Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

32 memadai. Hal ini dapat terjadi bila misalnya organisasi menerapkan Total Quality Management karena tekanan dari para pelanggan mereka untuk mendapatkan pengesahan ISOBS. Hal ini memberikan kepada para pelanggan jaminan bahwa hanya produk atau jasa yang memenuhi syarat yang akan disediakan oleh pemasok.

2.2.3. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Tjiptono dan Diana 2003 bahwa : Dalam implementasi manajemen mutu terpadu , tidak satupun rumus , kiat ataupun cara tertentu yang universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam segala kondisi dan untuk semua organisasi. Setiap organisasi harus mengadaptasi ide-ide dan teknik-teknik yang sesuai dengan organisasinya , kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, budaya organisasi, dan situasi kerja yang digeluti organisasi tersebut. Implementasi manajemen mutu terpadu membutuhkan suatu proses yang sistematis. George dan Weimerskirch dalam Tjiptono dan Diana 2003 menyatakan ada beberapa fase utama dalam implementasi manajemen mutu terpadu, yaitu : 1. Peran Manajemen Senior terhadap perubahan . 2. Peran keterlibatan Pegawai . 3. Hubungan pegawai dengan pimpinan baik secara internal maupun eksternal . 4. Perbaikan atau penyempurnaan system dan kondisi lingkungan kerja yang mendukung pelaksanaan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 33 Dalam TQM, Pegawai dibebani kesempatan untuk terlibat aktif di dalam system dengan pengembangan kemampuannya, baik kemampuan manajerial maupun kemampuan pelaksanan operasional. Sasaran yang terpenting didalam TQM adalah bagaimana meningkatkan gairah dan semangat kerja pegawai serta mengembangkan agar punya kualitas yang optimal. Menurut Marbun dan Heryanto 1993, penerapan peran Total Quality Management adalah 1 peran Pegawai, 2 peran pimpinan, 3 peran hubungan Pegawai dan pimpinan, 4 peran aspek lingkungan kerja. Berikut ini akan dijelaskan lima penerapan peran TQM : 1. Pegawai . Menurut Marbun dan Heryanto 1993 bahwa, Program TQM tidak akan berhasil hanya dengan kemauan kuat dari pimpinan, tetapi juga harus ditunjang oleh peran serta pegawai. Menurut Mangkuprawira 2002 bahwa, posisi Pegawai untuk memainkan peran dalam pengelolaan mutu sangatlah strategis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran pegawai adalah kemampuan dan kemauan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Kemampuan untuk mengembangkan diri : asset organisasi yang paling berarti adalah pribadi-pribadi Pegawainya. Universitas Sumatera Utara 34 2. Pimpinan Menurut Tery dan Rue 2001 menyatakan bahwa, para pemimpin mencoba untuk memahami persoalan-persoalan yang dihadapi para anggota dan juga perasaan- perasaan mereka, pekerjaan mereka, dan lingkungan kerja. Kemudian Marbun Dan Heryanto 1993 menyatakan bahwa, untuk merangsang perubahan perilaku di organisasi yang bersangkutan, diperlukan keyakinan akan manfaat program TQM dari pimpinan . Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran pimpinan adalah keikutsertaan aktif pimpinan dan adanya keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi yang baik akan membantu kesukseskan satu organisasi dan akan memperkecil kesenjangan salah paham. Perkembangan perusahaan juga perlu diciptakan oleh pimpinan. 3. Peran hubungan pegawai dan pimpinan Menurut Mangkuprawira 2002 bahwa, hubungan pegawai dan pimpinan yang didasarkan pada pendekatan hubungan sosial adalah salah satu upaya agar kinerja pegawai memiliki daya saing tinggi. Marbun dan Heriyanto 1993 menyatakan bahwa, hubungan pegawai dan pimpinan merupakan isu-isu yang menentukan pengorganisasian, antara lain kesebahasaan dalam tindakan, kebersamaan pegawai dan pimpinan dalam menghadapi setiap masalah, keserasian langkah tindakan, kesukarelaan dalam kerjasama : unsur kesukarelaan dalam bekerja yang tulus dan lahir dari dalam diri akan membentuk kekuatan juang yang kokoh. Universitas Sumatera Utara 35 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran pimpinan adalah kemampuan dan keaktifan pimpinan dalam memperjelas dan mempercepat proses kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. 4. Lingkungan kerja Menurut Tery dan Rue 2001 menyatakan bahwa, lokasi, peralatan meja-meja, formulir-formulir, penerangan, semangat umum, dan sikap-sikap,sarana kerja adalah contoh dari factor-faktor lingkungan kerja. Marbun dan Heryanto 1993 menyatakan bahwa, lingkungan kerja antara lain kedisiplinan kerja akan meningkatkan kualitas kerja, ketertiban dalam tindakan, kerapihan lingkungan dan proses kerja, serta kesegaran jasmani : kondisi fisik seseorang sangat menentukan hasil karyanya . Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja yang baik dapat mendukung keberhasilan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.2.4. Kualitas Sumber Daya Manusia