Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601Pid.B2003 PN.Mdn, 2009.
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi persyaratan-persyaratan
formal sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan dan dilaksanakanditegakkan dalam kenyataannya.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Tindak Pidana Penggelapan yang Dilakukan oleh Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus Putusan PN Medan
Nomor 2601Pid.B2003 PN.Mdn.” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini
merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila
ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Tindak pidana Penggelapan
Pembentuk undang-undang telah menggunakan perkataan “strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai tindak pidana di dalam KUHP tanpa
memberikan suatu penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit. Perkataan feit sendiri di dalam bahasa Belanda berarti
sebahagian dari suatu kenyataan, sedangkan strafbaar feit itu dapat diterjemahkan
Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601Pid.B2003 PN.Mdn, 2009.
sebagai suatu kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya
adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan. Hazewinkel-Suringa membuat rumusan yang umum dari strabaar feit sebagai
perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus diadakan oleh
hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.
2
a. Untuk adanya suatu strafbar feit itu diisyaratkan bahwa di situ harus
terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan undang- undang, dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban semacam
mitu telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum; Menurut Pompe, perkataan strafbaar feit itu secara teoritis dapat
dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang
pelaku, dimana penjatuhan terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum, alasan mengapa
strafbaar feit itu harus dirumuskan karena:
b. Agar sesuatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan tersebut harus
memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dalam undang- undang;
2
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 181.
Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601Pid.B2003 PN.Mdn, 2009.
c. Setiap strafbaar feit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban
menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan suatu tindakan melawan hukum atau merupakan suatu onrechtmatige handeling.
3
Tindak pidana penggelapan diatur dalam pasal 372 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak suatu benda
yang sama sekali atau sebahagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan benda itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan, dihukum karena
penggelapan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak Rp. 900,-“
4
Dimana sering terjadi penggelapan di kalangan kawan-kawan maupun kenalan dalam kehidupan sosial. Terjadinya kejahatan penggelapan itu karena ada
Ditinjau dari segi yuridis, pengertian kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang, untuk dapat melihat
apakah perbuatan itu melanggar undang-undang atau harus diciptakan dulu peraturan sebelum peristiwa agar mencegah tindakan sewenang-wenang dan
member kepastian hukum, dari segi sosiologis kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan penderita juga sanga tmerugikan masyarakat
yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban. Perbuatan yang merusak kepercayaan ini serupa dengan mengingkari janji
dengan iktikad yang tidak baik dan karena itu dalam KUHP digolongkan dengan kejahatan penggelapan, selanjutnya R. Tresna, mengatakan:
3
Ibid, hal. 182.
4
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politea, Bogor, 1994, hal. 258.
Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601Pid.B2003 PN.Mdn, 2009.
hubungan kerja, hubungan dagang, baik penitipan benda maupun pemberian kuasa atau seorang pegawai yang berhubungan dengan keadaan sosial masyarakat.
5
Dalam MvT mengenai pembentukan pasal 372 menerangkan bahwa memiliki adalah perbuatan menguasai suatu benda seolah-olah ia memiliki benda
itu. Kiranya pengertian ini dapat diterangkan demikian, bahwa “petindak dengan melakukan perbuatan memiliki atas sesuatu benda yang ada. Pengertian benda
yang berada dalam kekuasaannya, adalah ia melakukan suatu perbuatan sebagaimana pemilik melakukan perbuatan terhadap benda.
6
Kekuasaannya sebagai adanya suatu hubungan langsung dan sangat erat dengan benda itu, yang sebagi indikatornya ialah dia dapat melakukannya secara
langsung tanpa harus melakukan perbuatan lain terlebih dahulu, adalah hanya terhadap benda-benda berwujud dan bergerak saja, dan tidak mungkin terjadi pada
benda-benda yang tidak berwujud dan benda-benda tetap.
7
5
R. Tresna, Asas-asas Hukum Pidana Diserta Pembahasan Beberapa Perbuatan yang Penting, PT. Tiara, Jakarta, 1979, hal. 241.
6
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003, hal. 72.
7
Ibid, hal. 77.
Ciri khusus kejahatan penggelapan ini jika dibandingkan dengan pencurian adalah terletak pada unsur beradanya benda dalam kekuasaan sebagai
mencuri atas benda milik orang lain telah berada dalam kekuasaan sendiri. Penggelapan sebagai suatu kejahatan diatur dalam Bab XXIV pasal 372
sampai dengan pasal 377 KUHP. Kejahatan ini dalam KUHP untuk Bumi Putra berdasarkan Stb. 1872 No. 82 disebut merusak kepercayaan jika dilakukan bukan
oleh seorang penjahat.
Erwin Harris Rahman : Tindak Pidana Penggelapan Yang Dilakukan Pejabat Notaris Dikaitkan Dengan Sumpah Jabatan Notaris Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan 2601Pid.B2003 PN.Mdn, 2009.
Tiap kejahatan yang diatur dalam KUHP maupun diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lain mempunyai unsur-unsur yang harus dipenuhi
sesuai dengan yang dilakukan. Dalam hal kejahatan penggelapan hampir sama dengan kejahatan pencurian, ada beberapa unsur yang sama. Demikian pula perlu
diperhatikan bahwa jangan sampai ada kekeliruan tentang hukum, tegasnya jika disangka ada penggelapan harus diteliti dahulu, oleh karna dapat terjadi bahwa
yang disankga itu sebenarnya adalah suatu jual beli. Untuk dapat mengemukakan unsur-unsur kejahatan penggelapan, maka
sebaiknya diturunkan dari bunyi ketentuan bunyi pasal 372 KUHP, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat dinyatakan seseorang melakukan kejahatan
penggelapan harus terpenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a.
Yang bersalah harus bermaksud memiliki benda itu b.
Benda itu harus kepunyaan orang lain, baik seluruhnya atau sebahagian c.
Benda itu harus sudah ada di tangan yang melakukan perbuatan itu, bukan dengan jalan suatu kejahatan
d. Memiliki benda itu harus tanpa hak.
8
2. Jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan