I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh pemberitaan Pansus
Century di Kompas terhadap sikap mahasiswa FISIP USU ? ”
I.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian lebih jelas serta terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penelitian difokuskan kepada pemberitaan Pansus Century di Kompas yang
terbit bulan Desember 2009 sampai Maret 2010 menyangkut dengan credibility, context, content, clarity, continuity, consistency dan capability.
2. Penelitian difokuskan kepada pengaruh pemberitaan terhadap sikap
mahasiswa yang kognitif dan afektif. 3.
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa FISIP USU yang diwakili oleh Departemen sosiologi, Depertemen Ilmu Kesejeahteraan Sosial, Departemen
Ilmu Komunikasi, Departemen Antropologi dan Departemen Ilmu Politik. 4.
Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan melihat hubungan dan menguji hipotesis.
5. Penelitian ini dilakukan bulan Februari 2010 hingga selesai
I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pola pemberitaan Pansus Century di Kompas.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahuiintensitas mahasiswa FISIP USU dalam mengkonsumsi
pemberitaan Pansus Century di Kompas. 3.
Untuk mengetahui pengaruh antara pemberitaan Pansus Century di Kompas terhadap sikap mahasiswa FISIP USU.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memperluas
pengetahuan penulis dalam bidang komunikasi massa. 2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan kepada mahasiswa yang memiliki perhatian terhadap perkembangan informasi Pansus
Century di Kompas. 3.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan menambah khasanah penelitian di bidang komunikasi.
I.5. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerangka teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya kerangka teori akan mempermudah peneliti
dalam menganalisa masalah.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1. Teori S-O-R
Prinsip S-O-R ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Bagian-bagian utama dari teori ini adalah pesan stimulus, penerima receiver organism, efek response
S-O-R ini merupakan dasar teori jarum hipodermik, yaitu efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini media dipandang sebagai obat yang disuntik ke
dalam pembuluh darah audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Model ini dirumuskan sebagai berikut:
Stimulus rangsang yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus itu tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
tersebut tidak efektif mempengaruhi perhatian dari individu dan berhenti disini. Tetapibila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus
yang telah diterimanya bersikap.Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan Respons
Perubahan Sikap Organism:
− Perhatian
− Pengertian
− penerimaan
Stimulus
Universitas Sumatera Utara
dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sources seperti kepemimpinan atau gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakatEffendi, 2003:254.
Maka unsur-unsur dalam model ini adalah: a.
Pesan Stimulus, S yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pansus Century di Kompas.
b. Komunikan Organisme, O yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mahasiswa USU. c.
Respon Response, R yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP USU.
I.5.2. Komunikator
Komunikasi merupakan hal yang sudah sejak dahulu dikenal, bahkan sejak manusia belum memahami bahwa apa yang dilakukan itu merupakan komunikasi.
Komunikasi berkembang bukan hanya dari media ataupun peralatan komunikasi itu sendiri, tetapi juga hal yang dikomunikasikan juga mengalami perkembangan sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan perkembangan kondisi dan situasi masyarakat. Komunikasi bukan hanya sebagai pengiriman atau pertukaran informasi, tetapi dapat membentuk
opinipendapat, dan mental masyarakat. Komunikasi menurut Berlson dan Steiner 1964 adalah penyampaian
informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol, angka grafik dan lain-lain Arifin, 1998:25.
Menurut Belch Belch 2004:141, komunikator dari sebuah komunikasi adalah orang atau organisasi yang memiliki informasi untuk berbagi dengan orang
atau grup lain. Komunikator bisa berupa individu penjual atau pembicara yang disewa atau bukan pribadi seperti korporasi atau organisasi itu sendiri. Rakhmat
2007:255 menyatakan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan ia sendiri.
Tubbs Moss 2000:114-119 menyatakan bahwa kredibilitas berarti kesediaan kita mempercayai sesuai yang dikatakan dan yang dilakukan seseorang.
Kredibilitas merupakan pengaruh paling penting dalam penilaian kita terhadap seorang pembicara.Sejumlah penelitian menegaskan bahwa pembicara dengan
kredibilitas tinggi cenderung lebih berpengaruh pada sikap pendengar daripada pembicara berkredibilitas rendah.Tampaknya kredibilitas merupakan pertimbangan
yang lebih penting ketika kita menyakinkan hadirin daripada ketika kita menyampaikan informasi kepada mereka. Adapun gambar dari karakteristik
komunikator adalah sebagai berikut: Credibility
Attractiveness Trustworthiness
Expertise Likeability
Universitas Sumatera Utara
Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik attractiveness, kesukaan likeability, kepercayaan trustworthiness, dan keahlian expertise.
Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya Clow Baack,
2007:214. Dalam penelitian ini komunikatornya adalah Kompas sebagai surat kabar yang memuat tentang pemberitaan Pansus Century.
I.5.3. Pesan
Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi
manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena
komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common sama.
• Model Wilbur Schramm 1
EncoderDecoder
Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : 1.
Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi koran, rumah produksi, televisi.
2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian
tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna. Destination
Signal Source
Universitas Sumatera Utara
Field of Experience Field of Experience
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota
dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dan lain-lain.
