Pengaturan Tindak Pidana di Bidang Pers Menurut UU No. 40 Tahun

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMBERITAAN YANG BERINDIKASI ADANYA DELIK PENCEMARAN NAMA BAIK

D. Pengaturan Tindak Pidana di Bidang Pers Menurut UU No. 40 Tahun

1999 tentang Pers Kesepakatan mengenai rumusan delik pers tidak dijumpai dalam peraturan hukum maupun karangan para ahli. Oleh karena itu perkembangan dan perubahan situasi dapat mempengaruhi pengertian delik pers. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa delik pers adalah perbuatan yang diancam pidana, yang hanya dapat dilakukan oleh pers. Hal ini berarti apabila kejahatan yang sama dilakukan oleh orang atau lembaga selain pers, maka delik tersebut tak dapat dikualifikasikan sebagai delik pers. 117 Definisi lain mengenai delik pers adalah proses penyampaian pesan melalui pers yang dilarang oleh undang-undang dan wartawan atau penulisnya diancam pidana. Definisi delik pers yang rumusannya memakai paradigma hukum pidana, adalah delik yang untuk penyelesaiannya memerlukan publikasi dengan menggunakan pers dan terdiri dari pernyataan pikiran atau perasaan yang dincam pidana. Jadi definisi tersebut memiliki makna yang terbatas dengan dua kriteria. Pertama, pernyataan pikiran atau perasaan = proses penyampaian pesan, proses komunikasi itu memang dilarang atau diancam pidana. Kedua, komunikasi itu 117 Bambang Sadono, Penyelesaian Delik Pers Secara Politis, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hal.59 Universitas Sumatera Utara harus selesai atau terjadi dengan terbitnya surat kabarmajalah yang bersangkutan. 118 Delik pers dapat ditafsirkan dalam arti luas ataupun dalam arti sempit. Dalam arti luas menyangkut segala barang cetakan, sedangkan dalam arti sempit menyangkut salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum dan terbit secara teratur berupa buku-buku, majalah-majalah, surat kabar dan barang-barang cetakan yang lain yang berfungsi sebagai sarana penyebarluasan informasi. 119 Sebelum mengkaji tentang pengaturan tindak pidana di bidang pers menurut UU No. 40 Tahun 1999, terlebih dahulu akan dikaji tentang delik-delik yang dapat ditujukan kepada pers yang diatur dalam KUHP. Sejauh mana kejahatan melalui pers dapat dirumuskan sebagai delik pers, di dalam KUHP tidak didapatkan satu kriteria yang pasti, namun rambu-rambu yang disepakati sebagai alat untuk merumuskan delik yang dikualifikasikan sebagai delik pers adalah tiga kriteria sebagai berikut : Berkaitan dengan pengertian tersebut, dalam tulisan ini pembahasan mengenai delik pers hanya akan dibatasi pada delik yang melibatkan media cetak. 120 1. harus dilakukan dengan barang cetakan; 2. perbuatan yang dipidana harus terdiri atas pernyataan, pikiran atau perasaan; 3. dari perumusan delik harus ternyata bahwa publikasi merupakan suatu syarat untuk menumbuhkan suatu kejahatan apabila kejahatan tersebut dilakukan dengan suatu tulisan. 118 A. Muis, Op.Cit., hal.64 119 Bambang Sadono, Op.Cit., hal. 64 120 Ibid Universitas Sumatera Utara Hukum pidana mengatur delik-delik yang disebut sebagai pembatasan kebebasan pers, untuk mencegah agar tidak terjadi penyalahgunaan kebebasan tersebut. Ada lima kawasan pembatasan tersebut, yaitu sebagai berikut : 121 1. Delik terhadap keamanan negara dan ketertiban umum national security and public order. Delik terhadap keamanan negara antara lain meliputi pasal 112 dan 113 KUHP. Kedua pasal ini menyangkut pengumuman rahasia negara, sedangkan yang menyangkut ketertiban umum diatur dalam pasal 154, 155 dan pasal 157 KUHP. Pasal 154 dan 155 KUHP ini telah dihapus oleh MK. MK dalam pertimbangan hukumnya menjelaskan bahwa kualifikasi delik atau tindak pidana yang dirumuskan dalam pasal-pasal tersebut adalah delik formil yang cukup hanya mempersyaratkan terpenuhinya unsur adanya perbuatan yang dilarang strafbare handeling tanpa mengaitkan dengan akibat dari suatu perbuatan yang akibatnya dapat menimbulkan kecerendungan penyalahgunaan kekuasaan karena secara mudah dapat ditafsirkan menurut selera penguasa. Menurut MK, seorang warga negara yang bermaksud menyampaikan kritik atau pendapat terhadap pemerintah, di mana hal itu merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh UUD 1945, akan dengan mudah dikualifikasikan oleh penguasa sebagai pernyataan “perasaan permusuhan, kebencian, atau penghinaan” kepada Pemerintah sebagai akibat tidak adanya kepastian kriteria dalam rumusan pasal- pasal tersebut untuk membedakan kritik atau pernyataan pendapat dengan perasaan permusuhan, kebencian, atau penghinaan, karena Penuntut Umum tidak 121 Ibid Universitas Sumatera Utara perlu membuktikan apakah pernyataan atau pendapat yang disampaikan seseorang itu benar-benar telah menimbulkan akibat berupa tersebar atau bangkitnya kebencian atau permusuhan di kalangan khalayak ramai. 122 2. Delik penghinaan Pasal-pasal ini termuat dalam Bab V KUHP tentang Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum. Pasal 207 dan pasal 208 KUHP dalam Bab VIII KUHP mengatur kejahatan terhadap penguasa umum. Dalam KUHP setidaknya terdapat banyak pasal yang mengatur soal penghinaan. Pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur tentang penghinaan antara lain : 123 122 a. penghinaan terhadap Presiden dan wakil Presiden diancam oleh pasal 134 dan 137 KUHP, di mana pasal-pasal ini telah dibatalkan atau dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Mahkamah Konstitusi; b. penghinaan terhadap Raja, Kepala Negara sahabat, atau Wakil Negara Asing diatur dalam pasal 142 dan 143 KUHP; c. penghinaan terhadap institusi atau badan umum seperti DPR, Menteri, DPR, kejaksaan, kepolisian, gubernur, bupati, camat, dan sejenisnya diatur dalam pasal 207 dan 208 KUHP; http:74.125.153.132search?q=cache:VBf8fALAjZ8J:pksm.mercubuana.ac.idnewele arningfiles_modul41005415169248880.doc+apakah+pasal+154+dan+156+KUHP+masih+berlak u+3Fcd=1hl=idct=clnkgl=id, diakses pada hari Senin, 1 Februari 2010, pukul 11.00 WIB 123 http:www.google.co.idsearch?hl=idq=pencemaran+nama+baikbtnG=Telusurim eta, diakses pada hari Selasa, 20 Oktober 2009, pukul 16.35 WIB Universitas Sumatera Utara d. penghinaan terhadap Pemerintah Negara Indonesia diatur dalam pasal 154 dan 155 KUHP, di mana pasal-pasal ini telah dibatalkan atau dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Mahkamah Konstitusi; e. penghinaan terhadap golongan group libel diatur dalam pasal 156 dan 157 KUHP; f. penghinaan atas orang pejabat pada instansi negara maka diatur dalam pasal 316; g. penghinaan terhadap anggota masyarakat umum diatur dalam pasal 310, 311, dan 315; h. penghinaan atau fitnah karena pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada penguasa diatur dalam pasal 317 KUHP; i. pencemaran atau penghinaan terhadap seseorang yang sudah mati diatur dalam pasal 320 dan 321 KUHP. 3. Delik agama Godslatering Delik ini seperti tercantum dalam pasal 156 dan 156a KUHP. Pasal 156 : Barangsiapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap sesuatu atau beberapa golongan penduduk negara Indonesia, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- Universitas Sumatera Utara Pasal 156 a: Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan : a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia : b. dengan maksud agar supaya orang tiada menganut agama apapun juga, yang bersendikan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. 4. Delik pornografi Delik ini terdapat dalam pasal 281, 282 dan 283 KUHP. Pasal 281 : Dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 4.500,- : 1e. barangsiapa sengaja merusak kesopanan di muka umum; 2e. barangsiapa sengaja merusakkan kesopanan di muka orang lain, yang hadlir tidak dengan kemauannya sendiri. Pasal 282 : 1 Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan yang diketahui isinya, atau suatu gambar atau barang yang dikenalnya yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membuat, membawa masuk, mengirimkan langsung, membawa keluar atau menyediakan tulisan, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan sehingga kelihatan oleh orang banyak, ataupun dengan Universitas Sumatera Utara berterang-terangan atau dengan menyiarkan sesuatu surat, ataupun dengan berterang-terangan diminta atau menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh didapat, dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. 2 Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan, gambar atau barang yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membawa masuk, mengirimkan terus, membawa keluar atau menyediakan surat, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan sehingga kelihatan oleh orang banyak, ataupun dengan berterang-terangan atau dengan menyiarkan sesuatu tulisan menawarkan dengan tidak diminta atau menunjukkan, bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh didapat, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 45.000,- jika ia ada alasan yang sungguh-sungguh untuk menduga, bahwa tulisan, gambar atau barang itu melanggar perasaan kesopanan. 3 Jika melakukan kejahatan yang diterangkan dalam ayat pertama dijadikan suatu pencaharian atau kebiasaan oleh tersangka, dapat dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 75.000,-. Pasal 283 : 1 Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 9.000,- dihukum barangsiapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, Universitas Sumatera Utara menyampaikan di tangan atau mempertunjukkan kepada orang yang belum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya bahwa orang itu belum cukup umurnya 17 tahun sesuatu tulisan, sesuatu gambar atau sesuatu barang yang menyinggung perasaan kesopanan, atau sesuatu cara yang dipergunakan untuk mencegah atau mengganggu hamil, jika isi surat itu diketahuinya atau jika gambar, barang dan cara itu diketahuinya. 2 Dengan hukuman serupa itu juga dihukum barangsiapa dihadapan seorang yang belum dewasa seperti tersebut dalam ayat di atas memperdengarkan isi surat tulisan yang melanggar perasaan kesopanan. 3 Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat bulan atau kurungan selama- lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 9.000,- dihukum barangsiapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, menyampaikan di tangan atau memperlihatkan kepada seorang yang belum dewasa sebagai tersebut dalam ayat pertama, sesuatu surat tulisan, sesuatu gambar atau sesuatu barang yang melanggar perasaan kesopanan, demikian pula memperdengarkan di hadapan seorang yang belum dewasa sebagai tersebut dalam ayat pertama, isi surat yang menyinggung perasaan kesopanan, jika ia ada alasan yang cukup untuk menyangka, bahwa tulisan, gambar atau barang itu melanggar perasaan kesopanan atau cara itu ialah cara untuk mencegah atau mengganggu hamil. Universitas Sumatera Utara 5. Delik berita bohong Delik ini pernah tercantum dalam pasal 171 KUHP, namun kemudian dihapus dengan UU No. 1 Tahun 1946 dan mengganti dengan pasal 14 dan 15. Pasal 14 : 1 Barangsiapa dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun. 2 Barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan, yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga tahun. Pasal 15 : Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berlebihan atau tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan atau mudah dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun. Dari uraian mengenai delik pers ini bisa diketahui bahwa ada pasal-pasal yang bisa digunakan untuk menyelesaikan konflik, terutama antara pers dan pemerintah. Pasal-pasal tersebut harus ditafsirkan dan digunakan sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan pers nasional, karena sebagian besar memang produk pemerintah kolonial yang di sana sini tidak sesuai dengan semangat dan jiwa bangsa yang telah merdeka. 124 124 Bambang Sadono, Op.Cit., hal. 68 Universitas Sumatera Utara UU No. 40 Tahun 1999 mengatur tentang tindak pidana pers yang terdapat dalam Bab VIII Pasal 18. Ayat 1 : “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 dipidana penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000.” Ayat 1 ini berarti bahwa setiap orang yang menghambatmenghalangi kebebasan pers seperti : penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran dan menghambatmenghalangi pelaksanaan hak pers seperti : mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dipidana penjara paling lama 2 tahundenda paling banyak Rp 500.000.000. Ayat 2 : “Perusahaan Pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000.” Ayat 2 ini berarti bahwa perusahaan pers yang memberitakan peristiwa dan opini dengan tidak menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, asas praduga tak bersalah, tidak melayani hak jawab dan memuat iklan yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; Universitas Sumatera Utara serta memuat iklan dengan meragakan wujud rokok dan atau penggunaan rokok, dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000. Ayat 3 : “Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat 2 dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000.” Ayat 3 ini berarti bahwa perusahaan pers yang tidak berbentuk badan hukum Indonesia dan tidak mengumumkan nama, alamat dan penanggungjawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan, serta penerbitan pers yang tidak menyebutkan nama dan alamat penerbitan, dipidana denda paling banyak Rp 100.000.000,-.

E. Bentuk-bentuk Pencemaran Nama Baik yang Berhubungan dengan Media Massa

Dokumen yang terkait

PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM PERSPEKTIF UN

0 11 19

Etika Pers Dan Kerja Jurnalistik Dalam Surat Kabar (Studi Etnometodologi Wartawan Surat Kabar Lampu Hijau Jawa Pos)

11 70 201

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitaan Kasus Kekerasan Seks

0 5 17

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTIONDALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION DALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT SUKHOI (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode

0 3 17

PENDAHULUAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION DALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT SUKHOI (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dan Penulisan Caption Foto Dalam Foto Jurnalistik Pemberitaan Kecelaka

0 2 39

PENDAHULUAN PERTANGGUNGJAWABAN PERS TERHADAP PEMBERITAAN YANG MENCEMARKAN NAMA BAIK.

0 2 14

PENUTUP PERTANGGUNGJAWABAN PERS TERHADAP PEMBERITAAN YANG MENCEMARKAN NAMA BAIK.

0 3 4

PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA MASSA CETAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF YURIDIS.

0 1 15

PERANAN DEWAN PERS DALAM PENYELESAIAN KASUS PENCEMARAN NAMA BAIK DI MEDIA MASSA ELEKTRONIK DIHUBUNGKAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT.

0 0 1

DEMI KEPENTINGAN UMUM DAN MEMBELA DIRI SEBAGAI ALASAN PENGHAPUS PIDANA DALAM DELIK PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH PERS Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 58