a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
5. Cara pemungutan pajak
. Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu:
5.1 Stelsel nyata riel stelsel Pengenaan pajak didasarkan pada objek penghasilan yang nyata, sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
5.2 Stelsel anggapan fictieve stelsel Penggenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. 5.3 Stelsel campuran mix stelsel
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.yang dimana pada awal tahun besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
6. Asas Pemungutan Pajak
6.1 Asas Domisili Asas tempat tinggal
Universitas Sumatera Utara
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. 6.2
Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 6.3
Asas Kebangsaan Penggenaan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
7. Sistem Pemungutan Pajak
7.1 Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menetukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Sejak berlakunya UU Perpajakan yang berupa UU No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan UU No. 7 Tahun
1983 tentang pajak penghasilan sistem Official Assessment tidak digunakan lagi.
7.2 Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
7.3 With Holding System
Universitas Sumatera Utara
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
B. Gambaran Data Pajak Pertambahan Nilai
1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.Dalam bahasa Inggris, pajak ini disebut value added tax
VAT atau goods and services tax GST. PPN termasuk jenis pajak tak langsung, yang artinya bahwa pajak tersebut disetor oleh pihak lain pedagangprodusen yang
bukan penanggung pajak, karena pihak yang membayar PPN pada dasranya adalah konsumen. Impor merupakan suatu kegiatan memasukkan barang dari luar daerah
pabean ke dalam daerah pabean.Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak PKP dikenal istilah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan.
Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut Pengusaha Kena Pajak PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar Pengusaha Kena
Pajak PKP untuk memperoleh produknya. Pajak Pertambahan Nilai PPN merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak DJP.Sebagian besar jenis barang terkandung unsur PPN yang besarnya 10 dari harga jual. Dalam hal
pemungutan pajak atas impor Barang Kena Pajak menurut Undang-Undang Pajak
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan Nilai 1984 ditunda oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai karena adanya penundaan pemungutan Bea Masuk, maka Pajak Masukan dapat dikreditkan
dalam Masa Pajak pada saat Pajak Masukan itu dipungut.
2. Dasar Hukum PPN