan lain sebagainya. Padahal, masalah
kerusakan gedung sekolah ditargetkan pemerintah bisa selesai paling lambat tahun 2009. Pada kenyataannya dalam pantauan di beberapa
wilayah di Banten dan Jawa Barat, masih ditemui persoalan gedung sekolah yang rusak parah sehingga terancam ambruk, sekolah kekurangan
ruangan kelas, hingga sekolah yang tak memiliki fasilitas perpustakaan dan tempat buang air kecil. Contohnya ratusan siswa SDN Cikaret
kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, sampai saat ini terpaksa belajar di gedung sekolah yang hampir roboh. Dinding bangunan
sekolah yang terbuat dari papan dan bilik bambu sudah rusak sehingga ruangan kelas jadi menyambung.
2
Sementara itu mengenai kerusakan fasilitas sekolah, Nanang Fattah pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia UPI mengatakan, sekitar
60 persen bangunan sekolah di Indonesia rusak berat. Di wilayah Jabar, sekolah yang rusak mencapai 50 persen. Kerusakan bangunan sekolah
tersebut berkaitan dengan usia bangunan yang sudah tua. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak tahun 2000-2005 telah dilaksankan
proyek perbaikan infrastruktur sekolah oleh Bank Dunia, dengan mengucurkan dana Bank Dunia pada Komite Sekolah.
3
Berbicara tentang anggaran pendidikan, permasalahan utama sebenarnya bukan pada nilai anggaran saja. Hal ini terbukti bahwa meskipun anggaran kita
kurang dari angka 20 persen dari APBN. Tetapi dalam hal ini pemerintah berusaha menaikkan anggaran pendidikan dari tahun ke tahun. Pertanyaannya
adalah bahwa, apakah kenaikan anggaran itu telah dapat mendongkrak pencapaian hakikat penyelenggaran pendidikan itu sendiri? Belum lagi adanya berbagai
penyalahgunaan anggaran pendidikan, mulai dari masih maraknya pungutan liar dari tingkat perguruan tinggi sampai dengan penyelewengan dana BOS.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya
menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan angaran
1
Wulan Agustin Herdiana, Permasalahan Pendidikan Sekarang Ini, Homepage Pendidikan Network
2
Kompas Cetak, www.Kompas.com
3
http:sim.ormawa.uns.ac.idtagmaslah-pendidikan
saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar
Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak
yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit
bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.
Setiap lembaga pendidikan mengetahui bahwa proses pembelajaran di sekolah tidak akan pernah statis, akan tetapi senantiasa dinamis mengikuti
kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang pesat. Untuk itu, sekolah dituntut lebih meningkatkan kualitas pendidikan dari segala
sisi, diantaranya dari segi sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 45
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Yaitu:
4
1. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
2. Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada
semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur penunjang proses belajar mengajar dan diharapkan mampu mengantar peserta didik menuju
kedewasaannya. Keterbatasan sarana pendidikan dan pengajaran di sekolah sudah barang tentu mempengaruhi hasil belajar siswa. Permasalahan pembelajaran
bukan hanya dihadapi oleh guru itu sendiri tetapi juga didukung oleh keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pendukungnya. Apalagi jika dilihat dalam
kenyataan bahwa banyak sekolah yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan efektif.
4
http:www.gudangmateri.com201004uu-sistem-pendidikan -nasional.html
Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana dan prasarana belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal, sarana dan prasarana sebagai salah
satu penunjang keberhasilan pendidikan sering kali menjadi hambatan dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Santoso S. Hamijoyo sebagai berikut: Hambatan pertama dalam pendidikan kita dewasa ini adalah ledakan
penduduk yang tidak diimbangi oleh penyediaan fasilitas atau sarana meningkatnya aspirasi dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
5
Selain itu, masalah sarana pendidikan lainnya adalah tidak efisiennya penggunaan-penggunaan sarana yang mengakibatkan terhambatnya aktivitas
pendidikan. Sama halnya di sekolah pada umumnya, SMP Dwiguna memiliki
manajemen tersendiri dalam menangani sarana dan prasarana pendidikan beserta permasalahannya yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, dan penghapusan. Akan tetapi manajemen tersebut tidak berjalan baik dikarenakan adanya beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya rasa
peduli atau loyalnya pengurus terhadap sarana dan prasarana di SMP Dwiguna, dan juga dikarenakan tidak adanya dana yang memadai untuk memberikan honor
kepada kepengurusan manajemen sarana dan prasarana tersebut.
6
Oleh sebab itulah kepengurusan manajemen sarana dan prasarana di SMP Dwiguna Depok ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Maka dari itulah
kepengurusan manajemen sarana dan prasarana tersebut dipegang langsung oleh kepala sekolah baik dalam kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, penghapusan maupun evaluasi. Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PELAKSANAAN MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SMP DWIGUNA DEPOK”
5
Santoso S. Hamijoyo, Beberapa Pemikiran Tentang Kebijaksanaan Strategi Pendidikan dalam Menunjang Pembangunan, Jakarta: Pustaka Setia, 1973, h. 401
6
Hasil wawancara dengan kepala SMP Dwiguna Depok
B. Identifikasi Masalah