• Model Wilbur Schramm 2
Encoder Decoder
Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang
diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan
yang sama, dan laun-lain hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model schramm diatas adalah
pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Menurut
Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan.Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan
berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif.
Source Signal
Destination
Universitas Sumatera Utara
• Model Wilbur Schramm 3
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik maka ia akan berada pada posisi komunikator source. Setiap individu
dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm
sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm http:inherent.brawijaya.ac.idvlmloginindex.php.
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, yaitu meliputi:
a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh
karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baikpihak komunikator maupun pihak komunikan akan memnerima pesan
tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya. b.
Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaaan social yang bertentangan dan seiring dengan
keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif. Encoder
Interpreter Decoder
Message
Message Encoder
Interpreter Decoder
Universitas Sumatera Utara
c. Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan
dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d.
Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan.
e. Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya
yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan. f.
Consistency, yaitu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens.
g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai
factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya Ruslan, 1997:72-74.
I.5.4. Efek
Efek adalah semua jenis perubahan yang terjasi pada seseorang setelah menerima suatu pesan komunikasi dari suatu sumber Wiryanto, 2000:62. Efek pesan
media meliputi efek kognitif, efek afektif dan behafioral. Efek kognitif terjadi apabila perubahan pada apa yang diketahui dan dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan. Efek efektif terjadi bila ada perubahan pada perasaan. Efek afektif berkaitan dengan emosi, sikap,
atau nilai. Efek behavioral terjadi bila ada perubahan perilaku Rakhmat, 2007:219. Selain itu, Effendi, 2003:318-319 juga menjelaskan mengenai efek komunikasi
massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif sebagai berikut: 1.
Efek kognitif
Universitas Sumatera Utara
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informasi bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini membahas tentang bagaimana
media dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan kognitifnya.
2. Efek afektif
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, cemas, sinis, kecut dan sebagainya.
3. Efek behavior
Efek behavior merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Behavior bersangkutan dengan niat, tekad,
upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
I.5.5. Terpaan Media
Terpaan media tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka
terhadap pesan-pesan media tersebut. Terpaan media merupakan kegiatan mendengarkan, melihat, dan membaca pesan media massa ataupun mempunyai
pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok.
Menurut pendapat Rosengren 1974, penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media yang dikonsumsi, dan berbagai
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara individu konsumen dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan Rakhmat, 2007:66. Dari pendapat tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa terpaan informasi dapat dioperasionalkan melalui frekuensi membaca informasi Pansus Century di surat kabar.
Terpaan media juga dapat di definisikan sebagai penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan Ardianto dan Erdinaya,
2005:164. Penggunaan jenis media meliputi media audio, audiovisual, media cetak, dan lain sebagainya. Lebih lanjut Ardianto dan Erdinaya menjelaskan bahwa
frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu untuk meneliti program harian,
berapa kali seminggu seseorang menggunakan dalam satu bulan untuk program mingguan dan tengah bulanan serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan
media dalam sutu tahun untuk program bulanan, sedangkan untuk durasi penggunaan media dapat dilihat dari berapa lama khalayak bergabung dengan suatu
media atau berapa lama khalayak mengikuti suatu program. Selain kedua hal diatas, menurut Rakhmat 2007:55 hubungan antara khalayak dengan isi media itu juga
berkaitan dengan perhatian attention. Menurut Andersen Rakhmat, 2007:66 mendefinisikan atensi sebagai proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada stimuli yang lainnya melemah. Dari teori mengenai terpaan media ini, maka peneliti
mengukur terpaan media berdasarkan frekuensi, durasi dan atensi. Dalam penelitian ini frekuensi dapat dilihat dari berapa kali dalam seminggu
seseorang membaca berita mengenai Pansus Century, durasi penggunaan media dapat dilihat dari berapa lama seseorang membaca berita dan lama mengikuti berita
Universitas Sumatera Utara
mengenai Pansus Century. Sedangkan atensi dilihat dari perhatian yang diberikan ketika membaca berita mengenai Pansus Century.
I.5.6. Pengertian Sikap
Menurut Jalaluddin Rakhmat 2007:39 mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu: 1.
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi, atau kelompok. 2.
Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari. 3.
Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4. Sikap mengandung aspek evaluatif,
artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5.
Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Menurut Allport Mar’at, 1993:13 ada tiga komponen yang terdapat dalam yaitu sebagai berikut:
1. Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Merupakan komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman.
2. Afektif
Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan
emosional seseorang yang dapat diamati langsung. 3.
Konatif Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati langsung serta
berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat menghantarkan penelitian pada permusan hipotesa. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk
dengan menggerakkan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 2001:40
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji
kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Variabel Bebas Independent Variabel X
Universitas Sumatera Utara
Veriabel bebas atau Independent Variabel adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel yang disebut
variabel terikat Nawawi, 2001:57. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pansus Century di Kompas
2. Variabel Terikat Dependent Variabel Y
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul yang ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena
adanya variabel lain Nawawi, 2001:57. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP USU.
3. Karakteristik Responden Z
Karakterisitik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, departemen, tahun angkatan.
I.7. Model Teoritis